Club Foot
Club Foot
PEDIATRI
DISUSUN OLEH:
NURUL ANNISA K
(PO714241181058)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fisioterapi Pada Club Foot” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah FT. Pediatri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Club Foot bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Definisi.....................................................................................................................3
2.2 Pato-Anatomi...........................................................................................................3
2.3 Etiologi.....................................................................................................................9
2.4 Patofisiologi...........................................................................................................10
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................................11
2.6 Anamnesis..............................................................................................................13
2.7 Diagnosa................................................................................................................13
2.8 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang..........................................................................14
2.9 Rencana Penatalaksanaan Fisioterapi.....................................................................15
2.10 Prognosis................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan............................................................................................................16
3.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk yang paling sering ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini,
ekstremitas superior dalam keadaan normal. Club foot ditemukan pada hieroglif
Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh Hipokrates pada 400 SM dengan cara
memanipulasi kaki dengan lembut untuk kemudian dipasangi perban. Sampai saat
ini, perawatan modern juga masih mengandalkan manipulasi dan immobilisasi.
Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti
pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi
1
yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat
mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang
membutuhkan terapi operatif.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi club foot
2. Untuk mengetahui pato-anatomi pada club foot
3. Untuk mengetahui etiologi club foot
4. Untuk mengetahui patofisiologi club foot
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada club foot
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus club foot
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot
merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas
umum dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-
anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi
dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of
Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot),
menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya
berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino
(meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial).
2.2 Pato-Anatomi
Seluruh kaki rotasi ke dalam terhadap talus. Rotasi ini primer terjadi pada:
talocalcaneus, talonaviculare dan calcaneocuboid. Rotasi juga terjadi pada sendi-
sendi lainnya, tetapi sedikit sekali dan tidak berarti.
1. Sendi talocruralis
Talus dalam posisi equinus serta cenderung menggulir (roll) kedepan dari
mortise. Malleolus fibularis letaknya (posisi) posterior.
2. Talus
Kelainan bentuk talus adalah karena terjepit (contriction encasement)
sehingga tidak bisa bergerak leluasa pada persendian ini mengakibatkan :
enchondral growth yang terbatas, talus lebih kecil, articular cartilage akan
mengalami artofis bila tidak bergerak. (Prinsip cartilage survival = fluid
motion, intermitten pressure)
Caput dan collum tali tumbuh kearah medial dan angulasi ke plantar
akibat tekanan dari pemendekan ligament. Keadaan ini,berjalan progresif dan
hanya bisa dihindari bila dilakukan "realignment', dimana hyaline cartilage
tidak akan mengalami artrofis. Realignment ini harus dilakukan sedini
mungkin, dipertahankan dan digerakkan dini agar bisa tumbuh normal.
Mengenai letak corpus talus dalam mortis ada perbedaan pendapat
menurut McKay : neutral Goldner menyatakan terjadi internal rotation,
sedangkan menurut Carrol yang dengan analisa komputer mendapatkan
external rotation.
3. Subtalar complex
4
Terdiri atas 3 persendian: talocalcaneal, talonavicular, calcaneocuboid.
6. Sendi calcaneo-cuboid
Pada CTEV sendiri terjadi malposisi, cuboid bergeser ke medial
terhadap calcaneus dan dibawah tulang navicular ,dan cuneiform. Internal
rotation yang berkelanjutan mengakibatkan bifurcate ligament (calcaneo-
cuboid, calcaneo-navicular ligament), ligament plantaris longus, plantar calc-
cuboid ligament, navicular cuboid ligament, inferior external retanicular
(cruciate ligament), dorsal calcaneo-cubo ligament, cubonavicular ligament
pemendekan sehingga midfoot menjadi supinasi dan fore foot aduksi.
Namun demikian karena kedua elemen subtalar, talocalcaneus dan talo
navicular telah terkoreksi, sendi calcaneo cuboid terkoreksi dengan baik,
kecuali pada resisitant clubfoot.
7. Otot
Pada pemeriksaan ultramikroskop diketemukan otot yang
posteromedial : pemendekan akibat dari sedikit bertambahnya jaringan
fibrosis karena inervasi yang berkurang yang terjadi pada saat pertumbuhan
intrauterine atau law of fibrous tissue (Swynyard, Bleck) , Isaac dkk.
6
Handelsman dkk menemukan dengan pemeriksaan histo-kimiawi dan
mikroskop elektron dari otot yang dibiopsi terjadinya perubahan : struktur
otot dimana proporsi serat-serat otot tipe I lebih banyak dibandingkan tipe II
(normal otot skeletal serat otot tipe I : tipe II (1:1) - (1:2).
Keadaan in menunjukkan adanya defek neuromuscular junction atau
menunjukkan CTEV ada hubungannya dengan kelainan neuromusculer,
tetapi bagaimana hubungannya terhadap fungsi atau umur belum bisa
dijelaskan (Mellerowicz)
Adanya atrofi otot adalah merupakan tanda-tanda yang tetap pada
CTEV.Muskulus peroneus mengalami atrofis yang lebih banyak
dibandingkan otot-otot yang mempertahankan deformitas.
Secara mikrosokopis jumlah serat-serat otot tidak mengalami
perubahan. Atrofis ini disebabkan oleh karena ukuran tiap serat otot
mengecil. Pada pertumbuhan janin pada semester kedua, serat otot
mengalami pertambahan dalam ukuran (besar) dari masing-masing serat
jadi.ukuran jumlahnya. Serat otot peroneus lebih kecil dibandingkan serat
otot posteromedial yang mempertahankan deformitas oleh karena m.peroneus
tidak aktif.
8. Selubung tendon (tendon sheath)
Mengalami penebalan terutama tibialis posterior, peroneus, hallucis,
digitorum communis
9. Kapsul sendi :
Pemendekan dan menebal (contracted) pada ankle posterior, subtalar,
talonavicular, calcaneocuboid.
10. Ligament
Pemendekan dan perubahan calcaneo fibular, talofibular, deltoid,
plantar ligament balk longus dan brevis, spring ligament, bifurcate ligament.
7
11. Fascia
8
12. Os talus : collum tali mengalami deviasi kemedial dan plantar. Corpus tali
dalam ankle mortise mengalami rotasi external
13. Os calcis : mengalami rotasi ke medial
14. Forefoot : terjadi adduksi dan supinasi
2.3 Etiologi
Etiologi yang sebenarnya dari CTEV tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi
banyak teori mengenai etiologi CTEV, antara lain :
9
Wynne dan Davis mengemukakan bahwa adanya factor poligenik
mempermudah fetus terpapar factor-faktor eksternal (infeksi rubella,
penggunaan thalidomide)
Hipotesis vascular
2.4 Patofisiologi
Beberapa teori yang mendukung pathogenesis terjadinya CTEV, antara lain :
Terhambatnya perkembangan fetus pada fase fibular
Kurangnya jaringan kartilagenosa talus
Factor neurogenic
Telah ditemukan adanya abnormalitas histokimia pada kelompok otot
peroneus pada pasien CTEV . Hal ini diperkirakan karena adanya perubahan
inervasi intrauterine karena penyakit neurologis, seperti stroke. Teori ini
didukung dengan adanya insiden CTEV pada 35% bayi dengan spina bifida
Retraksi fibrosis sekunder karena peningkatan jaringan fibrosa di otot dan
ligament.
Pada penelitian postmortem, ponsetti menemukan adanya jaringan
kolagen yang sangat longgar dan dapat teregang pada semua ligament dan
struktur tendon (kecuali achiles). Sebaliknya, tendon achiles terbuat dari
jaringan kolagen yang sangat padat dan tidak dapat teregang. Zimmy dkk,
menemukan adanya myoblast pada fasia medialis menggunakan mikroskop
electron. Mereka mengemukakan hipotesa bahwa hal inilah yang
menyebabkan kontraktur medial.
10
Anomali pada insersi tendon
Inclan mengajukan hipotesa bahwa CTEV dikarenakan adanya
anomaly pada insersi tendon. Tetapi hal ini tidak didukung oleh peneliti lain.
Hal ini dikarenakan adanya distorsi pada posisi anatomis CTEV yang
membuat tampak terlihat adanya kelainan pada insersi tendon.
Variasi iklim
Robertson mencatat adanya hubungan antara perubahan iklim dengan
insiden epidemiologi kejadian CTEV. Hal ini sejalan dengan adanya variasi
yang serupa pada insiden kasus poliomyelitis di komunitas. CTEV dikatakan
merupakan keadaan sequele dari prenatal poliolike condition. Teori ini
didukung oleh adanya perubahan motor neuron pada spinal cord anerior bayi
tersebut.
11
menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit
equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan
terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan
kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat
penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.
6) Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior
tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar
dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus
medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari
normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.
7) Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis
anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-
otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal
kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae
mempunyai kekuatan yang normal.
8) Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina
bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa
untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi.
2.6 Anamnesis
1. Anamnesis umum
Nama : Imran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 bulan
Agama : Islam
12
BB Masuk : 10kg
Alamat : Daya, Paccerakkang
2. Anamnesis khusus
Keluhan yang dialami kaki sebelah kanan pengkor, orang tuanya
mengaku hal ini sudah dialami sejak lahir, bengkok hanya dibagian tungkai
bawah, dan saat ini sudah bisa berjalan.
2.7 Diagnosa
Penegakan Diagnosa
- Keterbatasan gerak pada plantar fleksi dan dorsal flexi pada ankle
- Keterbatasan gerak pada inversi dan eversi ankle
- Endorotasi pada ankle
Partisipasi restriksi
- Aktivitas sehari-hari terjadi gangguan (ADL terganggu)
- Tidak mampu berdiri dan berjalan
- Penderita kesulitan dalam berdiri dengan tegak yang menopang ankle
13
The Pirani Scoring System yaitu melakukan identifikasi tingkat keparahan
dan perkembangan kasus CTEV selama koreksi dilakukan dengan 6 metode
sebagai berikut:
1. Hindfoot and Midfoot = harus di koreksi
2. Midfoot dibedakan menjadi tonjolan posterior (posterior Crease) = harus
dilakukan pemeriksaan
3. Kekosongan tumit atau Emptiness of the heel (EH)= harus dilakukan palpasi
untuk mengetahui kekosongan pada tumit
4. Derajat dorsi fleksi atau degree of dorso flexi (DF) = diukur derajat
kelengkungan ankle
5. Midfoot dibedakan menjadi 2 kelengkungan yaitu
- Batas lateral atau Curvature of lateral border (CLB) dengan tonjolan
sisi medial crease (MC)= diukur dengan goniometri
- Kepala lateral talus (uncovering of the lateral head of the talus (LHT)
= diukur dengan alat ukur goniometri
6. Curvature of talus border of the foot (CLB) = Batas tepi batas talus diukur
kelengkungan dengan goniometri
Jadi kesimpulan tes pemeriksaan fisik: Batas lateral kaki normal adalah lurus,
batas kaki yang tampak melengkung pada ankle menandakan terdapat
kontraktur medial sehingga harus dilakukan operasi bedah ankle jika
memungkinkan oleh dokter spesialis bedah tulang yaitu dokter ortopedi
b. Pemeriksaan penunjang
- CT Scan
- Rontgen
14
Penderita bisa berdiri dengan posisi kaki normal
Pasien bisa berjalan tanpa keluhan nyeri
b. Prinsip terapi
Mencegah deformitas pada ankle
Membantu ROM pada ankle
Menambah kekuatan otot pada tungkai
c. Edukasi
Mencegah gerakan inversi dan merubah gerakan ankle ke arah eversi
Memposisikan ankle pada posisi yang benar
Memberi tahanan pada ankle supaya penderita selalu dalam posisi yang
benar
2.10 Prognosis
o Gejala akan membaik apabila ditangani dengan benar dengan operasi
bedah reposisi ankle yang dilakukan oleh dokter ortopedi. Setelah itu
dilanjutkan dengan program Fisioterapi untuk mencegah kontraktur dan
deformitas yang berulang dan kesembuhan yang didapat adalah 98%.
o Gejala akan memburuk jika metode secara konvensional tetap dilanjutkan
dan metode operatif tidak dilakukan mengingat angka prognosis untuk
gejala terbatasnya gerakan ankle tidak selama menjadi baik apabila
deformitas masih dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke
dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini disertai dengan
15
meningginya tepi dalam kaki (supinasi) dan pergeseran bagian anterior kaki sehingga
terletak di medial aksis vertikal tungkai (adduksi). Dengan jenis kaki seperti ini arkus
lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam keadaan equinus (plantar flexi). Congenital Talipes
Equino Varus adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi Plantar flexi talocranialis
karena m. Tibialis anterior lemah, Inversi ankle karena m. Peroneus longus, brevis dan
tertius lemah, Adduksi subtalar dan midtarsal.
3.2 Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca dan untuk para mahasiswa bisa
dijadikan referensi untuk lebih menyempurnakan isi dari makalah ini. Saran
penulis kepada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda international Inc. diagnosis keperawatan :
Definisi dan klasifikasi 2015-2017. Ed. 10. Jakarta. EGC
Rantina, Mahyumi. dkk. 2020 Buku Panduan Simulasi dan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak usia 0-6 Tahun. Tasikmalaya: Edu Publisher.
16
Wong. D. L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. Jakarta. EGC
17