Anda di halaman 1dari 57

Asuhan Keperawatan

Pada Sistem Perkemihan

Oleh :
Nur Aini, S.Kep.Ns.,M.Kep
Ca. Renal

Ca. kandung kemih


Renal karsinoma Karsinoma
kandung kemih
Faktor resiko merokok, obesitas, dialisis, zat kimia yg bersifat
zat kimia yg bersifat karsinogen, merokok,
karsinogen ISK berulang
Manifestasi klinis Hematuria, nyeri pinggang, Hematuria, nyeri
teraba massa di pinggang pinggang (bila
metastase), frekuensi
berkemih >>, urgensi,
disuria
Pemeriksaan IVP, sistoskopi, IVP, CT scan, USG,
nefrotomografi, angiografi sistoskopi
renal, USG, CT scan
Stadium Ca. kandung kemih

1. Stadium 0 : Juga dikenal sebagai karsinoma in situ, di dalam


kandung kemih organisme bagian tepi timbul tumor.
2. Stadium I : sel kanker telah menyebar ke lapisan dalam dan
luar kandung kemih
3. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke lapisan otot
dinding kandung kemih
4. Stadium III : sel kanker telah menyebar sampai jaringan
adipose pada sekitar kandung kemih , kemungkinan menyebar
sampai ke alat kelamin
5. Stadium IV : Sel kanker telah menyebar dari kandung kemih
sampai ke peritoneum atau ke panggul. Sel kanker mungkin
telah mempengaruhi sampai ke kelenjar getah bening atau
sampai ke organ lain dalam tubuh.
Penatalaksanaan Ca. kandung kemih

1. Reseksi transuretra (melenyapkan tumor lewat insisi


bedah /arus listrik dgn menggunakan instrumen yg
dimasukkan lewat uretra).
2. Kemoterapi (kombinasi metotreksat, vinblastin,
doxorubisin, cisplatin) dan kemoterapi.
metode radioterapi dan kemoterapi dapat menjadi
metode tambahan. Sebelum atau setelah dilakukan
pembedahan, memilih untuk melakukan radioterapi
dan kemoterapi dapat meningkatkan efek dari hasil
pembedahan
3. Sistektomi (pengangkatan kandung kemih)
 dilakukan pd ca. kandung kemih yg invasif & multifokal.
 sistektomi radikal pd pria : pengangkatan kandung kemih,
prostat, vesikulus seminalis.
 Sistektomi radikal pd wanita : kandung kemih, ureter bagian
bwah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior & uretra.
 Prosedur ini memerlukan diversi urin
Stadium Ca. Renal
Penatalaksanaan

1. nefrektomi simplek (pengangkatan ginjal saja), nefrotomi


radikal (pengangkatan ginjal, kelanjar adrenal, jaringan di
sekitar ginjal, kelenjar getah bening).
2. Embolisasi arteri (penyuntikan zat khusus utk
menyumbat p.darah ginjal tumor akan kekurangan
oksigen dan zat gizi lainnya)
digunakan sebelum pembedahan /utk mengurangi nyeri
dan perdarahan jika pembedahan tidak mungkin
dilakukan.
3. Terapi Radiasi
mengurangi nyeri pd kanker yg telah menyebar ke tulang
Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas b/d perubahan dlm status kesehatan, ancaman


kematian
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem
syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi
3.Defisiensi pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker,
efek kemotherapi, radiasi
striktur urethra
Gangg. urethra
urolithiasis
striktur urethra
a. Penyempitan lumen uretra karena fibrosis
pada dindingnya
b. Banyak pada pria daripada wanita. Krn : 1) pria
lebih panjang, 2) tekanan luar uretra, ex: tumor,
3) uretritis, BPH, penyakit seksual
c. Penyakit kambuhan, sehingga harus periksa
secara teratur .

dikatakan sembuh jika dlm observasi selama 1 tahun tdk ada


tanda2 kekambuhan
Etiologi striktur urethra
1. Infeksi
pemasangan kateter, uretritis, Gonococcus
2. Trauma uretra
pembedahan/tindakan yang melewati uretra
(kateterisasi, reseksi transuretra), trauma
selakangan (straddle injury), fraktur pelvis, keluar
batu secara spontan, trauma hubungan
intim/melahirkan
3. Kelainan bawaan
Manifestasi klinis striktur urethra
1. Sulit berkemih, harus mengejan, nyeri
2. pancaran air kencing yang kecil, bercabang menetes
atau berhenti sama sekali
3. Pembengkakan di perineum, skrotum sampai timbul
bercak darah
4. Meatus sempit, teraba spongiofibrosis
5. Kandung kemih teraba penuh
6. Hematuri
7. Nyeri di bawah pelvis
8. Bila disertai infeksi : urin keruh , febris
9. Riw. adanya trauma, infeksi sal kencing atau kateterisasi/
op. prostat perlu di tanyakan.
Patofisiologi
Proses radang krn trauma atau infeksi

Fibrosis

Sikatrik

Striktur

Hambatan aliran urin

Hambatan aliran sperma


Derajat penyempitan striktur urethra

1. Ringan : oklusi terjadi


< 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang : oklusi terjadi
1/3 – 1/2 diameter lumen uretra
3. Berat : oklusi terjadi
< 1/2 diameter lumen uretra
dan teraba spongiofibrosis
Pemeriksaan
1. Anamnesis yang lengkap (uretritis, trauma dengan kerusakan pada
panggul, straddle injury, instrumentasi pada uretra, penggunaan
kateter uretra, kelainan sejak lahir)
2. Inspeksi: meatus eksternus sempit,pembengkakan serta fistula di
daerah penis,skrotum,perineum, suprapubik.
3. Palpasi: teraba jaringan parut sepanjang perjalanan uretra anterior;
pada bagian ventral penis, muara fistula bila dipijit mengeluarkan
getah/nanah
4. Rectal toucher (colok dubur)
5. Uroflometri
6. Ureterografi
7. Ureteroskopi
8. IVP (intra vena pielografi) dan USG jika dicurigai mulai gangg. prostat
Komplikasi
Retensi urin/stasis urin ISK (prostatitis/sistitis)
divertikel uretra/buli abses peri uretra fistel
uretro-kutan karsinoma uretra.
Penatalaksanaan
1. Businasi (dilatasi urethra)

2. Uretrotomi interna (pemotongan jaringan sikatriks uretra)


3. Uretrotomi eksterna (pemotongan jaringan fibrosis, kemudian
anastomosis dgn jaringan uretra yang masih sehat).
urolithiasis
 Definisi : adanya batu pada traktus urinarius. Disebut juga
nephrolithiasis, urolithiasis or renal calculi.

Location of Renal stones


Etiologi & faktor resiko
1. Genetik
2. Umur (paling sering didapatkan pada usia 30–50 tahun)
3 Jenis kelamin
jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.
4. Gangg. saluran kemih (striktur meatus, hipertrofi prostate,
dll)
5. Gangg. metabolisme (mis : hiperparatiroidisme,,
hiperkalsiuria, hiperkalsemia)
6. Infeksi saluran kemih
7. Konsumsi vit C >> hyperoxaluria
8. Obat (mis : antasida, aspirin dosis tinggi)
9. Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
10.Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.
11. Statis urin
12. Autosomal resesif (mis : pd cystinuria )
13.Periode imobilitas (drainase renal yg lambat &
perubahan metabolisme Ca)
14.Hiperkalsemia & hiperkalsuria
disebabkan o/ :
hiperparatiroidisme, malignansi, asidosis tubular
renal (ginjal tdk mampu ekskresi as.urat), vit D>>,
peny mieloproliferatif (leukimia, polisitemia ,
mieloma multipel proliferasi abnormal SDM),
peny granulomatosa (TBC) produksi vit D >>.
15.Asam urat
16.Congenital kidney defect
17.Hypertension hipernatremia
18.Pola makan (rendah serat & protein nabati, tinggi
lemak, diet banyak purin, oksalat, dan kalsium)
Pembentukan batu
Jenis batu pembentukan

Asam urat Terjadi bila kadar asam urat sangat tinggi.


asam urat tdk bisa dipecah & memicu
pembentukan batu

Batu struvite Bakteri dlm tractus urinarius melepaskan zat


kimia yg dpt menetralisir keasaman urin, shg
bakteri tumbuh cepat & memicu
pembentukan batu

Batu cystine Cystine adl suatu asam amino. dpt terjadi krn
kongenital
Jenis batu pembentukan
Batu kalsium Penyebab : tingginya kadar kalsium urin
(hypercalciuria).
Rendahnya kadar citrat, tinggi oksalat & asam
Calcium oxalate monohydrates urat, ketidakadekuatan vol urin dpt memicu
pembentukan batu jenis ini

Calcium oxalate dihydrates


Manifestasi Klinis

 pada posisi atau letak batu, besar batu, &


penyulit/komplikasi
Lokasi batu Gejala
Piala ginjal Nyeri kostovebral, hematuria, kolik renal
(ditandai dgn nyeri mendadak, mual,
muntal, diare, ketidaknyamanan
abdomen)
ureter Kolik ureter (nyeri yg luar biasa, akut,
menyebar ke paha & genital, hematuria,
frekuensi urin sedikit, dan saat pasien
kencing bisa keluar batu secara spontan
dgn ukuran 0,5-1 cm)
Kandung kemih Retensi urin, hematuria, demam, disuria
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan urin
leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal
pembentuk batu
2. Faal ginjal
3. Elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya
batu saluran kemih
4. IVP
5. USG
Penatalaksanaan

1. Pengurangan nyeri
2. ESWL (lithotripsi gelombang
kejut ekstrakorporeal)
3. Operasi (dilakukan pd 1-2% pasien)
4. Pelarutan batu
dgn infus cairan kemolitik
5. Terapi nutrisi & medikasi
a. perbanyak cairan (+ 8 gls/hari)
b. batasi makanan yg dpt memicu timbulnya batu renal
mis : batu urat (diet rendah purin, obat allopurinol)
batu oksalat (batasi masukan oksalat/kacang, seledri,
coklat, teh, kopi, kacang tanah)
Komplikasi

1. Obstruksi : Hidroureter, hidronefrosis


2. Infeksi : Sistitis, pionefrosis,urosepsis
3. Gagal ginjal akut dan kronis
Diagnosa Keperawatan Striktur
urethra & urolithiasis
1. Gangguan Pola Eliminasi Urin
2. Nyeri akut
3. Resiko Infeksi
4. Perubahan Pola seksualitas (utk striktur urethra)
Normal BPH

BLADDER

Hypertrophied
detrusor muscle
PROSTATE

URETHRA Obstructed
urinary flow
Roehrborn CG, McConnell JD. In: Walsh PC et al, eds. Campbell’s Urology. 8th ed. Philadelphia, Pa: Saunders; 2002:1297-1336.
Definisi BPH

 Adl pembesaran progresif dari kelenjar prostat yg


dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan
urine (urethra).
 Mulai ditemukan pada umur kira-kira 50 tahun &
frekuensinya meningkat dgn pertambahan umur.
 Fungsi kel prostat :
a. mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi
dua pertiga bagian dari air mani.
b. membantu mengontrol pembuangan air kecil
Etiologi

Penyebab pasti tdk diketahui :

Ada beberapa hipotesis :


1. Teori hormonal
a. pertambahan usia perubahan keseimbangan hormonal
(testosteron & estrogen) jml testosteron turun &
dikonversi jd estrogen dgn bantuan enzim aromatase
sifat estrogen adl merangsang terjadinya hiperplasia pada
stroma.
b. Pertambahan usia menurunkan sekresi androgen yg
berfungsi mengontrol pertumbuhan prostat. Sbg gantinya
gonadotropin merangsang produksi estrogen o/ sel sertoli.
2. Teori growth factor (faktor pertumbuhan)
growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat.
3. Peningkatan lama hidup sel-sel prostat krn berkuramgnya
sel yg mati
4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
terjadinya proliferasi abnormal sel stem shg menyebabkan
produksi sel stroma & sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
5. Teori DHT
testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase
menjadi 5 dyhidro testosteron, kemudian bertemu dgn
reseptor sitoplasma menjadi “hormone receptor
complex” mengalami transformasi reseptor jd
“nuclear receptor” masuk ke dalm inti melekat pd
chromatin menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini
akan menyebabkan sintese protein terjadinya
pertumbuhan kelenjar prostat.
Patofisiologi
Proses aging & peningkatan
hormon DHT
Proses penyakit,
Hiperplasia kel. prostat penatalaksanaan

Menyumbat kolum vesikal Peningkatan resistensi leher k.kemih

Otot detrusor melemah


mk : nyeri akut

Pengosongan urin inkomplit

mk: Retensi urin Pertumbuhan bakteri akibat retensi urin

mk: Resiko Infeksi sal. kemih


38 KMB-II
Manifestasi Klinis

1. Gejala iritatif :
a. sering miksi ( frekuensi ),
b. terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia)

Krn pengosongan tdk lengkap, tonus spingter dan uretra


berkurang selama tidur.
c. perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi)
d. nyeri pada saat miksi ( disuria ).
2. Gejala obstruktif :
a. pancaran kencing melemah
b. rasa tidak puas sehabis miksi/kencing
c. kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy)

krn detrusor membutuhkan waktu yg lama utk dpt


melawan resistensi uretra.
d. harus mengedan (training)
e. kencing terputus-putus (intermittency)

detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sanpai


akhir miksi
f. waktu miksi memanjang yg akhirnya menjadi retensio
urine & inkontinensia karena overflow
Derajat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) :

1. Stadium I
ada obstruksi tp kandung kemih msh mampu mengeluarkan
urin sampai habis.
2. Stadium II
ada retensi urin tp kandung kemih mampu mengeluarkan urin
walau tdk sampai habis, msh tersisa kira2 60-150 cc. disuria &
nocturia.
3. Stadium III
setiap BAK urin tersisa kira2 150 cc.
4. Stadium IV
retensi urin total, kandung kemih penuh, pasien tampak
kesakitan, urin menetes secara periodik (over flow inkontinen)
Pemeriksaan
1. Anamnesis
Keluhan, riwayat penyakit lain & penyakit pada saluran urogenitalia,
riwayat kesehatan secara umum & keadaan fungsi seksual.
2. Catatan harian miksi (voiding diaresis)
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik (buli-
buli penuh/kosong )
b. Palpasi supra pubik
c. Perkusi : kandung kemih penuh redup.
d. Colok dubur/digital rectal examination (DRE)

Prostat normal prostat Hiperplasia, prostat Karsinoma,


ada pendorongan prostat kearah rektum teraba nodul keras
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisis
leukosituria & hematuria (+) komplikasi.
b. Fungsi ginjal
c. PSA (Prostat Specific Antigen)
utk meramalkan perjalanan peny BPH. Kadar PSA tinggi
: pertumbuhan volume prostat lebih cepat, keluhan
akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan lebih
mudah terjadinya retensi urine akut.
5. USG (ultrasonografi)
6. Uroflometri (pencatatan ttg pancaran urine selama
proses miksi secara elektronik.)
Komplikasi
1. Urinary traktus infection
2. Retensi urin akut
3. Obstruksi dengan dilatasi uretra, hydronefrosis dan gangguan
fungsi ginjal.

Bila operasi bisa terjadi :


1. Impotensi (kerusakan nervus pudenden)
2. Hemoragic pasca bedah
3. Fistula
4. Striktur pasca bedah
5. Inkontinensia urin
Penatalaksanaan

IPPS 9-18 IPPS >18

TUIP = transurethral incision of prostate


TUMT = transurethral microwave thermotherapy
TUNA = transurethral needle ablation
TURP = transurethral resection of prostate
1. Watchful waiting
a. tdk mendapatkan terapi apapun tetapi perkem-bangan
penyakitnya tetap diawasi oleh dokter. Px disarankan
menghindari hal2 yg dpt memperburuk keadaan :
 tdk minum alkohol/kopi
 Kurangi konsumsi makanan/minuman yg menyebabkan
iritasi pada buli-buli (mis : kopi/cokelat)
 batasi penggunaan obat2 influenza ygmengandung
fenilpropanolamin
 Kurangi makanan pedas/asin
 Jgn terlalu lama menahan kencing
b. Dilakukan bila skor IPPS < 8
c. pasien kontrol tiap 6 bln, bila memburuk ganti terapi lain
a. Skor 0 – 7 : bergejala ringan
b. Skor 8 –19 : bergejala sedang
c. Skor 20 -35: bergejala berat
2. Schematic of TUNA Procedure

Creation of a Lesion Completed Procedure


with 8 Lesions
3. Transurethral Microwave Therapy

 Microwave energy causes


tissue necrosis
 Cooling channels in
catheter cool urethra
4. Prosedur TURP
Hal2 Yg harus diperhatikan post TURP

1. Drainase urine, meliputi : kelancaran, warna, jumlah,


cloting/bekuan.
2. Cairan adekuat ( 3 liter/hari)
3. Komplikasi jangka pendek : perdarahan, infeksi, hiponatremi ,
retensi krn bekuan darah. komplikasi jangka panjang : striktur
uretra, ejakulasi retrograd (50-90 % ), impotensi.
Sindroma TUR-P ditandai dgn : gelisah, kesadaran somnolen,
TD meningkat, bradikardi.

Jk tdk segera diatasi px bisa meninggal.


4. Setelah TUR-P, dipasang kateter foley 3 saluran.
fungsinya utk irigasi agar tdk ada bekuan darah yg
menyumbat aliran urine. Irigasi kandung kemih
dihentikan setelah 2 jam bila tidak keluar lagi bekuan
darah . Kateter biasanya 3-5 hari setelah operasi.
Tips Hidup Sehat agar terhindar dari BPH :

a. Berolah raga secara teratur


b. Pertahankan berat badan ideal
c. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
d. Berhenti merokok
e. Minum air putih minimal delapan gelas sehari
f. Mengurangi konsumsi daging dan lemak hewan, karena
kandungan lemaknya dapat meningkatkan resiko
berbagai penyakit
g. Banyak mengkonsumsi sayur-sayuran & buah-buahan
khususnya yg mengandung antioksidan tinggi
Diagnosa kep

pre op :
a. Retensi urin b/d obstruksi, pembesaran kelenjar prostat
b. Nyeri akut b/d distensi blader
c. Ansietas b/d perubahan dlm status kesehatan
d. Defisiensi pengetahuan b/d tdk familier dgn sumber informasi

Post op :
a. Nyeri akut b/d agens cedera fisik (post op)
b. Resiko infeksi b/d prosedur invasif
c. Resiko cedera b/d prosedur invasif, profil darah abnormal (penurunan
hemoglobin)
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Retensi urin Void in 1. Encourage client to void every 2
b/d sufficient to 4 hours and when urge is
obstruksi, amounts noted
pembesaran with no 2. Observe urinary stream, noting
kelenjar palpable size and force
prostat bladder 3. Percuss and palpate suprapubic
distent. area.
4. Encourage oral fluids up to 2000
ml per day
5. Monitor vital signs closely and
Observe for Hypertension and
Edema
6. Administer medications, as
indicated
7. Catheterize for residual urine and
leave indwelling catheter, as
indicated.
8. Monitor laboratory studies:
Creatinin and Electrolytes

Anda mungkin juga menyukai