Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MANAJEMEN HIPERTENSI PADA KELUARGA NY. I DENGAN


HIPERTENSI RW 3 DESA DAWUHAN WETAN KECAMATAN
KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
RIFA RIVIANI
I4B015030

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Hipertensi
Pokok bahasan

: Penyakit Hipertensi

Sub pokok bahasan

: Pengertian hipertensi, penyebab, tanda gejala,


penatalaksanaan

Penyuluh

: Rifa Riviani, S.Kep

Hari/tanggal

: Jumat, 4 November 2016

Waktu

: 25 menit

Tempat

: Di Rumah Ny.I RW 3

Sasaran

: Ny.N

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )
Pasien dapat memahami tentang Hipertensi
2. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )
a. Klien mengetahui pengertian Hipertensi
b. Klien mengetahui Kategori Hipertensi
c. Klien mengetahui faktor penyebab dari Hipertensi
d. Klien mengetahui beberapa gejala Hipertensi
e. Klien memahami penatalksanaan Hipertensi
B. Pokok materi
a. Pengertian Hipertensi
b. Kategori Hipertensi
c. faktor penyebab dari Hipertensi
d. Tanda dan gejala dari Hipertensi
e. Penatalaksanaan Hipertensi
C. Media
Booklet, lembar balik
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Setting Tempat

Keterangan
= Penyaji
= Klien

F. Pelaksanaan
N

Kegiatan Penyuluh

Waktu

o
1

Pembukaan

5 menit

a.
b.
c.
d.
2

Kegiatan Peserta

a. Mengucapkan salam
b. Memperatikan
c. Memperhatikan

Memberi salam
Menjelaskan pokok bahasan
Menjelaskan tujuan
Memberi
pertanyaan

d. Menjawab pertanyaan

apersepsi
Kegiatan Inti

15

a. Memberikan penjelasan

menit

a. Memperhatikan

mengenai pengertian
hipertensi, penyebab, tanda

b. Bertanya

gejala, komplikasi,
c. Memperhatikan

pencegahan, dan diet.


b. Memberi kesempatan untuk
bertanya
c. Menjawab pertanyaan
3

peserta
Penutup
a. Menyimpulkan materi
penyuluhan bersama
peserta.
b. Memberikan evaluasi

5 menit
a. Memperhatikan
b. Memperhatikan
c. Menjawab salam

secara lisan
c. Memberikan salam
penutup.
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Kesiapan SAP
b. Kesiapan media
c. Klien ikut dalam kegiatan penyuluhan.
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rumah Ny.I di Rt RW 3
Desa Dawuhan Wetan
2. Evaluasi proses:
a. Klien antusias terhadap materi penyuluhan.

b. Klien terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi)


c. Waktu sesuai dalam SAP
3. Evaluasi hasil:
Klien mengetahui tentang :
a.
b.
c.
d.

Pengertian Hipertensi
Faktor penyebab dari Hipertensi
Tanda dan gejala dari Hipertensi
Penatalaksanaan Hipertensi

Lampiran
HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor resiko
(Wijaya & Putri, 2013). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Baradero et al., 2008).
2. Macam-macam
Klasifikasi

Tekanan

Tekanan Darah

Sistol

(mmHg)
Normal Hipertensi < 120
120-139
ringan Hipertensi
140-159
sedang Hipertensi 160
berat
(JNC VII dalam NIH, 2003)
3. Faktor penyebab

Darah dan/ atau

Tekanan
Diastol

Dan
Atau
Atau
Atau

(mmHg)
< 80
80-89
90-99
100

Darah

Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor resiko yang
tidak
dapat dikontrol dan faktor resiko yang dapat dikontrol. Beberapa faktor
resiko
yang tidak dapat dikontrol yaitu:
d. Uumur Risiko terkena hipertensi lebih besar dengan bertambahnya
umur seseorang. Tekanan darah meningkat dengan bertambahnya umur
karena adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan
hormon. Pembuluh darah arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya

seiring

dengan

bertambahnya

umur

sehingga

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.


e. Jenis kelamin Terutama pria, kejadian hipertensi lebih banyak
ditemukan pada pria dibandingkan wanita usia premenopause. Hal ini
dikarenakan wanita premenopause akan dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). HDL yang tinggi akan melindungi dan mencegah
terjadinya proses arterosklerosis. Estrogen juga berperan penting
mampu menurunkan tekanan darah pada wanita premenopause.
f. Faktor genetik atau keturunan. Faktor genetik memengaruhi 20 sampai
55 % kasus hipertensi. ini dapat secara langsung mengatur ekskresi Na
ginjal atau dapat memodifikasi respon tekanan darah terhadap
perubahan natrium tubuh. Namun, interaksi genetik ini sangat
kompleks dan mungkin berbeda-beda pada masing-masing pasien
(Barlassina, Lanzani, Manunta, & Bianchi, 2002). Selain itu,
Hipertensi lebih banyak ditemukan pada kembar monozigot (satu sel
telur) daripada dizigot (Kouremenos et al., 2014).
Faktor resiko yang dapat dikontrol diantaranya :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
4. Gejala
Gejala

Obesitas
Stres
Merokok
Konsumsi garam berlebih
Konsumsi lemak jenuh
Konsumsi minuman beralkohol,
Dan kurang latihan (aktivitas fisik).
atau manifestasi klinis hipertensi timbul setelah bertahun-tahun.

Adapun manifestasi klinis hipertensi diantaranya:

a. Nyeri kepala / pusing


b. kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat tekanan di
c.
d.
e.
f.

intrakranium
penglihatan kabur
gelisah
kelelahan
nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
serta edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin,
2007).

Selain itu Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya


gejala. Pendapat lain menyatakan bahwa gejala hipertensi dapat berupa
sakit kepala, epistaksis,telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar
tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, Triyanti, Syafitri,
Wardhani, & Setiowulan, 2001).
5. Komplikasi
Efek panjang dari hipertensi menimbulkan beberapa komplikasi yaitu
a. Infark miokard
b. gagal jantung,
c. stroke,
d. gagal ginjal,
e. gangguan mata (Corwin, 2007).
6 Penatalaksanaan
Berdasarkan JNC VII 2003 penatalaksanaan hipertensi mencakup
penatalaksanaan farmakologi (medikasi) dan nonfarmakologi (pengubahan
gaya hidup) (Bell et al., 2015).
Cara Penanganan dan Perawatan Hipertensi
a. Cara penanganan hipertensi
8) Berobat/memeriksa diri secara teratur
9) Minum obat secara teratur
10) Jangan menghentikan konsumsi obat, mengubah dan menambah
dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter
11) Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat
untuk penyakit lain karena ada jenis obat yang dapat
meningkatkan dan memperbutuk hipertensi.
b. Cara perawatan dan pencegahan hipertensi
1) Usahakan untuk memeprtahankan berat badan yang seimbang
dengan mencegah kegemukan
2) Batasi pemakaian garam (Sodium)
3) Tidak merokok

4) Memperhatikan diet dengan memperbanyak makan buah dan


sayuran dan membatasi minuman beralkohol
5) Hindari minum kopi berlebihan
6) Periksa tekanan darah secara teratur terutama jika usi sudah
mencapai 40 tahun
Penatalaksanaan nonfarmakologi hipertensi dilakukan dengan modifikasi
atau pengubahan gaya hidup. Lima modifikasi gaya hidup yang
direkomendasikan oleh JNC VII 2003 yaitu:
a. Mengurangi intake natriumdan garam
b. Meningkatkan latihan,
c. Membatasikonsumsi alkohol
d. Pengaturan diet yang disesuaikan
e. Menjaga keseimbangan berat badan

normal

(Wexler

&

Aukerman,2006).
Prinsip Diet Bagi Penderita Hipertensi
a.
b.
c.
d.

Makanan yang beraneka ragam dan gizi yang seimbang


Jenis makanan disesuaikan
Jumlah garam dibatasi (tidak lebih dari - sendok teh perhari)
Konsumsi sayuran dan buah-buahan segar

Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi


Bahan Makanan
Sumber Karbohidrat

Dianjurkan
Beras, kentang, singkong,

Tidak Dianjurkan
Makanan yang diolah dari

terigu, tapioka, gula,

sumberhidrat arang dengan

makanan yang diolah dari

penambahangaram dapur,

bahan makanan tersebut

baking powder atau

tanpa garam dapur atau soda

soda kue seperti roti, biskuit,


mie,bihun, makaroni, kue

Sumber protein hewani

kering.
Daging, ayam dan ikan, telur Otak, ginjal, lidah, sarden,
maksimal 1 butir sehari, dagingberlemak,

ikan

asin,

susu

makanankalengan, telur asin,

maksimal 200 ml sehari

daging asap,sosis, ham, bacon,


dendeng, abon,keju, kornet, ebi

Sumber protein nabati

atau udang kering


Semua kacang-kacangan dan Kacang tanah, dan
hasilnya yang diolah tanpa

semua

kacangkacanganyang dimasak

Sayuran

garam dapur.

dengangaram

atau

Semua sayuran segar

natrium berlebih.
Sayuran
yang

bahan

diawetkan

dengangaram dapur dan ikatan


natriumlainnya, seperti sayuran
dalamkaleng, sawi asin, asinan
Semua buah-buahan segar,

dan acar.
Buah-buahan yang diawetkan

buah yang diawetkan tanpa

dengangaram

garam dapur dan natrium

sumber

Lemak

Minyak goreng, margarine,

buah dalam kaleng.


Margarine dan mentega biasa.

Minuman

dan mentega tanpa garam.


Teh, jus buah, jus sayuran,

Minuman

Buah-buahan

Bumbu-bumbu

air putih.
Semua

dapur

natriumlain,

ringan

dan
seperti

(soda),

coklat, kafein (kopi), alkohol


bumbu-bumbu Garam dapur, baking powder,

kering

sodakue, vetsin dan bumbu-

yang tidak mengandung

bumbu

garam dapur dan sumber

garam

natrium lain

terasi,

yangmengandung
dapur

seperti,kecap,

kaldu

balok,

kaldububuk, saus tomat, petis


dan tauco.
(Asosiasi Dietsien Indonesia, 2006)
Jenis-jenis terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
mengatasi hipertensi:
a. Konsumsi Jus belimbing
Menurut Sari (2011) suatu makanan yang sehat untuk jantung dan pembuluh
darah apabila mengandung kalium dengan natrium minimal 5:1. Buah
belimbing mengandung kalium:natrium dengan perbandingan 66:1, sehingga
sangat bagus untuk hipertensi. jika natrium meningkatkan darah, maka kalium
bertugas untuk menurunkan tekanan darah. Cara pembuatan jus belimbing
yaitu:
Bahan :
1. 100 gr buah belimbing
2. 3 sendok makan air jeruk nipis
3. 1/2 gelas air matang

4. 3/4 gelas es serut


Cara membuat :
1. Potong kecil-kecil buah belimbing yang telah dicuci bersih
2. Campurkan belimbing tersebut dengan bahan-bahan lainnya, kemudian
haluskan dengan blender
3. Hidangkan segera selagi masih dingin
b. Konsumsi jus mentimun
Pengaruh kandungan mentimun terhadap tekanan darah terlihat jelas dalam
peranan kalium, kalsium, dan magnesium terhadap pompa kalium natrium.
Kalium berperan dalam menjaga kestabilan elektrolit tubuh melalui pompa
kalium-natrium. Kurangnya kadar kalium dalam darah akan mengganggu
rasio kalium-natrium sehingga kadar natrium akan meningkat.Hal ini dapat
menyebabkan pengendapan kalsium pada persendian dan tulang belakang
yang meningkatkan kadar air tubuh sehingga meningkatkan beban kerja
jantung dan pengumpalan natrium dalam pembuluh darah. Akibatnya dinding
pembuluh darah dapat terkikis dan terkelupas yang pada akhirnya menyumbat
aliran darah sehingga meningkatkan risiko hipertensi (Kharisna, D., Wan N.
D., dan Widia Lestari, 2012).
Cara membuat jus mentimun yaitu :
Bahan :
1. 200 gram mentimun
2. 2 sendok makan air jeruk lemon
3. 4 sendok makan gula pasir halus
4. es batu secukupnya
cara membuat:
1. Potong-potong mentimun, masukan dalam blendertambahkan jeruk lemon,
gula pasir dan es batu
2. Tuangkan ke dalam gelas
3. Jus siap dihidangkan
c. Terapi rendam air hangat
Hidrotherapy disinyalir dapat menurunkan tekanan darah jika digunakan
secara rutin. Jenis hidrotherapy antara lain adalah mandi air hangat,
mengompres, menggunakan uap air dan merendam kaki dengan air hangat.
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama
berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi
darah menjadi lancar yang ke dua adalah faktor pembebanan didalam air yang
akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.
(Lalage, 2015). Rendam air hangat bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah

sehingga diharapkan dapat mengurangi tekanan darah (Umah, 2014). Rendam


air hangat sudah banyak dibuktikan dapt menurunkan tekanan darah sehingga
banyak penderita tidak meminum obat lagi, tetapi belum banyak penelitian
tentang efektivitas terapi tersebut dibandingkan dengan menggunakan obat
anti hipertensi (Ikafah, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Aslani, Marilyn. (2003). Teknik Pijat untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Asosiasi Dietsien Indonesia. (2006). Penuntun diet. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Baradero, M., Dayrit, M., & Siswadi, Y. (2008). Klien gangguan kardiovaskuler: Seri
asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Barlassina, C., Lanzani, C., Manunta, P., & Bianchi, G. (2002). Genetics of essential
hypertension: from families to genes. Journal of the American Society of
Nephrology, 13, 155-164.
Bell, K., Twiggs, J., & Olin, B. R. (2015). Hypertension: The silent killer, updated
JNC-8 guideline recommendations. Alabama Pharmacy Association.
Corwin, E. J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Ikafah. (2016). Perbedaan penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti
hipertensi dan terapi rendam air hangat di wilayah kerja puskesmas antara
tamalanrea makassar. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, makasar.
Kharisna, D., Wan N. D., dan Widia Lestari. (2012). Efektifitas konsumsi jus
mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru, Riau. Jurnal Ners
Indonesia, 2 (2).
Kouremenos, N., Zacharopoulou, I. V., Triantafyllidi, H., Zacharopoulos, G. V.,
Mornos, C., Filippatos, G., Lekakis, J., Kremastinos, D., Manolis, A. I., &
Gavras, H. (2014). Genes and genetic variations involved in the development
of hypertension: focusing on a greek patient cohort. Hellenic Journal of
Cardiology, 55, 9-16.

National Institute of Health (NIH). (2003). The seventh report of joint national
committee (jnc vii) on prevention, detection, evaluation and treatment of high
blood pressure. USA: Author
Sari, E. W. (2011). Pengaruh konsumsi belimbing manias dan madu terhadap
tekanan darah sistolik dan diatolik pada lansia penderita hipertensi di dusun
ngrenak kidul 10 godean sleman yogyakarta. (Skripsi). Program studi ilmu
keperawatan Sekolah tinggi ilmu kesehatam Aisyiyah, Yogyakarta.
Setyawati, T. (2015). Pengaruh pemijatan tungkai dan kaki dengan Aromaterapi
lavender terhadap penurunan Tekanan darah pada penderita hipertensi
Primer. Program Studi S1 Fisioterapi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Wexler, R. & Aukerman, G. (2006). Nonpharmacologic strategies for managing
hypertension. American Family Physicians, 73 (11), 1953-1956.
Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan medikal bedah (keperawatan
dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai