Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN AKHIR

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui


“Pada Ny.M Umur 29 P3A0 POSTPARTUM HARI KE-6”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan II
yang diampu oleh I Gusti Agung Ayu Novya Dewi,S.ST.,M.Kes

Oleh :
KOMANG SUKMAWATI
P07124018006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui Pada Ny.M Umur 29 Tahun P3A0
Postpartum Hari ke-6 tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan
kasus ini, penulis banyak mendapat saran, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.SiT.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Luh Putu Sri Erawati,S.Si.T.,MPH selaku Ketua Prodi D-III
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Komang Lindayani,SKM.,M.Keb selaku PMJK mata kuliah Praktik
Klinik Kebidanan II
4. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.SiT.,M.Kes selaku PMJK mata kuliah
Praktik Klinik Kebidanan II
5. I Gusti Agung Ayu Novya Dewi,S.ST.,M.Kes selaku dosen
pembimbing institusi praktik klinik kebidanan II
6. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral dan
material.
7. Serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat menambah wawasan
mahasiswa kebidanan dan pembaca tentang asuhan kebidanan
persalinan fisiologis. Penulis tetap terbuka untuk menerima segala bentuk
saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan mendukung demi
kesempurnaan laporan pendahuluan ini.

Denpasar, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus ................................... 4
D. Manfaat Penulisan Laporan ...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
A. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Menyusui ............................. 5
1. Konsep Dasar Masa Nifas .................................................... 5
2. Perubahan Fisiologi .............................................................. 7
3. Perubahan Psikologis ........................................................... 11
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masa Nifas ........................... 14
5. Tanda Bahaya Nifas.............................................................. 23
6. Standar Pelayanan Masa Nifas............................................. 24
7. Manajemen Laktasi ............................................................... 25
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN KASUS......................................................... 40
BAB V PENUTUP................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin
memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas
pelayanan dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan. Derajat
kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan
anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan
berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yaitu pada
masa nifas .
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung
dari setelah plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa
pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan kembali pulih seperti
semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan
kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu
(Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai
dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian
Kesehatan, 2014).
Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah
satunya yaitu timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu. Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon
estrogen dan progesterone yang merangsang kelenjar-kelenjar
payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting diberikan
kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa
menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman.
Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan ASI
pada bayi sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan karena
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung
zat-zat penting seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh

1
kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi risiko kematian pada bayi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2016).
Namun pada kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak
semua menyusui bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan
dan sikap ibu, sedangkan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan
keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah,
gencarnya promosi susu formula (Hanifah, Astuti, & Susanti, 2017).
Kondisi ini menyebabkan penundaan pemberian ASI, Penundaan
pemberian ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya
penumpukan ASI dalam payudara, sehingga menimbulkan
pembengkakan. Pembengkakan payudara berdampak pada psikologis
ibu seperti rasa sakit, cemas karena tidak dapat menyusui. Kondisi ini
akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu yaitu ibu akan merasa
tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang berdampak pada
semakin menurunnya produksi ASI (Deswani, Gustina, & Rochimah,
2014).
Dampak Ketidakmampuan ibu nifas dalam pemberian cakupan
ASI yang cukup bagi bayi berdampak pada proses pertumbuhan bayi
karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman
dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi risiko kematian pada bayi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2016).
Agar tidak terjadi masalah pada masa laktasi seperti produksi
ASI yang kurang, bendungan ASI, puting susu lecet yang akan
berdampak pada cakupan pemberian ASI pada bayi, dan agar
mengurangi resiko kematian pada bayi, maka ibu harus dibekali dengan
pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI cara memperbanyak
produksi ASI dls. Pengetahuan tentang pemberian ASI ini bertujuan
untuk meningkatkan kesiapan ibu tentang pemberian ASI dan

2
meminimalkan resiko kejadian bendungan ASI pada ibu dan
angka kematian bayi. Memperbanyak produksi ASI dengan pijat
oksitosin efektif membantu untuk melancarkan dan memperbanyak
produksi ASI. Maka dari itu dibutuhkanlah peran tenaga kesehatan
untuk memberikan dukungan berupa informasi tentang pentingnya
kesiapan ibu dalam pemberian ASI membimbing teknik pemijatan
oksitosin, karena semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif,
maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan
ASI eksklusif (Aprilia, 2012). Selain hal tersebut teknik menyusui juga
berperan penting terhadap proses laktasi, hal ini dikarenakan apabila
teknik menyusui yang salah akan menimbulkan berbagai masalah
seperti puting susu lecet, jika ini terjadi akan berdampak ibu mengalami
nyeri saat menyusui sehingga ibu akan enggan untuk menyusui
bayinya.
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji,
menganalisis,dan memberikan penatalaksanaan pada ibu nifas Ny. M
umur 29 tahun P3A0 6 hari postpartum yang mengalami masalah
produksi ASI yang sedikit. Mengingat angka kejadian ibu nifas yang
mengalami keluhan produksi ASI sedikit masih cukup tinggi dan apabila
ini tidak ditangani dengan baik, maka akan berdampak pada ibu itu
sendiri serta bayinya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini, yaitu:
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan asuhan
kebidanan ibu nifas dan menyusui pada kasus produksi ASI yang
sedikit dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai
dengan wewenang bidan.
2. Tujuan Khusus

3
a. Mahasiswa mampu mengindentifikasi data subjektif pada
asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui.
b. Mahasiswa mampu mengindetifikasi data objektif pada asuhan
kebidanan ibu nifas dan menyusui.
c. Mahasiswa mampu menganalisis diagnosa dan masalah pada
kasus kebidanan ibu nifas dan menyusui.
d. Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanaan pada ibu
nifas dan menyusui.
e. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi asuhan kebidanan
ibu nifas dan menyusui.
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Tanggal 09 Oktober 2019 / 08.00 Wita, PMB Bidan Kariasih Jln Nangka
Selatan.
D. Manfaat Penulisan Laporan Kasus
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
sekaligu penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama di akademik, serta menambah wawasan dalam penerapan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan produksi ASI yang sedikit
2. Bagi Praktik Mandiri Bidan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi bidan untuk
memberikan kualitas pelayanan dalam menangani kasus khususnya
yang berkaitan dengan putting susu lecet sehingga dapat
memberikan pelayanan yang actual, baik dan komprehensif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan akhir ini dapat menjadi referensi bagi institusi
pendidikan mengenai penerapan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan produksi ASI yang sedikit.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui


1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung
selama lebih kurang 6 minggu. Masa nifas adalah masa segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu (42 hari) selama masa ini,
saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal
Jadi, masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat
kandungan sesudah persalinan yangmana dimulai sejak
keluarnya plasenta dan akan berakhir setelah alat-alat tersebut
kembali pada keaadaan semula (6 Minggu). (Saifuddin,2009)
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan
mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa
nifas, tujuan diberikannya asuhan masa nifas antara lain :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan
keluarga sangat pentin, dengan pemberian nutrisi, dukungan
psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh)
dimana bidan harus melakukan manajemen manajemen
asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis
yaitu mulai pengajian data subjektif, objektif maupun
penunjang
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan
harus menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan

5
masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada
ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka
bidan dapat langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga
tujuan di atas dapat dilaksanakan.
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana.
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
1) Memberi dukungan yang trus-menerus selama masa nifas
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
persalinan dan nifas.
2) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi
secara fisik dan psikologis.
3) Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman.
4) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
5) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
6) Mendeteksi komplikasi dan perlunya dirujuk.
7) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah pendarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang
aman.
8) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

6
serta menjegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan
dengan memnuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
d. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian
selama proses persalinan di lalui oleh seorang wanita, beberapa
tahapan masa nifas yang harus di fahami oleh seorang bidan
antara lain:
1) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat
genital yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki
komplikasi. (Saifuddin,2009)
2. Perubahan Fisiologis
a. Perubahan Pada Uterus
1) Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan proses uterus kembali kekondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-
otot polos uterus (Bobak, Lowdermilk, Jensen,dkk.,2005).
Proses uterus dijabarkan sebagai berikut :
a) Autolysis
Proses penghancuran diri sendiri dan perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi secara berlebih yang
terjadi di dalam otot uteri, enzim yang membantu yaitu
enzim proteolitik yang akan memperpendek jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga sepuluh kali
panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan
b) Atrofi Jaringan

7
Terjadinya sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi esterogen terhadap pelepasan plasenta, selain
itu lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan
beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
c) Efek Oksitosin
Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, dan retraksi
otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus, proses
ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Involusi
uterus dari luar dapat diamati yaiti dengan memeriksa
tinggi fundus uteri.
Tabel 1
Perubahan Normal Uterus Selama Postpartum
Involusi Berat Diameter
TFU
Uterus Uterus Uterus
Plasenta
Setinggi pusat 1.000 gram 12,5 cm
lahir
Pertengahan
7 hari 500 gram 7,5 cm
pusat simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

2) Lokia (Lokhea)
Menurut Wiknjosastro (2005), Pengeluaran lokia
sebagai peluruhan jaringan desidua yang menyebabkan
keluarnya secret vagina dalam jumlah bervariasi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
a) Lokia rubra, timbul pada hari pertama sampai dua hari
postpartum, berisi darah segar bercampur sel desidua,

8
verniks kaseosa, lanugo, sisa meconium, sisa selaput
ketuban dan sisa darah.
b) Lokia sanguinolenta, timbul pada hari ketiga sampai tujuh
hari postpartum, berupa sisa darah bercampur lendir.
c) Lokia serosa, cairan berwarna agak kuning berisi leukosit
dan robekan laserasi plasenta, timbul setelah satu minggu
postpartum
d) Lokia alba, timbu setelah dua minggu postpartum dan
hanya merupakan cairan putih
b. Perubahan Pada Serviks
Serviks berubah menjadi lunak 18 jam setelah ibu
melahirkan. Setelah memendek dan konsistensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Muara serviks akan
berdilatasi 10 m sewaktu melahirkan dan menutup secara
bertahap. Dua jari mungkin akan dimasukan kedalam muara
serviks pada hari kedua sampai keenam melahirkan (Bobak,
Lowdermilk, Jensen, dkk.,2005)
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.
Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua
organ ini tetap dalm keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol. (Bobak, Lowdermilk,
Jensen, dkk.,2005)
d. Perineum
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil. (Bobak, Lowdermilk, Jensen,
dkk.,2005)

9
e. Perubahan Sistem Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah
16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya
pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
f. Perubahan Sistem Pencernaan
Penurunan tonus dan motilitas otot taktus cerna cukup
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesi dapat menyebabkan
terhambatnya tonus dan otilitas ke keadaan normal (Bobak,
Lowdermilk, Jensen, dkk., 2005)
g. Perubahan Sistem Endokrin
1) Hormon Pituitari
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
2) Hipotalamik Pituitari Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
estrogen dan progesteron.
3) Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang

10
meningkat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI (Nugroho, Nurezzki, Warnaliza.,2014)
h. Perubahan system musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan.
Pembuluh darah berada di antra anyaman otot-otot uterus akan
terus terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen diafragma usus, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secar berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilitas secara
sempurna terjadi pada enam sampai delapan minggu setelah
persalinan. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar
panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan senam nifas atau
senam kegel (Nugroho,Nurrezki,Wrnaliza.,2014)
3. Perubahan Psikologi
a. Adaptasi psikologi masa nifas
Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik yang
menyebabkan adanya perubahan ada psikis ibu. Menurut Reva
Rubin dan Sulistyawati (2009), terdapat tiga periode yaitu:
1) Taking in
Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu , focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalina berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu lebih cenderung menjadi
pasif terhadap lingkungannya
2) Taking hold
Yaitu fase/ periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ,ibu merasa khawatir akan
ketidak mampuannya dan rasa tanggungjawab untuk
merawat bayi.
3) Letting go

11
Yaitu fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai seorang ibu baru yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,merawat diri
dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan snagat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya
b. Bonding attachment
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan
perasaan areksi (kasih saying) oleh ibu kepada bayinya segera
setelah lahir sendangkan attachment adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Menurut Maternal
neonatal health. Bonding attachment adalah kontak dini secara
lngsung natara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai
pada kala III sampai dengan postpartum.Prakondisi yang
mempengaruhi ikatan yaitu:
1) kesehatan emosional orang tua
2) Sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup, teman
dan keluarga
3) Suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam
member asuhan yang kompeten
4) Kedekatan orang tua dengan bayi
5) Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen,
dan jenis kelamin) (Saifuddin,2009)
c. Sibling rivalry
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak
tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11
tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah
terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar
anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love
hate relationship.

12
1) Penyebabnya :
a) Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi
mereka sehingga ingin menunjukkan pada saudara
mereka
b) Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan
mau mendengarkan dari orang tua mereka
c) Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka
terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/
bayi,Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi
yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan
perhatian terhadap satu sama lain
d) Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih
sehingga memulai pertengkaran, Kemungkinan, anak
tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka
e) Dinamika keluarga dalam memainkan peran, Pemikiran
orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang
berlebihan dalam keluarga adalah normal
f) Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama
dengan anggota keluarga, Orang tua mengalami stres
dalam menjalani kehidupannya
g) Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya
h) Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani
konflik yang terjadi pada mereka.
2) Cara mengatasi sibling :
a) Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
b) Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
c) Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
d) Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada
bersaing antara satu sama lain.
e) Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika
konflik biasa terjadi.

13
f) Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk
mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
g) Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan
yang lain berbeda.
h) Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan
bagi semua orang.
i) Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup
dan kebebasan mereka sendiri.
j) Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali
saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
k) Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas
kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
l) Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.
m) Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat
anak.
n) Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik
dari perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan
anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling
bagus.
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Kebutuhan dasar ibu nifas harus mengarah pada
tercapainya kesehatan yang baik ( Kumalasari, 2015). Adapun
kebutuhan dasar pada ibu nifas diantaranya sebagai berikut:
a. Nutrisi dan Cairan Pada Seorang Ibu Menyusui
Dahulu biasa untuk membatasi diet wanita masa nifas yang
melahirkan pervaginam, tetapi sekarang diet umum yang
menarik dianjurkan. Kalau pada akhir 2 jam setelah melahirkan
setelah melahirkan per vaginam tidak ada kemungkinan
komplikasi yang memerlukan anestesi, pasien hendaknya
diberikan minum dan makan jika ia lapar dan haus.Sebaiknya

14
selama menyusui ibu tidak melakukan diet untuk menghilangkan
kelebihan berat badan. Konsumsi makanan dengan menu
seimbang, bergizi dan mengandung cukup kalori berguna untuk
produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan.
Jika ibu menyusui bayi,sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan
yang mengandung alkohol. Obat-obatan dikonsumsi sebatas
yang dianjurkan dan tidak berlebihan. Sebaiknya penggunaan
obat tradisional dan obat-obatan selain vitamin dikonsultasikan
dengan dokter/bidan.
Ibu menyusui harus:
1) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari. Jumlah
kalori yang dikonsumsi pada ibu menyusui mempengaruhi
kuantitas dari ASI yang diproduksi.Untuk menghasilkan
setiap 100 ml susu,ibu memerlukan asupan kalori
85 kalori.Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui
(ASI ekslusif) jumlah susu yang harus dihasilkan oleh ibu
sebanyak 750 ml setiap harinya.Dan mulai minggu kedua
susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml,jadi
tambahan jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu
adalah 510 kalori.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein,mineral,dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 1-
1,5 liter air setiap hari(anjurkan ibu untuk minum setelah
setiap kali selesai menyusui. Makanan yang dikonsumsi
haruslah makanan yang sehat, makanan yang sehat adalah
makanan dengan menu seimbang yaitu yang mengandung
unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pengatur dan
pelindung.
3) Sumber tenaga(energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh,
pembentukan jaringan baru serta penghematan protein (jika
sumber tenaga kurang proteindigunakan sebagai cadangan

15
untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi yang termasuk
sumber tenaga adalah, yaitu beras, sagu, jagung dan tepung
terigu, havermount dan ubi.
4) Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian
sel sel yang rusakdan mati. Protein dari makanan harus
diubah menjadi asam amino sebelum diserap dalam darah.
Pencernaannya dibantu oleh enzim dalam lambung dan
pankreas sebelumdiserap oleh sel mukosa usus dan dibawa
ke hati (hepar) melalui pembuluh darah (vena porta).
Sumber protein dapat diperoleh dari protein nabati dan
hewani. Protein nabati anatara lain ikan, udang, kerang,
kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju. Protein
nabati banyak terkandung dalam kacang-kacangan, seperti
kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai,
tahu dan tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam
susu, telur, dan keju.
5) Sumber pengatur dan pelindung
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi
kelancaran metabolismedidalam tubuh dari serangan
penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber buah pengatur dan pelindung bisa diperoleh
dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Berikut ini
beberapa mineral penting :
a) Zat kapur: Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan
tulang. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-
kacangan, dan syuran berdaun hijau.
b) Fosfor: Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka
dan gigi anak. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-
kacangan dan sayuran berdaun hijau.
c) Zat Besi: Tambahan zat besi sangat penting dalam masa
menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi

16
darah dan sel darah merah sehingga daya angkut
oksigen sehingga mencukupi kebutuhan. Sumber zat
besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan,
kacang-kacangan, dan sayur-sayuran bewarna hijau.
d) Yodium: Yodium sangat untuk mencegah timbulnya
kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang
serius. Sumber yodium adalah minyak ikan, ikan laut dan
garam beryodium.
e) Kalsium: Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk
pertmbuhan gigi dan anak sebagai sumbernya yaitu susu
dan keju.
f) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
g) Memberikan terapi paracetamol (500mg), SF (200mg ),
vitamin C (50mg)
b. Ambulasi
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan
masa nifas.Ibu nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur
dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam.
Mobilisasi/ambulasi sangat bervariasi, sangat tergantung pada
komplikasi persalinan,nifas,atau sembuhnya luka (jika ada luka.
Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin,yaitu
dua jam setelah persalinan normal. Pada ibu dengan partus
normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post
partum,sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea
ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post
partumsetelah ibu sebelumnya beristirahat(tidur). Ambulasi
dahulu,kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri
maka ibu dianjurkan untuk berjalan ( mungkin ke toilet untuk
berkemih). Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dibuktikan
oleh sejumlah penelitian. Para wanita menyatakan bahwa

17
mereka lebih baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal. Dengan
ambulasi dini:
1) Faal usus dan kandung kencing lebih baik
2) Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak
frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas
3) Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (lochea).
c. Eliminasi : BAK/BAB
1) Buang air kecil (bak)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam
pertama sampai sekitar hari ke-5, setelah melahirkan.
Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan
waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.
Oleh karena itu, ibu belajar berkemih secara spontan setelah
melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air kecil
ketika ada rasa sakit pada jahitan.Menahan buang air akan
menyebabkan terjadinya bendungan air seni.Keadaan ini
dapat menghambat uterus berkontraksi dengan baik
sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan.Dengan
mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus
kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari
post partum.
2) Buang air besar (bab)
Sulit buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena
ketakutan akan rasa sakit,takut jahitan terbuka,atau karena
haemorrhoid.Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi
dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum
sehingga bisa buang air besar dengan lancar.Sebaiknya
pada hari kedua ibu sudah bisa buang air besar.Jika sudah
pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air besar,ibu
bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria .Ini
penting untuk menghindarkan gangguan pada

18
kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran
cairan vagina.Kebersihan Diri/Perineum. Untuk mencegah
terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit
,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara
keseluruhan. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
d. Perawatan Perineum
1) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar kan vulva terlebih
dahulu,dari depan ke belakang , baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari
atau disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
e. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di
samping urin). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil.Sebaiknya pakaian
agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan
dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam,agar tidak
terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
f. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan
pada rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga
keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal.
Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara Satu
wanita dengan wanita lain. Meskipun demikian,kebanyakan

19
akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut
dengan conditioner yang cukup, lalu sisir menggunakan sisir
yang lembut.Hindari penggunaan pengering rambut.
g. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan
saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan
keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki,
betis dan tangan ibu.Oleh karena itu, dalam minggu-minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya.Usahakan mandi lebih
sering dan jaga agar kulit tetap kering.
h. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum
melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.Perawatan
yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran susu. Agar tujuan
perawatan ini dapat tercapai,perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Lakukan perawatan payudara secara teratur.
2) Pelihara kebersihan sehari-hari
3) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI
4) Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
5) Ibu harus merasa nyaman dan santai
6) Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat
refleks oksitosin.
7) Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu
1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
( Kumalasari, 2015).

20
i. Istirahat
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal:
a) mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
b) memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
c) menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayinya dan dirinya sendiri
j. Hubungan Seksual
Pada banyak pasangan, perubahan karena kehamilan dapat
mengganggu keseimbangan dalam hubungan mereka,terutama
terutama dalam hubungan seksual.Begitu juga
setelah persalinan.Pada masa ini,ibu menghadapi peran baru
sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya
sebagai pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya
diri dengan peran barunya,ia akan menemukan waktu dan
melihat sekeliling serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan
aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh karena
itu, suami perlu memahami perubahan dalam diri istri sehingga
tidak merasa diabaikan.Kerjasama dengan pasangan dalam
merawat dan memberikan kasih sayang pada bayinya sangat
dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap saat ibu
merasa nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati
( Kumalasari, 2015).
k. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus

21
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.Biasanya wanita tidak menghasilkan sel
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
meneteki. Oleh karena itu metode amenorea laktasi dapat
dipakai sebelum haid pertamanya kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru.
Resiko cara ini yaitu 2% kehamilan. Meskipun beberapa
metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap
lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.Sebelum
menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
terlebih dahulu kepada ibu: bagaimana metode ini dapat
mencegah kehamilan dan efektivitasnya, kekurangannya, efek
samping, bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode
itu dapat digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.Jika
seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh
ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metode itu sudah
bekerja dengan baik (Saifuddin,2009)
l. Latihan/ senam nifas
Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas
sesungguhnya lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot
yang kendur dan membuang lemak tubuh yang tidak perlu,
banyak lagi manfaat yang didapat dari senam ini sehingga bidan
perlu memberikan penjelasan dan petunjuk senam nifas kepada
ibu pasca persalinan dan keluarganya. Kondisi yang kendor
setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena selain bayi
yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang ibunya,

22
juga suami. Untuk itulah pemulihan kondisi harus dilakukan
seawal mungkin sesuai kondisi.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat
dimulai selagi ibu masih berada di klinik atau Rumah Sakit,
supaya involusi berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan
tonus, elastisitas dan fungsinya kembali.Latihan/ senam nifas
penting untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul agar
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu
beberapa menit setiap hari sampai membantu.
Beberapa latihan yang dapat ibu lakukan dengan mudah
antara lain: tidur terlentang dengan lengan kesamping, menarik
otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat
dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi
sebanyak 5 kali.Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan
kegel) : berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot,
pantat dan panggul dan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan
ulangi latihan sampai 5 kali. Mulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah
latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan
ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. Pada
masa nifas ibu sangat membutuhkan asuhan sama seperti pada
saat kehamilan bahkan mungkin lebih.
5. Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba
bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila
memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.

23
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak
enak badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas
dan atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya atau dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah
(Sulistyawati,2009).
6. Standar Pelayanan Masa Nifas
Pelayanan masa nifas minimal dilakukan empat kali untuk
mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020), pelayanan masa nifas
yang diperoleh adalah sebagai berikut
a. Kunjungan nifas pertama (KF 1)
Pelayanan ini diberikan pada enam jam sampai dua hari
setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan
tanda tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar,
pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI Eksklusif enam bulan, pemberian
kapsul Vitamin A dua kali, minum tablet tambah darah setiap
hari, dan pelayanan KB pasca persalinan.
b. Kunjungan nifas kedua (KF 2)
Pelayanan dilakukan pada hari ketiga sampai hari ketujuh
setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah
pemeriksaan tandatanda vital, pemantauan jumlah darah yang
keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan

24
payudara dan anjuran ASI Eksklusif enam bulan, minum tablet
tambah darah setiap hari, dan pelayanan KB pascapersalinan.
c. Kunjungan nifas ketiga (KF 3)
Pelayanan yang dilakukan hari kedelapan sampai hari ke-28
setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama
dengan asuhan pada KF 2 yaitu pemeriksaan tanda tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang
keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan
KB pascapersalinan.
d. Kunjungan nifas keempat (KF4) persalinan.
Pelayanan yang dilakukan hari ke-29 sampai hari ke-42
setelah asuhan pada KF 3 yaitu Asuhan pelayanan yang
diberikan sama dengan pemeriksaan tanda tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang pemeriksaan cairan yang keluar
dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif
enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan KB
pascapersalinan.
7. Manajemen Laktasi
Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang
ujung saraf sensoris disekitar payudara sehingga merangsang
kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin.
Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara
menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI) menghasilkan
ASI. Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit
setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara
menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk
minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.Makin
banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus),
makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi
menyusui makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang
bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika

25
bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti
menghasilkan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari,
sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu
mempertahankan produksi ASI.
Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung
telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara
eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan
haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk
tujuan menunda kehamilan. Posisi menyusui yang benar :Posisi
muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast),Perut/dada
bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest),Seluruh badan
bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis
lurus dengan lengan bayi dan leher bayi ,Seluruh punggung bayi
tersanggah dengan baik, Ada kontak mata antara ibu dengan
bayi,Pegang belakang bahu jangan kepala bayi, Kepala terletak
dilengan bukan didaerah siku.
a. Cara Merawat Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian
puting susu.
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar di sekitar putting setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang btidak
lecet.
4) Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24
jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1
tablet setiap 4-6 jam
6) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka
ibu dapat melakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain
basah dan hangat selama 5 menit

26
b) Urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan
sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju
putting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga putting susus menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat
mengisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
b. Manfaat Pemberian ASI
1) Bagi bayi
a) ASI yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.
b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan.
c) ASI (Kolostrum) mengandung zat pelindung (antibodi).
d) Memperkuat ikatan bathin antara ibu dan bayi.
e) ASI mudah dicerna oleh bayi.
2) Bagi ibu
a) Untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Seperti
membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan
memperlambat perdarahan.
b) Ibu lebih cepat pulih atau menurunkan berat badan.
c) Bagi ibu yang menstruasinya belum muncul kembali akan
kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil.
d) Cara yang baik untuk mencurahkan kasih sayang pada
sang buah hati dan merasa dibutuhkan.
e) Menunda kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
c. Komponen Gizi dalam ASI
1) Protein
Kandungan protein pada ASI lebih rendah dibandingkan
dengan susu mamlia lainnya. ASI mengandung whey protein
dan casein.Whey protein adalah protein yang memabantu
menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau
mudah dicerna oleh usus.Casein yaitu protein yang sukar

27
dicerna. Perbandingan whey protein : casein pada ASI yaitu
60 : 40, sedangkan pada susu formula 20 : 80 dan 18 :
82.Whey ASI terdiri dari alpha-lactalbumin, serum albumin,
laktoferin, immunoglobulin dan lisozom. Sedangkan whey
susu sapi hanya mengandung beta-lactoglobulin.
2) Lemak
Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99 %) yang mana
dengan enzim lipase yang terdapat di ASI akan
menguraiakannya menjadi trigliserol dan asam lemak.
Keunggulan ASI yaitu mudah di cerna karena dalam bentuk
emulsi, kandungan asam lemak esensial (omega-3 menjadi
DHA dan omega-6 menjadi AA), DHA dan AA yang berperan
dalam pertumbuhan otak.
3) Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, K. vitamin
A sangat penting / banyak dalam ASI, sedangkan D, dan K
sedikit yang terkandung dalam ASI.Vitamin yang larut dalam
air yaitu vitanmin C, asam nicotinic, B12, B1, B2,B6 sangat
dipengaruhi oleh makanan ibu.
4) Zat besi
Zat besi yang terkandung di ASI tidak begitu banyak, namun
sangat berguna untuk mencegah anemia.
5) Laktoferin
Lactoferin banyak terkandung dalam ASI, yangmana
fungsinya sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari
pencernaan (Sulistyawati,2009)
d. Penyebab Produksi ASI sedikit
Beberapa hal yang perlu dihindari karena bisa mempengaruhi
produksi ASI Ibu. Hal-hal tersebut di antaranya adalah:
1) Si kecil mengonsumsi susu formula tambahan. Pada
dasarnya, semakin banyak si kecil menyusui secara langsung
dari Ibu, tubuh Ibu akan secara otomatis memproduksi lebih

28
banyak ASI. Jadi bila si kecil mengkonsumsi susu formula
tambahan, konsumsi ASI si kecil akan berkurang, sehingga
pada akhirnya produksi ASI Ibu juga akan berkurang.
2) Si kecil mengalami bingung puting. Penghisapan susu dari
botol dengan dot jauh lebih mudah daripada menghisap ASI
dari payudara Ibu. Jadi bila si kecil sudah terlalu terbiasa
minum dari botol, bisa jadi dia akan menolak menyusui
langsung dari Ibu dan lebih memilih meminum ASI dari botol
3) Jadwal menyusui yang terlalu ketat justru akan mengganggu
siklus produksi susu Ibu. Susuilah si kecil kapan saja dia lapar
dan membutuhkan Ibu
4) Bayi yang mengantuk. Dalam beberapa minggu pertama,
beberapa bayi tidur setiap saat dan hanya menyusui dalam
periode singkat. Sebaiknya tetap susui si kecil setidaknya
setiap 2 jam sekali pada siang hari dan setidaknya setiap 4
jam sekali pada malam hari untuk menjaga produksi ASI Ibu
5) Menghentikan proses menyusui sebelum si kecil selesai
menyusui juga bisa mengganggu produksi ASI Ibu. Selain itu,
ASI yang keluar pada tahap akhir menyusui mengandung
kadar lemak yang lebih tinggi, sehingga membantu
bertambahnya berat badan si kecil
6) Hanya menyusui pada satu payudara saja. Bila Ibu ingin
meningkatkan produksi susu Ibu, susui si kecil secara
bergantian antara payudara kanan dan kiri Ibu.
7) Masalah kesehatan atau masalah anatomi pada bayi
(misalnya lidah terikat/tongue tied) bisa mencegah bayi
meminum ASI secara efisien, sehingga mengurangi produksi
ASI Ibu.
8) Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antihistamine dan
beberapa decongestant, obat penurun berat badan atau
penekan nafsu makan, vitamin B-6 dosis tinggi dan lain
sebagainya, bisa mengurangi produksi ASI Ibu. Jadi sebelum

29
Ibu mengkonsumsi obat-obatan tertentu pada saat menyusui,
sebaiknya Ibu berkonsultasi dulu dengan dokter tentang
efeknya terhadap proses menyusui.
9) Obat KB hormonal akan mengurangi supply ASI Ibu. Itu
sebabnya sebaiknya Ibu tidak mengkonsumsi obat KB
hormonal sebelum minggu ke 6 sampai ke-8 setelah
melahirkan, agar tubuh Ibu memiliki waktu untuk menyiapkan
cadangan ASI yang mencukupi sebelum ‘diganggu’ oleh
hormon tambahan.
10) Ibu mengalami hypothyroidism. Beberapa Ibu mungkin
mengalami kondisi ini untuk pertama kalinya selama
kehamilan dan menyusui. Gejala hypothyroidism di antaranya
adalah rambut rontok, kulit kering, sensitif terhadap suhu
dingin, hilang nafsu makan, kelelahan, depresi, dan bengkak
di area leher. Bila gejala ini terjadi pada Ibu bersamaan
dengan berkurangnya produksi ASI, Ibu perlu mengecek
fungsi thyroid Ibu.
11) Anemia. Ibu yang mengalami anemia juga memiliki resiko
tinggi mengalami tersumbatnya saluran ASI dan mastitis
12) Rokok. Ibu yang merokok lebih dari 20 batang rokok dalam
sehari sering mengalami penurunan produksi ASI dan berat
badan bayi mereka juga bertambah lebih lambat.
13) Ibu mengalami penurunan berat badan yang terlalu cepat.
Selama menyusui, disarankan agar berat badan Ibu tidak
turun lebih cepat dari ½ kg per minggu atau sekitar 2 kg per
bulan. Selama Ibu masih menyusui, berolahragalah dengan
bijak dan konsumsi sekitar 1800 kalori per hari. Hindari obat
ataupun minuman penurun berat badan.
14) Bila Ibu pernah menjalani operasi payudara, baik operasi
pembesaran ataupun pengecilan payudara, terutama bila
saluran ASI dipotong saat operasi dan belum tumbuh kembali,
Ibu memiliki resiko lebih besar untuk tidak memproduksi ASI

30
yang cukup. Sebelum Ibu menjalani operasi seperti ini, ada
baiknya Ibu berkonsultasi dulu ke dokter tentang rencana Ibu
untuk menyusui di masa depan
15) Bila plasenta tidak diangkat secara baik atau bila Ibu
mengalami nifas yang berlangsung lebih dari 6 minggu.
16) Si kecil diberikan MPASI sebelum dia berumur 6 bulan. Hal
ini mengakibatkan dia akan menyusui lebih sedikit, sehingga
produksi ASI Ibu juga akan berkurang.
17) Kehamilan. Perubahan hormon selama masa kehamilan
mengakibatkan berkurangnya produksi ASI
18) Ibu kembali bekerja sebelum si kecil berumur 6-8 minggu.
Beri waktu bagi tubuh Ibu untuk mengembangkan suplai ASI
secara mencukupi. Setelah Ibu kembali bekerja, pompa ASI
secara rutin dan terus susui si kecil secara langsung saat Ibu
berada di rumah.
19) Konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan. Batasi
konsumsi kafein Ibu kurang dari 4-5 cangkir kopi per hari dan
batas konsumsi alkohol sampai kurang dari satu kali per hari.
e. Upaya Memperbanyak ASI
1) Menyusui bayi setiap 2 jam dengan lama menyusui 10-15
menit tiap payudara.
2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa
resah gerah, dan duduklah selama menyusui.
3) Pastiakan bayi menyusu dalam posisi menempel dengan baik
dan dengarkan suara menelan yang aktif.
4) Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah
setiapkali habis menyusui.
5) Tidurlah bersebelahan dengan bayi.
6) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
7) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui
bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada
posisi penempelan.

31
8) Melakukan pemijatan oksitosin (Sulistyawati,2009)
f. Pendidikan kesehatan yang harus di berikan kepada ibu
menyusui :
1) Mengkonsumsi tambahan kalori setindaknya 500 kalori sehari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup
kalori, protein, vitamin dan mineral.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi setidaknya
selama 40 hari setelah kelahiran.
g. Tanda Bayi Cukup ASI
1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya
jernih sampai kuning muda.
2) Bayi sering BAB berwarna kekuningan (berbiji)
3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan
tidur cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24
jam.
4) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
5) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi
mulai menyusu.
6) Bayi bertambah berat badannya.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologi


“Pada Ny.M Umur 29 Tahun P3A0 Postpartum Hari ke-6”
Tempat Pelayanan : PMB Kariasih Jln Nangka Selatan
Tanggal/Jam Pengkajian : 09 Oktober 2019/08.00 wita
Sumber Data : Anamnesa dan buku KIA
No RM Pasien : 1053011

A. DATA SUBJEKTIF (09/10/2019 / 08.00 WITA)


1. Biodata

Ibu Suami
Nama : Ny. M Nama : Tn. S

Umur : 29 tahun Umur : 33 tahun

Suku Bangsa : Bali, Indonesia Suku Bangsa : Bali, Indonesia

Agama : Hindu Agama : Hindu

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat Rumah:Jln. Tonja 55 A Alamat Rumah : Jln. Tonja 55 A

No. Hp/Rumah : 081909234xxx No. Hp/Rumah :081345267xxx

Alamat Tempat Kerja : Dirumah Alamat Tempat Kerja : Jln Gatsu


Timur No 23

No. Tlp Tempat Kerja : - No. Tlp Tempat Kerja : (0312)


401240

2. Keluhan saat ini


Tidak ada keluhan, hanya saja ibu mengatakan produksi ASI ibu
kadang sedikit

33
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sebelumnya
- Kehamilan pertama lahir anak Perempuan tanggal 3 April 2012
dengan UK 39 minggu (aterm), lahir normal (PSptB), penolong
Bidan, BB 3300 gram, PB 48 cm, tidak ada komplikasi pada ibu
dan bayi, laktasi sampai umur 2 tahun dan keadaan anak
sekarang anak hidup normal.
- Kehamilan kedua lahir anak Perempuan tanggal 4 Juni 2016
dengan Uk 38 minggu 3 hari, lahir normal (PSptB), penolong
Bidan, BB 3400 gram, PB 49 cm, tidak ada komplikasi pada ibu
dan bayi, laktasi sampai umur 1 tahun dan keadaan anak
sekarang anak hidup normal.
- Kehamilan ketiga lahir anak laki-laki tanggal 03 Oktober 2019
dengan UK 39 minggu, lahir normal (PSptB), penolong Bidan, BB
3350 gram, PB 50 cm, tidak ada komplikasi pada ibu dan bayi.
4. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tanggal dan jam persalinan : 03 Oktober 2019 / 13.30 wita
b. Tempat Penolong Persalinan : PMB Bidan Kariasih Jln Nangka
Selatan, Denpasar Utara
c. Komplikasi pada Kala I : Tidak ada
d. Komplikasi pada Kala II : Tidak ada
e. Komplikasi pada Kala III : Tidak ada
f. Komplikasi pada Kala IV : Tidak ada
5. Riwayat Pernikahan
Menikah secara sah secara gama dan catatan sipil. Ini merupakan
pernikahan yang pertama dengan usia pernikahan 8 tahun
6. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
selama 5 tahun tanpa adanya keluhan.
7. Kebutuhan Biologis
a. Bernafas
Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat bernafas
b. Pola Makan

34
Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari porsi sedang dengan
komposisi Nasi, ayam sisit, tahu, dan sup bening. Makanan
pantangan tidak ada.
c. Pola Minum
Ibu mengatakan minum air 8 gelas perhari dengan jenis air
mineral.
d. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAK 4-5 kali/ hari warna : jernih kekuningan dan
keluhan tidak ada. Ibu BAB 1x/hari.
e. Istirahat dan Tidur
Ibu tidur 6-7 jam dimalam hari, dan siang hari 1-2 jam.
f. Aktivitas saat ini
Ibu mengatakan aktivitas saat ini hanya merawat bayinya, dan
kegiatan rumah seperti memasak dan menyapu.
g. Mobilisasi
Ibu sudah mampu duduk, berdiri dan jalan.
h. Kebersihan diri
Ibu mandi 2 x/ hari, keramas 3x/minggu, menggosok gigi 3
kali/hari, membersihkan alat kelamin dari arah depan ke
belakang, mencuci tangan dengan air mengalir, dan mengganti
pakaian dalam 2 kali/hari serta mengganti pembalut 4 kali/hari.
i. Rasa Nyeri
Nyeri afterpain : ada, skala nyeri 1
Nyeri luka perineum : tidak ada
Nyeri simfisis : tidak ada
Nyeri lain yang dirasakan : tidak ada
j. Kondisi Psikologis
Perasaan ibu : sedikit cemas
Kemandirian : sedikit memerlukan bantuan
Fase adaptasi : taking hold

35
k. Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami baik, hubungan ibu
dengan mertua serta anggota keluarga yang lain juga baik.
l. Rencana
Ibu berencana untuk menyusui secara eksklusif, pengasuhan
bayi dibantu oleh suami dan memakai alat kontrasepsi suntik 3
bulan.
m.Pengetahuan Ibu
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang ASI eksklusif, alat
kontrasepsi, cara memerah ASI dan menampung ASI, Senam
kegel dan senam nifas, tetapi ibu belum mengetahui tentang
cara memperbanyak ASI dengan teknik pijat oksitosin, serta
teknik menyusui yang benar.

B. DATA OBJEKTIF (09/10/2019 / 08.00 WITA)


1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan Darah : 100/60 mmH
d. HR : 82 x/menit
e. RR : 22x/menit
f. Suhu : 36,50C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Normal
b. Mata
1) Konjungtiva : Merah muda
2) Sklera : Putih
c. Mulut
1) Bibir : Merah muda
d. Leher
1) Kelenjar Limfe : Normal
2) Kelenjar Tiroid : Normal

36
3) Vena Jugularis : Normal
e. Payudara
1) Bentuk : Simetris
2) Puting : Menonjol
3) Lecet pada puting : Tidak ada
4) Pengeluaran : ASI
5) Kebersihan : Baik
6) Bengkak : Tidak ada
f. Dada
1) Bentuk : Simetris
2) Retraksi : Tidak ada
g. Abdomen
1) Inspeksi
Bekas luka operasi : Tidak ada
Kandung kemih : Tidak penuh
2) Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : 3 jari diatas simfisis
Nyeri tekan : Tidak ada
h. Estremitas bawah
1) Tungkai : Simetris
2) Oedema : Tidak ada
3) Varises : Tidak ada
4) Tanda Homan : Negatif
3. Pemeriksaan Khusus
a. Penilaian Bonding Score
1) Melihat :4
2) Meraba :4
3) Menyapa atau suara : 4
b. Inspeksi Genitalia
1) Kebersihan : Baik
2) Pengeluaran Lokhea : Sanguinolenta
3) Jahitan Perineum : Tidak ada

37
4) Penyembuhan Luka Perineum : Tidak ada
5) Tanda Infeksi : Tidak ada
c. Inspeksi Anus
Kondisi anus normal tidak terdapat hemoroid

C. ANALISIS ( 09-10-2019 / 08.00 WITA)


1. Diagnosa
Ny. M umur 29 tahun P3A0 postpartum hari ke-6
2. Masalah
- Ibu mengeluh pengeluaran ASI sedikit
- Ibu belum mengetahui cara memperbanyak ASI
- Ibu belum memahami teknik meyusui dengan benar

D. PENATALAKSANAAN ( 09-10-2019 / 08.05 WITA)


1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu
dan suami mengerti dan mengetahui hasilnya.
2. Memberikan KIE tentang penyebab produksi ASI sedikit serta cara
mengatasinya, ibu mengerti dan paham
3. Memberikan KIE tentang cara memperbanyak ASI serta melakukan
pijat Oksitosin untuk membantu memperbanyak ASI, ibu paham
dan sudah dilakukan
4. Membantu ibu untuk menyusui bayinya dengan teknik yang benar,
ibu dapat melakukannya
5. Mengingatkan ibu untuk menyusui on demand dan
menyendawakan bayi setelah disusui, ibu memahami
6. Memberikan KIE tentang senam kegel dan waktu yang tepat untuk
memulai senam kegel, ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
7. Memberikan KIE kepada ibu dan suami mengenai tanda bahaya
nifas, ibu memahami penjelasan bidan
8. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi dan istirahat pada ibu
nifas, ibu menerima penjelasan yang diberikan

38
9. Menganjurkan ibu untuk membaca buku KIA halaman 13-17
tentang ibu nifas, ibu bersedia membaca buku KIA

39
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan hasil tinjauan kasus yang telah saya paparkan melalui


pendokumentasian metode SOAP. Maka pada bab ini akan diuraikan
pembahasan tentang asuhan kebidanan nifas dan menyusui pada Ny. “M”
umur 29 tahun P3A0 postpartum hari ke-6 di PMB Bidan Kariasih Jln
Nangka Selatan pada tanggal 9 Oktober 2019 pukul 08.00 WITA. Seperti
yang kita ketahui bahwa masa nifas atau masa puerperium adalah masa
setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa
nifas ini, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut
involusi (Maritalia, 2014:11). Tiga hal penting yang harus diperhatikan
pada masa nifas yaitu proses involusi, perubahan lokhea dan proses
laktasi. Pada masa ini ibu memerlukan perhatian dan perawatan khusus
seperti membantu ibu mengatasi keluhan yang dirasakan saat ini yaitu
produksi ASI yang sedikit.
Dari data subjektif yang telah dikumpulkan didapatkan melalui
tindakan anamnesa terhadap Ny. “M”. Data subjektif adalah pengumpulan
semua data yang dibutuhan untuk mengevaluasi keadaan pasien dan
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitn dengan kondisi pasien (Wulandari dan Handayani,2011). Dimana
dari data tersebut didapatkan bahwa Ny.”M” datang ke PMB Bidan
Kariasih pada tanggal 09 Oktober 2019 pukul 08.00 mengeluh produksi
ASI sedikit, dan tidak mengetahui cara memperbanyak produksi ASI serta
belum memahami teknik menyusui yang benar. Dari keluhan tersebut, jika
kita kaji dari data riwayat pemakaian kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang
mengandung hormone eksterogen akan berpengaruh terhadap produksi
ASI ibu, hal ini dikarenakan hormone eksterogen dapat menghambat
hormone prolactin dan tubuh ibu. Ny. “M” mengatakan untuk saat ini
belum menggunakan alat kontrasepsi, sehingga kemungkinan tidak
terdapat pengaruh terhadap produksi ASI yang sedikit. Kemudian dari

40
data kebutuhan biologis ibu tidak mengalami keluhan bernafas, pola
makan minum teratur, eliminasi tidak ada keluhan, untuk mobilisasi ibu
sudah bisa duduk, berdiri dan berjalan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
masa postpartum hari ke-6 ibu seharusnya sudah mampu melakukan
mobilisasi dengan baik. Kebutuhan psikologis, sosial, spiritual ibu dalam
keadaan normal. Sehingga dari data tersebut tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik.
Data objektif, data tersebut didapatkan melalui pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik,kesadaran
composmetis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36,5 0C,
tidak terdapat kelainan pada payudara ibu, nampak pengeluaran ASI
tetapi hanya sedikit. Proses involusi pada Ny.”M” berlangsung nomal,
dimana penurunan tinggi fundus uteri tidak mengalami masalah dan
sudah sesuai dengan teori yaitu 3 jari diatas simfisis pada hari ke-6
postpartu,. Pengeluaran lokhea ibu saat ini adalah sanguinolenta.
Pengeluaran lokhea dimana sebagai peluruhan desidua yang
menyebabkan keluarnya secret vagina dalam jumlah yang bervariasi (
Wiknjosastro,2005). Kemudian menurut teori dari Anggaeni, 2010
mengatakan bahwa lokhea rubra merupakan lokhea yang berwarna
merah yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum.
Lokhea Sanguinolenta berwarna merah kecoklatan dan berlendir
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 masa postpartum. Lokhea
serosa berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum leukosit
berlangsung hari ke-7 sampai hari ke-14. Lokhea alba ini mengandung
leukosit, sel desidua, sel epitel selaput lendir yang berlangsung selama 2-
6 minggu postpartum. Berdasarkan pengeluaran lokhea, ibu tergolong
normal dan tidak ada kesenjangan dengan teori.
Dari data subjektif dan data objektif maka penulis menganalisis
bahwa Ny. “M” umur 29 tahun P3A0 postpartum hari ke-6 dengan masalah
produksi ASI sedikit, belum mengetahui cara memperbanyak ASI serta
belum memahami teknik menyusui yang benar. Dari permasalah tersebut
bidan memberikan penatalaksanaan yaitu pertama menyampaikan hasil

41
pemeriksaan kepada ibu dan suami dan kemudian dievaluasi langsung.
Penyampaian informasi ini bertujuan agar ibu dan suami mengetahui hasil
pemeriksaan ibu, dimana hasil pemeriksaan ibu, semua dalam keadaan
normal, tidak terdapat kelainan. Bidan menjelaskan tentang penyebab
produksi ASI kurang serta cara mengatasinya. Produksi ASI kurang
disebabkan oleh beberapa hal seperti teknik menyusui yang salah, ibu
tidak menyusui secara on demand, pola nutrisi ibu yang tidak bagus, pola
istirahat, faktor sosial seperti kurangnya dukungan dari keluarga terutama
suami, keadaan psikologis ibu. Beberapa cara yang dapat digunakan
untuk memperbanyak produksi ASI salah satunya adalah melakukan
pemijatan oksitosin. Sesuai dengan teori terdapat 2 hormon yang
berperan penting dalam memperlancar produksi ASI yaitu hormone
prolaktin dan oksitosin. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
merangsang hormone tersebut adalah dengan melakukan pijat oksitosin.
Hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah untuk pemanfaatan alam sekitar
atau “ Back to Nature” (Suryani, Emy 2013). Didalam kasus Ny.”M” bidan
Kariasih telah memberikan asuhan pijat oksitosin selama 2-3 menit, ibu
merasakan nyaman dan tenang bersedia melakukan di rumah. Sehingga
tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
Bidan Kariasih memberikan asuhan yaitu membimbing ibu untuk
menyusui bayinya dengan teknik yang benar. Menyusui adalah proses
memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu
langsung dari payudara ibu (Depkes,2006).Menurut hasil penelitian dari
Anggun Rusyantia (2017) mengatakan bahwa banyak ibu yang menyusui
bayinya namun tidak banyak yang menyusui dengan sukses. Untuk itu
posisi pelekatan yang benar dan posisi menyusui merupakan salah satu
kunci utama keberhasilan menyusui. Teknik menyusui terdiri dari posisi
menyusui dan pelekatan bayi pada payudara yang tepat menjadi salah
satu faktor keberhasilan dalam pengeluaran ASI. Apabila teknik menyusui
kurang baik, maka dapat menyebabkan puting susu lecet atau ASI yang
keluar sedikit, sehingga ibu enggan menyusui dan bayi akan jarang
menyusu. Sebelum menyusui, pastikan ibu sudah dalam posisi yang

42
nyaman. Sandarkan punggung ibu, bila perlu memakai bantalan dan pakai
bangku kecil untuk penyangga kaki agar kaki ibu tidak tergantung selama
menyusui serta tempatkan barang-barang yang akan dibutuhkan ibu
sedekat mungkin agar mudah meraihnya. Pada saat menyusui bayinya,
ibu dapat menyusui dengan berbagai posisi yang berbeda, misalnya
duduk, berbaring dan berdiri. Penting bagi ibu untuk tetap nyaman dan
santai dan bagi bayi untuk bisa memasukkan cukup payudara kedalam
mulutnya, sehingga bayi dapat menyusui secara efektif.
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Ibu harus
mengetahui bagaimana cara memegang bayi. Dalam memegang bayi
pastikan ibu melakukan empat butir kunci dalam memegang bayi yaitu
sebagai berikut: 1) kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis
lurus. Kemudian, pegang payudara oleh tangan ibu yang lain dimana ibu
jari di bagian atas payudara kurang lebih 1 jari diatas areola atas,
sedangkan empat jari lainnya menyangga payudara di bagian bawah atau
tangan seperti huruf C, sehingga dengan cara demikian, payudara akan
terangkat dan putting mengarah ke atas, 2) wajah bayi menghadap
payudara dengan hidung menghadap putting yaitu seluruh badan bayi
menghadap badan ibu, 3) ibu harus memeluk bayi dekat dengan
badannya, dan 4) jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan
bayi, bukan hanya kepala dan bahu.
Kemudian, penting juga untuk menjelaskan atau menunjukkan cara
membantu bayi melekat yaitu dengan memberikan rangsangan kepada
bayi untuk membuka mulutnya (rooting refleks) dengan cara : sentuh bibir
bayi dengan puting susu ibu atau menyentuh sisi mulut bayi, tunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar serta gerakkan bayi ke payudara ibu
dengan cepat dan arahkan bibir bawahnya ke bawah puting serta pastikan
puting dan areola dimasukkan ke mulut bayi, dimana usahakan sebagian
besar areola dapat masuk ke mulut bayi sehingga puting susu berada
dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat

43
penampung ASI yang terletak dibawah areola serta setelah bayi mulai
menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
Bidan juga menganjurkan ibu untuk menyusui secara on demand
atau disusui sesuai keinginan bayi/kapanpun bayi memintanya, karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
akan kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akab
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi ASI berikutnya. Tetapi perlu diingat bahwa sebainya
menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu
sebentar agar bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk secara
seimbang. Menyusui pada malam hari akan memacu prduksi ASI karena
hormon prolaktin atau hormon yang meningkatkan produksi ASI lebih
banyak disekresi pada malam hari. Agar tetap dapat memenuhi
kebutuhan ASI untuk bayi maka ibu dianjurkan untuk menyusui dari
payudara yang putting susunya tidak sakit/lecet adalah pilihan yang tepat.
Di samping itu bidan juga memberikan beberapa KIE tentang
senam kegel yang sangat baik untuk proses involusi uterus, memberikan
KIE tentang tanda bahaya masa nifas yang dapat dibaca di dalam buku
KIA, serta memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi ibu dan istirahat ibu.
Bidan juga menganjurkan suami untuk memberikan dukungan pada
proses menyusui ibu. Kerjasama yang baik anatara ibu menysui dengan
suami membuat hubungan semakin harmonis dan meningkatkan peluang
kesuksesan pemberian ASI eksklusif. Selain suami, dukungan sosial dari
lingkungan yang lebih luas di sekitar ibu juga berperan besar terhadap
keberhasilan menyusui. Selanjutnya, bidan menganjurkan ibu untuk
membaca buku KIA halaman 13-17 tentang ibu nifas.

44
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah kami bahas pada bab
sebelumnya, maka dapat kami simpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1. Asuhan pada Ny “M”, telah dilakukan pengkajian data (Data
Subjektif dan Data Objektif) sesuai dengan pendokumentasian
metode SOAP melalui anamnesa langsung pada ibu “M” dan
pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian data tersebut tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. Pada kasus yang
saya dapatkan ini, masa nifas yang dialami oleh Ibu “M” tergolong
masih batas fisiologi hal ini karena tidak ditemukan tanda-tanda
yang mengarah pada kondisi patologis.
2. Penegakan diagnosis diperoleh dari hasil pengkajian data subjektif
dan data objektif, dan berdasarkan keadaan ibu selama masa nifas
sampai saat ini tidak memerlukan tindakan segera karena kasus ini
masih dalam lingkup fisiologis.
3. Adapun sebagian besar penatalaksanaan yang dapat kami lakukan
adalah menginformasikan hasil pemeriksaan, memberikan KIE
tentang penyebab produksi ASI sedikit serta cara mengatasinya,
melakukan pijat oksitosin, membimbing ibu teknik menyusui yang
benar, mengingatkan ibu untuk menyusui secara on demand dan
memberikan beberapa KIE tentang senam kegel, kebutuhan nutrisi
serta kebutuhan istirahat ibu nifas.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu meningkatkan kompetensi dan keterampilan
dalam memberikan asuhan secara komprehensif karena telah
menyaksikan dan membandingkan secara langsung antara
penyerapan teori dan penerapan praktik di lapangan.

45
2. Bagi pembaca
Diharapkan mampu saling memberikan tambahan atau perbaikan
setelah membaca laporan ini, serta menambah wawasan para
pembaca.

46
DAFTAR PUSTAKA

Heryani Reni.2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta.

Trans Info Media

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit

Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.

Jakarta: EGC

Maryuni, Anik. Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum). Jakarta:

TMI.2009

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri

Mulyani, N ina Siti. 2013. Asi dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta:

Nuha Medika

Muslihatun, W. N. Mufdlilah. Setiyawati, N. 2009. Dokumentasi Kebidanan.

Yogyakarta : Fitramaya.

Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: buku acuan

Nasional pelayanan kesehatan

Reeder, (2002), Keperawatan Maternitas Vol 1, Jakarta, EGC

Rukiyah, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan III (nifas). Jakarta: Trans Info

Media

Rusyantia, Anggun.(2017). Hubungan Teknik Menyusui Dengan

Keberhasilan Menyusui Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Berkunjung

di Puskesmas Kedaton Tahun 2015.Jurnal Kesehatan Holistik ( The

Jounal of Holistic Healthcare ) Vol 11,No 2 hh 90-94

Saifuddin,A.B.,2009. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

47
Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.

Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET

Suryani, Emy.(2013).Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu

Postpartum di PMB Wilayah Klaten.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.

Vol 2,No 2 hh 41-155

Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

48

Anda mungkin juga menyukai