Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tambatan Perahu merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang.
Dengan adanya Tambatan Perahu ini diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan bongkar
muat arus barang dan penumpang yang menunjang pembangunan/perkembangan
wilayah di pulau Desa Manipa. Dengan demikian, pembangunan Tambatan Perahu
bukanlah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan aspek-
aspek ekonomi di daerah setempat dan sosial yang berada dalam jangkauan
pelayanan angkutan Tambatan Perahu tersebut.
Pengembangan Tambatan Perahu secara prinsip dapat memperlancar mobilisasi
dan distribusi kebutuhan pokok, serta memperlancar pelaksanaan program
pemerintah di kawasan wilayah yang bersangkutan. Dampak peningkatan
aksesibilitas transportasi adalah peningkatan kinerja ekonomi di kawasan yang
terhubungkan oleh transportasi tersebut. Namun demikian, peningkatan aksesibilitas
transportasi memerlukan pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam rangka pengembangan sarana dan
prasarana angkutan masyarakat untuk menghubungkan wilayah-wilayah tersebut
diatas, perlu dilakukan studi yang mendalam, baik secara mikro maupun secara
makro.
Survey yang dilakukan, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi pada masa kini
serta kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi-potensi dan
permasalahan-permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap daerah
belakang (hinterland), seperti perdagangan, yang berpengaruh terhadap angkutan
sungai, kebijaksanaan yang diterapkan, baik yang berasal dari Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah. Studi-studi makro dilaksanakan dalam berbagai
kegiatan seperti studi pendukung, survey lokasi, survey lingkungan, dll.
1
Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi Tambatan
Perahu yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus
pasang surut dan lain-lain), kedalaman kolam Tambatan Perahu, alur pelayaran,
kriteriakriteria navigasi serta pemenuhan terhadap standar-standar keselamatan
yang berlaku, termasuk didalamnya perumusan dokumen-dokumen konstruksi,
penilaian konstruksi dan kegiatan sipil Tambatan Perahu lainnya.

1.2 Nama dan Lokasi Pekerjaan


Nama pekerjaan ini adalah “ Perencanaan Pembangunan Fasilitas Tambatan
Perahu Manipa ”. Lokasi pekerjaan berada di wiilayah adminstrasi Pemerintah
Provinsi Maluku Kab. Seram Bagian Barat Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) lokasi simpul yang akan ditinjau dalam pekerjaan ini adalah dilokasi
Kecamatan Manipa.

1.3 Manfaat dan Tujuan Pekerjaan


1.3.1 Maksud Pekerjaan
Pemerintah Provinsi Khususnya Dinas Perhubungan Provinsi Maluku
mendapatkan panduan dan acuan bagi kegiatan pembangunan dan pasca
konstruksi Tambatan Perahu yang cukup rinci, terukur dan memiliki ketelitian
detil yang tinggi di simpul Tambatan Perahu yang dimaksud.

1.3.2 Tujuan Pekerjaan


Menyusun dokumen pelaksanaan konstruksi fisik Tambatan Perahu secara rapi
dan rinci. Penyusunan dilakukan dengan mengkaji dokumen perencanaan
sebelumnya yang dilanjutkan dengan tanggung jawab terhadap hasil konstruksi
dan bantuan teknis konsultansi pada saat konstruksi maupun pasca konstruksi.

1.4 Indikator Keluaran dan Keluaran


1.4.1 Indikator Keluaran
Penyusunan Dokumen Survey Fisik Terinci Tambatan Perahu, meliputi :

2
 Review kebutuhan pengembangan, indikasi lokasi pengembangan, indikasi
biaya fisik dan pengembangan transportasi laut yang terpilih berdasarkan
survey.
 Penentuan karakteristik kapal/sarana yang cocok untuk diterapkan pada
lintasan yang melayani simpul transportasi laut yang terpilih
 Identifikasi dan pemetaan teknis terinci topografi daratan
 Survey terhadap kemudahan mobilisasi bahan, personil dan peralatan

Penyusunan Rancangan Dasar, meliputi :


 Merancang detail konstruksi Tambatan Perahu dan prasarana
pendukungnya
 Penyusunan peta dan layout Tambatan Perahu
Penyusunan Rancangan Detil, meliputi :
 Pembuatan gambar detil konstruksi pada Tambatan Perahu
 Estimasi volume pekerjaan dan biaya
 Pembuatan dokumen tender konstruksi

1.4.2Keluaran
Keluaran yang diharapkan dalam studi ini yaitu :
1. Rancangan Rinci yang terdiri dari:
 Perencanaan Fasilitas Utama Tambatan Perahu
 Pembuatan Rencana kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
 Pembuatan Bill of Quantity
 Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
2. Dokumen Desain yang terdiri dari:
 Laporan Pendahuluan
 Laporan Final
 Draf Laporan Akhir
 Laporan Akhir
 Excutive Summary

3
1.5 Durasi Pelaksanaan Pekerjaan
Seluruh pekerjaan diselesaikan dalam waktu 1 (satu) bulan dari dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Bab

4
BAB II
HASIL SURVEY

Untuk mencapai ke lokasi Desa Tumalehu Barat yaitu dari kota ambon menggunakan
angkutan darat berupa mobil atau sepeda motor menuju Desa Tohoku dan di lanjutkan
mengunakan angkutan laut berupa speed boat menuju ke Desa Tumalehu Barat
memakan waktu selama ±, 3 jam kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi survey
mengunakan angkutan darat berupa sepeda motor dengan membutuhkan jarak tempuh ±
10 – 15 menit perjalanan.

Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu penunjang pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi Desa Tumalehu barat. Untuk itu diharapkan tambatan perahu yang
akan direncanakan dapat menjadi pengganti atau untuk menunjang perekonomian
masyarakat di sekitar pulau Desa Tumalehu Barat khususnya dalam sektor perikanan dan
kelautan.

2.1. Survey Lapangan

Kegiatan ini dilaksanakan pada Bulan oktober yang pada awalnya dilakukan
koordinasi dengan Dinas Perhubungan kabupaten dalam hal ini untuk menentukan
Lokasi Rencana Pembangunan. Selanjutnya koordinasi diteruskan dengan
Pemerintah dan masyrakat setempat sebelum melakukan kegiatan survey.
Setelah melakukan tinjauan dan indentifikasi beberapa hari di lapangan dapat
diperoleh data-data pendukung untuk merencanakan satu Tambatan Perahu,
sebagai berikut :
- Areal sangat mendukung untuk pembangunan karena masih terlindung dari
pengaruh angin, ombak dan arus pada musim Barat. Pada musim Timur
masih aman bagi Aktifitas Labuh atau Tambat bagi transportasi laut.
- Kemiringan Sea Bed dari darat ke laut ± 1,47 m LWS yang dapat
dikategorikan permukaan dasar laut sangat landai.

5
- Kondisi struktur tanah Sea Bed/ permukaan dasar laut adalah Pasir dan
bebatuan kerikil.
- Tinggi elevasi antara Air Pasang Tertinggi (HWS) 2,10 m dan Air Surut
Terendah (LWS) adalah ± 1 m.
- Batas Air Surut terjauh adalah ± 144 m dari talud.
- Apabila pembangunan tambatan perahu di bangun maka bahan untuk
konstruksi Tambatan Perahu dapat dijangkau di daerah setempat atau di
pulau seram yang dapat jangkau dengan angkutan laut, sedangkan untuk
kolam tiang beton dan balok beton yang bahan-bahannnya berupa material
pasir dan batu krikil dapat juga di jangkau, bahan-bahan lain berupa besi,
semen dapat di jangkau pada kota Kabupaten dan kota Provinsi.

Selama melakukan tinjauan dan identifikasi di lapangan tidak ada hal-hal yang ditemukan
dalam hal ini masalah yang yang nantinya dapat menghambat/ tidak terlaksanya Rencana
Pembangunan Tambatan baik dari sisi Teknis maupun Non Teknis.

2.2. Pengolahan Data Dan Gambar Rencana


Setelah melakukan Survey Lapangan dan berpedomen pada Latar Belakang dapat
direncanakan Tambatan Perahu berbentuk “I” dan terbagi atas 4 bagian yaitu
Pembangunan, Trestle (160 x 3) m² di bawahnya diletakan kubus beton pemecah
gelombang di tambah Tangga 1 Buah dan Ruang Tunggu, Dermaga ( 54 x 3 ) m²
di ditambah dengan tangga 4 buah, Bollard beton dan fender yang di pakai ban
bekas mobil, Rencana Kontruksi dapat dirinci sebagai berikut :

1. Trestle ; yang merupakan jalan penghubung ke


Dermaga.
Tipe trestle 2 lantai yang dipengaruhi permukaan tanah asli darat dan
pesisir.
Kontruksi trestle dapat diuraikan sebagai berikut :
- Panjang trestle 106 M

6
- Kolam beton 25/25 cm dibuat dengan pondasi telapak Uk. 1 x 1 m
jarak antara tiang secara memanjang 3 m dan melintang 3 m;
- Balok beton memanjang dan melintang 106 M x 3 M = 480 M;
- Lantai Papan kayu kelas I dengan tebal 5 cm
- Canstin beton 5/10;
- Pada ruang tunggu menggunakan rangka kuda-kuda kayu kelas I
dengan ukuran 5/10 tiang kuda –kuda menggunakan kayu kelas I
dengan ukuran 10/10, lisplank papan kayu kelas I ukuran 3/25
- Penambahan pagar yang terbuat dari kayu kelas I yang berukuran
5/10 yang di sertai dengan bangku tempat duduk penumpang yang
akan terangkat.
- Tangga 1 buah

2. Dermaga ; tempat tambat dan bongkar muat.


Kontruksi dermaga dapat diuraikan sebagai berikut :
- Kolam beton 25/25 cm dibuat pondasi sumuran pondasi telapak
dengan ukuran 1 x 1 m, pondasi sumuran 60 cm sebanyak 22 buah
dan 80 cm sebanyak 6 buah, jarak antara tiang secara memanjang 3
m dan melintang 3 m
- Lantai papan dengan mengunakan kayu kelas I tebal 5 cm
- Canstin beton dengan ukuran 10/15
- Fender dari bekas ban 18 buah
- Tangga 4 Buah.

7
BAB III
GAMBAR DESAIN

8
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA

9
BAB V
SPESIFIKASI TEKNIS

5.1. Persyaratan Teknik

5.1.1. Standard-Standard yang Berlaku


Semua pekerjaan dalam RKS ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memnuhi persyaratan-persyaratan yang teknis yang tertera dalam
persyaratan normalisasi Indonesia (NI) dan peraturan-peraturan nasional
maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku dan atas jenis-
jenis pekerjaan yang bersangkutan yaitu:
 PUBI – 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia
 NI – 8 : Peraturan Semen Porland Indonesia
 PPI – 1983 : Peraturan Pembebanan Indonesia
 ASTM : American Society for testing & Materials
 PBI – 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 SII : Standar Industri Indonesia
 PPBBI : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
 Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia
 Peraturan Direktorat Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961)
 Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Depnaker tentang
pengunaan Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
 Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia di
singkat DTPI 1890
 Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Pembagunan Gedung Negara
Oleh Depertemen Pekerjaan Umum
 Pereturan Pemda Setempat.
10
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standard-standrad
yang tersebut diatas, maupun Standard Nasional lainnya maka diberlakukan
Standard Internasional yang berlaku.
Sebelum pekerjaan Pembangunan dan pemasangan bahan/material di mulai
pemborang wajib dan haru menyerahkan
a. Time Schedule
b. Spesifikasi bahan/material dari pabrik pembuatan utuk bahan material
tertentu sesaui dengan perintah dari direksi.
c. Gambar Pelaksanaan (shop Drawing)
d. Contoh bahan, warna termasuk mock-up untuk pekerjaan tertentu
sesuai dengan permintaan direksi
e. Refensi, lisensi, sertifikat khusus dari pihak yang berwenang untuk
pekerjaan tertentu sesaui permintaan Direksi
f. Izin pelaksanaan dari direksi diperlukan untuk diteliti dan disetujui oleh
direksi jika tidak memenuhi syarat.

5.1.2. Data Umum


Seluruh titik ukuran sehubungan dengan pekerjaan ini di dasarkan pada
ukuran setempat yaitu titik-titik ukuran di lapangan.

5.1.3. Penyerahaan Pekerjaan


Pekerjaan harus diserahkan oleh pemborong sampai selesai sama sekali
hingga memuaskan sisa pembokaran dan lain-lainnya yang sudah tidak
terpakai dikeluarkan dari areal pekerjaan.

5.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


5.2.1. Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan
a. Pemborong harus memulai pekerjaan dari garis-garis yang telah
disetujui oleh konsultan pengawas dan bertanggung jawab penuh atas
pengukuran-pengukuran yang dibuatnya. Pemborong harus

11
menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja yang
dibutuhkan sehubungan dengan pekerjaan yang dibutuhkan
b. Pemborong diwajibkan melakukan penggambaran kembal lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai
peil ketinggian tanah, lantai, letak batas-batas dengan alat yang
sudah di tetapkan kebenarannya.
c. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran
yang dilaksanakan Pemborong dengan kenyataan yang ada di
lapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin di
pengaruhi perbedaan tersebut Pemborong harus melaporkan hal ini
kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam
Berita Acara.
d. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara asas
segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil
yang disetujui oleh direksi.
e. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggung jawab
pemborong termasuk biayanya sesuai kontrak.

5.2.2. Alat dan Perlengkapan Pekerjaan dan Tenaga lapangan


a. Pemborong dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan
pelaksanaan dalam proyek ini, harus menyediakan peralatan sesuai
dengan bidang masing-masing seperti :
 Alat Ukur (theodolite, waterpas, Meter, dll)
 Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
 Alat Keselamatan Kerja
Disamping itu harus menyiapkan buku-buku laporan (laporan Harian), buku
petunjuk alat-alat yang digunakan, rencana kerja dan menempatkan
tenaga-tenaga kerja yang bertanggung jawab penuh untk memtuskan
segala sesuatu di lapangan dan bertindak atas nama pemborong.

12
5.2.3. Kantor Kontraktor, Gudang, dan Los kerja
a. Untuk menjamin keamanan bahan dan pelengkapan lain yang
dianggap perlu, pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan
yang tertutup kuat dan aman dari resiko hilang atau rusak. Dan
pemborong juga diwajibkan menyediakan Gudang penyimpanan
material, barak-barak untuk pekerja, Kantor proyek di lengkapi
dengan perabotnya dan lokasinya di tunjukan oleh direksi.
b. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan di lengkapi dengan
ruang toilet dan tidak mengabaikan keamanan, kebersihan dan
bahaya kebakaran sehingga tidak menganggu kelancaran pekerjaan.
c. Pemborong diwajibkan merawat peralatan sebagai milik proyek serta
menangung biaya perawatan peralatan selama berlangsungnya
pekerjaan.
d. Selesai proyek, seluruh bangunan sementara manjadi milik
pemborong, dan wajib membongkar serta memindahkan bangunan
tersebut setelah mendapat persetujuan dari direksi.

5.2.3. Daerah dan Jalan Masuk


Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
Lokasi tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Harus membatasi operasinya di lapangan yang
betul-betul diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan bangunan
dan jalur pengangkutan material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan
Direksi.

5.2.4. Fasilitas Lapangan


Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung

13
5.2.5. Direksi Keet (Ruang Kerja Konsultan)
Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara harus disediakan
oleh pemborong saat dimulai pekerjaan yaitu setelah serah terima lapangan
Direksi keet dibuat sesaui dengan lokasi yang ada
a. Luas direksi keet harus sesuai dengan persyaratan yang ada pada
RAB di lengkapi toilet
b. Peralatan yang harus disediakan bersifat sewa pada dreksi keet
c. 1 buah meja rapat sesaui dengan kondisi yang ada dengan kursi
d. 4 buah meja tulis
e. 1 lembar soft board ukuran disesuaikan
f. 1 unit white board ukuran di sesuaikan
g. 1 unit computer dan printer
h. 10 buah helem lapangan
i. Peralatan P3K
j. Peralatan pemadam kebakaran, dry chemical isi 3,5 kg
Digunakan samapai dengan selesainya pekerjaan, semua biaya perawatan
dan operasional menjadi tanggung jawab pemborong sampai dengan serah
terima pekerjaan.

5.3. PEKERJAAN STRUKTUR

5.3.1. Lingkup Pekerjaan


 Pekerjaan Kolam
 Pekerjaan Balok Standard
 Pekerjaan Balok Pre Stessed
5.3.2. Pengkuran
a. Ukuran sudah di tentukan dalam gambar rencana
b. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar utama dengan gambar
perincian, maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran yang ada pada
gambar utama, namun demikian harus di laporkan kepada direksi.

14
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru selama
pekerjaan berlangsung adalah menjadi tangung jawab sepenuhnya oleh
pemborong.
d. Ketidak cocokan yang mungkin ada pada gambar dan kenyataan di
lapangan harus segera dilaporkan kepada direksi.
5.3.3. Persyratan Bahan Semen
1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini
adalah Portland semen Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat-
syarat dalam SII 0013-81.
2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan
baru, kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan-
sobekan.
3. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan
terlindung dari pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah semen
ditumpuk didalamnya di atas lantai tanggung kayu minimal 30 cm di atas
tanah. Tinggi penumpukan maksimum 15 kantong semen, yang
kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan keluar
proyek.
4. Semen yang diapaki selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen
yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan
pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di
lapangan sehingga untuk itu Pemborong diharuskan menumpuk semen
berkelompok menurut urutannya tiba di lapangan.
5. Semen yang umumnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik
tidak diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya
struktural.
6. Bilaman Direksi memandang perlu, Pemborong harus melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu
semen memenuhi syarat, atas biaya Pemborong.

15
5.3.4. Agregat
a. Semua Pemakaian koral (kerikil) batu pecah (Agregat Kasar) dan pasir
beton harus memenuhi syarat
b. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar di periksa dan harus memenuhi
styarat:
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24 %
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraks 19 – 30 lebih dari 22 %
c. Koral (kerikil) dan batu pecah (agregat kasar) mempunyai ukuran lebih
besar dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan
dari direksi.
d. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghaslkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja
yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan
dipakai.
e. Direksi dapat meminta kepada pemborong untuk mengadakan tes
kwalitasdari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang di
tunjuk oleh direksi, setiap saat dalam laboratorium yang diakaui atas
biaya pemborong.
f. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut
disuplay, maka pemborong diwajibkan untuk memberitahukan kepada
direksi.
g. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
ppermukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu
sama lain dan terkotori.

5.3.5. Air
1. Air yang dipakai untuk adukan beton dan adukan spesi harus bersih,
bebas zat-zat organic atau unorganik yang terkandung dalam air, yang
dapat mempengaruhi kekuatan keawetan dari beton. Mutu air tersebut
sedapat mungkin bermutu air minum.

16
2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas membasahi dan
lain-lain harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum diapakai.
3. Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja
di lapangan untuk menjamin kelancaran kerja.
4. Untuk memenuhi kebutuhan airkerja, apabila dipandang perlu
Pemborong diperbolehkan membuat sumur air bersih dalam daerah
kerja pelabuhan sepanjang memenuhi persyaratan atas beban biaya
pihak pemborong.

5.3.6. Besi Beton


a. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlaianan dan ketentuan-
ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan dari direksi.
b. Besi beton harus disuplay dari satu sumber (manufacture) dan tidak
dibenaran untuk mencampur adukan mermacam-macam sumber besi
beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
c. Pemborong wajib mangadakan pengujian mutu besi beton yang akan di
pakai sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari direksi, serta menyertakan
data teknis dari pabrik pembuat baja tulangan. Bantang percobaan
diambil dibawah kesaksianpercobaan mutu besi beton juga akan
dilakukan setiap saat bilaman dipandang perlu oleh direksi semua biaya
percobaan tersebut sepenuhnya dibiyai oleh pemborong
d. Pemasangan besi beton dilakukan sesaui dengan gambar atau
mendapat persetuajuan dari direksi. Untuk hal ini pe,borong harus
membuat gambar pengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan
kepada direksi untuk mendapat persetujuan.
e. Hubungan anatara besi beton satu dengan yang lainnya harus
menggunakan kawat beton, diikat dengan kuat, tidak bergeser selama
engecoran berlangsung.
f. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau
yang semacam itu, harus mendapat persetujuan dari direksi.

17
g. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitas tidak
sesuai dengan spesifikasi, harus segera dikeluarkan dari site setelah
menerima instruksi tertulis dari direksi dalam waktu 2 x 24 jam.

5.3.7. Admixture
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture.
Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai disetujui terlebih dahulu oleh
direksi lapangan.

5.3.8. Adukan Beton


Pekerjaan beton dalam pelaksanaannya harus memenuhi persyaratan-
persyaratan yang termuat dalam PBI 1971 NI 2, baik mengenai material
koral, pasir semen dan baja maupun pelaksanaanya.
1. Mutu Beton
Untuk beton bertulang kekuatan yang diisyaratkan dalam pekerjaan ini
adalah berdasarkan kekuatan karakteristik (K).
Kekuatan karakteristik beton 300 kg/cm2 dengan pemakaian PC
minimum 400 kg untuk tiap 1m3 beton, factor air semen maksimu 0,45
dan slump beton yang diperkenankan di lapangan = 7 cm, untuk ini
Pemborong harus membuat mixed design dengan persetujuan Direksi.
2. Percobaan Campuran
Sebelum pelaksanaan pembetonan, Pemborong terlebih dahulu harus
mengadakan percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat
mutu karakteristik beton seperti yang diisyaratkan dan untuk
mengetahui komposisi campuran beton (Pasir, semen dan batu pecah).
3. Slump yang diperkenankan adalah 7 cm
Dalam menentukan atau mendapatkan mutu beton sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan, harus dilakuka dengan
mengguakan ukuran penggunaan air (ember tertentu) yang mana

18
ukuran tersebut nantinya akan digunakan selama pelaksanaan
konstruksi (seperti gambar).
 Semen = s
 Kerikil = k
 Pasir = p
 Air = a
percobaan harus terus dilakukan dengan komposisi lain, sampai
mendapatkan mutu beton sesuai dengan yang diisyaratkan.
Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan komposisi
agregat tersebut di atas dan telah disetujui oleh Direksi harus
digunakan dalam pemakaian selanjutnya.
5.3.9. Factor Air Semen
a. agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesaui dengan yang
direncanakan, maka factor iar semen ditentukan sebagai berikut:
- Faktor air semen untuk balok, sloof dan poer maksimum 0,60
- Faktor air semen untuk kolom,balok, pelat lantai tangga dinding,
beton dan lisplank/parapet maksimum 0,60
- Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat
basah lainnya maksimum 0,55.
b. untuk lrbih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan
suatu mutu sesaui dengan yang direncanakan, maka untuk konsrtuksi
beton dengan factor air semen maksimum 0,55 harus memakai
plasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive
tersebut harus mendapat persetujuan dari direksi.

5.2.10. Cetakan Beton/Bakesting


1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila
menurut kebutuhan PPKI 1970 atau kayu lapis (playwood) ataupun
kayu local yang memenuhi persyaratan.
2. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan
tebal minimal adalah ± 2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai
19
playwood tebal minimal 16 mm. Papan bekisting harus kering udara
agar tidak menyusut pada waktu dipakai.
3. Apabila kayu yang digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak
dapat diperoleh di pasaran, maka Pemborong boleh mengajukan usul
perubahan kepada Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda
namun mutunya minimal sama atau lebih tinggi dari yang diisyaratkan.
Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis.
4. Untuk kostruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau
yang lebih baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan.
Bilamana akan digunakan dolken, diameter minimal harus 12 cm, lurus,
tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu ujungnya
harus lebih besar dari 10 cm.
5. Setelah umur beton delewati, maka harus dilakukan pembongkaran
cetakan beton (bekisting) serta memotong stek tulangan yang muncul
ke permukaan beton dan menutupnya dengan adukan beton.

5.3.11.Pengecoran Beton
1. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus
dihindarkan adanya penghentian pengecoran (cold-joint) kecuali bila
sudah diperhitungkan pada tempat yang aman dan sebelumnya sudah
mendapat persetujuan Direksi.
Pemborong harus sudah mempersiapkan segala sesuatunya
(peralatan) untuk pengamanan, pelindung dan lain-lain yang dapat
menjamin kontinuitas pengecoran.
2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata pemborong
harus memakai mesin pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai
kapasitas yang cukup untuk melayani volume pekerjaan yang
direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan
dihindarkan dari minyak sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus
diaduk sehingga merata/homogeny dan waktu pengadukan minimum
adalah 2 menit untuk setiap kali pencampuran.

20
3. Bilamana perlu Pemborong diperkenankan untuk menggunakan
concrete pump, gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan ke
tempat yang akan dicor. Pengangkut beton tidak dibenarkan dengan
ember-ember.
4. Sebelum pengecoran dimuali, semua peralatan material serta tenaga
yang diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap
pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui Direksi.
5. Segera setelah beton dituangkan ke dalam bekisting, adukan harus
dipadatkan dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi.
Penggetaran dengan concrete vibrator dapat dibantu dengan
penyodokan apabila dengan concrete vibrator tidak mungkin dilakukan
dengan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi terlebih dahulu.
6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti di tempat-tempat
yang diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan
sebelumnya mendapatkan persetujuan dari Direksi. Penghentian
maksimum 2 jam.
7. Untuk menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus
dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar
sempurna sambungannya dan sebelumnya adukan beton dituangkan,
permukaan yang akan disambung harus disiram dengan air semen
campuran 1 PC : 0,45 air.
8. Selama waktu pengerasan beton harus dilindungi dengan air bersih
atau ditutup dengan karung-karung yang senantiasa dibasahi dengan
air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
9. Apabila cuaca diragukan, sedangkan pengawas atau Direksi
menghendaki agar pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak
Pemborong harus menyediakan alat pelindung atau terpal yang cukup
untuk melindungi tempat yang sudah/akan dicor. Pengecoran tidak
diizinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik di atas 32 0C.
10. Untuk setiap 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan mengambil
contoh (sample) untuk pemeriksaan kekuatan tekan kubus,

21
pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan
dalam PBI 1991.
Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm
dan factor air semen maksimum 0,45. Pengambilan-pengambilan
contoh di atas sesuai petunjuk Direksi. Kubus-kubus dijaga agar dapat
mengeras dengan baik.
11. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari
nilai yang disyaratkan Pemborong harus mengambil core-sample dari
bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah core-sample untuk
tiap pemeriksaan adalah tiga buah, dan selanjutnya akan diperiksa di
laboratorium dengan persetujuan Direksi. Hasilnya akan dievaluasi
Direksi dan bila nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, harus
dilakukan perbaikan konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.
12. Seluruh pekerjaan beton bertulang ditambahkan bahan campuran
beton serat polypropylene murni yang dapat mengontrol retak yang
disebabkan oleh muai dan susut karena panas, meningkatkan daya
tahan terhadap kejut, mengurangi permeabilitas dan menambah daya
tahan beton.

5.3.12.Curing dan Perlindungan Atas Beton


- Beton harus dilundungi selama berlangsungnya proses pergeseran
terhadap : matahari, pengeringan oleh angina, hujan atau aliran air dan
pengerasan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
- Untuk perawatan beton, pemborong harus melindungi semua beton
terhadap kerusakan akibat panas yang berlebihan, kurangnya
pembasahan, tegangayang berlebihan atau hal lain yang menyebabkan
kerusakan, sampai penyerahan pekerjaan oleh kontraktor pada
Pemberi Tugas .
- Untuk bahan curing dapat dipakai sealbond produksi conspec atau
setara sebbanyak 1 liter tiap 6 m2. Pemakaian bahan curing harus
disetujuai oleh direksi

22
- Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki
atau dibongkar dan diganti dengan beton yang disetujui oleh direksi,
semua biaya yang timbul ditanggung oleh pemborong .

5.3.13.Pembongkaran Cetakan Beton


a. Pembongkaran dilakukan sesaui PBI 1971 9NI2 – 1971, dimana bagian
konstruksi yang dibongkar catakannya harus dapat memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksananya.
b. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui oleh
direksi sebelum pembongkaran.
c. Apabila setelah dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang
kropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera memberitahukan
atau melaporkan kepada direksi. Semua resiko terjadi akibat pekerjaan
tersebut maka biaya pengisian dan perbaikan atau pun penutupan
bagian tersebut menjadi tangung jawab pemborong.
d. Mesikupn hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, direksi
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat
sperti berikut :
1. Konstruksi beton sangat kropos
2. Konstruksi beton yang sesaui dengan bentuk yang direncanakan
atau posisi posisinya tidak seperti yang ditunjuk gambar.
3. Konstruksi beton yang berisikan katyu atau benda lainnya.
4. Konstruksi beton retak, pecah.

5.3.14.Penyelesaian Permukan Beton


a. Permukaan bagian atas beton harus rapi, licin, merata dank eras.
Selama beton masih plastis, maka tidak dizinkan ada benjolan yang
berlebihan (gelembung) pada permukaan. Semua permukaan harus
dicor secara monolitas dengan beton dasarnya.
b. Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan beton
untuk menghisap air yang berlebihan. Bagian permukaan beton pelat,
23
dinding, balok, yang exposed harus dirapikan dengan menggunakan
sendok aduk dari baja
c. Perbaikan cacat permukaan segera setelah cetakan dilepaskan, semua
permukaan exposed(terbuka)harus diperiksa secara teliti.
d. Lobang bentuk kerucut batang pengikat harus dihaluskan sedemikan
rupa sehingga permukaan dari lubang menjadi bersih dan kasar.
e. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan bentuk sedemikan rupa,
sehingga pekerjaan yang diselesaikan sesaui dengan ketentuan pasal
ini tidak menggangu pengikatan, menyebabkan penurunan atau retak
mendatar.

5.4. PEKERJAAN PLSETERAN BETON


Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyedian tenaga kerja, bahan-
bahan yang diperlukan termasuk alat-alat
Lingkup pekerjaan plesteran beton ini meliputi seluruh plesteran kolom, balok plat
kanopi serta pada seluruh detail yang ditunjukan dalam gambar.

5.4.1. Persayaratn Bahan


 Semen harus menemukan NI-18
 Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982
 Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10
Campuran (agregat) : untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih
dan bebas dari segala macam kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih
dan berlebih dahulu diayak.

5.4.2. Sayarat-Syarat Pelaksanaan


a. Seluruh plesteran beton dengan adukan campuran harus sesuai
dengan gambar rencana/RAB dan persetujuan dari direksi
b. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan
mata ayakan seperti yang disyaratkan.

24
c. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus
bermutu baik dari jenis dan disetujui oleh direksi.
d. Bahan semen yang dikirim ke lokasi harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan
type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak tercacat.
e. Bahan harus diletakan ditempat yang kering, berventilisai baik,
terlindung bersih. Tempat penyimpan barang harus cukup untuk
proyekini, dan dilindungi sesaui dengan jenisnya.
f. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada direksi
untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan
ketentuan/persyaratan pabrik yang bersangktan. Material yang tidak
disetujui harus diganti yang disyaratkan tampa biaya tambahan.
g. Bidang permukaan beton sebelum diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bakesting. Permukaan beton terlebih dahulu
harus diketrek.
h. Pekerjaan plesteran dapat dilakukan setelah ada persetujuan dari
direksi
i. Tebal plesteran sesaui dengan yang ditujukan gambar, ketebalan
plesteran yang melebihi 1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk
membantu dan memperkuat daya lekat plesteran.
j. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogeny, acian dapat dikerjakan
sesudah plesteran berumur 8 hari (kering)
k. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan tidak terlalu
cepat dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindungi dari terik matahari langsung dengan penutup
yang bias mencegah penyerapan air secara cepat.
l. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi,

25
atas biaya sendiri selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan
pemberi tugas/pemakai

5.5. PEKERJAAN ATAP


5.5.1. Rangka Atap
Yang dimaksud dengan rangka atap adalah konstruksi penutup atap, yang
terdiri dari :
a. Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda terbiat dari katu kelas I (kayu besi) atau kayu
sejenis yang ukurannya 20 X 20 hubungan sambungan dipakai baut-
baut besi diameter 12 mm
b. Gording
- Gording dibuat dari kayu kelas II
- Pemasangan gording harus lurus/waterpass dengan jarak antara
gording dengan gording 0.80 m
- Sambungan gording tidak diperkenakan di tengah antara kuda-
kuda sambungan dijepit oleh 2 kayu ukuran 5/10 panjang 120
cm dibaut dan di sekrup
c. Balok dan Papan Nok
Balok nok adalah di atas pertemuan kemiringan kuda-kuda diatas
balok nok yang terbuat dari kayu besi, dipasang papan nok, papan
nok harus dipasang lurus dan rata, papan nok terbuat dari kayu
kelas I
d. Ikatan Angin
Ikatan angina berfungsi untuk membuat kaku kuda-kuda, terutama
terhadap beban angina yang terjadi. Ikatan angina dipasang
penyilang antara kuda-kuda yang satu dengan yang lainnya,
terutama kuda-kuda bagian luar/ tepi bangunan . ikatan angina
terbuat dari kayu besi, pertemuan silang antara ikatan angina
dipasang klos kayu besi dibuat dan dimur penempatan ikatan angina
dapat dilihat sesaui dengan gambar potongan memanjang.

26
e. Papan Lisplank/Papan Tepi
Papan lisplank terbuat dari kayu kelas I disesauikan dengan gambar
kerja. papan lisplank dipasang pada akhir/ujung kuda-kuda/gording
paling bawah. Lisplank harus dipasang lurus tidak berkelok.
Sambungan lisplank digunakan sambungan ekor burung.

5.5.2. Penutup Atap


Penutup atap dan hubungan bangunan digunakan zenk BJLS 0.20

5.6. PEKERJAAN PENGECETAN


5.6.1. Cat Metrolite
Cat Metrolite digunakan untuk mengecat dinding tembok dan plafon tripleks,
pengecatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali untuk dinding tembok yang
baru sebelum dicat harus dilakukan acian dinding atau plamir hingga benar-
benar licin dan rata permukaan dinding baru di lakukan pengecatan.

5. 6.2. Cat Kayu dengan Cat Gloteks


Untuk semua bahan kayu seperti kusen pintu dan jendela, daun jendela,
ventilasi dan papan lisplank harus menggunakan cat Gloteks dan di cat
sekurang-kurangnya 2 kali. Kayu sebelum di cat harus di dumpul kemudian
di plas.

5.7. PEKERJAAN AKHIR/PENYELESAIAN PEKERJAAN


a. sebelum penyerahan pertama pekerjaan, kontraktor harus meneliti semua
bagian pekerjaan dan dapat menyelesaikan bagian pekerjaan yang dinilai
belum sempurna sesaui spesifikasi.
b. pada waktu penyerahan pekerjaan, maka ruangan maupun halaman harus
benar-benar telah dibersihkan dari segala macam kotoran/sampah
Pemborong tetap bertanggung jawab selama masa pemeliharaan pekerjaan
dalam memperbaiki segala kekurangan yang terjadi. Setelah penyerahan

27
kedua pekerjaan, maka semua barang dan peralatan milik pemborong sudah
harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.

5.8. PEKERJAAN PENUTUP


a. Sebagai penutup perlu diingatkan bahwa uraian Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS) ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan
gambar kerja serta izin penjelasan pekerjaan.
b. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini, dan pada petunjuk
pelaksanaan pekerjaan ternyata diperlukan, maka akan dicantumkan pada
berita Acara Penunjukan atau Berita acara Rapat Evaluasi.
c. Walaupun dalam Uraian RENCANA KERJA dan SYARAT_SYARAT (RKS) ini
tidak dinyatakn bahwa harus sediakan /kerjakan oleh pemborong, namun
penyedian /pekerjaan tersebut merupakan bagian pelengkap keseluruhan
pekerjaan di maksud.

28

Anda mungkin juga menyukai