PENGLIHATAN KATARAK
OLEH
HILYATI HUSNA
160204005
Dosen Pengajar :
Ns. Rumondang Gultom,. S.Kep. MKM
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatandankesehatan kepada penulis, dan atas berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal mini ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN KATARAK ”
Penulisan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Keperawatan Gerontik dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
membantu baik secara moral maupun material, terutama kepada :
Medan, 14 November
2019
Penulis
HILYATI HUSNA
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia,
semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr
Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup
orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata
yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan
tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu,
penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami
kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses
degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih
dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang
Tn.A dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di JL Amal luhur Dwikora Medan
Helvetia
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak
elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
- Sclera
- Kornea
- Iris
- Retina
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata
yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea
sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
1. Fisik
2. Kimia
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
2.1.4 Klasifikasi Katarak
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.
Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).
Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid
dan chlorpromazine.
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak
ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
1. Uji mata
2. Keratometri
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
2.1.9. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang
dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -
lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -
masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah
pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma
atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
mata.
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
(glaukoma).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana
perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti
(Nursalam, 2001)
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan
vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
2.2.3. Perencanaan
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:
Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-
Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
Kolaborasi:
Sikloplegis.
Intervensi
Mandiri:
Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan lensa kontak
bila menggunakan.
Kolaborasi:
Streoid.
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri
Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur
Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang
kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
tak dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:
berawan.
Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien,
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk,
televisi.
Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata
gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala belakang (bukan
Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan
Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yanbg
Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-
berair, fotofobia.
Rasional
Diagnosa keperawatan 1
Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.
Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau
menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.
dan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui penyebabnya (jaringan
tekanan mata.
okuler.
Diberikan untuk menurunkan bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada
Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah
Diagnosa Keperawatran 2
Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Adanya
Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila
terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien
Diagnosa Keperawatan 3
terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang
berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata diperbaiki per prosedur.
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan cemas dan
disorientasi pascaoperasi.
penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila
Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
Diagnosa Keperawatan 4
Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien kapsul
posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2 minggu sampai beberapa tahun
Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat beta ,dan agen
dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada
insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik,
meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.
televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan sedikit menimbulkan stres
dibanding membaca.
pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak perabot.
penglihatan.
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
Diagnosa Keperawatan 1
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan
demam.
Diagnosa Keperawatan 3
Diagnosa Keperawatan 4
3.1. PENGKAJIAN
Alamat : Amal luhur Dwi kora Medan Helvetia
Tempat, Tanggal lahir/Umur : Tanjung keliling,4 maret 1932
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, A dirumah.Anak
tinggal di panti sosial Tn.A menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu
dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.A
mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.A
keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan
Saat ini Tn.A tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.A bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.A pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.A tidak lagi sanggup untuk
Tn.A tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.A tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat
dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.A tersebut adalah 11 orang, yang
mana 8 orang adalah cucu dari Tn.A dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S
sendiri. Tetangga terdekat Tn.A adalah Ny. R yang selalu membantu dikala Tn.A
mengalami kesulitan.
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.A hidup dengan rukun bersama anak -
Bila Tn.A sakit, Tn.A berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.
3.1.7. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,A tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan waktu
tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,A tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.A
menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.
Sejak satu tahun lalu Tn.A mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn. A
mengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.A tidak tahu kenapa dia terus
mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.A berobat di klinik baru
Tn.A tahu kalau Tn.A sakit hipertensi. Biasanya Tn.A mengonsumsi captopril 12, 5 mg
2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.A mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam
sehari.
Tn.A tidak pernah di imunisasi, danTn.A tidak ada riwayat alergi, baik alergi
mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.A tidak punya masalah dalam mengkonsumsi
makanan.
Tn.A tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.A mengatakan kalau Tn.A pernah mengalami trauma
yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.A terkena batang padi, sehingga menyebabkan
Tn.A tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.A juga mengatakan sewaktu terjadinya
kejadian itu, Tn.A tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut
keteranganTn.A belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.A hanya di obati dengan
Tn.A merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn. A telah
meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari
Tn.A sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.A 13 tahun. Sedangkan ibunya
Kepala
Bentuk kepala Tn.A bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan
dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.A
juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
Mata
Tn.A mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.A
hanya satu yang bisa melihat. Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada
Tn.A sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi. Tn.A tidak
menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.A tidak terlalu bisa melihat
dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah
kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia
lanjut.
Telinga
Pendengaran Tn.A tidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.A tidak bisa mendengar detak
jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di dalam telinga Tn.A tidak ada keluar
cairan maupun peradangan. Dan Tn.A juga tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.A tidak lagi bisa mendengar dengan
Hidung
Tn.A dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada
obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.A juga tidak ditemukan adanya
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.A masih bisa mencium dengan baik.
Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.A hanya tinggal 3 batang itu
pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.A
mengalami perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.A mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.A sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi
yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.A
Leher
Pada leher Tn.A tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada,
Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.A normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan
pada payudara Tn.A Dan pada payudara Tn.A juga tidak ditemukan adanya benjolan
dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.
Pernapasan
Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.A sering mengalami
sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.A meminum neo napacin 1x dalam
sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.A tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.A
Gastrointestinal
Tn.A mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi. dan Tn. A juga
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun Tn.A
mengalami disfagia tetapi Tn.A masih dapat mencerna makanan dengan baik,
Tn.A mengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.A tidak mempunyai
masalah dengan cara berjalan. Tn.A masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan
Tn.A mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.A mengatakan kalau dirinya
meningkatnya usia maka Tn.A mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.A
Tn.A mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi
respon, dan Tn.A juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.A putih
dengan uban.
Integument
Tn.A mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena
Tn.A tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering
Psikososial
Tn.A mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.A juga mengaku
kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.A juga
lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang
daerah mata.
3.4 Catatan Perkembangan
4 April 2012 Penurunan persepsi sensori S: pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O: masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A : masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata. I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan
4.1 Pengkajian
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain
tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada kasus dengan
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
kognitif.
Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :
lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di tetapkan
sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan
berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu
Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -orang
disekitar klien.
4.4. Pelaksanaan
untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien
mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi
aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis juga
4.5 Evaluasi
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini penulis
tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat dengan jelas semua
5.1. Kesimpulan
pada Tn.A dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan
dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini
dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis
lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan
tinjauan teoritis. Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh
penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai
dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan perencanaan
ini penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua rencana
tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan
4. Implementasi
perencanaan yang berarti. Karena rencana tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya
kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di
samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada
5.Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini
penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari
orang - orang disekitar pasien. Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan.
Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang
5.2. Saran
kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan untuk
terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Medika ; Jakarta
Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html