Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENGLIHATAN KATARAK

OLEH

HILYATI HUSNA
160204005

Dosen Pengajar :
Ns. Rumondang Gultom,. S.Kep. MKM

ROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


MEDAN
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatandankesehatan kepada penulis, dan atas berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal mini ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN KATARAK ”
Penulisan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Keperawatan Gerontik dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
membantu baik secara moral maupun material, terutama kepada :

1. Parlindungan Purba, SH, MM, Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara


Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Sari
Mutiara Indonesia
3. Ns.TaruliRohanaSinaga, SP.MKM, Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, Selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu kesehatan Sari Mutiara Indonesia Medan
5. Ns.Rumondang Gultam S.Kep, M.Kep Selaku Dosen Pegajar
Keperawatan GerontikUniversitas Sari Mutiara Indonesia.
6. Seluruh Staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan proposal mini ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak, akhir kata saya mengucapkan terimah kasih.

Medan, 14 November
2019

Penulis

HILYATI HUSNA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................  i       


DAFTAR ISI .......................................................................................  ii       
BAB 1 PENDAHULUAN             
1.1     Latar Belakang .........................................................................1       
1.2     Tujuan Penulisan......................................................................1        
1.2.1Tujuan Umum...................................................................2        
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................3       
BAB II. TINJAUAN TEORITIS MEDIS     
2.1  Katarak ..........................................................................................5     .    
2.1.1  Defenisi ..............................................................................6         
2.1.2 Anatomi Fisiologi ......................................................... .....7        
2.1.3Etiologi........................................................................... ......8        
2.1.4  Klasifikasi .........................................................................11         
2.1.5  Patofisiologi ......................................................................13
2.1.6  Manifestasi Klinis..............................................................14                    
2.1.7 Komplikasi  .......................................................................15
2.1.8  Pemeriksaan Diagnostik ...................................................17      
2.1.9  Penatalaksanaan ................................................................20        
2.2    Asuhan Keperawatan .............................................................    22     
2.2.1 Pengkajian ........................................................................ 24         
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................26       
2.2.3 Perencanaan ...................................................................... 28       
2.2.4 Evaluasi .........................................................................  28    
BAB III TINJAUN KASUS
3.1. Pengkajian .......................................................................29        
3.1.1.Riwayat Klien .......................................................30        
3.1.2 Riwayat Keluarga .................................................30        
3.1.3 Riwayat Pekerjaan ................................................31       
3.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup .................................31        
3.1.5 Riwayat Rekreasi  .................................................32         
3.1.6 Sistem Pendukung yang digunakan  .....................34.         
3.1.7 Kebiasaan Tidur ....................................................35      
3.1.8 Status Kesehatan Saat Ini ......................................35       
3.1.9 Status Kesehatan Masa Lalu ..................................36   
3.1.10 Riwayat Keluarga  ................................................37        
3.1.11 Pemeriksaan Fisik ................................................37        
3.2. Analisa Data ......................................................................37              
3.3. Diagnosa Keperawatan .....................................................38      
3.4. Rencana Tindakan Keperawatan .......................................38        
3.5.Catatan Perkembangan .......................................................38         
BAB IV  TINJAUAN TEORITIS KEPERAWAAN         
4.1 Pengkajian...........................................................................39        
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................39         
4.3 Intervensi.............................................................................40         
4.4 Implementasi.......................................................................41    
4.5 Evaluasi............................................................................ . 41        
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN        
5.1 Kesimpulan...................................................................... .42       
5.2 Saran .................................................................................42 
SAP
POA      
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

              Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

              Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia,

semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai

kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

              Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di

negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia

Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr

Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup

orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses

penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula

penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.


              Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata

yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan

tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu,

penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari

Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami

kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.

              Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka

tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses

degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih

dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang

berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1.  Tujuan Umum

Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada

Tn.A dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di JL Amal luhur Dwikora Medan

Helvetia

1.2.2.  Tujuan Khusus

Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.A dengan Gangguan Sistem Penglihatan

Katarak di Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan

Sistem Penglihatan Katarak di di JL Amal luhur Dwikora Medan Helvetia


BAB II
TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1  Katarak

2.1.1   Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,

2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan

pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada

semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2        Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang

terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak

elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan

memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :


-          Koroid

-          Badan (korpus) siliare

-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola

mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata

yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea

sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang

sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic

darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu

gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3   Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)
2.1.4   Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.

Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).

Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.

Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid

dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak

ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.


2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya

myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair

sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

     2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak

              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga

retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak

kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -

tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak

akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).


2.1.6        Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.1.8.      Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila

dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

2.1.9. Penatalaksanaan

          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.

Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang

dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui

kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya

konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -

lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -

masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah

pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.

Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang

dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi

perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan

yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma

atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika

(Suddarth, 2001).

2.2    Asuhan Keperawatan

       2.2.1. Pengkajian

            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

           
` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar

terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan

merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air

mata.

d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair

(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar

mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,

gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh

peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes

(glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia

( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana
perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah

(Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien

dengan  penyakit katarak adalah:

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan

vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d 

tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

2.2.3. Perencanaan

            Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa

keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan

menyimpulkan rencana dokumentasi(Nursalam,2001).

            Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:
Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi:

Mandiri:

 Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,

penampilan, balutan mata.

 Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai

keinginan.

 Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata , membongkok.

 Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.

 Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.

 Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi,

visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.

 Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

 Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-

tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan

pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi.

 Observasi pembengkakan luka, bilik anterior  kempes, pupil berbentuk buah pir.

Kolaborasi:

     Berikan obat sesuai indikasi:

 Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)

 Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).

 Sikloplegis.

 Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol).


Diagnosa Keperawatan 2

Intervensi

Mandiri:

 Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.

 Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar

dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan lensa kontak

bila menggunakan.

 Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.

 Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak bengkak ,

drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.

Kolaborasi:

     Beri obat sesuai indikasi:

         Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival).

         Streoid.

Diagnosa Keperawatan 3

Intervensi

Mandiri

 Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.

 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.

 Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur

sampai benar-benar sembuh dari anestesia.

 Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang

terdekat tinggal dengan pasien.


 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi

bila menggunakan tetes mata.

 Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar

kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik mungkin ada.

 Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang

tak dioperasi.

Diagnosa Keperawatan 4

Intervensi

Mandiri:

 Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.

 Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan

berawan.

 Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.

 Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien,

contoh  peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat

memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.

 Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat

defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk,

merokok (sendiri/orang lain).

 Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton

televisi.

 Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.


 Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan /

penutup pada malam.

 Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata

gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala belakang (bukan

kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuk.

 Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan

perabot dari lalu lalang jalan.

 Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yanbg

dijual bebas, bila diindikasikan.

 Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-

tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata

berair, fotofobia.

Rasional

Diagnosa keperawatan 1

 Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam pembatasan yang

diperlukan.

 Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau

menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,

meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka.

 Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

 Ketidak nyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut menunjukkan

dan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui penyebabnya (jaringan

sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangat rentan).


 Menunjukkan proplaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau

tekanan mata.

 Mual/muntah dapat meningkatkan , memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera

okuler.

 Diberikan untuk menurunkan bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada

produksi akueus humor.

 Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah

pembedahan bila lensa tidak terganggu.

Diagnosa Keperawatran 2

 Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.

 Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.

 Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

 Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Adanya

ISK meningkatkan kontaminasi silang.

 Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila

terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien

mengalami implantasi IOL.

 Digunakan untuk menurunkan inflamasi.

Diagnosa Keperawatan 3

 Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan

terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang

berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata diperbaiki per prosedur.
 Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan cemas dan

disorientasi pascaoperasi.

 Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbataasan

penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila

pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.

 Memberi rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.

 Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara

bertahap menurun dengan penggunaan.catatan: iritasi lokal harus dilaporkan ke dokter,

tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.

 Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung, penglihatan/

meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

 Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk

pertolongan bila diperlukan.

Diagnosa Keperawatan 4

 Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pascaoperasi.

 Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien kapsul

posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2 minggu sampai beberapa tahun

pascaoperasi, memerlukan terapi laser untuk memperbaiki defisit penglihatan.

 Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.

 Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat beta ,dan agen

antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi;pencetus

dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada
insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik,

meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.

 Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih

mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh. Catatan:menonton

televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan sedikit menimbulkan stres

dibanding membaca.

 sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.

 Mencegah cedera kecelakaan pada mata.

 Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat menyebabkan

pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak perabot.

 Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.

 Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan

penglihatan.

2.2.4 Evaluasi

            Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).

Diagnosa Keperawatan 1

 Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.

 Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk

melindungi diri dari cedera.

 Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.


Diagnosa Keperawatan 2

 Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan

demam.

 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.

Diagnosa Keperawatan 3

 Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

 Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Diagnosa Keperawatan 4

 Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.

 Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1.  PENGKAJIAN

3.1.1   Riwayat klien / Data Biologis

     Nama                                               : Tn.A

     Alamat                                             : Amal luhur Dwi kora Medan Helvetia

     Telp                                                 : -

     Tempat, Tanggal lahir/Umur            : Tanjung keliling,4 maret 1932          

Jenis kelamin                                   : Laki - Laki

     Suku                                                 : Jawa

     Agama                                              : Islam

     Status perkawinan                             : Duda

     Pendidikan                                        : -

     Alamat                                               : Amal luhur Dwi kora Medan Helvetia

Orang yang paling dekat di hubungi   : Anak Kandung

3.1.2. Riwayat Keluarga

              Tn.A tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya

mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, A dirumah.Anak

perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang

memperhatikan Tn,A istrinya  sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan. Setelah

tinggal di panti sosial Tn.A menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka bertemu

dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.A

mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.A
keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan serangan

jantung dan Tn,A keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.

3.1.3. Riwayat Pekerjaan

            Saat ini Tn.A tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.A bekerja

sebagai petani dan kadang - kadang Tn.A pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.A tidak lagi sanggup untuk

bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

3.1.4. Riwayat Lingkungan Hidup

Tn.A tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari

bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.A tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat

dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.A tersebut adalah 11 orang, yang

mana 8 orang adalah cucu dari Tn.A dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari An.S

sendiri. Tetangga terdekat Tn.A adalah Ny. R yang selalu membantu dikala Tn.A

mengalami kesulitan.

3.1.5. Riwayat Rekreasi

                 Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.A hidup dengan rukun bersama anak -

anaknya, Dalam keluarga Tn.A tidak mempunyai kegiatan rekreasi.

3.1.6. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

            Bila Tn.A sakit, Tn.A berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal jauh.   

    
3.1.7. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

                 Sebelum tiggal dipanti, Tn,A tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan waktu

tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,A tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.A

menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan saja.

3.1.8. Status kesehatan saat ini

                 Sejak satu tahun lalu Tn.A mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn. A

mengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.A tidak tahu kenapa dia terus

mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.A berobat di klinik baru

Tn.A tahu kalau Tn.A sakit hipertensi. Biasanya Tn.A mengonsumsi captopril 12, 5 mg

2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.A mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam

sehari.

                 Tn.A tidak pernah di imunisasi, danTn.A tidak ada riwayat alergi, baik alergi

terhadap obat maupun makanan.Tn.A makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. A

mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.A tidak punya masalah dalam mengkonsumsi

makanan.

3.1.9. Status kesehatan masa lalu

                 Tn.A tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di

rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.A mengatakan kalau Tn.A pernah mengalami trauma

yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.A terkena batang padi, sehingga menyebabkan

Tn.A tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.A juga mengatakan sewaktu terjadinya

kejadian itu, Tn.A tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut

keteranganTn.A belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.A hanya di obati dengan

obat kampung saja.


3.1.10. Riwayat keluarga

       Tn.A merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn. A telah

meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari

Tn.A sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.A 13 tahun. Sedangkan ibunya

meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.A 35 tahun.

3.1.11. Pemeriksaan Fisik

a.         Vital sign

       TD    : 190/100 Mmhg

       RR     :         28 x/i

       Pols   :         84 x/i

       Temp :          36 c

b.        Pemeriksaan lain

   Kepala

Bentuk kepala Tn.A bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan

dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan Tn.A

juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.

    Mata

Tn.A mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.A

hanya satu yang bisa melihat. Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada

Tn.A sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi. Tn.A tidak
menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.A tidak terlalu bisa melihat

dengan baik.

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah

kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia

lanjut.

         Telinga

Pendengaran Tn.A tidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.A tidak bisa mendengar detak

jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di dalam telinga Tn.A tidak ada keluar

cairan maupun peradangan. Dan Tn.A juga tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.A tidak lagi bisa mendengar dengan

baik dikarenakan usia Tn.A yang semakin bertambah.

           Hidung

Tn.A dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak ada

obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.A juga tidak ditemukan adanya

pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.A masih bisa mencium dengan baik.

           Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.A hanya tinggal 3 batang itu

pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat. Tn.A

mengalami perubahan suara. Suara sesak, dan Tn.A mengalami kesulitan menelan.

Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.A sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi

yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.A
           Leher

Pada leher Tn.A tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid. Nyeri tidak ada,

dan pada leher Tn.A juga tidak ditemukan benjolan.

           Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.A normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan

pada payudara Tn.A Dan pada payudara Tn.A juga tidak ditemukan adanya benjolan

dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

           Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi   : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru

           Kardiovaskuler

Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.A sering mengalami

sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.A meminum neo napacin 1x dalam

sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.A tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.A

berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.A

           Gastrointestinal

Tn.A mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi. dan Tn. A juga

mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun Tn.A

mengalami disfagia tetapi Tn.A masih dapat mencerna makanan dengan baik,

walaupun sedikit demi sedikit.


           Musculoskeletal

Tn.A mengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.A tidak mempunyai

masalah dengan cara berjalan. Tn.A masih bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan

alat bantu seperti tongkat.

           Sistem saraf pusat

Tn.A mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.A mengatakan kalau dirinya

belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin

meningkatnya usia maka Tn.A mengalami masalah pada memorinya, sehingga Tn.A

tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

           Sistem endokrin

Tn.A mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika diberi

respon, dan Tn.A juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.A  putih

dengan uban.

           Integument

Tn.A mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan karena

Tn.A tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya sering

mengalami gatal - gatal.

           Psikososial

Tn.A mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.A juga mengaku

kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan Tn.A juga

mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data


No                      Data            Etiologi      Masalah
1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori :
 Do :visus berkurang, penurunan Penglihatan
ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa
mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan cemas


dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses penyakit
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak bisa


melihat dengan jelas, pandangan
kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
4.  Ds : Klien mengatakan pedih di
daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d

visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada

lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang

daerah mata.
3.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


           12 2019 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O: masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A: masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata.
I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. - Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d S : pasien mengatakan pedih


Wajah meringis menahan daerah mata
sakit, klien berusaha O : pasien meringis menahan sakit
memegang daerah mata. A : masalah sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan

           4 April 2012 Penurunan persepsi sensori S:   pasien mengatakan pandangan
Penglihatan b/d penurunan masih tak jelas
ketajaman penglihatan d/d O: masih terdapat penurunan
visus berkurang, ketajaman penglihatan dan
penurunan ketajaman visus berkurang
penglihatan, dan terdapat A : masalah belum teratasi
kekeruhan pada lensa P : intervensi dilanjutkan
mata. I:
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
E : masalah belum teratasi
R : R/T dilanjutkan

Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan sedikit


pengetahuan tentang tenang
proses penyakit d/d nadi O : pasien sudah  tenang
meningkat, tekanan darah A : masalah sedikit teratasi
meningkat, wajah tampak P : intervensi dilanjutkan
gelisah, wajah murung dan I:
sering melamun. - Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.
- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
E : masalah sedikit teratasi
R : R/T dilanjutkan.

Gangguan perawatan diri S : klien mengatakan pandangan


b/d Penurunan fungsi masih kabur
penglihatan d/d Klien tidak O : klien tidak bisa bergerak
dapat banyak bergerak, banyak
kondisi tubuh tidak rapi A : masalah belum teratasi
dan tampak acak - acakan. P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
E : masalah belum teratasi
R : intervensi dilakukan

Nyeri b/d luka dimata d/d S : pasien mengatakan pedih


Wajah meringis menahan daerah mata
sakit, klien berusaha O : pasien meringis menahan sakit
memegang daerah mata. A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.
I:
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
E : masalah sedikit teratasi
R : intervensi dilanjutkan
BAB IV
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

4.1  Pengkajian

Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam

mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data lain

tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis mendapat

bantuan penuh dari pasien atau tim terkait.

4.2  Diagnosa keperawatan

        Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang  jelas tentang masalah

kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan. Berdasarkan

kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada kasus dengan

gangguan sistem penglihatan katarak ini.

Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d 

tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.
Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d

visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada

lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4.3 Perencanaan

              Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang

teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di tetapkan

sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan

berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.

              Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di

karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -orang

disekitar klien.

4.4.       Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat

untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien

mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi

aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis juga

melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien selanjutnya.

4.5  Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam

memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan dalam

menggunakan proses keperawatan dalam  pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini penulis

tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat dengan jelas semua

tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat berhasil dengan baik.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

            Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan

pada Tn.A dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan

dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini

dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis

lainnya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah

kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan teoritis

penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan kasus penulis

hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan. Karena selama tahap pengkajian penulis

tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan

tinjauan teoritis. Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh

penulis.

3. Intervensi

Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai

dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan  perencanaan

ini penulis  tidak  menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan semua rencana
tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan

perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.

4. Implementasi

Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan

kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan

perencanaan yang berarti. Karena rencana tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya

kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di

samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada

5.Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini

penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon dari

orang - orang disekitar pasien. Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan.

Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang

diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah pasien.

5.2.   Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan

kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan untuk

terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola istirahatnya, dan

sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba

Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC :

Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai