Anda di halaman 1dari 11

MEMBANGUN GENERASI RABBANI DALAM ISLAM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Briliana Aisyah Ramadhani


202031260

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan


jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan
kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul membangun generasi rabbani dalam islam.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-
karya saya di waktu-waktu yang akan datang.

Palembang, 20 Desember 2020

Penulis
2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1........................................................................Latar Belakang Masalah 4


1.2.................................................................................Rumusan Masalah 5

1.3..................................................................................Tujuan Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN
1.1...............................................................Pengertian Generasi Rabbani 6

1.2.........................................................Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam 7


BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................11

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergantian generasi merupakan sunnatullah yang pasti akan terjadi pada suatu
kaum atau bangsa. Apakah pergantian itu lebih baik atau lebih buruk dari generasi
sebelumnya tergantung pada kesungguhan dalam mempersiapkan pengkaderan
generasi yang akan datang. Jika dipersiapkan dengan baik dan sungguh-sungguh
insya Allah akan menghasilkan suatu generasi yang lebih baik. Begitu pula
sebaliknya jika asal-asalan akan menghasilkan suatu generasi yang lebih buruk dari
generasi pendahulunya.

Jika diperhatikan kondisi pada akhir-akhir ini, jelas terlihat adanya gejala
demoralisasi di masyarakat. Kejahatan dan kekerasan hampir menjadi konsumsi
setiap hari di surat kabar dan televisi. Perzinahan, aborsi dan kasus kecanduan
narkoba menduduki peringkat tertinggi yang terjadi pada generasi muda. Selain itu
arus informasi yang masuk hampir tanpa batas, seperti mode/gaya hidup orang barat,
telah diadopsi tanpa filter (saringan) dan dijadikan sebagai suatu kebiasaan dan
kebanggaan. Fenomena ini hendaknya dijadikan sebagai bahan renungan bagi semua
kalangan. Apakah selama ini orang-orang sudah menjaga diri mereka sendiri,
keluarga dan masyarakat di sekitar agar tidak terkena dampak demoralisasi. Ataukah
selama ini semua orang sudah lupa dan melalaikannya. Padahal Allah dengan jelas
memberikan perintah dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu dan keluargamu dari api Neraka”. (At-Tahrim: 6).

Gejala ini harus diwaspadai, sebab jika tidak, akan menimbulkan preseden buruk
bagi generasi yang akan datang. Bisa dibayangkan seperti apa jadinya generasi yang
akan datang jika generasi sekarang seperti ini. Dan inilah yang Allah gambarkan
sebagai generasi yang buruk, suatu generasi yang akan membawa pada kehancuran
dan kesesatan. Allah
berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan”. (Maryam: 56).
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan generasi rabbani?

2. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan di dalam islam?

1.3 Tujuan penulisan


1. Dapat memahami arti Generasi Rabbani Dalam Islam

2. Dapat memahami prinsip-prinsip pendidikan di dalam islam

5
BAB 2

PEMBAHASAN

1.1Pengertian Generasi Rabbani

Generasi Rabbani adalah generasi yang baik, penuh dengan keridhaan dan kasih sayang
Allah serta hidupnya selalu dihiasi dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam surat Al-
Furqan, Allah menyebutkan mereka sebagai ‘ibaddurrahman’, yakni hamba yang disayangi
dan dikasihi Allah. Generasi Rabbani sebagai seorang muslim adalah tumpuan dan harapan
yang akan membawa kemajuan Islam dan tegaknya kalimatullah di bumi ini. Dalam surat
Al- Maidah ayat 54 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan mereka mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mu’min dan
bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikannya kepada siapa

yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”.

Dari ayat ini bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa karakteristik dari generasi rabbani
adalah:

1. Yuhibbu-hum wa yuhibbuunahu, mereka mencintai Allah, melaksanakan perintah Allah,


menjauhi larangan-Nya, tidak mau terlibat dalam kebobrokan-kebobrokan mental generasinya,
mempunyai hati yang bersih, dan Allah pun mencintai mereka.

2. Adzillatin ‘alal mu’minin a’izzatin ‘alal kafirin, rendah hati terhadap orang mu’min dan
keras terhadap orang kafir. Dan karakter yang ketiga adalah mereka bergerak dan berjuang di
jalan Allah dan mereka tidak khawatir atau takut terhadap celaan orang-orang yang suka
mencela, karena mereka menyadari bahwa itu merupakan suatu resiko dalam perjuangan.

6
1.2 Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam

Ada empat prinsip dalam pendidikan islam, yaitu:

1. Prinsip Pendidikan Moral

Para pendidik sependapat bahwa pendidikan akhlak merupakan aspek pendidikan paling sulit
dalam bidang pendidikan secara umum. Hal itu dikarenakan pendidikan akhlak tertumpu pada
pendidikan jiwa, sedangkan mendidik jiwa lebih sulit dari pada mendidik raga atau tubuh.
Pengetahuan dan ilmu tentang raga telah mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat.
Tetapi, pengetauhan dan ilmu tentang kejiwaan masih menjdi misteri dan tersembunyi.

Para pendidik juga sependapat bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan paling penting dalm
kehidupan manusia. Kesuksesan dan kebahagian dalam kehidupan kelompok (masyarakat) berkaitan
erat dengan akhlak.

Ada beberapa dasar dalam pendidikan akhlak yang perlu diterapkan, diantaranya adalah:

1. Menanamkan kepercayaan pada jiwa anak, yang mencakup percaya pada diri sendiri, percaya pada
orang lain terutama dengan pendidikannya, dan percaya bahwa manusia bertanggung jawab atas
perbuatan dan perilakunya. Ia juga mempunyai cita-cita dan semangat.

2. Menanamkan rasa cinta kasih sesama anak, anggota keluarga, dan orang lain.

3. Menyadarkan anak bahwa nilai-nilai akhlak muncul dari dalam diri manusia, dan bukan berasal dari
peraturan dan undang-undang.

4. Menanamkan “perasaan peka” pada anak-anak.

5. Membudayakan akhlak pada anak-anak sehingga akan menjadi kebiasaan dan watak pada diri mereka.

2. Prinsip Pendidikan Intelektual

Pendidikan akal termasuk sisi penting dunia pendidikan, karena hal itu sangat menentukan
kemajuan ilmu pemgetahuan dan kebudayaan. Pendidikan akal pada umumnya menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan akal yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan potensi yang ada
pada setiap orang. Perlu disadari bahwa bakat dan potensi pada setiap orang itu berbeda-beda.
7
Para pendidik sependapat bahwa bakat dan potensi dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.

Pendidikan akal diberikan dengan cara membekali berbagai pengetahuan sesuai dengan teori-
teori pengajaran. Berikut adalah berbagai cara dalam mendidik akal:

1. Pemberian pengetahuan sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan anak.


2. Berikanlah pengetahuan hingga kita yakin bahwa anak benar-benar dapat memahami dan
menguasainya.
3. Pengetauan disampaikan dengan menunjukkan kelebihan dan kekurangan, keuntungan
dan kerugian, dan memotivasi dalam hal yang menguntungkan dan menyempurnakan
dalam hal yang merugikan.
4. Pengetahuan yang akan diberikan harus benar dan meyakinkan.
5. Mengajarkan cara berfikir untuk sampai pada kenyataan.

3. Prinsip Pendidikan Sosial


Pentingnya pendidikan sosial pada anak di rumah didasarkan kepada dua hal: Pertama, saat usia
anak masih kecil, pendidikan sosial yang diajarkan akan lebih membekas dan lebih berpengaruh bagi si
anak. Kedua, pengenalan awal kehidupan sosial pada diri anak memiliki peranan yang besar dalam
membentuk psikis dan kpribadian sosial si anak di kemudian hari. Bila langkah awal kehidupan sosial
pada diri anak terbentuk secara negative, hasilnya akan mengarah kepada negative. Bila sejak awal
terbentuk positif, juga akan mengarah pada yang positif.

Tujuan terpenting dari pendidikan sosial adalah menjadikan manusia sama dalam strata sosial yang
berbeda. Masing-masing memiliki peranan penting sesuai dengan kapasitas dan kedudukannya.
Indikasinya adalah menghargai etika yang berlaku di masyarakat, menghargai perasaan kemanusiaan,
dan memerhatikan kepentingan umum.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan sosial adalah:

1. Sejak mengenal kehidupan sosial, seorang anak harus merasakan kehidupan yang tenag, aman dan
tentram di rumah, karena hal ini merupakan kebutuhan pokok.

2. Tidak kasar dalam memperlakukan anak saat masih kecil, karena perlakuan kasar akan menciptakan
rasa dendam dalam dirinya.

3. Tidak memanjakan anak. Seorang anak yang dimanja, ketika bergaul di masyarakat akan menjadi
manja pula.

4. Prinsip Pendidikan Emosional


Perasaan adalah bentuk kejiwaan seseoarang yang memiliki kekuatan yang dapat

8
mendorong seseorang melakukan reaksi positif ataupun negative terhadap hal-hal yang bersifat
materi ataupun spiritual. Setiap orang memiliki kadar perasaan yang berbeda dari segi objek,
kuantitas, jenis, serta kuat dan lemahnya, yang kemungkinana dapat diubah dengan bentuk
perasaan yang baru melalui cara-cara pendidikan. Perasaan mempunyai dua segi: kesengan dan
kebencian. Senang dan benci tidak akan muncul tanpa sebab dan dalam waktu yang singkat.
Keduanya terbentuk pada seseorang.

Setelah mengalami beberapa pengalaman beruntun baik yang menyenangkan


ataupun yang menyedihkan, atau muncul karena dorongan fitraj yang terdapat dalam
watak manusia.

Perasaan senang seseorang terhadap orng lain tidak akan terbebtuk kecuali dia melihat
kesenangan orang lain beberapa kali, atau melihat dari orang lain itu beberapa manfaat yang
berulang- ulang. Perasaan kekeluargaan dan kekerabatan hanya erbentuk dengan cara lain.
Biasanya, seseorang mencintai kerabatnya karena dia melihat dalam diri mereka ada sesuatu
yang menyenangkan, seperti kasih saying, perhatian dan saling membantu dalam waktu yang
lama.

Perasaan senang terkadang muncul karena kejadian fitrah, seperti perasaan kebapakan
atau keibuan terhadap anak-anaknya. Terkadang juga muncul karena pendidikan, seperti
orangtua yang mengajarkan anak-anaknya tentang hal-hal yang baik, bernilai, dan berguna
serta memberitahu beberapa hal tang buruk dan merugikan.

Agar kehidupan seimbang, perasaan harus dapat dikendalikan oleh akal. Perasaan
merupakan spirit kehidupan karwena pekerjaan atau perbuatan tanpa perasaan berarti hambar,
hampa, membosankan dan melelahkan. Sementara perasaan merupakan spirit pekerjaan dan
aktivitas yang menambah gairah kehidupan manusia. Pekerjaan yang dilakukan dengan penuh
spirit dan gairah akan membuat seseorang menjadi enjoy dan nikmat. Lelah dan capek terkadang
tidak terasakan. Di sisi lain dia pun sulit meninggalkan atau melupakan pekerjaan tersebut. Oleh
karena itu, orang tua harus mmemerhatikan pembentukan perasaan pada putra-putrinya. Yakni
perasaan cinta terhadap keluarga, masyarakat, sesame manusia, agama, akhlak, kepada segi-segi
kehidupan yang berguna dan mulia, serta yang lainnya. Juga membentuk perasaan benci dan
antisipasi terhadap perbuatan buruk, sifat-sifat buruk, dan hal-hal yang tidak terpuji.

9
BAB 3

PENUTUPAN

1.1 Kesimpulan

Pendidikan rabbani diharapkan mampu menguatkan karakter remaja, sehingga


mereka memiliki kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) sebagai landasan untuk bertindak benar dalam menjalani
kehidupannya. Dalam implementasinya pendidikan rabbani untuk penguatan
karakter remaja tidak bisa terlepas dari peran orang tua di keluarga, peran guru di
sekolah dan peran lingkungan masyarakat. Ketiga lembaga tersebut memiliki
peranan yang berbeda-beda sesuai

10
DAFTAR PUSTAKA

http://berbagimakalah07.blogspot.com/2016/01/makalah-msi-islam-sebagai-pencetak.html

11

Anda mungkin juga menyukai