Bioplastik
Disusun Oleh:
Ricky Priyagus K
16.B1.0020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak abad ke-20, plastik berkembang secara luar biasa. Penggunaan plastik
telah menyebar ke seluruh bidang kehidupan manusia. Berbagai produk
menggunakan bahan ini sebagai bahan dasar pembuatan produk mereka tersebut.
Mulai dari produk yang sederhana seperti kantong plastik hingga peralatan rumah
tangga yang digunakan sehari-hari. Memang, sifatnya yang ekonomis, fleksibel,
dan ringan membuat plastik sering digunakan oleh masyarakat. Menurut Sadiman,
Budi S (2013), konsumsi plastik terus meningkat tiap tahunnya. Plastik memang
sangat membantu masyarakat dalam banyak hal, tetapi tanpa disadari penggunaan
plastik yang berlebih dapat memberikan dampak buruk kepada lingkungan,
terutama ketika plastik tersebut telah menjadi sampah. Plastik sulit terurai secara
alami dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk plastik tersebut dapat
hancur.
Menurut Arisa, A (2012), berbagai cara telah ditempuh untuk mengurangi
dampak dari penggunaan produk berbahan dasar plastik. Salah satunya, adalah
dengan menimbun plastik. Namun, cara ini justru menimbulkan masalah lain,
yakni pencemaran tanah. Cara yang lain adalah dengan membakar plastik. Namun,
cara ini malah membawa dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan bahkan
masyarakat sekitar. Hal ini karena pembakaran plastik akan menyebabkan
timbulnya gas yang berbahaya bagi saluran pernafasan manusia. Selain itu, cara
lain yang juga merupakan program pemerintah yaitu program 3R, yakni Reduce,
Reuse, and Recycle. Menurut Ahmad, Rukaesih (2004), program ini kurang efektif
dalam mengurangi resiko yang ditimbulkan dari penggunaan plastik. Hal ini
karena proses Recycle/daur ulang memerlukan biaya sangat besar dan kurang
efektif karena harus memisahkan sampah plastik yang dapat didaur ulang dan yang
tidak dapat didaur ulang. Di samping itu, kehidupan manusia sudah sangat
bergantung akan bahan ini sehingga akan sangat sulit untuk mengurangi
penggunaan plastik ini. Dari situ, muncul suatu gagasan untuk mengembangkan
bioplastik untuk menggantikan plastik berbahan dasar minyak bumi yang selama
ini dipakai.
Menurut H, Pranamuda (2009), bioplastik adalah plastik yang ramah terhadap
lingkungan. Hal ini karena plastik jenis ini terbuat dari sumber biomassa seperti
minyak nabati, amilum jagung, dan amilum ercis. Berbeda dengan plastik yang
selama ini dipakai, bioplastik ini merupakan jenis plastik yang mudah untuk terurai
di alam. Menurut T, Danang (2011), pada kondisi tertentu bioplastik dapat
membusuk dalam waktu delapan sampai dua belas minggu. Bahkan, pada saat ini
telah ada riset yang mampu untuk membuat bioplastik dengan rantai molekul yang
sama dengan plastik yang berbahan dasar minyak bumi. Penggunaan bioplastik ini
tentu dapat menjadi alternatif dalam mengurangi atau bahkan menggantikan
penggunaan minyak bumi sebagai bahan dasar pembuatan plastik.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca
(Wikipedia, 2015). Menurut H, Pranamuda (2009), bioplastik adalah plastik
yang secara alamiah dapat mudah terdegradasi dan bersifat ramah lingkungan.
Menurut S, Adam dan D, Clark (2009), bioplastik ini terbuat dari bahan-bahan
biomassa seperti minyak nabati, amilum jagung, klobot jagung, dan amilum
ercis yang notabene merupakan bahan-bahan yang ramah terhadap lingkungan.
Plastik jenis ini dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, yang
membedakan adalah bioplastik akan hancur terurai oleh aktivitas
mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas karbondioksida setelah habis
terpakai dan dibuang ke lingkungan. Menurut H, Pranamuda (2009), bioplastik
dapat digunakan layaknya plastik konvensional, yang membedakan adalah
bioplastik akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil
akhir air dan gas karbondioksida. Bioplastik sendiri muncul karena kurang
efektifnya berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari
penggunaan plastik. Kemudian, timbul suatu gagasan untuk melakukan usaha
lain dalam mengatasi sampah plastik yaitu dengan membuat plastik yang dapat
terurai secara biologis (bioplastik).
Menurut T, Danang (2011), untuk masalah rantai molekul sendiri, rantai
molekul dari bioplastik ini sama dengan plastik konvensional. Meskipun,
memiliki rantai molekul yang sama bukan berarti membuat bioplastik sulit
terurai. Pada kondisi tertentu, bioplastik dapat membusuk dalam waktu delapan
sampai dua belas minggu.
Bahkan, bila dibandingkan dengan plastik konvensional, bioplastik memiliki
tingkat permeabilitas penguapan oksigen dan uap air yang lebih besar sehingga
dapat menjaga kesegaran buah dan sayuran tiga hari lebih lama.
B. Jenis-Jenis Bioplastik
Bioplastik terdiri atas beberapa jenis, yang paling luas penggunaan dan
produksinya adalah :
1. Bioplastik berbasis pati
Bioplastik berbasis pati ini sering disebut plastarch. Menurut Susanti, C
(2014), plastarch merupakan bioplastik yang paling luas digunakan. Hal ini
bisa dilihat dimana plastarch mendominasi 50 persen dari pasar bioplastik.
Plastrach terbuat dari amilum/pati. Pati memiliki karakteristik mampu
menyerap kelembaban dan dengan demikian digunakan untuk produksi kapsul
obat di sektor farmasi. Dengan ditambah bahan aditif seperti sorbitol dan
gliserin maka pati dapat diproses thermo-plastis.
2. Bioplastik berbasis Asam Polilactat (PLA)
PLA adalah bioplastik bening yang biasanya diprodusi dari bahan jagung
atau sumber gula alam. Pada umumnya, PLA digunakan sebagai bahan
kemasan. PLA dihasilkan dari proses fermentasi senyawa-senyawa gula yang
diperoleh dari bahan alam. Hasil fermentasi menghasilkan asam laktat yang
dipolimerisasi untuk menghasilkan plastik PLA dan siap untuk dibentuk sesuai
produk yang diinginkan.
3. Bioplastik berbasis Poli-3-hidroksibutrirat (PHB)
Poli-3-hidroksibutirat (PHB) adalah bioplastik yang dibuat dari amilum
atau glukosa yang dihasilkan oleh bakteri tertentu. Karakteristiknya serupa
dengan plastik jenis PP. Bioplastik jenis ini dapat terbiodegradasi tanpa sisa.
4. Bioplastik berbasis Genetically Modified (GM)
Untuk membuat bioplastik, harus ditentukan terlebih dahulu bahan baku yang
akan digunakan. Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan proses pembuatan
bioplastik dengan menggunakan pati sebagai bahan baku utama, gelatin, dan
gliserol. Pembuatan bioplastik ini menggunakan pati sebagai bahan baku utama,
gelatin, dan gliserol. Pati dan gelatin diukur sesuai kebutuhan lalu dicampurkan
dengan akuades di wadah anti panas yang berbeda. Volume larutan gelatin sebesar
10% dari volume larutan pati. Volume gliserol pun diukur sebesar 1% dari volume
larutan pati. Setelah itu, wadah yang berisi pati dipanaskan pada kompor hingga
mencapai suhu 95˚C. Kemudian, larutan gelatin dimasukkan ke dalam wadah dan
diaduk selama ±25 menit. Demikian pula larutan gliserol juga dimasukkan ke
dalam wadah dan diaduk sampai homogen. Setelah larutan menjadi homogen,
wadah dikeluarkan untuk kemudian didinginkan sebelum dicetak. Kemudian,
larutan dituang ke dalam cetakan. Cetakan dimasukkan ke dalam oven sampai
mencapai suhu 60˚C selama 24 jam. Setelah dikeringkan dalam oven, plastik
dilepaskan dari cetakan.
Pembuatan plastik dengan bahan baku pati, gelatin, dan gliserol menghasilkan
plastik berwarna transparan, terdapat pori dan elastis. Struktur bioplastik yang
menggunakan gelatin memiliki banyak pori bila dibandingkan dengan struktur
bioplastik yang tidak menggunakan gelatin. Menurut Febriana, A (2015), pori pada
bioplastik ini mudah terisi air sehingga menyebabkan bioplastik ini paling banyak
menyerap air dibandingkan dengan bioplastik dengan bahan lain. Sedangkan,
struktur bioplastik yang tidak menggunakan gelatin terlihat lebih rapat. Hal ini
yang menyebabkan bioplastik tanpa gelatin ini memiliki perpanjangan yang bagus,
namun kurang dalam penyerapan air.
Oleh karena gelatin berbahan keras dan kaku maka diperlukan penambahan
gliserol. Dengan penambahan gliserol, dapat membuat struktur plastik lebih
fleksibel dan elastis. Sehingga didapatkanlah plastik yang bersifat transparan,
elastis, hidrofilik (sifat suka air), dan mudah terurai yang dinamakan sifat mekanik
plastik.Sifat mekanik plastik ini dipengaruhi oleh besarnya jumlah kandungan
komponen-komponen penyusun plastik yang dalam hal ini ialah pati, gelatin, dan
gliserol.Menurut Febriana, A (2015), penambahan gliserol diperlukan untuk
membuat struktur plastik lebih elastis dan plastik yang bersifat hidrofilik (sifat
suka air). Plastik dari campuran pati, gelatin, dan gliserol agar dapat digunakan
sebagai plastik kemasan harus memenuhi standar sifat mekanik tertentu.
Umumnya, plastik kemasan yang selama ini digunakan adalah polietilen. Maka
dari itu, plastik berbahan pati harus memiliki kesamaan sifat mekanik untuk dapat
menggantikan polietilen sebagai bahan kemasan.
Salah satu bagian proses pembuatan bioplastik adalah modifikasi genetik.
Modifikasi genetik adalah suatu proses yang melibatkan mikroorganisme. Menurut
Febriana, A (2015), proses modifikasi genetik ini dianggap merupakan kunci agar
proses pembuatan bioplastik lebih murah dan lebih hemat dalam mengkonsumsi
bahan bakar minyak.
D. Keunggulan dan Kelemahan Bioplastik
1. Keunggulan Bioplastik
Adapun keunggulan dari bioplastik ini adalah sebagai berikut:
Menurut S, Adam dan D, Clark (2009), bioplastik terbuat dari bahan-bahan
biomassa yang notabene merupakan bahan yang dapat diperbaharui.
Menurut H, Pranamuda (2009), bioplastik mudah untuk terurai sehingga
membuat bioplastik menjadi plastik yang ramah terhadap lingkungan.
Menurut H, Pranamuda (2009), terurainya bioplastik akan menjadi hasil
akhir air dan gas karbondioksida yang tidak berbahaya untuk lingkungan.
Menurut T, Danang (2011), bioplastik memiliki rantai molekul yang sama
dengan plastik konvensional.
Menurut T, Danang (2011), pada kondisi tertentu, bioplastik dapat
membusuk dalam waktu delapan sampai dua belas minggu.
2. Kelemahan Bioplastik
Adapun kelemahan dari bioplastik ini adalah sebagai berikut:
Menurut Susanti, C (2014), bioplastik baru mencakup 6,9 persen dari total
plastik yang ada di dunia.
Menurut Susanti, C (2014), dilihat dari sisi ekonomi, bioplastik lebih mahal
sekitar 20% dari plastik biasa.
Menurut Sabriantoro (2010), proses pembuatan dari bioplastik ini rumit
dan lebih lama dibanding plastik biasa.
Menurut Sabriantoro (2010), proses pembuatan bioplastik masih manual
karena belum ada mesin pembuat otomatis.
Menurut T, Danang (2011), daya tahan bioplastik lebih rendah dibanding
plastik konvensional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari penggunaan plastik. Seperti yang
telah dipaparkan di atas, penggunaan plastik terus meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan jumlah dari penggunaan plastik ini sebanding dengan dampak yang
ditimbulkan oleh plastik tersebut. Dimana setelah plastik menjadi sampah, plastik
sulit untuk terurai dan hal ini tentu saja membahayakan lingkungan. Dari situ,
muncul suatu gagasan untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan dari penggunaan
plastik secara biologis, yakni dengan membuat plastik yang ramah lingkungan
(bioplastik). Plastik ini mudah terurai karena bahan-bahan penyusun bersumber
dari biomassa dan penguraiannya pun tidak akan membahayakan lingkungan.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat mengurangi resiko penggunaan
plastik yang selama ini dipakai.
B. Saran
1. Bagi pemerintah
Pemerintah harus turut serta dalam mengurangi resiko penggunaan plastik yang
selama ini dipakai. Pemerintah harus giat dalam mengembangkan bioplastik,
mulai dari mempersiapkan bahan baku hingga melakukan sosialisasi bioplastik
ini kepada masyarakat.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat juga harus turut serta dalam mengurangi resiko penggunaan plastik
yang selama ini dipakai. Masyarakat harus mendukung upaya pemerintah dalam
mengembangkan bioplastik ini, yaitu dengan mulai menggunakan bioplastik
dan meninggalkan plastik konvensional.
DAFTAR PUSTAKA