Anda di halaman 1dari 7

PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS RAJUNGAN

NAMA : NURBAITI SARI


NIM : AK816056
SEMESTER :4
KELAS : 4B
MATA KULIAH : PARASITOLOGI
PROGRAM STUDI : DIII ANALIS KESEHATAN
DOSEN : PUTRI KARTIKA SARI,M.Si

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
Patogenesis dan Gejala Klinis Rajungan
(Portunus pelagicus)

A. Klasifikasi
Dilihat dari sistematikanya, rajungan termasuk ke dalam :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria
Divisi : Eucoelomata
Section : Protostomia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia
Seksi : Brachyura
Sub Seksi : Branchyrhyncha
Famili : Portunidae
Sub Famili : Portunninae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus

Rajungan memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan dengan


abdomennya. Lebar karapas pada rajungan dewasa dapat mencapai ukuran
18,5cm. Abdomennya berbentuk segitiga (meruncing pada jantan dan melebar
pada betina), tereduksi dan melipat ke sisi ventral karapas. Pada kedua sisi muka
karapas terdapat 9 buah duri yang disebut sebagai duri marginal. Duri marginal
pertama berukuran lebih besar daripada ketujuh duri dibelakangnya, sedangkan
duri marginal ke- 9 yang terletak di sisi karapas merupakan duri terbesar.Kaki
Rajungan berjumlah 5 pasang, pasangan kaki pertama berubah menjadi capit
(cheliped) yang digunakan untuk memegang serta memasukkan makanan ke
dalam mulutnya, pasangan kaki ke 2 sampai ke 4 menjadi kaki jalan, sedangkan
pasangan kaki jalan kelima berfungsi sebagai pendayung atau alat renang,
sehingga sering disebut sebagai kepiting renang (swimming crab). Kaki renang
pada rajungan betina juga berfungsi sebagai alat pemegang dan inkubasi telur
B. Morfologi
Ciri-ciri morfologi kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah sebelah kiri
dan kanan karapaksnya terdapat duri yang besar. Duri-duri sisi belakang matanya
berjumlah sembilan buah (termasuk duri besar). Rajungan jantan karapaksnya
berwarna dasar biru ditaburi bintik-bintik putih yang beraneka ragam bentuknya.
Sedangkan yang betina berwarna dasar hijau kotor dengan bintik-bintik seperti
jantan. Pada bagian perut (dada) kepiting jantan umumnya organ kelamin
berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing dibagian depan, sedangkan
organ kelamin kepiting betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan
dibagiandepannya agak tumpul (lonjong).
C. Patogenesis
Ektoparasit adalah parasit yang melekat pada bagian permukaan tubuh inang.
Ektoparasit mempunyai habitat yang berbeda pada bagian permukaan tubuh inang
sebagai tempat hidupnya. Parasit yang menginfeksi bagian permukaan tubuh
inang adalah dari kelompok Protozoa, Crustaceans, Monogenea dan Helminths.
Akibat dari infeksi ektoparasit ini akan memberikan perubahan-perubahan baik
pada jaringan organ tubuh maupun perubahan sifat-sifat inang secara umum.
Nourina dan Martiadi (2002), menyebutkan bahwa ektoparasit dapat merugikan
inangnya dengan banyak cara, yaitu dengan mengisap darah, mengisap makanan
hospes dan menyerap jaringan tubuh inang, akibat dari hal tersebut akan
berdampak negatif pada inang yakni dapat merusak jaringan tubuh, menimbulkan
gangguan mekanik, membawa bibit penyakit (vektor), menimbulkan
penyumbatan secara mekanis, menurunkan resistensi tubuh hospes terhadap
penyakit lainnya (Ratmin, 2002).
Menurut Izhar (1998) dalam Sarita dkk. (2003), bahwa ektoparasit adalah
yang hidup pada permukaan tubuh inang atau rongga tubuh yang terbuka, seperti
kulit/karapaks, mata, sirip, insang dan mulut. Sedangkan menurut Anderson
(1974) dalam Fatmah (2001), bahwa ektoparasit adalah suatu jenis penyebab
penyakit yang menyerang bagian tubuh luar organisme. Bagian tubuh yang
umumnya terinfeksi adalah bagian luar yaitu kulit, insang, capik (khusus
kepiting), sirip dan mata.
Menurut Kusumah (1976) dalam Kabata (1985), mengatakan bahwa parasit
ditinjau dari segi siklus hidupnya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
intermitter parasit yaitu siklus hidupnya secara periodik dalam waktu tertentu
berada di dalam inang, tetapi di waktu lain meningggalkan inang yang
ditumpanginya. Siklus hidup yang lain adalah fakultatif parasit dimana dapat
hidup tanpa organisme lain. Kemudian obligateri parasit yang mana siklus
hidupnya membutuhkan organisme lain dan hidup selamanya.
D. Gejala Klinis
Jenis ektoparasit yang ditemukan menginfeksi rajungan beserta gejala klinis
adalah sebagai berikut :
1. Octolasmis sp. dalam insang rajungan dapat mempengaruhi inang dalam
banyak hal, menurut Costa et al, (2010) pengaruh yang diberikan Octolasmis
sp. pada inangnya adalah akan terjadi pengurangan sirkulasi air dan
pertukaran gas dalam insang yang diakibatkan proses fiksasi parasit,
berkurangnya oksigen dalam air pada bilik pernapasan inang dan koloni
parasit dapat menghalangi sirkulasi air dalam bilik pernapasan inang, sehingga
menyebabkan inang harus mengeluarkan energi yang lebih besar untuk proses
sirkulasi air.Pada dasarnya parasit ini adalah organisme yang membutuhkan
substrat sebagai tempat penempelan. Menurut Ross and Jackson (1972),
bahwa pada lingkungan bentik yang normal, karapaks dari rajungan adalah
salah satu contoh substrat dengan permukaan keras yang dapat dijadikan
lokasi kolonisasi oleh hewan invertebrata bentik termasuk parasit Octolasmis
sp. Akan tetapi kulit luar dari inang merupakan substrat sementara bagi teritip
ini sebab yang menjadi tujuan penempelan akhir dari Octolasmis sp. adalah
insang. Menurut Jeffries and Voris (1983), aliran air yang melalui sistem
pernapasan inang adalah penyebab dari penyebaran parasit ini.
2. Parasit Brooklynella sp. merupakan salah satu jenis parasit yang
menyerang bagian luar tubuh inangnya (ektoparasit) dan memiliki penyebaran
yang kosmopolit, tapi umumnya menyerang organisme laut tropis dan dapat
mengakibatkan inangnya menjadi lemah, bernapas dengan cepat serta dapat
menurunkan nafsu makan. Brooklynella sp. merupakan pasarit jenis protozoa
yang masuk dalam kelas kinetofragminophorea yang dicirikan oleh adanya
alat gerak dan berupa cilia yang pendek, dimana dapat menginfeksi organisme
yang dibudidayakan maupun yang hidup secara liar (Moler and Andres, 1986).

Parasit ini termasuk jenis ektoparasit yang sering ditemukan pada bagian
luar inang seperti insang maupun kulit luar (karapaks), namun jarang terjadi
kerusakan pada kulit luar dari inang yang terserang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sneiszko and Axelrod (1971), bahwa parasit ini dijumpai di bagian
insang dan kulit luar inang yang terserang. Tanda-tandanya penyakit yang
ditimbulkan sama dengan penyerangan Cryptocaryon irritans, namun jarang
terjadi kerusakan kulit luar inang yang terserang. Pada tingkat akut organisme
yang terserang Brooklynella sp. dapat menyebakan kematian massal dan
epizootic pada inang karena menyerang dan merusak bagian epitel sel pada
insang. Kerusakan epitel pada insang ini akan mengakibatkan laju respirasi
meningkat dan sulit bernafas (Anshary, 2008).
3. Parasit Ascarophis sp. merupakan ektoparasit yang termasuk dalam kelas
Cacing Nematoda, dimana jenis parasit ini dapat menginfeksi berbagai jenis
spesies air laut termasuk rajungan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan
parasit ini ditemukan pada organ karapaks rajungan. Rajungan yang terinfeksi
Ascarophis sp. dalam jumlah kecil mungkin tidak menunjukan gejala, namun
dapat mengganggu pergerakan dari inangnya sehingga pertumbuhannya akan
menjadi lambat. Infeksi dari parasit ini belum membahayakan inangnya
karena hanya didapatkan pada bagian karapaks serta jumlahnya juga masih
sedikit, apabila parasit ini sudah menginfeksi organ insang walaupun dalam
jumlah kecil maka akan membuat rajungan menjadi stres hingga dapat
menyebabkan kematian (George and Gerard, 2011).
4. Parasit Chelonibia patula merupakan salah satu jenis parasit metazoa
(lebih dari satu sel) yang tergolong dalam kelompok crustaceans yang banyak
menyerang rajungan pada bagian karapaks, kaki jalan, maupun kaki renang.
parasit Chelonibia patula yang ditemukan masih berukuran kecil dan
merupakan parasit yang dominan menginfeksi rajungan. Parasit ini ditemukan
menempel pada rajungan, karena lebih banyak mendapatkan cahaya untuk
proses perkembangannya. Selain itu, pada karapaks juga memiliki permukaan
biologis aktif yang terbuat dari kitin, kalsium serta lapisan mikroba yang lebih
menarik jika dibandingkan dengan substrat lain yang tidak hidup. Parasit ini
tidak ditemukan pada permukaan ventral karena diduga akibat pengendapan
kepiting ketika berjalan disepanjang dasar laut. Infeksi Chelonibia patula pada
kepiting dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan sebab akan
mempengaruhi proses molting dan mengurangi nilai komersial dari rajungan
karena penurunan berat badan serta secara estetika dapat mempengaruhi nilai
jual rajungan tersebut (Tania et al, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata
Kuliah Parasitologi Ikan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Cholik, F., A.G. Jagatraya., R.P. Poernomo. dan A, Jauzi. 2005. Akuakultur: Tumpuan
Harapan Masa Depan Bangsa. Penerbit Masyarakat Perikanan Nusantara
dengan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini ”Indonesia Indah”. Jakarta.
415 h
Costa, T.M., Christofoletti, R.A. and Pinheiro, M.A.A. 2010. Epibionts on Arenaeus
cribrarius (Brachyura: Portunidae) from Brazil. Zoologia 27 (3): 387-394.
George O. P. Jr. And Gerard M. T., 2011. Occurrence of Ascarophis (Nematoda:
Spiruridea) in Callianassa californiensis Dana and Other Decapod Crustaceans.
Division of Entomology and Parasitology, University of California, Berkeley,
California, 94720; and The Bodega Marine Laboratory, University of
California, Bodega Bay, California.
Ikan Mania. 2007. Pengamatan Aspek Biologi Rajungan dalam Menunjang Teknik
Perbenihannya.
Jeffries,W.B., Voris, H.K., Naiyanetr, P.H and Panha. S., 2005. Pedunculate Barnacles of
the Symbiotic Genus Octolasmis (Cirripedia: Thoracica: Poecilasmatidae) from
the Northern Gulf of Thailand. The Natural History Journal of Chulalongkorn
University, Chulalongkorn University : Thailand. (2005, May). 5(1): 9-13.
_______ and Voris, H.K. 1983. The Distribution, Size Reproduction of the pedundculate
barnacle Octolasmis mulleri. Fieldiana –Zoologi.
Moler, H and K. Andres, 1986. Diseases and Parasites of Marine Fishes, Kiel : Moller.
365 Hal.
Ratmin, R. 2002. Inventarisasi Ektoparasit dan Endoparasit Pada Tubuh Ikan Lema
(Rastrelliger canagurta, curiver) di Perairan Seri Kotamadya Ambon. Skripsi.
Fakultas Perikanan Universitas Pattimura. Ambon. 100 hal.
Ross, A., Jackson, C.G.Jr., (1983). Barnacle fouling of the ornate diamondback terrapin
Malaclemys terrapin macrospilota. Crustaceana 22: 203-205.
Tania, M.C. Ronaldo, A.C. & Marcelo, A.A.P., 2010. Epibionts on Arenaeus cribrarius
(Brachyura: Portunidae) from Brazil. Zool., 27: 387–394.

Anda mungkin juga menyukai