KRISIS HIPERTENSI
Disusun Oleh
Kelvin Sunaryo
NPM : 19710012
Pembimbing
2020
1|INTERNA
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 19710012
Fakultas : Kedokteran
Disetujui Oleh :
2|INTERNA
KATA PENGANTAR
Penyusun
3|INTERNA
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.............................................................................................................1
Kata Pengantar.............................................................................................3
Daftar Isi.......................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 5
2.6 Komplikasi……………………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….22
4|INTERNA
BAB I
PENDADULUAN
5|INTERNA
Dari data Riskesdas pada tahun 2018 dapat diketahui bahwa
prevalensi diabetes masih sangat tinggi di Indonesia terutama di kabupaten
Gresik. Dengan tingginya prevalensi yaitu sebesar 36,42%. Maka akan
makin besar resiko dari timbulnya berbagai komplikasi hipertensi salah
satunya yaitu krisis hipertensi berupa emergensi maupun urgensi hipertensi.
6|INTERNA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia yaitu 26,4% per 1,1 miliar jiwa
atau dapat diperkirakan setiap satu dari lima orang memiliki hipertensi.
Di negara Amerika, sebanyak 75 juta orang dewasa memiliki hipertensi
atau setiap satu orang dari 3 orang memiliki hipertensi, 54% diantaranya
memiliki tekanan darah yang terkontrol.(Tackling,2020)
7|INTERNA
prevalensi terbesar adalah kategori umur ≥75 tahun yaitu 69,53% dan
paling tinggi terjadi didaerah perkotaan sebesar 34,43%. Di provinsi
Jawa Timur memiliki jumlah penderita hipertensi berumur ≥18 tahun
yaitu sebesar 36,32%. Di kabupaten Gresik memiliki prevalensi
hipertensi sebesar 36,42%.
1.Genetik
2.Obesitas
8|INTERNA
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Perubahan fisiologis dapat
menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan
darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi
saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada
ginjal. (Nuraini,2015)
3.Jenis kelamin
4.Stres
5. Kurang olahraga
9|INTERNA
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras
dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang
mendesak arteri. (Nuraini,2015)
7. Kebiasaan Merokok
10 | I N T E R N A
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kapiler.
11 | I N T E R N A
tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam
yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah
jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga
oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.
Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi
yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam
jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya
reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon
iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis
otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti
oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang
dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan
sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ.Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi
oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal
dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme
natrium dalam ginjal sertaobesitas dan faktor endotel. Akibat yang
ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan
otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh
darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang
kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit
ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata
yang dapat mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-
debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja,
mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah,
12 | I N T E R N A
sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering
(tinnitus) dan dunia terasa berputar (Isselbacher,2002).
13 | I N T E R N A
aliran darah berkurang tetapi diikuti dengan peningkatan tahanan
perifer. Pada kasus krisis hipertensi, dapat ditemukan adanya factor lain
seperti mekanikal stress dan kerusakan endotel pembuluh darah.
14 | I N T E R N A
ekstremitas atas pada posisi duduk dan berdiri. Pemeriksaan funduskopi
dapat dilakukan untuk menilai adanya perubahan pada fundus okuli
dengan klasifikasi Keith-Wagener-Barker juga dilakukan pemeriksaan
jantung dan paru untuk meneumkan adanya disfungsi ventrikel maupun
suara jantung ketiga dan rhonki pada paru .(Isselbacher,2012)
Komplikasi Akut
a) Krisis Hipertensi
Prevalensi dari krisis hipertensi yaitu sebesar 1-3% dari total pasien
hipertensi yang dapat mengalami krisis hipertensi (Benken,2018).
Pasien yang memiliki resiko hipertensi yaitu pasien dengan riwayat
aneurisma aorta, edema pulmo, infark miokard akut, unstable angina
15 | I N T E R N A
pektoris, gagal ginjal, cerebro-vascular attack, Iskemik stroke,
ensefalopati hipertensi, eclampsia atau pre-eklampsia.(Aronow,2017).
16 | I N T E R N A
2.7 Penatalaksanaan hipertensi
17 | I N T E R N A
kulit hitam. Terapi awal untuk ras kulit hitam yang direkomendasikan
adalah diuretic thiazidedosis rendah atau CCB. Di lain pihak
guidelineEropa terbaru merekomendasikan 5 golongan obat sebagai
terapi awal yaitu ACE-inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah,
CCB atau -blocker berdasarkan indikasi khusus. Tujuan utama
pengobatan hipertensiadalah untuk mencapai dan mempertahankan
target TD. Jika target TD tidak tercapai dalam waktu satu bulan
pengobatan,maka dapat dilakukan peningkatan dosis obat awal atau
dengan menambahkan obat kedua dari salah satu kelas. Kombinasi dua
obat dosis rendah direkomendasikan untuk kondisi TD >20/10 mmHg di
atas target dan tidak terkontroldengan monoterapi. Secara fisiologis
konsep kombinasi 2 obat (dual therapy)cukup logis, karena respon
terhadap obat tunggal sering dibatasi oleh mekanisme counter aktivasi.
Sebagai contoh kehilangan air dan sodium oleh thiazide akan
dikompensasi oleh RAAS sehingga akan membatasi efektivitas thiazide
dalam menurunkan tensi. Kombinasi 2 golongan obat dosis rendah yang
direkomendasikan adalah penghambat RAAS+diuretic dan penghambat
RAAS+CCB (Kovell,2015)
18 | I N T E R N A
Selanjutnya hingga 24 jam kedepan tekanan darah dapat diturunkan
hingga tekanan sistoliknya 140 mmHg (Unger,2020)
19 | I N T E R N A
intravena. Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu
tergantung pada kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah
dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat.
Perawatan obat yang direkomendasikan untuk keadaan hipertensi
emergensi terdapat dalam ESC/ESH Guidelines for the management of
arterial hypertension adalah esmolol, metoprolol, labetalol, fenoldopam,
clevidipine, nikardipin, nitrogliserin, nitroprusside, enalaprilat,
clonidine. Nikardipin adalahlini pertamadalam pengobatan tatalaksana
hipertensi emergensi. Menurut Banken (2018) dalam hasil
penelitianyang dilakukan secara prospektif untuk membandingkan
nikardipin dengan nitrogliserin memberikan hasil tekanan darah
menurun lebih cepat pada pasien nikardipin dengan waktu 7,7jam
dengan tekanan darah sistolik rata-rata mencapai 94 mmHgsementara
nitrogliserin baru turun setelah 11,9 jamdengan tekanan darah sistolik
rata-rata mencapai108 mmHg (Benken,2018).
20 | I N T E R N A
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Unger dkk pada tahun 2020 menyebutkan bahwa hipertensi
merupakaan keadaan dimana pada individu usia 18 tahun ataupun lebih
dengan keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan tekanan darah
diastolic mencapai ≥90 mmHg dengan beberapa kali pemeriksaan.
21 | I N T E R N A
kerusakan organ target dengan pilihan obat yang sering digunakan
adalah Nicardipine.
DAFTAR PUSTAKA
22 | I N T E R N A
Varounis,et al. 2016. Cardiovascular Hypertensive Crisis : Recent
Evidence and Review of the Literature. Attikon Hospital
23 | I N T E R N A