Oleh:
Dosen Pembimbing:
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 19710041
Fakultas : Kedokteran
i
Universitas : Wijaya Kusuma Surabaya
Disetujui oleh:
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
ii
laporan kasus ini terbatas. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca. Tidak lupa penulis juga banyak
Kepaniteraan Klinik Penyakit Dalam di RSUD Ibnu Sina Gresik. Semoga laporan
Penulis
DAFTAR ISI
iii
BAB II LAPORAN KASUS ....................................................................... 2
2.1 Identitas Pasien ................................................................................ 2
2.2 Anamnesa ......................................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 3
2.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 5
2.5 Diagnosis .......................................................................................... 8
2.6 Planning ........................................................................................... 8
2.7 Follow Up ......................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
A. Infeksi Saluran Kemih............................................................................. 11
3.1 Definisi ISK ...................................................................................... 11
3.2 Epidemiologi ISK ............................................................................. 11
3.3 Patogenesis ISK ................................................................................ 12
3.4 Manifestasi Klinis ............................................................................. 13
3.5 Diagnosis ISK ................................................................................... 15
3.6 Penatalaksanaan ISK ........................................................................ 18
3.7 Diagnosa Banding ............................................................................ 20
3.8 Komplikasi ....................................................................................... 20
3.9 Prognosis .......................................................................................... 21
B. Acute Kidney Injury ............................................................................... 22
C. Hipokalemia ........................................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang secara umum
digambarkan adanya kolonisasi mikroba dalam urine dan pada traktus urinarius
mulai dari ginjal ampai uretra juga disekitarnya seperti fascia, perinefrik, prostat
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah beberapa infeksi bakteri yang paling
umum, mempengaruhi 150 juta orang setiap tahun di seluruh dunia. Pada tahun
2007, di Amerika Serikat saja, diperkirakan ada 10,5 juta gejala ISK (merupakan
0,9% dari di rawat jalan) dan 2-3 juta kunjungan gawat darurat. (Flores
Mireles.2015)
laki-laki yang lebih tua, dan perempuan dari segala usia. Gejala sisa serius
pada anak kecil, kelahiran prematur, dan komplikasi yang disebabkan oleh
dan kolitis Clostridium difficile. Secara klinis, UTI dikategorikan sebagai tidak
rumit atau rumit. UTI tanpa komplikasi biasanya menyerang individu yang
dinyatakan sehat dan tidak memiliki kelainan struktural atau neurologis saluran
kemih, infeksi ini dibedakan menjadi ISK bagian bawah (sistitis) dan ISK bagian
atas (pielonefritis).
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesa
I. Keluhan Utama
Nyeri saat BAK
II. Riwayat Penyakit Sekarang
• Nyeri saat buang air kecil sejak 3 hari Sebelum MRS
• Nyeri terus menerus hingga mengganggu aktifitas
• 3 hari SMRS pasien priksa ke dokter praktek dekat rumah di
beri obat dan masih sakit, 2 hari SMRS pasien periksa ke RS
Mabarot dan diberi obat, keesokan harinya masih terasa nyeri
dan sakit
2
III. Riwayat Penyakit Dahulu
3
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Gerak dada simetris kanan & kiri
Palpasi : Fremitus suara simetris kanan & kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V, 2
jari medial garis linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas jantung kiri atas : ICS II garis
parasternal sinistra
Batas jantung kiri bawah : ICS V 2
jari medial dari garis linea
midclavicularis sinistra
Batas jantung kanan atas : ICS II
garis parasternal dextra
Batas jantung kanan bawah: ICS IV
garis parasternal dextra
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+) ,
Hepar lien ttb, nyeri ketok CVA -/-
Ektremitas
Superior : Akral hangat kering merah, CRT<2 detik, tidak
didapatkan edema, needle track (-), tatoo (-).
4
Inferior : Akral hangat kering merah, CRT<2 detik, tidak
didapatkan edema, tatoo (-).
Nama
10/11/2020 Nilai Normal
Pemeriksaan
L: 13,0-17 g%
HB 13,9
P: 11,4-15,1 g%
Leukosit 21.700 3.600-11.000
PCV 42 35%-47%
MCV 92 80-100
MCH 31 26-34
MCHC 33 32-36
SC 3,6 0,45-0,75mg/dL
SGPT 40,8 0 – 35
5
Nama
10/11/2020 Nilai Normal
Pemeriksaan
Warna Kuning
pH 6,0 4,8-7,4
BJ 1,015 1,016-1,022
Leukosit +3 Negatif
Protein +2 Negatif
Bilirubin +1 Negatif
6
USG ABDOMEN
7
Intial
TPL PPL Planning
Assessment
KELUHAN UTAMA : Retensi urin ISK Planning Diagnosa:
Nyeri saat BAK Suspect ISK Lab DL
ANAMNESA : - Disuria USG Abdomen
- Demam Planning Terapi :
Nyeri saat buang air kecil
- Nyeri tekan Infus PZ :
BAK terputus-putus seperti
suprapubik Aminofluid
tidak tuntas dan anyang-
- Leukositosis 2:1
anyangan.
- Leukosituri Injeksi
Kecing berpasir (-)
- Proteinuri + Ciprofloxacin 2x200
Kencing merah (-) mg
Riwayat kencing batu (-) Injeksi Santagesik
Nyeri perut (+) AKI
3x1
Mual (+) - Nausea
Planning
Muntah (+) - Vomiting
Monitoring :
- Nafsu makan
Demam (+) UL
menurun
Nafsu makan menurun Tindakan :
- Azotemia
Riwayat konsumsi jamu- - Transaminitis Pasang Keteter
jamuan Planning Diagnosa : -
AKI
PEMERIKSAAN Hipokalemia Planning Terapi :
FISIK : - Kalium : 3,3 Prorenal 2x1
• Keadaan umum : Cukup
Braxidin 2x1
• TD : 140/73 mmHg
Injeksi Pantoprazole
• N : 90x/mnt
2x40
• t : 36oC
Planning
• RR : 17x/mnt Monitoring :
• Palpasi abdomen terdapat DL
nyeri tekan suprapubik Produksi urine
PEMERIKSAAN Tindakan : -
PENUNJANG :
DL : Leukosit : 21.700 Hipokalemia Planning Diagnosa : -
BUN : 38
SC : 3,6 Planning Terapi :
SGOT : 36,5 KSR 2x1
SGPT : 40,8
Kalium : 3,3 Planning
UL : Leukosit : +3 Monitoring :
Protein : +2 DL
Bilirubin : +1
Tindakan : -
Sedimen urin:
Leukosit : 45-50
Eritrosit : 40-45
Epitel 6-7
8
Tanggal Follow Up Terapi
BAB III
9
TINJAUAN PUSTAKA
menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic
infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3
juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi saluran kemih dapat menyerang
pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. (EAU,2018)
infeksi saluran kemih berulang pada suatu waktu dalam hidup mereka,
sedangkan pada laki-laki hal tersebut sering terjadi terjadi setelah usia 50
tahun keatas.5 Pada masa neonatus, infeksi saluran kemih lebih banyak
terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi dari
pada bayi perempuan (0,7%), sedangkan pada masa anak-anak hal tersebut
perempuan dan 1% pada anak laki-laki. Insiden infeksi saluran kemih ini
10
3.3 Patogenesis ISK
pada periuretra oleh uropathogen yang berada di usus, diikuti oleh kolonisasi
membutuhkan flagella dan pili. Dalam kandung kemih akan terjadi interaksi
yang kompleks antara host dan pathogen yang dapat menentukan apakah
untuk melepaskan nutrisi dan sel inang serta mensistesis siderophorase untuk
host dari imun, uropathogen selanjutnya akan naik ke ginjal dan melekat pada
adhesin atau pili untuk dapat menjajah epitel ginjal dan kemudian
melewati tubular epithelial barrier untuk mengakses aliran darah dan memulai
11
Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (Flores-Mireles et al, 2015).
12
b) Menunjukkan patofisiologi terjadinya ISK complicated sama dengan
pada ginjal.
Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien infeksi saluran kemih bagian atas
a. Nyeri Panggul
b. Demam
c. Mual
d. Muntah
e. Malaise
• Pielonefritis
a. Demam, Mual, Muntah, Nyeri pinggang, dan diare
b. Nyeri tekan, kemerahan pada sudut kostovertebra atau palpasi
abdomen dalam
c. Urinalisis ditemukan silinder leukosit
• Prostitis
a. Akut : Nyeri perineum, demam, prostat membengkak pada
pemeriksaan
b. Kronis : gx sititis, pancaran urin lemah, sulit BAK
Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien infeksi saluran kemih bagian bawah
a. Dysuria
13
b. Nyeri Suprapubik
c. Hematuria Berat
d. Frekuensi Berkemih Meningkat
e. Nokturia
• Sistitis
a. Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif
b. Trias : disuri, frekuensi, urgensi
c. Nyeri suprapubik
d. Urine keruh berbau tidak sedap
• Uretritis
a. LUTS iritatif
b. Disuria, frekuensi, Piuria
Berbeda dengan infeksi saluran kemih diatas, sejumlah besar pasien dengan
saja adalah pasien yang normal, pasien sehat, pasien lanjut usia, anak-anak, pasien
hamil, dan pasien dengan kateter. Maka dari itu, penting untuk dicatat bahwa perlu
adanya upaya untuk membedakan infeksi saluran kemih bagian atas dan bawah
Pada pasien lanjut usia, pasien dengan kateter atau pasien dengan gangguan
neurologis sering tidak mengalami gejala kencing tertentu dan akan mengalami
gastrointestinal, nyeri panggul, dan demam. Banyak dari pasien diatas akan
mengalami infeksi saluran kemih bagian atas dengan bakteriuria ataupun tidak,
Pada pasien usia lanjut dengan infeksi saluran kemih banyak terjadi tanpa
gejala atau piuria. Selain itu, karena beberapa pasien memiliki frekuensi dan
14
dysuria sehingga sulit untuk membedakan antara infeksi menular atau tidak
apabila berdasarkan symptom yang muncul. Gejala non spesifik seperti kegagalan
dan carik celup. Pada pemeriksaan carik celup, leukosit esterase digunakan
sebagai petunjuk adanya sel leukosit di dalam urin. Hasil positif dari
baik dalam keadaan utuh maupun lisis. Sedangkan pemeriksaan nitrit dalam urin
dengan carik celup adalah untuk mengetahui adanya bakteri di urin yang merubah
nitrat (yang berasal dari makanan) menjadi nitrit. Secara klinis ISK disertai
dengan hasil positif pada pemeriksaan nitrit dan leukosit esterase dapat
15
esterase negatif maka ISK belum dapat disingkirkan. Begitu pula hasil nitrit
Pendekatan Daignosis
a) Anamnesis
ISK atas : nyeri pinggang , demam, meggigil, mual dan muntah, hematuria
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Penunjang
Pertimbangkan CAUTI :
ada kateter urin - ganti atau cabut kateter
- Urinalisis dan Kultur
Pertimbangkan ISK komplikasi
- urinalisis dan kultur
pasien lain
-cari adanya abnormalitas fungsi
maupun anatomi
16
Pertimbangkan Pyelonefritis tanpa
wanita sehat tidak komplikasi :
hamil - kultur urin
-pertimbangkan rawat jalan
Gejala akut :
Nyeri Punggung, Pertimbangkan Pyelonefritis
Nausea/muntah, pasien lainnya tanpa komplikasi
demam, - kultur urin dan kultur darah
kemungkinan
gejala sistitis
pasien dengan pertimbangkan ISK komplikasi/
tanda dan gejala pielonefritis :
infeksi sistemik - pertimbangkan etiologipotensial
dan tidak ada lainnya
gejala yang jelas - kultur urine, kultur darah
pasien datang
dengan
kehamilan, Pertimbangkan bakteriuri
penerima asimtomatik :
transplantasi
ginjal, akan -skrining dan terapi
melalui prosedur
urologi invasif
kultur urin (+), Pertimbangkan bakteriuri
tidak ada gejala asimtomatik :
saluran kemih pasien lainnya
-tidak ada tambahan pemeriksaan
penunjang atau tatalaksana
pertimbangkan bakteriurin
asimptomatik terkait kateter :
pasien dengan
- tidak ada tambahan pemeriksaan
kateter urin
penunjang atau tatalaksana
- lepas kateter
17
Pertimbangkan sistitis rekuren :
wanita sehat,
tidak hamil -kultur urin untuk menegakkan
diagnosis
Gejala akut
infeksi saluran
kemih rekuren
Pertimbangkan prostatitis
bacterial kronik :
pria
- tes meares-stamey 4 glass
- pertimbangkan konsul urologi
Urological Infections tahun 2018, Obat yang digunakan untuk mengatasi masalah
meliputi evaluasi awal, pemilihan obat antibiotik, durasi terapi, dan evaluasi
follow up. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan ISK berdasarkan pada tingkat
keparahan tanda dan gejala, letak infeksi, dan apakah infeksi tergolong kompleks
18
masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik,
antara lain ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%). Hasil
penelitian pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit, didapatkan 81%
Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
(18%). Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan standar tujuan terapi akan
yang sudah maju, 13–37% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit
tepat, pasien yang tepat, indikasi yang tepat, dosis yang tepat, rute pemberian yang
tepat, dan informasi yang tepat serta waspada efek samping. Pemilihan antibiotik
sangat penting dalam mengobati ISK karena kekeliruan pemilihan antibiotik dapat
a. NON FARMAKOLOGI
19
b. FARMAKOLOGI
b) Nonbacterial cysitis
c) Interstitial cysttis
e) Piyelonefritis kut
f) Urethritis
g) Vaginitis
3.8 Komplikasi
antara lain gagal ginjal akut, urosepsis, nekrosis pepilla ginjal, terbentuknya batu
20
ginjal, suprasi atau pembentukan abses dan granuloma. Gagal ginjal akut
merupakan edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal yang akan
itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus ginjal akut. Nekrosis papila
ginjal dan nefritis interstitialis merupakan infeksi ginjal pada pasien diabetes,
Batu saluran kemih merupakan adanya papila yang terkelupas akibat infeksi
saluran kemih serta debris dari bakteri merupakan nidus pembentukan batu
saluran kemih. Selain itu beberapa kuman yang dapat memecah urea mampu
pembentuk batu mengendap di dalam urine dan membentuk batu pada saluran
kemih. Supurasi merupakan infeksi saluran kemih yang mengenai ginjal sehingga
dapat menimbulkan abses pada ginjal dan meluas ke rongga perirenal dan bahkan
pararenal, demikian pula yang mengenai prostat dan testis dapat menibulkan abses
3.9 Prognosis
tidaknya komplikasi, dan ada tidaknya kelainan anatomi pada penderita ISK. ISK
tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis yang lebih baik bila dilakukan
pengobatan difase akut yang adekuat dan disertai engan pengawasan terhadap
21
B. Akut Kidney Injury
Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga 6
tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Akut kidney injury (AKI)
ditandai dengan penurunan mendadak fungsi ginjal yang terjadi dalam beberapa
yang diketahui melalui pemeriksaan darah, urin, jaringan atau radiologis. (PPK,
2019)
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI) :
Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri rata-rata < 70 mmHg)
vasokonstriksi,
22
terjadi kontraksi mesangial dan penigkatan reabsorbsi natrium dan air.
Keadaan ini disebut prerenal atau gagal ginjal akut fungsional dimana
2. Gagal Ginjal Akut Intra Renal (azotemia Intrinsik Renal) Gagal ginjal
b. Glomerulus ginjal
d. Interstitial ginjal Gagal ginjal akut intra renal yang sering terjadi
nefrotoksin. (Brady,2005)
3. Gagal Ginjal Akut Post Renal, GGA post-renal merupakan 10% dari
ekstrarenal dapat terjadi pada pelvis ureter oleh obstruksi intrinsic (tumor,
terjadi bila obstruksi akut terjadi pada uretra, buli – buli dan ureter
bilateral, atau obstruksi pada ureter unilateral dimana ginjal satunya tidak
berfungsi. (Brady,2005)
23
Kriteria Diagnosis AKI menurut the International Kidney Disease :
atau
Pendekatan Daignosis
a) Anamnesis
- Nokturia
- Riwayat penyakit prostat, batu ginjal atau keganasan pelvis atau paraaorta
Suspek post-renal
b) Pemeriksaan Fisik
vaskulitis
c) Pemeriksaan Penunjang
24
- Laboratorium : darah perifer lengkap, urinalisis, sedimen urin, serum
ANAs
C. Hipokalemia
mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau adanya
gangguan perpindahan ion kalium ke dalam sel. Ginjal, sebagai penentu utama
kontortus proksimal menyerap kembali sekitar 2/3 filtrat, juga menyerap kembali
sekitar 2/3 (70%) K+ yang disaring. Anamnesis harus berfokus pada obat-obatan
mengancam jiwa.
dan durasi deplesi serum kalium. Gejala umumnya muncul apabila serum kalium
25
di bawah 3,0 mEq/L, kecuali jika penurunan kadar kalium mendadak atau pasien
Pendekatan Daignosis
a) Anamnesis
- Tanda dan gejala : keletihan, kelemahan otot, kram kaki otot lembek atau
b) Pemeriksaan fisik
- Nadi melemah
c) Pemeriksaan penunjang
26
BAB IV
PEMBAHASAN
yang ditemukan pada Tn S. Dengan gejala khas kencing tertahan atau kencing
keluar sedikit secdikit dimana keadaan ini merupakan retensi urine yakni
merasa nyeri saat dilakukan pemeriksaan fisik pada palpasi abdomen bagian
suprapubik. Selain karena faktor buli-buli, faktor lain penyebab terjadinya retensi
urin juga adanya penyumbatan pada uretra, dimana kontraksi buli-buli yang tidak
adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara buli-buli dan uretra dapat
menimbulkan terjadinya retensi urin yang jika tertahan lama didalam buli-buli
menyebabkan terjadi infeksi saluran kemih. Ditunjang dengan hasil lab DL yang
dan leukosit 40-45/LPB yang menunjukkan adanya infeksi pada urin dan diagnosa
pasti ditemukannya bakteriuria pada biakan urin sebagai penyebab adanya infeksi
27
Dari hasil pemeriksaan lab DL juga ditemukan peningkatan pada BUN dan
melalui pengukuran glomerulus filtration rate (GFR), Penurunan fungsi ginjal juga
meningkatkan kadar urea plasma karena ekskresi urea dalam urin menurun.
Peningkatan BUN dengan peningkatan kadar kreatinin plasma dapat terjadi pada
gangguan pasca-renal. Keadaan ini dapat diperkuat dengan hasil anamnesa yang
didapat yaitu adanya riwayat kebiasaan lama minum jamu-jamuan tetapi pasien
mengatakan tidak sering. Tetapi hasil USG Tn.S tidak ditemukan kelainan dalam
batas normal.
sedikit rendah, yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau
adanya gangguan perpindahan ion kalium ke dalam sel. Sedangkan Ginjal, sebagai
harian. Dan dalam keadaan fungsi ginjal yang kurang baik maka terjadi defisiensi
Kalium akibat dari penurunan sekresi dan reabsorbsi. Dalam tubuh manusia
Kalium masuk ke dalam sel-sel juga dengan cara difusi dan membutuhkan proses
metabolisme yang aktif. Kalium dibuang melalui urine dengan cara sekresi dan
28
DAFTAR PUSTAKA
Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo
Association of Urology
Vol.2. 19-36
29
Nathania, Maggie. 2019. Hipokalemia – Diagnosis dan Tatalaksana. Alumna
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8
wekyb3d8bbwe/TempState/Downloads/519-873-1-SM%20(1).pdf)
https://drive.google.com/file/d/1Pu31AVV9ZFOmInIWyixNwj5mzAt_mkX
w/view)
Rani Purnama Sari, Muhartono. 2018. Angka Kejadian Infeski Saluran Kemih
Universitas Lampung
30