Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ANALISIS INTERVESI KEPERAWATAN

MANAJEMEN HIPOVOLEMIA

DISUSUN OLEH :

ANIS FUADIYAH (116008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2020
LAPORAN ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pengertian Hipovolemia adalah penurunan volume


cairan intravaskuler,intersisial, dan
intraselular yang disebabkan karena
kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi, kekurangan intake
cairan, dan evaporasi. Tanda dan
gejalanya antara lain frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat

Pemasangan Infus adalah pemberian


sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Cairan isotonik adalah cairan yang


osmolaritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah
cairanRinger-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%).

Manajemen hipovolemia (I.03116)


- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Tindakan keperawatan yang akan
dilakukan

Nama Pasien : Ny. S


Diagnosa Medis :
Gastroenteritis
Tanggal tindakan :
25 April 2017

3. Diagnosa keperawatan Hipovolemia berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif ditandai

dengan mukosa bibir kering, turgor

kulit tidak elastis, lemah (D.0022)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : nutisi dan cairan

4. Tujuan Tindakan a. Mempertahankan atau mengganti


cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein lemak,
dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
b. Memperbaiki volume komponen-
komponen darah
c. Memberikan jalan masuk untuk
pemberian obat-obatan kedalam
tubuh
d. Memberikan cairan melalui
intravena.
5. Prinsip-prinsip tindakan dan a. Prinsip : steril
rasional
b. Aman bagi pasien
c. Benar prosedur
d. Benar terapi atau obat
e. Tindakan dilakukan secara tepat
dan benar

6. Analisa Tindakan a. Tahap Pre Interaksi


1) Persiapan pasien
Memberitahu dan menjelaskan
kepada pasien dan keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan

2) Persiapan alat
a) Standar infus
b) Cairan infus sesuai
kebutuhan
c) IV Catheter / Wings
Needle/ Abocath sesuai
kebutuhan
d) Perlak
e) Tourniquet
f) Plester
g) Gunting
h) Bengkok
i) Sarung tangan bersih
j) Kassa steril
k) Kapal alkohol / Alkohol
swab
l) Sharp countainer

b. Fase orientasi
1) Salam terapeutik dan
memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan
3) Menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan
4) Menayakan kesiapan pasien
5) Menjaga privasi
6) Mecuci tangan
c. Fase kerja
1) Mengidentifikasi pasien dengan
benar
R : menghindari salah pasien
2) Membuka bungkus selang,
menutup klem dan menyambung
ke cairan infus
3) Menggantung botol cairan pada
standart, mengisi tabung
reservior infus dengan cairan
infus sebanyak 1/3-1/2 bagian
4) Mengalirkan cairan infus hingga
tidak ada udara dalam selang
R : mencegah terjadinya emboli
akibat udara
5) Mengatur posisi lengan pasien
untuk menentukan posisi vena
yang akan ditusuk
6) Memasang perlak dan alasnya
serta membebaskan daerah yang
akan ditusuk
R : Agar darah tidak menetes di
tempat tidur pasien
7) Memasang tourniquet 10-12 cm
di atas area yang akan ditusuk
R : Agar mempermudah mencari
vena dan mencegah darah
menetes
8) Memakai sarung tangan steril
R : mencegah terjadinya infeksi
nosokomial
9) Membersihkan area penusukan
dengan kapas alkohol, dengan
teknik satu kali usap
10) Mempertahankan vena
pada posisi stabil dan memegang
IV kateter dengan sudut 15o – 30o
dengan posisi lubang jarum
menghadap ke atas
11) Memastikan jarum masuk
ke intra vena dan menarik sedikit
jarum (mandrin) sehingga darah
keluar sedikit
12) Memasukan IV kateter
secara perlahan, menarik jarum
(mandrin) hingga lepas dan
diletakkan ke dalam bengkok /
sharp container
13) Menyambung IV kateter
dengan selang, melepas torniquet
dan mengalirkan cairan infus
14) Menutup area penusukan
dengan transparan dressing/kassa
steril
15) Melepas sarung tangan
16) Melakukan fiksasi IV
kateter
17) Menghitung tetesan infus
sesuai program
d. Fase terminasi
1) Merapikan pasien
2) Melakukan evaluasi tindakan
3) Membereskan alat
4) Berpamitan
5) Mencuci tangan
6) Dokumentasi

6. Bahaya yang mungkin terjadi


akibat tindakan tersebut dan a. Phlebitis
Inflamasi vena yang disebabkan
cara pencegahan
oleh iritasi kimia maupun
mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya
daerah yang memerah dan hangat
di sekitar daerah
insersi/penusukan atau sepanjang
vena, nyeri atau rasa lunak pada
area insersi atau sepanjang vena,
dan pembengkakan.
b. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV


memasuki ruang subkutan di
sekeliling tempat pungsi vena.
Infiltrasi ditunjukkan dengan
adanya pembengkakan (akibat
peningkatan cairan di jaringan),
palor (disebabkan oleh sirkulasi
yang menurun) di sekitar area
insersi, ketidaknyamanan dan
penurunan kecepatan aliran
secara nyata.

c. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri


selama diinfus, kemerahan pada
kulit di atas area insersi. Iritasi
vena bisa terjadi karena cairan
dengan pH tinggi, pH rendah atau
osmolaritas yang tinggi (misal:
phenytoin, vancomycin,
eritromycin, dan nafcillin).

d. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat


kebocoran darah ke jaringan di
sekitar area insersi. Hal ini
disebabkan oleh pecahnya
dinding vena yang berlawanan
selama penusukan vena, jarum
keluar vena, dan tekanan yang
tidak sesuai yang diberikan ke
tempat penusukan setelah jarum
atau kateter dilepaskan. Tanda
dan gejala hematoma yaitu
ekimosis, pembengkakan segera
pada tempat penusukan, dan
kebocoran darah pada tempat
penusukan.

e. Trombophlebitis

Trombophlebitis
menggambarkan adanya bekuan
ditambah peradangan dalam
vena. Karakteristik tromboflebitis
adalah adanya nyeri yang
terlokalisasi, kemerahan, rasa
hangat, dan pembengkakan di
sekitar area insersi atau
sepanjang vena, imobilisasi
ekstremitas karena adanya rasa
tidak nyaman dan
pembengkakan, kecepatan aliran
yang tersendat, demam, malaise,
dan leukositosis.

f. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri,


kemerahan, bengkak pada vena,
dan aliran infus berhenti.
Trombosis disebabkan oleh injuri
sel endotel dinding vena,
pelekatan platelet.

g. Occlusion

Occlusion ditandai dengan tidak


adanya penambahan aliran ketika
botol dinaikkan, aliran balik
darah di selang infus, dan tidak
nyaman pada area
pemasangan/insersi. Occlusion
disebabkan oleh gangguan aliran
IV, aliran balik darah ketika
pasien berjalan, dan selang
diklem terlalu lama.

h. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri


sepanjang vena, kulit pucat di
sekitar vena, aliran berhenti
meskipun klem sudah dibuka
maksimal. Spasme vena bisa
disebabkan oleh pemberian darah
atau cairan yang dingin, iritasi
vena oleh obat atau cairan yang
mudah mengiritasi vena dan
aliran yang terlalu cepat.

i. Reaksi vasovagal

Digambarkan dengan klien tiba-


tiba terjadi kollaps pada vena,
dingin, berkeringat, pingsan,
pusing, mual dan penurunan
tekanan darah. Reaksi vasovagal
bisa disebabkan oleh nyeri atau
kecemasan.

7. Hasil yang didapat dan makna Setelah dilakukan pemasangan infus


maka kebutuhan cairan pasien
terpenuhi, turgor kulit elastis, mukosa
bibir lembab

8. Identifikasi tindakan Intervensi : Manajemen diare


keperawatan lainnya yang dapat (I.03101)
dilakukan untuk mengatasi
Tindakan
masalah/diagnose tersebut
a. Identifikasi penyebab diare
b. Identifikari riwayat makanan
c. Monitor tanda dan gejala
hipovolemia
d. Monitor jumlah pengeluaran
diare
e. Berikan asupan cairan oral
(larutan garam gula,oralit)
f. Pasang jalur intravena
g. Anjurkan makan sedikit sering
secara bertahap
h. Anjurkan hindari makanan
pembentuk gas, pedas,
mengandung laktose
i. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas

9. Evaluasi diri tentang a. Mukosa bibir lembab


pelaksanaan tindakan tersebut b. Turgor kulit elastis
c. Tidak ada keluhan lemah
d. Kondisi hipovolemia teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai