Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN TUTORIAL KOMUNITAS II

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunitas II

Koordinator Mata Kuliah : Nadirawati, S.Kp., M.Kep.

Dosen Tutorial : Meivi Sesanelvira, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Kelompok H

Ketua : Hilmi Nur Jihan 213118014


Scriber 1 : Ditta Octaviani 213118016
Scriber 2 : Risca Apriliana 213118149

Gabilla Putri K (213118121) Retna Ningsih (213118077)

Bayu Dwijo S (213118161) Siti Laela Saida Widia (213118096)

Salma Arrum (213118035) Mela Putri Aprilia (213118101)

Putri Meisa (213118037) Astri Tri Mulyani (213118107)

Via Rismaya (213118052) Indri Maharani (213118117)

Rilla Indiarwati (213118054) Aldira (213118135)

Putri Avriani A (213118075) Mahmud Maulana S (213118151)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan
alhamdulillah tepat pada waktunya. Dalam penulisan laporan tutorial ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
hasil laporan tutorial ini, khususnya kepada :

1. Ibu Meivi Sesanelvira, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom yang telah memberikan tugas


dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Kedua orang tua kita yang telah memberi dukungan dan do’a.
3. Rekan-rekan Ilmu Keperawatan (S-1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Cimahi.

Dalam penulisan laporan tutorial ini penulis menyadari kekurangan baik secara
teknis penulisan maupun materi, mengingatkan kemampuan yang penulis miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan laporan tutorial
ini. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada
mereka yang telah memberikan bantuan dan semoga apa yang telah kami sampaikan
dalam laporan tutorial ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi kami yang masih
dalam tahap belajar dan umumnya bagi semua pembaca.

Cimahi, 03 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah ........................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
D. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
E. Metode Penyusunan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4
A. Skenario Kasus ............................................................................................. 4
B. Step 1 Klarifikasi Istilah............................................................................... 4
C. Step 2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 10
D. Step 3 Analisa Masalah .............................................................................. 11
E. Step 4 Hipotesa ............................................................................................ 19
F. Step 5 Learning Objective .......................................................................... 20
G. Step 6 Belajar Mandiri ............................................................................... 20
H. Step 7 Sintesis .............................................................................................. 21
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 67
A. Kesimpulan ................................................................................................. 67
B. Saran ............................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 68

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-
2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari
gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.
COVID-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan
karakteristik genom. COVID-19 ini dapat mudah menyebar dari satu individu
ke individu lainnya melalui droplet dan air liur.
Penyebaran virus ini sangatlah cepat hingga memakan banyak nyawa di
berbagai negara. Akibat dari maraknya virus corona ini mengakibatkan
berbagai hal yang baru hampir dikerjakan dari rumah, baik sekolah, kuliah,
bekerja ataupun aktivitas yang lainnya. Bahkan tempat ibadah pun sebagian
telah ditutup demi mengurangi penyebaran covid-19.
Di Indonesia, masih melawan Virus Corona hingga saat ini, begitupun
juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah dengan
beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Sehingga
berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah, seperti physical distancing (jaga
jarak), lock down, serta PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Namun
masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan tersebut sehingga
akhirnya penyebaran virus ini berjalan sangat cepat.
Dengan demikian, dibutuhkan pemahaman yang intensif mengenai
virus corona serta cara menanggulanginya agar angka penyebaran tidak
semakin meningkat. Mengingat banyak sekali mesyarakat yang masih

1
2

meremehkan adanya virus corona ini serta belum tersnedianya vaksin yang
dapat membantu kesembuhan pasien karena masih dalam pencarian dan
penelitian oleh para ahli. Sehingga perlu untuk dikaji lebih dalam mengenai
permasalahan penanggulangan dan pencegahan Covid-19 ini.

B. Batasan Masalah
1. Step 1 : Klasifikasi istilah
2. Step 2 : Identifikasi masalah
3. Step 3 : Analisa masalah
4. Step 4 : Hipotesa
5. Step 5 : Learning Objective
6. Step 6 : Belajar Mandiri
7. Step 7 : Sintesis

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep Covid 19 ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan ?
3. Bagaimana peran perawat komunitas ?
4. Bagiamana upaya pencegahan infeksi termasuk covid itu sendiri ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas yang berkaitan dengan
infeksi ?

D. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami terkait konsep Covid19
2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan
3. Mahasiswa mampu memahami peran perawat komunitas
4. Mahasiswa mampu memahami upaya pencegahan infeksi termasuk
covid itu sendiri
3

5. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan komunitas terkait


infeksi

E. Metode Penyusunan
1. Studi Pustaka
Yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran
buku-buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan
dasar terhadap materi yang dihadapi.
2. Pencarian Dari Internet
Yaitu penelusuran dari berbagai macam alamat web yang mengenai
materi tentang tata tulis karya ilmiah yang ada di dalam internet untuk
memperoleh materi yang dihadapi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Skenario Kasus

Hasil pengkajian tentang suatu komunitas yang terindikasi kelompok


rentang penyakit infeksi di Kp. X Kota Cimahi, dari 150 penduduk :
menunjukkan 100 responden yang menjawab pernah keluar kota sedangkan 50
diantaranya tidak pernah ke luar kota. Dari kuisioner pengetahuan tentang suatu
penyakit infeksi yang sedang menjadi pandemic, responden yang menjawab
benar dan mempunyai pengentahuan yang baik tentang penyakit infeksi
tersebut 35% orang sisanya pengetahuan kurang. 65% dari penduduk pria saat
ini merokok, 10% pernah merokok dan sisanya tidak merokok. Hasil
pemeriksaan fisik pada 10 orang penduduk yang terindikasi sering melakukan
perjalanan keluar kota 9 orang dengan suhu tubuh 37,6 namun tidak mengalami
gejala anosmia, hypogeusia, batuk, demam, pilek, sakit tenggorokan dan sesak
nafas namun 1 diantaranya saat dicek suhu tubuh mengalami panas 38 derajat
celcius, walaupun tidak menunjukkan gejala anosmia tetapi mempunyai
penyakit komorbid. Semua KK belum pernah melakukan tes RT-PCR, rapid
atau test lainnya. Dari kuisioner perilaku pencegahan penyakit hanya 30% yang
melakukan tindakan preventif sedangkan sisanya kadang kadang saja
dilakukan. Berdasarkan wawancara dengan ketus RW setempat, warga masih
kurang dalam tindakan terutama dalam penggunaan masker, cuci tangan dan
social distancing. Karena menurut mereka yang penting sehat sehingga tidak
perlu melakukan tersebut yang penting daya tahan tubuh bagus.

B. Step 1 Klarifikasi Istilah


Pertanyaan :

4
5

1. Penyakit Komorbid (Indri M)


2. Hipogeusia ( Gabilla Putri k)
3. Infeksi (Putri Avriani)
4. Pandemi (Mela Putri)
5. Anosmia (Risca A)
6. Tes RT- PCR (Siti Laela )
7. Preventif (Mahmud M S)
8. Rapid Test (Ditta O)
Jawaban :
1. Penyakit komorbit adalah penyakit bawaan, contohnya seperti penyakit
hipertensi, diabetesmelitus, jantung, asma, TBC, ginjal (Aldira)
Komorbiditas (kata benda) dan komorbid (kata sifat) artinya penyakit
penyerta; sebuah istilah dalam dunia kedokteran yang menggambarkan
kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit
utamanya. Dalam Bahasa Indonesia sederhana sama artinya
dengan Komplikasi (medis), yaitu kondisi di mana dua penyakit atau
lebih hadir secara bersama-sama. Definisi yang lebih luas
menggambarkan kata ini bahwa yang hadir selain penyakit utamanya
tidak selalu harus berbentuk penyakit tapi juga bisa berupa perilaku
yang mengarah kepada gaya hidup tidak sehat. (Mela)
2. Hipogeusia adalah suatu kondisi penurunan kemampuan pengecapan
lidah. Hipogeusia adalah istilah untuk kehilangan sebagian dari satu
jenis rasa. Seseorang dengan hipogeusia mungkin tidak dapat
mendeteksi salah satu selera seperti: Kepahitan,Asam,Rasa asin,Rasa
Manis. (Retna)
Hypogeusia adalah penurunan kemampuan untuk merasakan sesuatu
(untuk merasakan zat manis, asam, pahit, atau asin). Kurangnya rasa
disebut ageusia . Penyebab hypogeusia termasuk obat kemoterapi
6

bleomycin, antibiotic, antitumor, serta defisiensi seng. Biasanya


penyebab dasarnya karena :
a. Kerusakan pada taste bud / bintik kecap lidah
b. Gangguan pada saraf pengecapan baik pada saraf tepinya
ataupun karena proses sentral di otak ( siti laela )
3. Infeksi adalah serangan dan perbanyakan diri yang dilakukan oleh
patogen pada tubuh makhluk hidup.Patogen penyebab infeksi di
antaranya mikroorganisme seperti virus, prion, bakteri, dan fungi.
Sementara itu, parasit seperti cacing dan organisme uniseluler juga
dapat menyebabkan infeksi, meskipun terkadang istilah infeksi dan
infestasi dipakai bergantian untuk menyebut serangan agen parasitik.
Serangan patogen-patogen tersebut, maupun racun yang mereka
hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme inang. (Astri)
Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh
organisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Meski beberapa
jenis organisme terdapat di tubuh dan tergolong tidak berbahaya, pada
kondisi tertentu, organisme-organisme tersebut dapat menyerang dan
menimbulkan gangguan kesehatan, yang bahkan berpotensi
menyebabkan kematian. ( Salma)
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme yang
menyebabkan cedera selular lokal akibat metabolisme yang kompetitif,
toksin, replikasi intraseluler, atau respons antigen- antibodi. (Indri M)
4. Pandemi adalah wabah yang menyebar ke seluruh dunia. Dengan kata
lain, wabah ini menjadi masalah bersama warga dunia. Contoh pandemi
adalah H1N1 yang diumukan oleh WHO pada 2009. Demikian halnya
dengan influenza yang dahulu pernah menjadi pandemi tingkat dunia
(salma)
Istilah pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang
berjangkit serempak di mana-mana meliputi daerah geografi yang luas.
7

Dalam pengertian yang paling klasik, ketika sebuah epidemi menyebar


ke beberapa negara atau wilayah dunia. Wabah penyakit yang masuk
dalam kategori pandemi adalah penyakit menular dan memiliki garis
infeksi berkelanjutan. Maka, jika ada kasus terjadi di beberapa negara
lainnya selain negara asal, akan tetap digolongkan sebagai pandemi.
(Rila)
Pandemi (dari bahasa Yunani pan yang artinya semua dan demos yang
artinya orang) adalah epidemi yang terjadi pada skala yang melintasi
batas internasional, biasanya memengaruhi sejumlah besar orang. Suatu
penyakit atau kondisi bukanlah pandemi hanya karena tersebar luas atau
membunuh banyak orang; penyakit atau kondisi tersebut juga harus
menular. Misalnya, kanker bertanggung jawab atas banyak kematian
tetapi tidak dianggap sebagai pandemi karena penyakit ini tidak
menular. (Mahmud)
5. Anosmia adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau.
Kondisi ini juga dapat menghilangkan kemampuan penderitanya untuk
merasakan makanan. Kehilangan kemampuan indera penciuman atau
anosmia dapat memengaruhi hidup seseorang. Selain tidak bisa
mencium bebauan dan merasakan makanan, kondisi ini dapat memicu
hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, malnutrisi, hingga
depresi. Gejala anosmia adalah hilangnya kemampuan untuk mencium
bau. Sebagai contoh, anosmia bisa membuat penderitanya tidak bisa
mencium wangi bunga atau bau tubuh sendiri. Bahkan, bau sesuatu
yang menyengat seperti asap kebakaran atau gas yang bocor juga bisa
tidak tercium. Pengobatan anosmia bertujuan untuk mengatasi
penyebab yang mendasarinya. Jika penyebab anosmia dapat
disembuhkan, otomatis anosmia juga akan sembuh. Bahkan, pada kasus
anosmia yang disebabkan oleh alergi, pengobatan tidak diperlukan,
8

karena kondisi ini akan sembuh dengan sendirinya. Metode pengobatan


anosmia tergantung pada penyebabnya, antara lain:
a. Pembedahan untuk mengatasi anosmia yang disebabkan oleh
kelainan tulang hidung, tumor hidung, atau polip hidung
b. Penghentian konsumsi obat-obatan pada anosmia yang
disebabkan oleh efek samping obat
c. Pemberian dekongestan untuk anosmia yang disebabkan oleh
hidung tersumbat
d. Pemberian Antibiotic untuk anosmia yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, termasuk sinusitis (putri meisa)
Gangguan anosmia ini dapat berupa :
a. Gangguan di dinding dalam hidung bisa berupa iritasi atau
hidung tersumbat, yang disebabkan oleh: Pilek, Flu, Rhinitis
non alergi, Rhinitis alergi, Sinusitis, Kebiasaan merokok
b. Penyumbatan di rongga hidung. Sejumlah kondisi yang dapat
menyebabkan penyumbatan rongga hidung adalah:
1) Kelainan tulang hidung, Polip hidung, Tumor,
Kerusakan pada otak dan sistem saraf
2) Kerusakan ini bisa terjadi pada saraf yang berfungsi
mengirim sinyal bau ke otak, atau pada otak itu sendiri.
Penyebabnya antara lain: Penuaan, Diabetes,
Sindrom,Cedera kepala, Sindrom Klinefelter, Bedah
otak
c. Covid 19
Corona atau COVID-19 mengalami gejala anosmia atau
hilangnya kemampuan indera pembau. Akan tetapi, gejala
anosmia pada sebagian besar pasien COVID-19 hanya bersifat
sementara. (Aldira)
9

Hilangnya kemampuan untuk mendeteksi dan mengindetifikasi


bau. Anosmia dapat timbuk akubat trauma di daerah frontal atau
oksipital. Selain itu anosmia juga dapat terjadi setelah infeksi
oleh virus tumor seperti osteoma atau meningioma dan akibat
proses degenerasi pada orang tua (Gabilla putri)

6. PCR atau polymerase chain reaction adalah pemeriksaan laboratorium


untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau
virus. PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan
mendeteksi DNA virus. Uji ini akan didapatkan hasil apakah seseorang
positif atau tidak SARS Co-2.Dibanding rapid test, pemeriksaan RT-
PCR lebih akurat. Metode ini jugalah yang direkomendasikan WHO
untuk mendeteksi Covid-19. Namun akurasi ini dibarengi dengan
kerumitan proses dan harga alat yang lebih tinggi. Selain itu, proses
untuk mengetahui hasilnya lebih lama ketimbang rapid test. Swab-PCR
mengambil sampel dari rongga nasofaring dan atau orofarings. (Rila)
Prosedur pemeriksaan diawali dengan pengambilan sampel dahak,
lendir, atau cairan dari nasofaring (bagian antara hidung dan
tenggorokan), orofaring (bagian antara mulut dan tenggorokan), atau
paru-paru pasien yang diduga terinfeksi virus Corona. Pengambilan
sampel dahak ini dilakukan dengan metode swab, yang prosedurnya
memakan waktu sekitar 15 detik dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Selanjutnya, sampel dahak akan diteliti di laboratorium. (Via)
Tes PCR untuk Memastikan Hasil Rapid Test. Selain tes PCR,
mungkin Anda pernah mendengar tes serologi rapid test untuk COVID-
19. Sebenarnya, rapid test bukanlah tes untuk mendiagnosis COVID-
19. Rapid test hanyalah pemeriksaan penyaring atau skrining untuk
mendeteksi keberadaan antibodi IgM dan IgG yang dihasilkan tubuh
ketika terpapar virus Corona. Perlu diketahui, pembentukan antibodi
10

IgM dan IgG membutuhkan waktu yang cukup lama, bisa hingga 2–4
minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, hasil
negatif pada rapid test tidak bisa dijadikan penentu seseorang tidak
terinfeksi virus Corona. Hasil positif pada rapid test juga tidak bisa
dijadikan penentu bahwa seseorang terinfeksi virus Corona. Hal ini
karena antibodi yang terdeteksi bisa saja IgM dan IgG yang dibentuk
oleh tubuh karena infeksi virus yang lain, termasuk virus dari kelompok
coronavirus selain SARS-CoV-2. Hasil seperti ini dikatakan hasil
positif palsu (false positive). Di sinilah pentingnya melakukan tes PCR.
Tes PCR akan memastikan hasil dari rapid test. Sampai saat ini, tes PCR
merupakan pemeriksaan diagnostik yang dianggap paling akurat untuk
memastikan apakah seseorang menderita COVID-19 atau tidak. (putri
meisa)
7. Preventif adalah suatu upaya melakukan berbagai tindakan untuk
menghindari terjadinya berbagai masalah kesehatan yang mengancam
diri kita sendiri maupun orang lain di masa yang akan datang (Bayu)
Preventif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan
sebelum kegiatan itu dilaksanakan guna mencegah terjadinya
penyimpangan dalam hubungan kerja yang diulangi lagi. (Hilmi)
Preventif adalah Membantu untuk mencegah suatu kejadian/
pencegahan (Indri M)
8. Rapid test adalah metode pemeriksaan / tes secara cepat didapatkan
hasilnya. Pemeriksaan ini menggunakan alat catridge untuk melihat
adanya antibodi yang ada dalam tubuh ketika ada infeksi virus. Tes ini
dijalankan dalam rangka menyaring pasien dalam pengawasan (PDP)
dan orang dalam pemantauan (ODP) dengan mengambil sampel darah
dari kapiler ( jari ) atau dari vena. (Via)

C. Step 2 Identifikasi Masalah


11

1. Apa yang menjadi inti dari permasalahan tersebut ? ( siti laela )


2. Upaya preventif seperti apa yg harus dilakukan oleh perawat
menanggapi kasus tersebut? (Putri Avriani)
3. Bagaimana peran perawat dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat terkait penyakit infeksi dan bagaimana cara meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat? (Gabilla putri k)
4. Pemeriksaan diagnostik untuk penyakit infeksi (Hilmi)
5. Bagaimana pencegahan utama pada penyakit tersebut? (Putri meisa)
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi derajat kesehatan di daerah
tersebut? (Aldira)
7. Apa penkes untuk masyarakat di kasus tersebut? (Retna)
8. Etiologi terjadinya penyakit infeksi ? (Ditta O)
9. Kenapa warga masih kurang dalam melakukan tindakan penggunakan
masker, mencuci tangan, dan social distanting? (Astri)

D. Step 3 Analisa Masalah


1. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang
ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. (Ditta)
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap gejala covid 19 dan
pencegahan covid 19. (Risca)
2. Beberapa infeksi bisa dikatakan ringan dan hampir tidak terlihat. Tetapi
infeksi bisa menimbulkan gejala lain yang parah dan mengancam jiwa.
Beberapa infeksi juga resisten terhadap pengobatan. Infeksi dapat
ditularkan dengan berbagai cara. Maka dari itu penting untuk
mengetahui langkah pencegahan infeksi.
Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Melalui hal-
hal sederhana dalam gaya hidup, pencegahan infeksi tak sulit
12

diterapkan. Tak cuma melindungi diri sendiri, pencegahan infeksi juga


dapat melindungi orang lain agar tak turut terinfeksi. Untuk melakukan
pencegahan agar tidak terinfeksi covid -19 ada beberapa upaya
pencegahan Untuk mencegah penyebaran COVID-19:
a. Cuci tangan Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau
cairan pembersih tangan berbahan alkohol.
b. Selalu jaga jarak aman dengan orang yang batuk atau bersin.
c. Kenakan masker jika pembatasan fisik tidak dimungkinkan.
d. Jangan sentuh mata, hidung, atau mulut Anda.
e. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung Anda dengan
lengan atau tisu.
f. Jangan keluar rumah jika merasa tidak enak badan.
g. Jika demam, batuk, atau kesulitan bernapas, segera cari bantuan
medis. ( salma)
3. Dalam pembangunan kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat
merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting
perannya guna meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi pada
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Untuk itu
perlu dipersiapkan tenaga terlatih di bidang promosi kesehatan
termasuk pakar yang memahami sosiologi, antropologi, perilaku, ilmu
penyuluhan dan lain-lain. Di samping itu, tenaga kesehatan masyarakat
juga dapat berperan di bidang kuratif dan rehabilitatif. Peran perawat
diantarnya :
a. Tenaga kesehatan masyarakat mempunyai peran strategis dalam
mengubah perilaku masyarakat menjadi kondusif terhadap
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) melalui promosi
kesehatan. Promosi yang dilakukan perlu mengikuti 4 tahapan
yaitu:
1) Memperkenalkan gagasan dan teknik perilaku sehat
13

2) Melakukan identifikasi dan mengembangkan strategi


Perubahan perilaku sehat
3) Memotivasi masyarakat sehingga terjadi Perubahan
perilaku sehat dan
4) Memahami cara berkomunikasi serta merancang
program komunikasi.
b. Berperan sebagai role model memberikan contoh prilaku hang
baik kepada masyarakat.
c. Berperan sebagai role model memberikan contoh prilaku hang
baik kepada masyarakat. (Aldira)
d. Perawat berperan sebagai edukator. Memberikan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat terkait dengan perilaku hidup
bersih Dan sehat/PHBS (putri meisa)
4. Diagnosis gejala
Diagnosis dibantu oleh gejala yang muncul pada setiap individu dengan
penyakit menular, namun biasanya membutuhkan teknik diagnostik
tambahan untuk mengkonfirmasi kecurigaan tersebut. Beberapa tanda
secara khusus merupakan karakteristik dan indikasi suatu penyakit dan
disebut tanda patognomonik ; tapi ini jarang terjadi. Tidak semua infeksi
bergejala.
a. Kultur mikroba
Empat piring agar nutrisi menumbuhkan koloni bakteri Gram
negatif yang umum. Kultur mikrobiologis adalah alat utama
yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit menular. Dalam
kultur mikroba, media pertumbuhan disediakan untuk agen
tertentu. Sampel yang diambil dari jaringan atau cairan yang
berpotensi terkena penyakit kemudian diuji keberadaan agen
infeksi yang dapat tumbuh di dalam media tersebut.
b. Mikroskopi
14

Alat utama lain dalam mendiagnosis penyakit menular adalah


mikroskop . Hampir semua teknik kultur yang dibahas di atas
bergantung, pada titik tertentu, pada pemeriksaan mikroskopis
untuk identifikasi pasti dari agen infeksi. Mikroskopi dapat
dilakukan dengan instrumen sederhana, seperti mikroskop
cahaya majemuk, atau dengan instrumen serumit mikroskop
elektron .
c. Tes biokimia
Uji biokimia yang digunakan dalam identifikasi agen infeksi
meliputi deteksi karakteristik produk metabolik atau enzimatis
dari agen infeksi tertentu. Karena bakteri memfermentasi
karbohidrat dalam pola karakteristik genus dan spesiesnya ,
deteksi produk fermentasi umumnya digunakan dalam
identifikasi bakteri. Asam , alkohol , dan gas biasanya terdeteksi
dalam tes ini ketika bakteri tumbuh di media cair atau padat yang
selektif .
d. Diagnostik berbasis PCR
Teknologi yang didasarkan pada metode polymerase chain
reaction (PCR) akan menjadi standar diagnosis emas hampir di
mana-mana dalam waktu dekat, karena beberapa alasan.
Pertama, katalog agen penular telah berkembang hingga hampir
semua agen penular penting dari populasi manusia telah
diidentifikasi.
e. Pengurutan metagenomik
Mengingat banyaknya bakteri, virus, dan patogen lain yang
menyebabkan penyakit yang melemahkan dan mengancam
nyawa, kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab infeksi
dengan cepat menjadi penting namun seringkali menantang.
Misalnya, lebih dari setengah kasus ensefalitis , penyakit parah
15

yang mempengaruhi otak, tetap tidak terdiagnosis, meskipun


pengujian ekstensif menggunakan metode laboratorium klinis
mutakhir.
f. Indikasi tes
Biasanya terdapat indikasi untuk identifikasi khusus dari agen
infeksi hanya jika identifikasi tersebut dapat membantu dalam
pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk memajukan
pengetahuan tentang perjalanan penyakit sebelum
pengembangan tindakan terapeutik atau pencegahan yang
efektif. (Indri M)
g. MRI, CT scan, Biopsi, Rontgen (Aldira)
Pemeriksaan penyakit infeksi diawali dengan mempelajari gejala yang
ada pada diri pasien. Nyeri dapat menjadi petunjuk penting mengenai
sumber infeksi di tubuh pasien. Selain itu, ruam, batuk, pilek, hidung
tersumbat, dan diare, juga membantu untuk mendiagnosis. Selain
mempelajari gejala, tinjau riwayat medis pasien. Di antaranya:
a. Penyakit yang pernah diderita pasien.
b. Kondisi kesehatan keluarga pasien di rumah dan teman-teman
akrabnya.
c. Prosedur yang pernah dijalani pasien, misalnya bedah atau
transplantasi organ, karena hal tersebut dapat menjadi sarana
terjadinya infeksi.
d. Riwayat imunisasi dan penggunaan obat-obatan yang dapat
memengaruhi kondisi sistem imun pasien, seperti kortikosteroid
dan obat imunosupresif.
Setelah itu, jika diperlukan, pemeriksaan penunjang akan dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel untuk diuji di
laboratorium. Sampel yang digunakan umumnya diambil dari:
a. Darah
16

b. Urine
c. Tinja
d. Ludah
e. Lendir tenggorokan
f. Dahak
g. Cairan otak dan tulang belakang (serebrosipinal)
h. Sampel jaringan tubuh (Astri)
5. Pencegahan utama :
a. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama
20 detik hingga bersih.
b. Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam
keadaan kotor atau belum dicuci.
c. Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang
sakit.
d. Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
e. Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering
digunakan.
f. Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu.
Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih.
g. Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
h. Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika
mengalami gejala penyakit saluran napas.
i. Terapkan social distencing saat berhadapan atau bertemu
dengan orang luar (Mela)
6. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (menurut bloom) :
a. Keturunan
b. Pelayanan kesehatan
c. Perliaku
d. Lingkungan ( Via)
17

Sesuai daerah tersebut faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan:


a. Pelayanan kesehatan : berdasarkan kasus tersebut mengatakan
bahwa Puskesmas jauh, tidak memfasilitasi pemeriksaan kau
covid, Sdm tenaga kes yang kurang.
b. Perilaku : berdasarkan kasus tersebut bahwa masyarakat Tidak
membiasakan hidup bersih dan sehat, tidak ada protocol
kesehatan Perilaku : 100 responden yang menjawab pernah
keluar kota, 35% pengetahuan kurang, 65% dari pendukuk pria
saat ini mengerokok, 10% pernah merokok, hasil pemeriksaan
fisik pada 10 orang penduduk terindikasi sering melakukan
perjalanan keluar kota, masih kurang dalam berperilaku sehat
seperti menggunakan masker, cuci tangan, sosial distancing
c. Lingkungan : berdasrkan kasus tersebut menyatakan bahwa
lingkungan biologis, polusi, kesehatan lingkungan tidak sehat,
wilayah industri, zona hitam, lingkungan sosial, pengetahuan
(gabilla putri k)
7. Pendidikan kesehatan dengan cara memberikan edukasi tentang
pencegahan penularan Covid-19 dan penjelasan berkaitan dengan
pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui media
poster. Kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan perilaku hidup sehat dan bersih. Dengan memberikan
edukasi asupan makanan yang cukup, agar tubuh mereka memiliki
imunitas yang baik sehingga dapat bertahan dari serangan virus. (Rila )
Pendidikan kesehatan :
a. Cuci tangan dengan benar
b. PHBS ( perilaku hidup bersih sehat)
c. Manfaat pemakaian masker saat keluar rumah
d. Menerapkan sosial distancing( jaga jarak) di saat pandemi
18

e. Melakukan pendidikan kesehatan, membuat rencana kegiatan


(POA)
f. Melakukan Promkes salah satunya:
1) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang info
dasar virus tersebut.
2) Mengidentifikasi prilaku lama dan membujuk
masyarakat untuk berubah ke prilaku yg menyehatkan.
3) Merancang berbagai kegiatan komunikasi sesuai dengan
buku pedoman kampanye Covid-19 dan protokol,
dengan memperhatikan prinsip jaga jarak, untuk
menghindari penularan lebih luas. (Hilmi)
8. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai entitas biologi yang dikenal
dengan sebutan agen infeksi. Kata sifat patogenik disematkan kepada
entitas biologi yang mampu menimbulkan penyakit, misalnya bakteri
patogenik dan cacing patogenik. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak
semua bakteri dan cacing bersifat patogenik; banyak di antara mereka
yang mampu hidup dan berkembang biak tanpa menyerang dan
menimbulkan penyakit pada organisme lain. Entitas biologi yang
mengakibatkan penyakit disebut sebagai patogen, dan sering
disinonimkan dengan agen infeksi. (Putri Avriani)
Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme infeksius,
seperti bakteri, virus, fungi, prion, dan cacing. Dalam penggunaan
medis, agen infeksi dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu mikroorganisme patogenik (bakteri, virus, prion, fungi)
dan parasit (seperti cacing, protozoa, dan artropoda). Meskipun secara
konseptual serupa dengan infeksi, tetapi serangan parasit pada tubuh
manusia atau hewan biasanya disebut infestasi alih-alih infeksi.
Umumnya, istilah infestasi digunakan untuk menyebut
19

serangan ektoparasit, misalnya kutu, tungau, caplak, dan pinjal, yang


menginvasi bagian luar tubuh inangnya dalam jumlah besar. (Retna)
9. Mengapa masyarakat belum menerapkan pencegahan Covid-19 :
a. Kurangnya pengetahuan
b. Menganggap sepele penyakit pandemi
c. Adanya anggapan " karena menurut mereka yang penting sehat
sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut yang penting daya
tahan tubuh bagus "
d. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap suatu penyakit (siti
laela )

E. Step 4 Hipotesa

Kp. X Kota Cimahi terindikasi


kelompok rentang penyakit infeksi

Jumlah penduduk 150 penduduk :

1. 100 penduduk pernah keluar kota


2. 50 penduduk tidak pernah keluar
kota
Hasil Kuisioner :

1. Pengetahuan tentang penyakit infeksi : 35% pengetahuan


baik, 65% pengetahuan rendah
2. Merokok : 65% merokok, 10% pernah merokok,
3. Perilaku pencegahan penyakit : 30% melakukan
preventif, 70% tidak melakukan preventif

Hasil Wawancara :

1. Warga masih kurang dalam tindakan terutama dalam


penggunaan masker, cuci tangan, dan social distancing.
2. Karena menurut mereka yang penting sehat sehingga tidak
perlu melakukan tersebut yang penting daya tahan tubuh bagus
20

Hasil Pemeriksaan Fisik :

1. 10 orang terindikasi sering keluar kota


2. 9 orang dengan suhu tubuh 37,6 namun tidak mengalami gejala anosmia,
hypogeusia, batuk, demam, pilek, sakit tenggorokan dan sesak nafas
3. 1 orang dengan suhu 38 derajat Celsius tidak menunjukkan gejala
anosmia tetapi mempunyai penyakit komorbid
4. Semua KK belum pernah melakukan tes RT-PCR, rapid atau test lainnya

F. Step 5 Learning Objective


1. Mahasiswa mampu memahami terkait konsep Covid19
2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan
3. Mahasiswa mampu memahami peran perawat komunitas
4. Mahasiswa mampu memahami upaya pencegahan infeksi termasuk
covid itu sendiri
5. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan komunitas terkait
infeksi

G. Step 6 Belajar Mandiri

Sabtu, 03 Oktober 2020 1. Pembagian tugas Tutorial 2-C


2. Pengumpulan materi ke scriber 2
08.00–11. 00 WIB
3. Semua anggota kelompok ikut
bekerja sama
04-06 Oktober 2020 1. Pengeditan dan penambahan
materi
2. Semua anggota kelompok
bekerjasama
21

07 Oktober 2020 1. Pengeditan dan penambahan


materi
2. Laporan tutorial selesai.
H. Step 7 Sintesis
1. Konsep Covid-19 (Ditta O & Putri Meisa)
a. Definisi COVID 19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang
sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona
adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.
Virus ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan
usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui. infeksi virus Corona disebut COVID-
19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir
semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu
beberapa bulan.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan
kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka
mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri,
diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.
22

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa


menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini
hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu.
Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan
berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Selain virus
SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk
dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus
dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19
memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara
lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
b. Tanda dan Gejala Covid-19
Tanda dan gejala covid gejala awal infeksi virus Corona atau
COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek,
batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita
dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk
berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. gejala-
gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus
Corona.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan
seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
1) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
2) Batuk kering
3) Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi
virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu:
1) Diare
23

2) Sakit kepala
3) Konjungtivitis
4) Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium
bau
5) Ruam di kulit : gejala-gejala COVID-19 ini umumnya
muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang
terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan
oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut
happy hypoxia.
c. Pencegahan Covid-19
Pencegahan covid Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk
mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu,
cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari
faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini,
yaitu:
1) Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak
minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar
rumah kecuali ada keperluan mendesak.
2) Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau
keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan
makanan dan mengikuti ibadah di hari raya, misalnya
Idul Adha.
3) Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand
sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%,
terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di
tempat umum.
4) Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum
mencuci tangan.
24

5) Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat,


seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga
secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah
stres.
6) Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang
yang dicurigai positif terinfeksi virus Corona, atau orang
yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
7) Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau
bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah.
8) Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan
kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk
kategori suspek dan probable) yang sebelumnya disebut sebagai
ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam
pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar
tidak menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:
1) Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah
dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak
memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi
yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
2) Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan
pengobatan.
3) Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat,
sebaiknya hubungi dulu pihak rumah sakit untuk
menjemput.
4) Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk
Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
5) Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan
orang yang sedang sedang sakit.
25

6) Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat


mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
7) Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di
tempat umum atau sedang bersama orang lain.
8) Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila
batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat
sampah.
Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh
dokter di rumah sakit, seperti melahirkan, operasi, cuci darah,
atau vaksinasi anak, perlu ditangani secara berbeda dengan
beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19. Tujuannya
adalah untuk mencegah penularan virus Corona selama Anda
berada di rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter mengenai
tindakan terbaik yang perlu dilakukan.
d. Patofisiologi Covid-19
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi
protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki
sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi
gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome
virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi
gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang
menyebabkan outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin converting
enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada traktus respiratorius
bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk.
Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada
permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai
pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit
26

S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel
inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan
dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus akan
mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk
kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang
mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,
protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan
membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi
ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi
melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian
akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan
traktus respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan
gejala pada pasien.
e. Etiologi Covid-19
Etiologi Coronavirus (CoV) merupakan subfamily dari
Coronaviridae ordo Nidovirales dan dikelompokkan dalam 4
subfamily a, b, g dan d berdasarkan genomic dan serotypenya.
Coronavirus merupakan virus RNA dengan genomic terbesar
(>27 Kb). Struktur tubuh virus (virion) ini terdiri dari membran,
selubung lipid bilayer (envelope), glikoprotein yang menyerupai
paku (spike), genom RNA positif, dan protein nukleokapsid.
Sebagian besar coronavirus menginfeksi hewan dan menjadi
pembawa (Carrier) pathogen coronavirus sebelum menginfeksi
manusia. Carrier yang paling sering adalah musang, kelelawar
dan tikus. Sampai saat ini terdapat 6 coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia yaitu:
27

1) 229E
2) NL63
3) 0C43
4) HP
5) SARS-CoV
6) MERS-CoV
f. Pemeriksaan Diagnostik Covid-19
Pemeriksaan diagnostik Untuk menentukan apakah pasien
terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang
dialami pasien dan apakah pasien baru saja bepergian atau
tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona
sebelum gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah
pasien ada kontak dengan orang yang menderita atau diduga
menderita COVID-19. Guna memastikan diagnosis COVID-19,
dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
1) Rapid test untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG)
yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona
2) Swab test atau tes PCR (polymerase chain reaction)
untuk mendeteksi virus Corona di dalam dahak
3) CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat
atau cairan di paru-paru. Hasil rapid test COVID-19
positif kemungkinan besar menunjukkan bahwa Anda
memang sudah terinfeksi virus Corona, namun bisa juga
berarti anda terinfeksi kuman atau virus yang lain.
Sebaliknya, hasil rapid test COVID-19 negatif belum
tentu menandakan bahwa anda mutlak terbebas dari
virus Corona.
4) Foto Toraks
28

Foto toraks pasien dengan COVID-19 memberikan


gambaran konsolidasi yang halus pada kedua lapangan
paru, dapat disertai dengan efusi pleura bilateral. Foto
toraks memiliki manfaat dalam screening pada fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan prevalensi
penyakit yang tinggi namun keterbatasan modalitas
penunjang lainnya.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Sampel serum juga perlu dilakukan pemeriksaan, pada
anak dan dewasa dibutuhkan 5-10 ml sementara pada
bayi dibutuhkan setidaknya 1 ml. Pada fase awal
penyakit jumlah leukosit normal atau menurun, limfosit
menurun, enzim hati dan mioglobin meningkat pada
beberapa pasien. C-reactive protein (CRP), erythrocyte
sedimentation rate (ESR) dan D-dimer meningkat
sedangkan procalcitonin dalam batas normal
6) CT-Scan Toraks
Gambaran CT-scan toraks pada pasien dengan COVID-
19 relatif sama dengan pneumonia virus lainnya seperti
SARS dan MERS yaitu groud glass opacity (GGO) dan
patchy shadow pada kedua lapangan paru.
7) Pemeriksaan Real-Time PCR dan Sequencing
Dalam menegakkan diagnosis terduga COVID-19
direkomendasikan mengumpulkan sampel specimen
dari saluran napas atas (nasopharyngeal dan
oropharyngeal swabs) dan dari saluran napas bawah
(sputum dan swabs) dan dari saluran napas bawah
(sputum dan bilasan bronkus). Induksi sputum tidak
dianjurkan. Selanjutnya coronavirus diidentifikasi
29

dengan Real Time– PCR (rt-PCR) dan sequencing untuk


mengidentifikasi spesies virus.
g. Komplikasi Covid-19
Komplikasi covid Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona
bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
1) Pneumonia (infeksi paru-paru)
2) Infeksi sekunder pada organ lain
3) Gagal ginjal
4) Acute cardiac injury
5) Acute respiratory distress syndrome
6) Kematian

2. Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan (Aldira, Astri, & Indri


M)
a. Faktor Perilaku/Gaya Hidup
Perilaku masyarakat yang sehat akan menunjang dan berdampak
semakin meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat kita lihat
dari semakin banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya
hidup. Misal , kebiasaan dari pola makan yang sehat dapat
menghindarkan kita dari serangan banyak penyakit, antara lain ;
Jantung , darah tinggi, stroke, obesitas (kegemukan), diabetes
melitus, dan lain sebagainya. Kebiasaan (perilaku) mencuci
tangan sebelum makan akan menghindarkan kita dari penyakit
saluran pencernaan (diare dan lain sebagainya). Perilaku
menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur dapat
mencegah penyakit seputar kesehatan gigi dan mulut. Dan
masih banyak perilaku atau kebiasaan yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Contohnya:
30

1) Manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang


untuk menjaga kelangsungan hidup, jika
individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka
akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan
gizi seimbang
2) Semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat
maka pengetahuan akan cara hidup sehat akan
semakin baik
Faktor Perilaku : Berdasarkan kasus tersebut bahwa masyarakat
Tidak membiasakan hidup bersih dan sehat, tidak ada protocol
kesehatan Perilaku : 100 responden yang menjawab pernah
keluar kota, 35% pengetahuan kurang, 65% dari pendukuk pria
saat ini mengerokok, 10% pernah merokok, hasil pemeriksaan
fisik pada 10 orang penduduk terindikasi sering melakukan
perjalanan keluar kota, masih kurang dalam berperilaku sehat
seperti menggunakan masker, cuci tangan, sosial distancing
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bersih sangat berperan dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Perbandingan angka orang sakit
yang signifikan terjadi antara lingkungan yang bersih dengan
lingkungan kumuh / kotor. Beberapa penyakit yang sering
menjangkiti masyarakat yang hidup di lingkungan kumuh antara
lain: Demam berdarah, gatal-gatal, infeksi saluran pencernaan
dan pernafasan.
Faktor Lingkungan: Berdasrkan kasus tersebut menyatakan
bahwa lingkungan biologis, polusi, kesehatan lingkungan tidak
sehat, wilayah industri, zona hitam, lingkungan sosial,
pengetahuan
c. Faktor Pelayanan Kesehatan
31

Ketersediaan fasilitas kesehatan dengan mutu pelayanan yang


baik akan mempercepat derajat kesehatan masyarakat. Dengan
adanya fasilitas yang mudah terjangka dan dengan mutu
pelayanan yang baik akan meningkatkan akses pelayanan
kesehatan masyarakat. Ketersediaan fasilitas harus di ikuti
dengan tenaga kesehatan yang merata dan mencukupi juga yang
memiliki kompetensi di bidangnya itu sampai tingkat desa dan
sampai pelosok. Contohnya:
1) Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang baik
akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas
2) Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu
atau masyarakat untuk mengakses pelayanan
kesehatan
Faktor Pelayanan kesehatan: Berdasarkan kasus tersebut
mengatakan bahwa puskesmas jauh, tidak memfasilitasi
pemeriksaan kasus Covid, SDM tenaga kesehatan yang kurang.
d. Faktor Keturunan (Genetik)
Banyak penyakit yang dapat kita cegah dengan membersihkan
lingkungan dsb , tapi sebagian penyakit tidak dapat kita hindari,
seperti penyakit keturunan . Semakin besar risiko penyakit
keturunan maka akan semakin sulit meningkatkan derajat
kesehatan, untuk mencegah penyakit turunan perlu adanya
konseling perkawinan yang baik. Contohnya:
1) Perkawinan antar golongan darah tertentu akan
mengakibatkan leukimia
2) Adanya Kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik
Ke 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di atas saling
berpengaruh dan tidak berdiri sendiri-sendiri, oleh karena itu
32

upaya pembangunan sarana kesehatan harus dilaksanakan


secara berkesinambungan dan secara simultan. Upaya yang
dilaksanakan harus komprehensif, yang memiliki arti kesehatan
harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan
rehabilitatif. Pemerintah sebagai pembuat regulasi harus
berperan aktif dalam pembangunan sarana kesehatan serta
pelaksanaan kesehatan secara menyeluruh.

3. Peran Perawat Komunitas (Rila Indiarwati & Siti Laela)


a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care giver) : Yaitu
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam
upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis
data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Dengan memberikan asuhan keperawatan yang
holistik atau utuh serta komprehensif. Asuhan keperawatan
dapat diberikan melaluin tatanan kesehatan seperti puskesmas,
ruang inap puskesmas, puskesmas pembantu, pusling, sekolah,
panti, posyandu, dan keluarga.
b. Sebagai pendidik klien (Educator) : Sebagai pendidik klien,
perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan
33

tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat


menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi,
kader kesehatan, dan lain sebagainya.di keperawatan komunitas
bisa dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat baik di rumah,
puskesmas, dan di masyarakat untuk menanamkan prilaku sehat,
sehingga terjadi perubahan prilaku yang diharapkan dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimas. Seperti penyuluhan
tentang nutrisi, senam lansia, manajemen stres, terapi relaksasi,
gaya hidup, dan penyuluhan proses terjadinya penyakit.
c. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber
potensi klien (Coordinator) : Perawat memanfaatkan semua
sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun
kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam
menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4) Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait
dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan
d. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor) Tugas
utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini
merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan
34

konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat


tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan
kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah
difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup kearah perilaku hidup sehat.
e. Case manager : Yaitu mengelola sebagai kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban dan
tanggung jawab yang diberikan kepada perawat.
f. Case finder : Yaitu monitoring terhadap perubahan perubahan
yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang menyangkut masalah masalah kesehatan dan keperawatan
yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
kunjungan rumah, pertemuan pertemuan, observasi, dan
pengumpulan data.
g. Role Model (panutan ) : Dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang
dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat. Contohnya
mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat ( mengkonsumsi
makanan bergizi , olahraga teratur , tidak merokok,
menyediakan waktu untuk istrirahat dan relaks setiap hari ,
komunikasi efektif ) .
h. Advocate to client (Pembela Klien) : Pembelaan dapat diberikan
kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat
keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan social yang ada pada masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk
didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
35

memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak


klien. Berkaitan dengan legal aspek, bukan pemberi layanan
hokum. Misalnya pada kerusakan lingkungan terkait dampak
terhadap kesehatan dan penyelesaian yang perlu dilakukan oleh
masyarakat. Peran advokasi perawat terhadap pasien juga
terlaksana dalam pemberian penjelasan tindakan prosedur dalam
informed consent berperan sebagai pemberi informasi,
pelindung, mediator, pelaku dan pendukung (Tri Sulistiyowati,
2016). Perawat memberikan perlindungan terhadap pasien
untuk mencvegah terjadinya penyimpangan/malpraktik yang
pada dasarnya setiap profesi kesehatan sudah harus memahami
tanggung jawab dan integritasnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Para professional kesehatan terutama perawat harus
memahami hak – hak dan kewajiban pasien sebagai penggunan
layanan kesehatan. (Kusnanto, 2004). Perannya sebagai seorang
advokasi bagi pasien dan keluarga adalah bentuk nyata integritas
seorang perawat dalam memberikan pelayanan berkualitas.
Ketelitian dan pemahaman setiap prosedur yang akan dilakukan
harus tertanam dalam diri seorang perawat. Seorang perawat
dapat dikatakan sebagai sahabat baik pasien dalam layanan
rumah sakit. Perlu bagi perawat untuk meningkatkan
pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya agar memiliki
kepercayaan diri untuk membela hak – hak pasien dan
keselamatan pasien. Tugas perawat :
1) Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
36

concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan


kepadanya.
2) Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang
paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan
perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140). Hak-Hak Klien
(Dysparty,1998) antara lain :
1) Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2) Hak atas informasi tentang penyakitnya
3) Hak atas privacy
4) Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5) Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian
tindakan.
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1) Hak atas informasi yang benar
2) Hak untuk bekerja sesuai standart
3) Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4) Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5) Hak atas rahasia pribadi
6) Hak atas balas jasa
i. Peneliti : Peran perawat sebagai peneliti adalah melakukan
identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat yang
dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan
37

mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian dilaksanakan


dalam kaitannya untuk menemukan factor yang menjadi
pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut
melalui kegiatan penelitian dalam praktek keperawatan
(Wasis,2008).
Peran perawat sebagai peneliti adalah perawat
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian,
menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan
hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan (Konsorsium,1983).
Perawat juga sebagai peneliti. Perawat terlibat dalam
investigasi sistematis, pengumpulan data, analisa data, mencari
pemecahan masalah dan menerapkan solusi atau intervensi.
Harapannya hasil penelitian dapat diterapkan di lapangan atau
praktik dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Penelitian adalah proses investigasi dalam kelompok
masyarakat perawat komunitas dapat menjadi terlibat dalam
mengajukan pertanyaan dan mencari solusi. Praktek kolaboratif
model antara akademisi dan praktisi menggabungkan penelitian
metodologi keahlian dengan pengetahuan praktisi masalah
untuk membuat penelitian yang valid dan relevan perawatan
kesehatan masyarakat. Perlunya berkelanjutan praktek berbasis
bukti ini didukung oleh rakyat sehat 2010, yang menekankan
pentingnya penelitian berdasarkan populasi pencegahan untuk
tujuan Kesehatan Nasional (Allender J.A, dkk, 2010).
j. Pembaharuan / inovator : Pembawa perubahan adalah seseorang
atau kelompok yang berinisiatif mengubah atau yang membantu
orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem, (
38

kemp.1986 ) marriner torney mendiskripsi bahwa pembawa


perubahan adalah seseorang yang mengidentifikasikan masalah,
mengkaji motifasi dan kemampuan klien untuk berubah
menunjukkkan alternatif, menggali kemungkinan hasil dari
alternatif, mengkaji sumber daya menunjukkan peran pembantu,
membina dan mempertahankan hubungan membantu selama
fase dari proses perubahan membina dan mempertahankan
hubungan pembantu, membantu selama proses perubahan serta
membimbing klien melalui fase-fase ini. Peningkatan dan
perubahan adalah komponen inti dari keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan perawat membantu klien
untuk merencanakan melaksanakan, dan menjaga perubahan
seperti pengetahuan keterampilan, perasaan, dan perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut.
Istilah pembaharuan juga dapat diartikan sama dengan kata
inovasi ( innovation). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim
Penyusun Kamus 1997), istilah inovasi diartikan sebagai
pemasukan atau pengenalan hal-hal baru atau sebagai penemuan
baru yang berbeda dari yang sudah ada yang sudah dikenal
sebelumnya gagasan, metode, atau alat.
Dalam peran perawat sebagai pembaharuan ini dapat di
lakukan dengan mengadakan perencanaan , kerja sama
pembaharu yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode
pemperian pelayanan keperawatan Seorang perawat di
harapkan dapat menjadi pembaharu ( inovator ) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, dan cepat
tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini
dapat di peroleh melalui kegiatan riset atau penelitian.
39

Penelitian pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi,


mengukur kemampuan menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana evektivitas tindakan yang telah di berikan. kebutuhan
dasar manusia terdiri dari kenutuhan biologis, fisikologis sosial
dan spritual pada masa yang akan datang , di harapkan seluruh
perawat memiliki pemahaman yang sama tentang hakikat
keperawatan makna keperwatan sebagai profesi praktik
keperawatan profesional serta peran dan fungsi perawat
profesional. Peran ini dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.Biasanya dilakukan oleh perawat dalam level
struktural.
k. Peran perawat sebagai Pembaharu (menciptakan perubahan)
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.Peran
perawat sebagai pembaharu dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, sebagai berikut:
1) Kemajuan teknologi
2) Perubahan lisensi – regulasi
3) Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
4) Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan

4. Upaya Pencegahan Infeksi Termasuk Covid 19 (Retna, Putri A &


Gabilla)
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan berbagai kegiatan salah satunya penyuluhan untuk dapat
memberikan data dan informasi yang ilmiah kepada seluruh lapisan
40

masyrakat tetang virus corona di Indonesia melalui media-media online


yang dapat dijangkau masyarakat. Pengetahuan sangat berpengaruh
terhadap masyarakat yang menjadi sasaran dalam pemberian informasi
yang edukatif dengan metode yang lebih inovatif. Cara pencegahan
penyebaran Covid-19 yang paling efektif adalah dengan memutus rantai
penularan yang dikaitan dengan cara-cara penularan Covid-19.
Penularan infeksi Covid-19 terutama terjadi melalui kontak fisik.
Berdasarkan cara penularan tersebut, maka pencegahan Covid-19
difokuskan pola perilaku smasyarakat yang aman dan bertanggung
jawab yaitu melakukan isolasi mandiri dengan tinggal dirumah saja.
Pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pencegahan
Covid-19 bahwa dukungan tenaga kesehatan berpengaruh terhadap
pengetahuan pencegahan Covid-19 dan dukungan keluarga juga
memberikan pengaruh yang baik terhadap perilaku pencegahan Covid-
19. Meskipun WHO, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) maupun Kementrian Kesehatan RI telah mengeluarkan banyak
informasi-informasi aktual dan panduan-panduan terkait Covid-19,
tetapi banyak masyarakat belum memahami secara benar. Untuk
pencegahan penyebaran Covid-19 tidak hanya selesai dengan sosial
distancing saja tetapi harus di barengi dengan penerapan prilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). WHO menghimbau semua masyarakat untuk
menjaga kesehatanan melindungi yang lain dengan melakukan sering
mencuci tangan, melakukan social distancing, hindari menyentuh mata,
hidung dan mulut, menjaga kebersihan diri, jika merasa demam, batuk
dan sesak napas, segera mencari bantuan medis dan terus perbaharui
informasi Anda.
Cara mencegah virus korona yang disarankan oleh pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik
Indonesia agar mengimbau masyarakat melakukan mencegah
41

penyebaran Covid-19 dengan meningkatkan perilaku dan pengetahuan


masyarakat dan menerapkan pola hidup sehat dan bersih Pemerintah
meminta masyarakat agar senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat setiap hari dengan cara: Selalu menjaga kebersihan tangan
dengan cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun selama 20
detik lalu bilas; Menerapkan etika batuk dan bersin yang baik dengan
cara menutup hidung dan mulut dengan tisu atau lengan baju sehingga
tidak menularkan ke orang lain; Makan makanan bergizi seimbang;
Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran; Melakukan olahraga minimal
setengah jam setiap hari; Meningkatkan daya tahan tubuh; Cukup
istirahat dan segera berobat jika sakit.
Pencegahan penularan virus ini dapat dicegah dengan
mengetrapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci
tangan dengan baik dan benar, etika batuk, serta menjaga kesehatan dan
sistem kekebalan tubuh. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang
ilmiah, akurat dan dapat dipercaya dapat membantu untuk mudah
melaksanakannya dalam menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Atas dasar inilah perlu dilakuakan kegiatan pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan
melewati pandemik Covid-19. Mengadakan penyuluhan berbasis medis
tetang PHBS sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat dan
dapat mempraktikkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi
contoh bagi masyarakat sekitar. Dalam hal ini perlu ada sosialisasi
berkelanjutan terkait prilaku hidup bersih dan sehat karena masih
banyak masyarakat belummengerti sehingga masih banyak masyarakat
masih menganggap hal tidak penting terhadap PHBS ini. Tetapi
masyarakat tidak perlu kuwatir pada masa pandemik Covid-19 ini
karena dengan penerapan PHBS yang meliputi menjaga makanan yang
bergizi, cukup istirahat, mampu meningkatkan sistem kekebalan
42

tubuhdan dapat mengendalikan infeksi Covid-19. Proteksi diri dapat


dilakukan dengan menggunakan masker , selalu cuci tangan dengan
bersih dan jaga pola hidup sehat dan bersih maka mampu mencegah
virus masuk kedalam tubuh manusia. Memerangi virus Corona Covid-
19 ini kuncinya dalah menjaga prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
hal ini sangat sederhana namun sangat efektif untuk dilakukan. Salah
satunya adalah membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun atau
hand sanitizer setiap selsai melakukan aktivitas.
Menurut Sulaeman dan Supriadi (2020), selain membekali
masyarakat dengan pengetahuan tentang Covid-19, perlu juga diberikan
pengetahuan tentang kunci penting untuk terhindar dari
penularan/transmisi virus Covid-19 yaitu pengetahuan tentang
kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Pemberian materi
tentang lingkungan dan kesehatan serta pola hidup bersih dan sehat akan
membantu masyarakat terhindar dari Covid-19 dan penyakit infeksius
lainnya. Penyuluhan kesehatan juga akan meningkatkan kesadartahuan
masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan diri agar tetap
sehat.
Lingkungan yang sehat akan sangat membantu masyarakat yang
tinggal di dalamnya untuk merasa nyaman, tenang dan bahagia sehingga
dapat menikmati hidup. Adapun tubuh yang sehat dapat diperoleh
dengan mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat serta lengkap
gizi. Tubuh yang sehat akan sangat sulit untuk diinfeksi oleh berbagai
agen penyakit berbahaya seperti Covid-19 atau penyakit lainnya, karena
tubuh yang sehat memiliki pertahanan (imunitas) yang kuat dan mudah
melakukan penyebuhan sendiri.

5. Asuhan Keperawatan Komunitas Terkait Infeksi (Risca A, Salma


Arum, Via, Hilmi, Mahmud, Mella & Bayu)
43

a. Pengkajian
No Variable Sub Sub Pertanyaan Sumber Metode
variable subvariabel data
1 Core Sejarah/ Resiko 1. Berapa Masyarakat Pemeriksaan
riwayat terjadinya penduduk fisik
kesehatan penyakit yang
infeksi terindikasi
tidak
mengalami
gejala?
2. Berapa
penduduk
yang
terindikasi
tidak
mengalami
gejala namun
dengan
penyakit
komorbid?
Demografi Bepergian 1. Berapa banyak Masyarakat Kuisioner
ke luar kota penduduk
disini yang
pernah ke luar
kota ?
2. Berapa banyak
penduduk
disini yang
44

tidak pernah ke
luar kota ?
Etnis Kebiasaan 1. Apakah Masyarakat Kuisioner
penduduk pria
disini
mempunyai
kebiasaan
merokok?
2. Berapa banyak
penduduk yang
merokok?
3. Berapa banyak
penduduk yang
dulu pernah
merokok?
4. Berapa banyak
penduduk yang
tidak pernah
merokok?
Sikap 1. Bagaimana Masyarakat Kuisioner
masyarakat sikap
penduduk
dalam
menanggapi
penyakit
infeksi?
2. Apakah ada
upaya
45

penduduk
untuk
melakukan
pencegahan
penyakit
infeksi?
3. Apakah upaya
yang dilakukan
penduduk
untuk
mencegah
penyakit
infeksi?
Perilaku 1. Apakah Masyarakat Kuisioner
masyarakat penduduk dan Ketua dan
melakukan RW wawancara
upaya
pencegahan
penyakit
infeksi?
2. Berapa
penduduk
yang
melakukan
pencegahan
preventif ?
3. Berapa
penduduk
46

yang hanya
kadang-
kadang
melakukan
pencegahan
preventif ?
2 8 Komunikasi Informasi 1. Apakah ada Masyarakat Kuisioner
subsistem kesehatan informasi
terkait
penyakit
infeksi?
2. Berapa
penduduk yang
memiliki
pengetahuan
yang baik
tentang
penyakit
infeksi?
3. Berapa
penduduk yang
memilki
pengetahuan
rendah tentang
penyakit
infeksi?
Data inti/ core :
1) Sejarah/ riwayat kesehatan
47

a) Berapa penduduk yang terindikasi tidak mengalami


gejala?
a. 9 orang
b. 1 orang
b) Berapa penduduk yang terindikasi tidak mengalami
gejala namun dengan penyakit komorbid?
a. 9 orang
b. 1 orang
2) Demografi
a) Berapa banyak penduduk disini yang pernah ke luar
kota ?
a. 100
b. 50
b) Berapa banyak penduduk disini yang tidak pernah ke
luar kota ?
a. 100
b. 50
3) Etnis
Kebiasaan Masyarakat
a) Apakah penduduk pria disini mempunyai kebiasaan
merokok?
a. Ada
b. Tidak
b) Berapa banyak penduduk yang merokok?
a. 65 %
b. 10%
c. 15%
c) Berapa banyak penduduk yang dulu pernah
merokok?
48

a. 65 %
b. 10%
c. 15%
d) Berapa banyak penduduk yang tidak pernah
merokok?
a. 65 %
b. 10%
c. 15%
Sikap Masyarakat
a) Bagaimana sikap penduduk dalam menanggapi
penyakit infeksi?
a. Tidak peduli dan tidak menerapkan protocol
kesehatan
b. Takut sehingga menerapkan upaya pencegahan
b) Apakah ada upaya penduduk untuk melakukan
pencegahan penyakit infeksi?
a. Ada
b. Tidak
c) Apakah upaya yang dilakukan penduduk untuk
mencegah penyakit infeksi?
a. Mencuci tangan, pakai masker, dan social
distancing
b. Berada di kerumunan orang banyak
Perilaku Masyarakat
a) Apakah penduduk melakukan upaya pencegahan
penyakit infeksi?
a. Ada
b. Tidak
49

b) Berapa penduduk yang melakukan pencegahan


preventif ?
a. 30%
b. 60%
c) Berapa penduduk yang hanya kadang-kadang
melakukan pencegahan preventif ?
a. 30%
b. 60%
4) 8 subsistem (Komunikasi)
a) Apakah ada informasi terkait penyakit infeksi?
a. Ada
b. Tidak
b) Berapa penduduk yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang penyakit infeksi?
a. 65%
b. 35%
c) Berapa penduduk yang memilki pengetahuan rendah
tentang penyakit infeksi?
a. 65%
b. 35%
Tabel Distribusi Frekuensi
1) Sejarah/ Riwayat Kesehatan
Data distribusi penduduk berdasarkan penduduk yang
terindikasi mengalami gejala dan memiliki penyakit komorbid
di Kp. X Kota Cimahi

No Keterangan Frekuensi Presentase

1 Tanpa gejala 9 90%


50

2 Tanpa gejala dengan 1 10%


penyakit komorbid

Total 10 100%

Dari 10 penduduk yang terindikasi sebagian besar penduduk


tanpa gejala penyakit infeksi di Kp. X Kota Cimahi

2) Demografi
Data distribusi penduduk berdasarkan bepergian ke luar kota di
Kp. X Kota Cimahi

No Keterangan Frekuensi Presentase

1 Pergi ke luar kota 100,5 67%

2 Tidak ke luar kota 49,5 33%

Total 150 100%

Dari 150 penduduk sebagian besar penduduk pergi ke luar kota

3) Etnis
Data distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan merokok di
Kp. X Kota Cimahi

No Keterangan Frekuensi Presentase

1 Merokok 98 65%

2 Pernah merokok 15 10%

3 Tidak pernah merokok 37 25%


51

Total 150 100%

Dari 150 penduduk sebagian besar penduduk merokok


Data distribusi penduduk berdasarkan perilaku melakukan
pencegahan preventif di Kp. X Kota Cimahi

No Keterangan Frekuensi Presentase

1 Melakukan pencegahan 45 30%

2 Kadang-kadang 95 60%

Total 150 100%

Dari 150 penduduk sebagian besar hanya kadang-kadang


melakukan pencegahan preventif

4) Komunikasi
Data distribusi penduduk berdasarkan Informasi kesehatan di
Kp. X Kota Cimahi

No Keterangan Frekuensi Presentase

1 Pengetahuan baik 52 35%

2 Pengetahuan rendah 98 65%

Total 150 101%

Dari 150 penduduk sebagian besar penduduk mempunyai


pengetahuan kesehatan yang rendah

b. Analisa data dan masalah keperawatan komunitas


a. Perilaku kesehatan senderung beresiko
52

DS: Berdasarkan wawancara dengan ketus RW setempat, warga


masih kurang dalam tindakan terutama dalam penggunaan
masker, cuci tangan dan social distancing
DO :
a) 65% penduduk pria merokok, 10% pernah merokok
b) 100 responden yang menjawab pernah keluar kota
c) Dari kuisioner 70% penduduk hanya kadang-kadang
melakukan perilaku pencegahan
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
DS ; Berdasarkan wawancara dengan ketus RW setempat, warga
masih kurang dalam tindakan terutama dalam penggunaan
masker, cuci tangan dan social distancing
DO:
a) Menurut mereka yang penting sehat sehingga tidak perlu
melakukan tersebut yang penting daya tahan tubuh
bagus.
b) 65% pengetahuan kurang tentang penyakit infeksi
c. Defisiensi kesehatan komunitas
DO :
a) 9 org 37,6 tidak mengalami gejala anosmia, hypogeusia,
batuk, demam, pilek, sakit tenggorokan dan sesak nafas
b) 1 org 38 derajat celcius tanpa gejala anosmia tapi dengan
penyakit komorbid
c) Semua KK belum pernah melakukan tes RT-PCR, rapid
atau test lainnya
c. Diagnose keperawatan dan prioritas masalah
53

DO DS Masalah keperawatan
komunitas

1. 65% penduduk pria Berdasarkan Perilaku kesehatan


merokok, 10% pernah wawancara dengan senderung beresiko
merokok ketus RW berhubungan dengan
2. 100 responden yang setempat, warga kurang pemahaman di
menjawab pernah masih kurang Kp. X Kota Cimahi
keluar kota dalam tindakan
3. Dari kuisioner 70% terutama dalam
penduduk hanya penggunaan
kadang-kadang masker, cuci
melakukan perilaku tangan dan social
pencegahan distancing

1. Menurut mereka yang Berdasarkan Ketidakefektifan


penting sehat wawancara dengan pemeliharaan kesehatan
sehingga tidak perlu ketus RW berhubungan dengan
melakukan tersebut setempat, warga sumber daya tidak
yang penting daya masih kurang cukup (pengetahuan ) di
tahan tubuh bagus. dalam tindakan Kp. X Kota Cimahi
2. 65% pengetahuan terutama dalam
kurang tentang penggunaan
penyakit infeksi masker, cuci
tangan dan social
distancing
1. 9 org 37,6 tidak - Defisiensi kesehatan
mengalami gejala komunitas berhubungan
54

anosmia, hypogeusia, dengan kurang


batuk, demam, pilek, dukungan social untuk
sakit tenggorokan dan program di Kp. X Kota
sesak nafas Cimahi
2. 1 org 38 derajat
celcius tanpa gejala
anosmia tapi dengan
penyakit komorbid
3. Semua KK belum
pernah melakukan tes
RT-PCR, rapid atau
test lainnya

d. Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas data (skoring)

Kriteria

No Diagnose 1 2 3 4 5 6
Jumlah Rangking
(BxS) (BxS) (BxS) (BxS) (BxS) (BxS)
B=2 B=4 B=3 B=1 B=5 B=6

1 Perilaku 2x3 = 4x4 = 3x3 = 1x2 = 5x6 = 6x4 = 87 1


kesehatan 6 16 9 2 30 24
senderung
beresiko
berhubungan
dengan kurang
pemahaman di
Kp. X Kota
Cimahi

2 Ketidakefektifan 2x3 = 4x3 = 3x3 = 1x2 = 5x5 = 6x5 = 84 2


pemeliharaan 6 12 9 2 25 30
kesehatan
berhubungan
dengan sumber
daya tidak
55

cukup
(pengetahuan )
di Kp. X Kota
Cimahi

3 Defisiensi 2x3 = 4x3 = 3x3 = 1x2 = 5x3 = 6x4 = 68 3


kesehatan 6 12 9 2 15 24
komunitas
berhubungan
dengan kurang
dukungan social
untuk program
di Kp. X Kota
Cimahi

Prioritas masalah
1) Perilaku kesehatan senderung beresiko berhubungan dengan
kurang pemahaman di Kp. X kota Cimahi
2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
sumber daya tidak cukup (pengetahuan ) di Kp. X Kota Cimahi
3) Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan kurang
dukungan social untuk program di Kp. X Kota Cimahi

e. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas

No Diagnose Tujuan Intervensi


keperawatan
Umum Khusus

1 Perilaku Setelah Setelah dilakukan 1. Modifikasi perilaku :


kesehatan dilakukan kegiatan penyuluhan a. Tentukan motivasi
senderung kegiatan di harapkan : pasien terhadap
beresiko penyuluhan, di perlunya perubahan
1. Penduduk mampu
berhubungan harapkan perilaku
mengenali realita
penduduk
kesehatan
56

dengan kurang setempat 2. Mampu mencari b. Bantu pasien untuk


pemahaman mampu informasi dapat
meningkatkan kesehatan mengidentifikasi
pemapahaman 3. Penduduk mampu kekuatan dirinya
terhadap menigkatkan dan menguatkan
realita situasi aktivitas nyaa
kesehatan dan rekomendasi c. Identifikasi
mampu dengan perubhan perilaku
berperilaku professional target dengan
patuh kesehatan istilah yang khusus
4. Mampu atau konkret
memodivikasi 2. Fasilitasi
aktivitasbseperti pembelajaran :
yang di arahkan a. Tentukan tujuan
profesional pembelajaran dua
kesehatan arah yang realistic
bersama pasien
b. Sesuaikan intruksi
dengan tingkat
pendidikan dan
kemampuan
memahami pasien
c. Sesuaikan
informasi dengan
gaya hidup dan
rutinitas pasien
3. Pendidikan kesehatan
:
57

a. Targetkan sasaran
pada kelompok
beresiko tinggi dan
rentang usia yang
akan mendapat
manfaat besar dari
pendidikan
kesehatan
b. Rumuskan tujuan
dam program
pendedeikan
kesehatan
c. Hindari
penggunaan teknik
menakut nakuti
sebagai strategi
untuk memotivasi
2 Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan 1. Peningkatan kesaaran
pemeliharaan dilakukan pengetahuan perilaku diri :
kesehatan promosi kesehatan dan a. Berbagi observasi
berhubungan kesehatan pengetahuan promosi tentang pola
dengan sumber diharapkan kesehatan diharapkan perilaku dan respon
daya tidak cukup strategi untuk : pasien
(pengetahuan ) mencegah b. Bantu pasien untuk
1. Strategi
di Kp. X Kota penyebaran mengidentifikasi
menghindari
Cimahi penyakit sumber motivasi
paparan bahaya
menuluran 2. Fasilitasi tanggung
lingkungan
meningkat jawab diri :
meningkat
58

2. Strategi untuk a. Dorong verbalisasi


mencegah perasaan,persepsi,
penyebaran dan kekuatan
penyakit mengenai asumsi
meningkat tanggung jawab
3. Layanan b. Dukung pasien
peningkatan mengambil
kesehatan tanggung jawab
meningkat perawatan diri
4. Teknik skrining sebanyak mungkin
diri meningkat c. Berikan umpan
5. Latihan rutin yang balik positif untuk
efektif meningkat memintan
6. Resiko penyakit tanggung jawab
yang di turunkan tambahan dan atau
meningkat perubahan perilaku
3. Manageman
lingkungan komunitas
:
a. Inisiasi skrining
resiko kesehatan
berasal dari
lingkungan
b. Monitor status
kesehatan yang
sudah diketahui
c. Berkolaborasi
dalam
59

mengembangkan
program aksi di
komunitas
d. Lakukan program
edukasi untuk
kelompok yang
beresiko
3 Defisiensi Setelah Setelah dilakukan 1. Manajemen penyakit
kesehatan dilakukan penyuluhan menular :
komunitas peyuluhan dan diharapkan: a. Monitor factor –
berhubungan promosi factor lingkungan
1. Tingkat partisipasi
dengan kurang kesehatan yang
dalam pelayanan
dukungan social diharapkan mempengaruhi
perawatan
untuk program penduduk penyebaran
kesehatan
di Kp. X Kota dapat penyakit menular
preventive
Cimahi meningkatkan b. Monitor populasi
meningkat
status yang beresiko
2. Prevalansi
kesehatan dalam rangka
program
komunitas pemenuhanregimen
peningkatan
prevensi dan
kesehatan
perawatan
meningkat
c. Sediakan informasi
3. Pemeliharaan
mengenai
skrining
persiaoan dan
difokuskan pada
penympanan
deteksi dini
makanan memadai
sempurna
seperti yang
4. Pendidikan
dibutuhkan
kepada anggota
60

komunitas akan d. Tingkatkan akses


pentingnya pada pendidikan
skrining kesehatan yang
memadai
sehubungan dengan
pencegahan dan
pengobatan
terhadap penyakit
menualr dan
pencegahan
berulang nya
kejadian,

f. Rencana kegiatan dalam bentuk Planning Of Action (POA)

Masalah Sum
Sasara Wak Tem Medi
keperawat Tujuan Kegiatan ber PJ
n tu pat a
an dana

Perilaku TUM 1. Modifikasi Masyar Rabu Balai 1 juta Video Ketu


kesehatan perilaku : akat , 7 desa dari , a RT
Setelah
cenderung a. Tentukan Kp. X Okto Kp. uang leafle Kp.
dilakukan
beresiko motivasi Kota ber X kas at, X
kegiatan
berhubunga pasien Cimahi 2020 Kota RT poster Kota
penyuluhan,
n dengan terhadap Cima Cim
di harapkan
kurang perlunya hi ahi
penduduk
terpaparnya perubahan
setempat
informasi perilaku
mampu
di Kp.X b. Bantu pasien
meningkatka
Cimahi untuk dapat
n
mengidentifi
pemapahama
kasi
61

n terhadap kekuatan
realita situasi dirinya dan
kesehatan menguatkan
dan mampu nyaa
berperilaku c. Identifikasi
patuh perubhan
perilaku
TUK
target

Setelah dengan
dilakukan istilah yang
kegiatan khusus atau

penyuluhan konkret

di harapkan : 2. Fasilitasi
pembelajara
1. Penduduk n:
mampu a. Tentukan
mengenali tujuan
realita pembelajara
kesehatan n dua arah
2. Mampu yang
mencari realistic
informasi bersama
kesehatan pasien
3. Penduduk b. Sesuaikan
mampu intruksi
menigkatk dengan
an tingkat
aktivitas pendidikan
rekomend dan
asi dengan kemampuan
profession memahami
al pasien
kesehatan c. Sesuaikan
informasi
62

4. Mampu dengan gaya


memodivi hidup dan
kasi rutinitas
aktivitasbs pasien
eperti 3. Pendidikan
yang di kesehatan :
arahkan a. Targetkan
profesiona sasaran pada
l kelompok
kesehatan beresiko
tinggi dan
rentang usia
yang akan
mendapat
manfaat
besar dari
pendidikan
kesehatan
b. Rumuskan
tujuan dam
program
pendedeikan
kesehatan
c. Hindari
penggunaan
teknik
menakut
nakuti
sebagai
strategi
untuk
memotivasi
63

Ketidakefe TUM 1. Peningkatan Masyar Sabtu Balai 1 juta Video Ketu


ktifan kesaaran diri akat , 10 desa dari , a RT
Setelah
pemelihara : Kp. X Okto Kp. uang leafle Kp.
dilakukan
an a. Berbagi Kota ber X kas at, X
promosi
kesehatan observasi Cimahi 2020 Kota RT poster Kota
kesehatan
berhubunga tentang pola Cima Cim
diharapka
n dengan perilaku dan hi ahi
n strategi
sumber respon
untuk
daya tidak pasien
mencegah
cukup b. Bantu pasien
penyebara
(pengetahu untuk
n penyakit
an ) di Kp. mengidentifi
menuluran
X Kota kasi sumber
meningkat
Cimahi motivasi
2. Fasilitasi
tanggung
TUK jawab diri :
a. Dorong
Setelah
verbalisasi
dilakukan
perasaan,per
pengetahu
sepsi, dan
an
kekuatan
perilaku
mengenai
kesehatan
asumsi
dan
tanggung
pengetahu
jawab
an
b. Dukung
promosi
pasien
kesehatan
mengambil
diharapka
tanggung
n:
jawab
1. Strategi perawatan
menghind diri
ari
64

paparan sebanyak
bahaya mungkin
lingkunga c. Berikan
n umpan balik
meningkat positif untuk
2. Strategi memintan
untuk tanggung
mencegah jawab
penyebara tambahan
n penyakit dan atau
meningkat perubahan
3. Layanan perilaku
peningkat 3. Manageman
an lingkungan
kesehatan komunitas :
meningkat a. Inisiasi
4. Teknik skrining
skrining resiko
diri kesehatan
meningkat berasal dari
5. Latihan lingkungan
rutin yang b. Monitor
efektif status
meningkat kesehatan
6. Resiko yang sudah
penyakit diketahui
yang di c. Berkolabora
turunkan si dalam
meningkat mengemban
gkan
program aksi
di komunitas
d. Lakukan
program
65

edukasi
untuk
kelompok
yang
beresiko
Defisiensi TUM 1. Manajemen Masyar Rabu Balai 1 juta Video Ketu
kesehatan penyakit akat , 14 desa dari a RT
Setelah Leafl
komunitas menular : Kp. X Okto Kp. uang Kp.
dilakukan eat,
berhubunga a. Monitor Kota ber X kas X
penyuluhan poster
n dengan factor – Cimahi 2020 Kota RT Kota
dan promosi
kurang factor Cima Cim
kesehatan
dukungan lingkungan hi ahi
diharapkan
social yang
penduduk
untuk mempengaru
dapat
program hi
meningkatka
penyebaran
n status
penyakit
kesehatan
menular
komunitas
b. Monitor
populasi
yang
TUK beresiko
dalam
Setelah
rangka
dilakukan
pemenuhanr
penyuluhan
egimen
diharapkan:
prevensi dan
1. Tingkat perawatan
partisipasi c. Sediakan
dalam informasi
pelayanan mengenai
perawatan persiaoan
kesehatan dan
penympanan
66

preventive makanan
meningkat memadai
2. Prevalansi seperti yang
program dibutuhkan
peningkata d. Tingkatkan
n akses pada
kesehatan pendidikan
meningkat kesehatan
3. Pemelihar yang
aan memadai
skrining sehubungan
difokuskan dengan
pada pencegahan
deteksi dan
dini pengobatan
sempurna terhadap
4. Pendidika penyakit
n kepada menualr dan
anggota pencegahan
komunitas berulang nya
akan kejadian,
pentingnya
skrining
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil data pengkajian yang telah dilakukan di Kp.X
Kota Cimahi didapatkan permaslaahan kesehatan komunitas diantaranya
Perilaku kesehatan cenderung beresiko, Defisiensi kesehatan komunitas, dan
Ketidakefektifam pemeliharaan kesehatan. Setelah ditemukan masalah
kesehatan komunitas maka akan disusunlah suatu rencana keperawatan
komunitas dengan strategi Planning Of Action (POA). Dimana POA sendiri
terdiri dari berbagai macam rencana keperawatan yang akan dilakukan oleh
perawat komunitas dengan melibatkan peran serta masyarakat di dalamnya.

B. Saran
1. Untuk perawat
Diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan strategis,
terstruktur serta dapat diharapkan memberikan tindakan keperawatan
yang komprehensif pada masyarakat, dan memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat secara berkala
2. Untuk masyarakat
Diharapakan menciptakan suasana yang nyaman di area lingkungan
tempat tinggal masyarakat, memanfaatkan sarana dan prasarana
kesehatan lebih baik, meningkatkan kualitas hisup dengan menerapkan
gaya hidup PHBS, serta tetap menerapkan protocol kesehatan yang
telah ditetapkan pemerintah dimanapun dan kapanpun berada.

67
DAFTAR PUSTAKA

1. Albertus, Audric. 2019. “PATOFISIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019


(COVID-19)”, https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-
infeksi/coronavirus-disease-2019-covid-19/patofisiologi, diakses pada 03
Oktober 2020

2. COVID-19. (2020). Diakses 3 October 2020, Online


https://www.alodokter.com/covid-19

3. Hal-hal Seputar Pemeriksaan Penyakit Infeksi yang Perlu Anda Tahu. (2020).
Diakses 3 October 2020, Online https://www.alodokter.com/hal-hal-seputar-
pemeriksaan-penyakit-infeksi-yang-perlu-anda-tahu

4. Infeksi. (2020). Diakses 3 October 2020, Online


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Infeksi

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

6. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses: Definition & Classifications,


2015-2017, Buku Kedokteran ECG: Jakarta

7. NIC International Inc. (2013). Nursing Intervention Classification. Jakarta :


Elsevier NOC International Inc. (2013). Nursing Outcome Classification.
Jakarta Elsevier

8. Pandemi Covid-19: Pertahankan Pola Hidup Bersih dan Sehat Sebagai New
Normal. (2020). Diakses 3 October 2020, Online

68
69

https://www.google.co.id/amp/s/www.enervon.co.id/amp/article/1102/pandem
i-covid-19-pertahankan-pola-hidup-bersih-dan-sehat-sebagai-new-normal/

9. Pengertian Preventif, Macam, Fungsi, dan Tujuannya dalam Kehidupan Sehari-


hari | Diadona.id. (2020). Diakses 3 October 2020, Online
https://www.google.co.id/amp/s/m.diadona.id/amp/d-stories/pengertian-
preventif-macam-fungsi-dan-tujuannya-dalam-kehidupan-sehari-hari-
200706o.html

10. Sukowati, S. (2020). Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Mengubah


Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat. Diakses 3 October 2020,
Online https://www.neliti.com/publications/159806/peran-tenaga-kesehatan-
masyarakat-dalam-mengubah-perilaku-masyarakat-menuju-hidu

11. World Health Organization (2020). Novel Coronavirus (2019-nCoV).

Anda mungkin juga menyukai