Anda di halaman 1dari 5

RESUME

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak

dosen pengampu Agni Laili Perdani,MS

Oleh :

Fauziah Mumtahanah (118065)

DIII-2B

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

BANDUNG

2020
RESUME
Diare Parah pada Bayi Perempuan Usia 4 Bulan dengan Gastroenteritis Akut : Laporan Kasus dan
Tinjauan Literatur
Ionela Loredana Guzganu
Bayi perempuan berusia 4.5 bulan yang dibawa kerumah sakit dengan riwayat diare dan demam air
selama 2 hari. Rehidrasi dan keseimbangan elektropika dipulihkan dengan terapi cairan intravena yang
diikuti dengan solusi rehidrasi oral namun, diare tidak akan membaik ketika diopname pada hari keempat
meskipun dirawat dengan probiotik. Pasien berikutnya kemudian diobati dengan gelatin tannate, sebuah
alat medis yang baru-baru ini dipasarkan dieropa untuk mengendalikan dan mengurangi gejala diare pada
bayi, anak-anak dan orang dewasa. Diare anak membaik dalam waktu 12 jam pertama dan sembuh total
dalam waktu 3 hari. Gelatin tennate mungkin dianggap sebagai perawatan yang bagus dan melengkapi
rehidrasi mulut untuk perawatan diare pada bayi yang menderita gastroenteritis rotavirus.
1. Pendahuluan

Rotavirus adalah penyebab utama gastroenteritis akut pada bayidan anak di eropa. Meskipun terdapat
perbaikan kesehatan public diseluruh eropa dan ketersediaan vaksinasi terhadap rotavirus dibeberapa
Negara diseluruh dunia insiden infeksi usus tetap tinggi dan dengan demikian sebuah masalah klinis yang
penting dengan demikian sebuah masalah klinis yang penting dengan beban sosioekonomi yang sama
pentingnya, meskipun kematian telah memburuk dalam beberapa decade terakhir. Beban rotavirus pada
tahun 2006 untuk belgia (prevaccination) mencapai 2,5 kali lipat lebih tinggi dari pada rata-rata angka
yang diperkirakan terjadi di Negara-negara eropa lainnya ( 3 per 1000, kisaran 0,3-11,9 per 1000) tetapi
menunjukkan distribusi yang serupa ke Negara-negaratetangga [2-4]. Gejala diare berkisar dari 0,5 higga
1,9 per anak per tahun pada anak berusia lebih muda dari 3tahun di eropa [1]. Meskipun penyakit ringan
dikebanyakan negri eropa, gastroenteritis dihubungkan dengan angka tinggi pasien rumah sakit dan biaya
sosioekonomi yang tinggi. Rotavirus adalah pathogen enteric yang paling parah yang menyebabkan diare
pada anak-anak dan sering muntah lebih dari dua kali per hari merupakan gejala umum infeksi rotavirus,
yang dianggap sebagai penyebab utama diare adalah dehidrasi parah. Siens ini lebh rentan pada anak-
anak yang dirawat dirumah sakit karena diare.

Penulis tersebut menyampaikan kasus gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dalam kasus
bayi yang sehat namun kurang berat badan dan memiliki riwayat dua hari diare dan dehidrasi parah.

2. Penyajian kasus

Bayi wanita berusia 4,5 bulan yang dibawa kerumah sakit dengan riwayat diare dan demam selam 2
hari memburuk dalam 12 jam sebelum pendaftaran. Bayi itu dilaporkan telah meminum 10 gelas air
selama 24 jam sebelumnya, selam itu ia menjadi gelisah, menangis, sementara minum hanya setengah
dari jumlah yang biasa. Tidak ada riwayat muntah.

Riwayat medis mengungkapkan bayi dilahirkan secara Caesar karena gawat janin yang parah dengan
berat lahir 2910 gr. Apgar skornya 0-1 masing-masing dari satu dan lima menit, setelah persalinan
memerlukan intubasi trakea dan pindah keunit perawatan intensif neonatal. Dia dimasukkan ke diinduksi
koma dan hipotermia aktif selama 72 jam. Bayi dinyatakan bebas gula pada hari keempat dan kemudian
diberi nutrisi enteral pada hari kelima.
MRI yang dilakukan pada hari kelima menunjukkan tanda-tanda hipoksia berat,ensefalopati iskemik.
Tindak lanjut setelah keluar sangat tidak teratur dan bayi tidak menerima vaksin apapun sampai rawat
inap saat ini. Kurva berat badannya adalah alas an untuk khawatir; memang berat badannya dua minggu
sebelum masuk kerumah sakit manjadi 4390 gr.

Pada hari presentasi, pemeriksaan fisik memperlihatkan bayi dalam keadaan siaga dan memburuk
dengan temperature 39,9 derajat, detak jantung antara 170-190 denyut/ menit, laju pernafasan antara 40-
80 x/menit, tekanan darah 102/55 mmhg dan saturasi oksigen oleh oksimetri nadi 100 % . berat badan
anak saat masuk rumah sakit adalah 3990 gr, berarti dia kehilangan 10% berat badannya. Kulitnya abu-
abu pucat, turgor kulit lambat, bibir kering dan mukosa mulut kering, tetapi mata tampak normal, air mata
mengurang, fontanele lunak dan waktu pengisian kapiler 3 detik, pengeluaran urin juga menurun, hati dan
pemeriksaan paru normal kecuali untuk takikardi, perut bengkak dan sedikit sakit saat dipalpasi, tidak ada
hepatosplenomegali. Radigrafi perut dan dada normal, tidak ada tanda-tanda iritasi meningeal. Tes
laboratorium menunjukkan hemoglobin 12,6 g/dL, darah putih sel 11970/mm3 (PMN=7590), trombosit
1085000/mm3, dan protein C-reaktif kurang dari 0,05 mg/dL. Specimen feses rutin diuji positif untuk
antigen rotavirus (vikia rota-adeno,biomerieux), sementara hasil untuk darah dan kultur urin negative.
Elektrolit serum menjadi penting untuk konsentrasi natrium dari 146 mEq/L dan tingkat bikarbonat dari 8
mEq/L, darah urea 61 mg/dL.

Pasien dirawat dan diberikan infus terapi cairan segera untuk memperbaiki takikardi, polypnea dan pH
darah rendah dengan volume 2 dosis berikutnya 0,9% natrium, klorida pada 20 mL/kg selama 60 menit,
yang mengandung dekstrosa 5% ditambah elektrolit diberikan segera setelah dosis kedua normal untuk
mencapai koreksi lamabat hypernatremia, diuresis dibangun kembali dalam waktu 4 jam terapi rehidrasi.
Kehilangan air dan pencernaan elektrolit diimbangi dengan larutan rehidrasi oral (ORS), pada dosis awal
10 ml/kg dan selanjutnya diganti volumenya tergantung pada jumlah tinja yang hilang. Asidosis
metabolic sulit dilakukan selama 48 jam pertama karena kehilangan cairan yang besar karena diare.
Meskipun mengalami kesulitan untuk memulihkan keseimbangan elektrolit, bayi menunjukan kemajuan
pencernaan selama dirumah sakit, diperbolehkan untuk memberikan nutrisi enteral dengan bebas laktosa
susu formula (novalac diarinova).

Pengobatan dengan tanatin gelatin dimulai pada hari ketiga rawat inap, asidosis metabolic membaik
48 jam bersama dengan pengurangan substansial dalam output tinja.Bayi diberi makan secara eksklusif
dengan rute oral pada hari kelima, riwayat pengobatan (aspirin 5 mg/kg/hari sela 1 bulan) karena
trombositosis. Tanatin gelatin pertama kali diberikan pada sore hari di hari ketiga rawat inap, 1 sachet
setiap 6 jam, 5 hari setelah dimulainya diare. Jumlah dan volume terus berkurang selam hari kedua
pengobatan dan diare terselesaikan pada hari ke 3 pengobatan, pengobatan dengan tanatin gelatin
diberikan dengan cara dilarutkan dalam ORS, kecuali pada dosis pertama itu dilarutkan dalam susu.
Pasien keluar dari rumah sakit setelah 3 hari kemudian untuk mencapai nutria optimal yntuk memastika
vaksinasi sudah maksimal, setelah keluar dari rumah sakit, berat bayi 4640 gr.

Pendapat :

Menurut saya kasus ini tentang diare parah yang terjadi dieropa karena virus yaitu Rotavirus dan juga
tentang penemuan obat baru untuk diare. Obat itu yaitudiobati gelatin tannate, sebuah obat yang baru-
baru ini dipasarkan di Eropa untuk mengendalikan dan mengurangi gejala diare pada bayi, anak-anak dan
orang dewasa. Selain diberi terapi cairan dan obat oral, juga menggunakan pengobatan dengan tanatin
gelatin dimulai pada hari ketiga rawat inap,Tanatin gelatin pertama kali diberikan pada sore hari di hari
ketiga rawat inap, 1 sachet setiap 6 jam, 5 hari setelah dimulainya diare,pengobatan dengan tanatin gelatin
diberikan dengan cara dilarutkan dalam ORS, kecuali pada dosis pertama itu dilarutkan dalam susu.
Penggunaan obat ini terbukti efektif dan amandalam mengobati diare pada bayi dan anak-anak karena
sifat astringennya. Ini merupakan sebuah kemajuan yang bagus bisa menemukan obat baru dan penurunan
intensitas feses bisa terjadi dalam 48 jam.

RESUME

Kasus Pediatrik Demam Berdarah Dengue di Jepang


Yoshiki Kusama MD1.2 | Ken Ito MD1.2 | Shigeru Tajima PhD3 | Satoshi Kutsuna MD,PhD4

Kasus demam berdarah impor (DBD) pada anak laki-laki berusia 10 tahun dari Filipina. Pasien diraway
dirumah sakit dengan riwayat demam tinggi selama 4 hari, sakit kepala, malaise, riwayat epitaksis dan
hematemesis 2 hari. Gejala memburuk setelah masuk, dan pasien kemudian didiagnosis dengan DBD.
DBD lebih sering terjadi dibandingkan dengan kasus infeksi primer. Karena itu, dokter harus mengetahui
perbedaan risiko pengembangan DBD antara pasien yang berada di daerah endemic dan nonendemik.

1. Pendahuluan

Demam berdarah ditandai dengan manifestasi hemoragik dan progresif efusi, meskipun demam
berdarah biasanya sembuh sendiri, dengan kematian <1%. DBD adalah penyakit parah yang dapat
menyebabkan kematian karena DBD terjadi lebih sering dari kasus lainnya diantara kasus infeksi primer,
DBD jarang terjadi pada nondemik area, pelaporan penyakit menular termasuk demam berdarah dab
DBD wajib di Jepang. Menurut institute of infectious diseases (NIID), sekitar 10 orang dewasa terkena
DBD setiap tahun di Jepang. Namun belum ada laporan kasus anak sejak 1989, dan hanya 7 kasus yang
telah dilaporkan dalam pertemuan medis jepang.

2. Penyajian Kasus

Pada bulan januari, seorang anak laki-laki Filipina berusia 10 tahun dirawat karena 4 hari demam
tinggi, sakit kepala, malaise dan epistaksis dan hematemesis 2 hari. Pasien berkunjung kejepang untuk
menemui keluarganya 4 hari sebelum dibawa kerumah sakit, dan pasien merasa dingin dan malaise.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit DBD dan tidak melakukan perlindungan terhadap nyamuk.
Gejalanya hyperemia kongjungtiva dan kemerahan pada lidah, nyeri sendi, splenohepatomegali dan ruam.
Hasil tes darah putih 2500, sel trombosit 32000 dan hematocrit 45,2%. Ultrasonografi menunjukan
adanya asites dihati, 12 jam setelah masuk, pasien nyeri perut dan hematemesis, positif tanda tourniquet
dan tanda hematocrit meningkat hingga 52,4%. Kriteria DBD adalah peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, ditandai dengan trombositopenia, demam

3. Diskusi

Sekitar 20-30% pasien dengan DBD datang dengan keadaan syok karena kehilangan volume
intravascular. Sindrom syok dengue 40-50% dapat berkurang menjadi <1% dengan deteksi dini dan
manajemen cairan yang tepat. Organisasi kesehatan dunia merekomendasikan perhatian pada tanda-tanda
klinis untuk mengetahui perkembangan demam berdarah. Dalam hal ini gejala sakit perut, hematemesis,
peningkatan hematocrit dan trombosit penia, dan asites disekitar hati membantu dalam diagnose dini.
Implementasi berupa penggantian cairan, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa transfuse trombosit
tidak efektif dalam mencegah perdarahan pada infeksi dengue dan pemulihan trombosit pada pasien.
Ketika wabah virus DBD di Tokyo, jepang pada 2014, hanya 1 orang dewasa yang menderita DBD
diantara 162 orang yang terinfeksi dengue, beberapa pasien yang menderita DBD di jepang memiliki
virus dengue sebelumnya.

Berlangsung 2-7 hari dan kecenderungan berdarah, pasien didiagnosa dengan DBD. Terapi repletion
volume intravascular (5 ml/kg jam -1) dengan laktat ringer dumulai, dan laju infus secara bertahap
berkurang, menguti, pengobatan WHO. Walaupun jumlah sel platelet menurun hingga 11000 pada hari
kedua setelah misi, secara bertahap meningkat tanpa perlu transfuse darah, pasien dipulangkan setelah 4
hari. Kasus DBD yang terjadi dari luar 4 kali lebih tinggi dari pada kasus-kasus yang terjadi didalam
Negara pada saat terjadi wabah dijepang karena kurangnya pemahaman tentang penyakit menular tropis
pada nonendemikarea. Dokter didaerah nonendemik harus mengakui perbedaan risiko pengembangan
DBD antara pasien dalam endemic dab nonendemik area. Selain itu, dokter harus memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang infeksi jvirus dengue untuk mempersiapkan diri merawat pasien dimasa depan,

Pendapat :

Menurut saya kasus ini tentang DBD yang menyerang seorang anak yang berasal dari luar Negara
sehingga disebut sebagai virus nonendemik. Dan pada kenyataannya penyakit yang terjadi karena dari
luar 4 kali lebih tinggi risiko terjangkitnya dan bahkan bisa menular pada orang yang sudah pernah atau
memiliki riwayat penyakit yang sama. Dalam penanganannya dalam kasus ini dokter kurang pengetahuan
tentang infeksi virus dengue, menurut saya tidak hanya dokter saja yang diharuskan untuk memiliki
pemahaman lebih tentang dengue ini namun perawat pun sama, jika salah satu salah setidaknya bisa
saling membantu atau mengingatkan dalam membantu untuk kesembuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai