S DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIK DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Praktik Klinik Stase Gawat Darurat
Pembimbing Klinik : Suliana Dessy Kistiniayatun S.Kep
Pembimbing Akademik : Ns. Dody Setyawan, S.Kep., M.Kep
Oleh:
Sartika Rohmah 22020116120010
Ghaniyyah Dhiya H. 22020116120017
Indriyani 22020116120042
Mundir Rahmawati 22020116120031
Milkha Amalia I. 22020116130067
Alma Savera 22020116130059
A.16-2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah ketidakmampuan proses sistem
pernafasan baik inspirasi atau ekspirasi untuk melakukan ventilasi yang
adekuat (NANDA, 2018). Ketidakefektifan pola nafas dapat ditandai
dengan adanya ketidakstabilan nafas baik berupa takipneau maupu
bradipneau, penggunaan otot bantu pernafasan, serta fase ekspirasi
memanjang. Menurut (Purwanto, 2017) tanda gejala ketidakefektifan pola
nafas dibagi menjadi dua, yaitu mayor: perubahan dalam frekuensi atau
pola pernafasan, dan minor: hiperventilasi, pernafasan sukar, takipnea.
Tanda gejala yang sering timbul juga berupa dispnea, nafas pendek,
perubahan gerakan dada, nafas cuping hidung (Rizki, 2016).
B. Faktor Berhubungan
Ketidakseimbangan natrium dan cairan dalam tubuh dapat
meretensi cairan dan natrium yang mengakibatkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam tubuh menyebabkan penurunan ekskresi urine dan
mengakibatkan edema dan hipertensi. Edema yang terjadi pada rongga
peritoneal akan mengakibatkan terjadinya asites. Pada edema paru terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan difusi CO2 dan O2
terhambat sehingga klien merasakan sesak nafas. Pola napas tidak efektif
diakibatkan oleh terganggunya ekspansi paru akibat akumulasi cairan
sehingga akan menimbulkan manifestasi klinis seperti peningkatan
frekuensi napas, kesulitas bernapas (dipsnea), penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, dan kasus-kasus berat muncul seperti sianosis (Revyna, 2016).
Adanya akumulasi cairan di rongga abdomen menyebabkan paru
tidak dapat mengembang sempurna. Posisi tubuh berbaring dapat
memperparah ketidakefektifan pola nafas. Pemilihan posisi untuk
penderita dengan masalah pernapasan sangat penting untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat. Terdapat berbagai macam posisi tidur mulai dari
supine, lateral dan fowler. Posisi fowler merupakan posisi yang cocok
untuk orang dengan ketidakefektifan pola nafas (Rizki, 2016).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal : 28 Oktober 2019 Pukul: 12.05 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Langensari barat 04/06 Ungaran Barat
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2019 Pukul: 12.05 WIB
No.RM : 5371XX
Diagnosa kerja : Chronic Kidney Disease
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan : Istri
Alamat : Langensari barat 04/06 Ungaran Barat
No. Telepon : 085876XXXXXX
3. Pengkajian Primer
1. Airway
Pasien dapat diajak berbicara (Kepatenan jalan nafas baik)
a. Look: Tidak terdapat sumbatan jalan nafas, baik benda asing, darah
maupun sekret.
b. Listen: Tidak terdapat suara tambahan seperti gurgling, crackles, ronki,
maupun wheezing.
c. Feel: Terasa hembusan nafas Tn. S.
2. Breathing
a. Look: Tidak terdapat luka pada dada, perkembangan dada kiri-kanan
simetris, irama nafas irregular, RR 26 x/menit, nafas dangkal, terlihat
penggunaan otot bantu nafas, terdapat retraksi dinding dada, dan
penggunaan nafas cuping hidung.
b. Listen: Suara nafas vesikuler.
c. Feel: Terasa hembusan nafas Tn. S.
3. Circulation
Akral dingin, warna kuku pucat, TD 120/70 mmHg, HR 80 x/ menit,
CRT > 2 detik, dan SpO2 saat pertama kali datang 88 %.
4. Disability
Pengkajian disability menggunakan skala AVPU, skala pada Tn. S
adalah A (Alert) yaitu Tn. S dapat merespon suara dengan baik. Pupil
dapat bereaksi terhadap cahaya.
5. Exposure
Tidak terdapat luka pada tubuh pasien, baik di ekstermitas atas maupun
ekstermitas bawah. Terdapat edema derajat 1 pada ekstermitas bawah.
Suhu Tn. S 37,30C.
6. Foley Cateter
Pasien belum BAK sejak 3 hari yang lalu dan tidak terpasang kateter
urine.
7. Gastric Tube
Tn. S dapat mengunyah dan menelan, serta mengeluhkan mual. Tidak
dipasang gastric tube.
8. Hearth Monitor/ ECG Monitor
Tidak terpasang heart monitor/ECG monitor. Tekanan darah pasien
diukur dengan spignomanometer jarum dengan hasil TD 120/70 mmHg.
4. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Tn. S mengeluhkan sesak napas
b. Penampilan umum
Keadaan umum klien composmentis, kooperatif ketika diajak
komunikasi, klien terlihat sesak, menahan sakit dan memegang perut
karena rasa nyeri karena sejak hari sabtu post hemodialisas klien
mengeluhkan belum buang air kecil. Terlihat posisi semifowler pada
jam 12.05 WIB kemudian klien diposisikan fowler pada pukul 12.40
WIB.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. S mengeluhkan sesak napas, perut membesar berisi cairan,
mengeluhkan mual-mual dan merasakan sakit pada bagian abdomen
sejak pagi hari SMRS. Sejak hari Sabtu 26 Oktober 2019 post
Hemodialisa belum BAK. Klien dtang ke IGD RSUD Ungaran tanggal
28 Oktober 2019 pukul 12.05 WIB. Saat dilakukan pengkajian Terdapat
edema perut atau asites, edema pada ekstermitas bawah (edema derajat
1). Saat di IGD, Tn. S mendapat terapi Infus Asering mikro 10 tpm,
pemeberian injeksi furosemide 50 mg. omeprazole 50 mg, serta terapi
oksigen nasal kanul 4L/menit kemudian pada pukul 13.00 Tn. S
mendapat terapi Oksigen masker 8L/menit.
d. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan bahwa klien mengalami Gagal Ginjal Kronik sudah
lebih dari 2,5 tahun yang lalu. Klien rutin HD (Hemodialisa) seminggu
2 kali di RSUD Ungaran.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tn.S mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama yang dialami Tn.S saat ini, tidak ada riwayat Gagal
Ginjal, penyakit gula, dan juga penyakit menular lainnya.
Genogram Tn.S
T N
T N y
n
n y .
. . K
.
A K
A
T N T N T T
N T T T T
y T y T y
n n n n n n n
. n . n . n.
. . . S . . P . .
I .I .J M
H A S Z B N P
T N
y
n
.
. I
D
T N T N T N
y y
n y n n
. .
. A . .
I K
R Y S
A
T N A N A n
n T n y n .
y
. A n . . . R
I A N
H .I K
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan : Menikah
: Tinggal serumah
: Meninggal : Klien
f. Pengkajian SAMPLE
Symptom: Klien mengatakan sesak napas sejak pagi SMRS
Allergy: Klien tidak memiliki alergi obat dan makanan.
Medication: Terapi Infus Asering mikro 10 tpm, pemeberian
injeksi furosemide 50 mg. omeprazole 50 mg, dan, oksigen
nasal kanul 4L/menit kemudian pada pukul 13.00 Tn. S
mendapat terapi Oksigen masker (NRM) 8L/menit.
Past Illnes: Istri klien mengatakan semenjak kurang lebih 2,5
tahun sudah mengalami penyakit gagal ginjal kronik, dan rutin
cuci darah (Hemodealisa) 2 kali dalam seminggu (hari Rabu dan
Sabtu).
Last Meal: Istri klien mengatakan klien makan sedikit nasi putih
dan kuah sayur sawi putih dan air minum.
Event: Klien mengeluhkan sesak napas sejak pagi SMRS,
mengeluhkan mual-mual dan perut membesar, nyeri perut
karena sejak hari Sabtu 26 Oktober 2019 belum BAK sampai
hari ini 28 Oktober 2019
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Composmentis, GCS: E4 M6 V5. Total: 15.
2) TTV saat pengkajian :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
MAP : (2xd+s)/3 = (2x70+120)/3 = 86,6 mmHg
Respiratory Rate : 26 x/menit
Heart Rate : 80 x/menit
Suhu : 36,40C
SPO2 : 88%, pukul 13.00 WIB SPO2 64%
GDS : 193 gr/Dl
3) Head To Toe
Kepala
Pemeriksaan Keterangan
Inspeksi Bentuk kepala mesocepal, rambut beruban, bersih, pendek lurus,
tidak terdapat ketombe, tidak ada lesi
Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Mata
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Mata simetris antara kiri dan kanan, sclera putih, konjungtiva
pucat, tidak memakai kacamata
Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Hidung
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Lubang hidung antara kanan dan kiri simetris, lubang hidung
tampak bersih, tidak ada sumbatan jalan nafa, tidak ada napas
cuping hidung, tidak ada polip, tidak terpasang NGT
Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Mulut
Pemeriksaa Keterangan
n
Inpeksi Mukosa bibir kering, gigi bersih, tidak ada karies, tidak ada
stomatitis
Palpasi Tidak ada nyeri tekan di sekitar mulut, tidak ada benjolan
Telinga
Pemeriksaa Keterangan
n
Inpeksi Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak tampak serumen, tidak
keluar cairan pada lubang telinga, pendengaran baik
Palpasi Tidak ada nyeri tekan di sekitar telinga
Leher
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak distensi vena
jugularis
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan maupun benjolan
Thorak
Jantung
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak terlihat ictus cordis, tidak ada jejas
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi Terdengar suara redup, dalam batas normal
Auskultasi Suara jantung S1 – S2 tunggal reguler
Paru - Paru
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Pergerakan dada simetris, tidak ada jejas, bentuk normal
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan, taktil fremitus simetris
Perkusi Bunyi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Vesikuler (tidak ada bunyi nafas tambahan)
Abdomen
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak ada luka abdomen, abdomen tampak asites
Auskultasi Bissing usus 12x/menit
Palpasi Tidak Terdapat nyeri tekan pada seluruh kuadran
Genitalia
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak terpasang kateter urin, bersih
Ekstremitas atas
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Terpasang infus ditangan kanan pasien, terdapat luka post HD
yang tertutup kasa steril pada tangan kanan, warna kulit tangan
menghitam, tangan kanan dan kiri simetris, kuku jari panjang dan
kotor, CRT > 2 detik, akral dingin
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan Kekuatan otot ekstremitas atas baik, tangan dapat digerakkan
Otot
5 5
Ekstremitas bawah
Pemeriksaa
Keterangan
n
Inpeksi Bentuk kedua kaki simetris, kuku jari kotor dan panjang, kulit kaki
berwarna hitam, edema derajat I (kedalaman 1-3 mm dengan waktu
kembali 3 detik), CRT > 2 detik, akral dingin
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan Kekuatan otot ekstremitas baik, kaki dapat digerakan
Otot
5
5
5. Pemeriksaan Penunjang
Nama Pasien : Tn.S / 5371xx
Ruang : Instalasi Gawat Darurat
Umur/Jenis Kelamin : 58 tahun/ Laki-laki
Alamat : Langensari Barat
6. Terapi Medis
Jenis Terapi Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Infus RL 10 tpm Mengembalikan Seseorang yang Ringer laktat
(mikro) keseimbangan alergi terhadap bersifat alkali,
elektrolit. Cairan sodium laktat. maka
hidrasi, pada keadaan Pasien dalam penggunaannya
dehidrasi dan syok keadaan asidosis dapat
hipovolemik. laktat. memperparah
Penggunaan keadaan alkalosis
bersamaan dengan metabolik atau
ceftriaxone respiratorik.
dilaporkan dapat Penggunaan dalam
menimbulkan jumlah besar dapat
presipitasi pada menyebabkan
aliran darah, overload cairan.
sehingga tidak
disarankan.
Ringer laktat juga
sebaiknya tidak
diberikan
bersamaan dengan
transfusi darah
karena
meningkatkan
risiko koagulasi
Jenis Terapi Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
karena kalsium.
Injeksi Obat untuk Gagal ginjal dengan Gangguan elektrolit,
Furosemida mengurangi cairan anuria, prekoma dan dehidrasi,
2 x 10 mg berlebih dalam tubuh koma hepatik, hipovolemia,
(edema) yang defisiensi elektrolit, hipotensi.
disebabkan oleh hipovolemia,
kondisi seperti gagal hipersensitivitas
jantung, penyakit terhadap furosemida.
hati, dan ginjal.
Obat diuretik yang
menyebabkan Anda
menjadi lebih sering
buang air kecil untuk
membantu
membuang air dan
garam yang
berlebihan dari tubuh
seseorang.
Injeksi Omeprazole terma Hipersensitivitas Efek samping umum
Omeprazole suk dalam golongan terhadap seluruh omeprazole berupa
1 x 40 mg obat Proton Pump komponen produk. mual, muntah, diare,
Inhibitor (PPI) yang sakit kepala, pusing,
menghambat nyeri abdomen, serta
produksi rasa kembung.
asam lambung. Obat
ini umumnya
digunakan
dalam penanganan p
enyakit seperti
Gastroesophageal
Reflux Disease
(GERD),
tukak lambung, dan
Sindrom Zollinger-
Ellison.
Obat ini sering
diresepkan untuk
berbagai keluhan
“sakit maag” untuk
membantu
meredakan gejala mu
al, muntah dan
kembung yang
timbul.
B. Analisa Data
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringen Perifer (00204) berhubungan dengan Riwayat Penyakit Hiperglikemia dan Gagal Ginjal Kronik
D. Rencana Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
TGL NO. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI SUMATIF PARAF
KEP
Senin, 1,3 12.05 Memposisikan pasien semi fowler S:- Kelompok
28 O : - Pasien terlihat sesak nafas
Oktober - Ektremitas bawah edema
2019
1 12.06 Mengukur tanda-tanda vital pasien S:- Kelompok
O : Pasien terlihat sesak nafas
Hasil pemeriksaan :
RR : 26x/menit
SpO2 : 88%
HR : 80 x/menit
TD : 120/70 mmHg
2,3 12.07 Memeriksa denyut nadi perifer, oedem, waktu S:- Kelompok
pengisian kapiler, warna, dan suhu O : Ekstremitas bawah oedem
HR: 80x/menit
CRT > 2 detik
Warna kulit sulit kembali normal, bila
dipegang, kulit kaki berwarna hitam
Suhu 36,4OC
1 12.08 Memeriksa pernafasan pasien S:- Kelompok
O : Suara nafas vesikuler, irama nafas
irreguler
1 12.10 Memberikan oksigenasi melalui nasal kanul (5 S:- Kelompok
lt/menit) O : Pasien terlihat lebih nyaman
1 12.30 Mengukur saturasi nafas pasien S:- Kelompok
O : SpO2 : 86%
1 12.31 Memberikan oksigenasi melalui masker (8 S:- Kelompok
lt/menit) O : Pasien terlihat nyaman
RR : 22 x/menit
SpO2 : 95%
TGL NO. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI SUMATIF PARAF
KEP
2 12.31 Memberikan infus Asering mikro 10 tpm S:- Kelompok
O : Infus terpasang, tidak merembes,
aliran infus lancer.
F. Evaluasi
Revyna, S. 2016. Upaya Penatalaksanaan Pola Nafas Tidak Efektif pada Pasien
Chronic Kidney Disease di Rsud dr. Soehadi Prijonegoro.
Rizki, A. 2016. Pengaruh Perubahan Posisi terhadap Pola Nafas pada Pasien
Gangguan Pernafasan.