Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIK DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Praktik Klinik Stase Gawat Darurat
Pembimbing Klinik : Suliana Dessy Kistiniayatun S.Kep
Pembimbing Akademik : Ns. Dody Setyawan, S.Kep., M.Kep

Oleh:
Sartika Rohmah 22020116120010
Ghaniyyah Dhiya H. 22020116120017
Indriyani 22020116120042
Mundir Rahmawati 22020116120031
Milkha Amalia I. 22020116130067
Alma Savera 22020116130059
A.16-2

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Mansjoer, 2005). Penyakit ini
merupakan sindrom klinis yang terjadi pada stadium gagal ginjal yang
dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti
pada sistem sekresi tubuhnya.
Menurut World Health Organization (WHO), data hingga 2015
diperkirakan tingkat presentase dari 2009 sampai 2011 ada sebanyak 36
juta warga dunia meninggal akibat Chronic Kidney Disease/ CKD. Lebih
dari 26 juta orang dewasa di Amerika atau sekitar 17% dari populasi orang
dewasa terkena CKD (Bomback and Bakris, 2011)
Menurut Persatuan Nefrologi Indonesia, Indonesia termasuk pada
tingkat gagal ginjal yang cukup tingi, Indonesia pada kasus CKD berada
diurutan keempat sebagai Negara terbanyaj penyakit CKD, sampai januari
2011 diperkirakan 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia yang
membutuhkan cangkok ginjal. (Pernefri, 2011).
Pada pasien dengan gagal ginjal kronik biasanya terjadi gangguan
fungsi pernapasan salah satunya adalah gangguan pola nafas yang
mengacu pada frekuensi, volume, irama dan usaha pernapasan. Perubahan
pola nafas yang umum terjadi adalah takipnea, hiperventilasi, dispnea,
orthopnea, apnea. (Mubarak, 2008).
Berdasarkan hasil observasi di RSUD Ungaran pada tanggal 28
Oktober 2019 kondisi yang ditemui di IGD menunjukan bahwa pasien
mengalami sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan dan
hiperventilasi harus diberi pertolongan dengan segera. Sehingga penulis
tertarik untuk menulis “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Ketidakefektifan Pola Nafas pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di
Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Klien dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) On HD dengan Ketidakefektifan Pola Nafas di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Ungaran
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses terjadinya ketidakefektifan pola napas pada
CKD on HD
b. Melaksanakan pengkajian ketidakefektifan pola napas pada
pada CKD on HD
c. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola
napas pada penyakit CKD on HD
d. Mengidentifikasi intervensi keperawatan ketidakefektifan pola
napas pada penyakit CKD on HD
e. Mengidentifikasi implementasi keperawatan ketidakefektifan
pola napas pada penyakit CKD on HD
f. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan ketidakefektifan pola
napas pada penyakit CKD on HD
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah ketidakmampuan proses sistem
pernafasan baik inspirasi atau ekspirasi untuk melakukan ventilasi yang
adekuat (NANDA, 2018). Ketidakefektifan pola nafas dapat ditandai
dengan adanya ketidakstabilan nafas baik berupa takipneau maupu
bradipneau, penggunaan otot bantu pernafasan, serta fase ekspirasi
memanjang. Menurut (Purwanto, 2017) tanda gejala ketidakefektifan pola
nafas dibagi menjadi dua, yaitu mayor: perubahan dalam frekuensi atau
pola pernafasan, dan minor: hiperventilasi, pernafasan sukar, takipnea.
Tanda gejala yang sering timbul juga berupa dispnea, nafas pendek,
perubahan gerakan dada, nafas cuping hidung (Rizki, 2016).
B. Faktor Berhubungan
Ketidakseimbangan natrium dan cairan dalam tubuh dapat
meretensi cairan dan natrium yang mengakibatkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam tubuh menyebabkan penurunan ekskresi urine dan
mengakibatkan edema dan hipertensi. Edema yang terjadi pada rongga
peritoneal akan mengakibatkan terjadinya asites. Pada edema paru terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan difusi CO2 dan O2
terhambat sehingga klien merasakan sesak nafas. Pola napas tidak efektif
diakibatkan oleh terganggunya ekspansi paru akibat akumulasi cairan
sehingga akan menimbulkan manifestasi klinis seperti peningkatan
frekuensi napas, kesulitas bernapas (dipsnea), penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, dan kasus-kasus berat muncul seperti sianosis (Revyna, 2016).
Adanya akumulasi cairan di rongga abdomen menyebabkan paru
tidak dapat mengembang sempurna. Posisi tubuh berbaring dapat
memperparah ketidakefektifan pola nafas. Pemilihan posisi untuk
penderita dengan masalah pernapasan sangat penting untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat. Terdapat berbagai macam posisi tidur mulai dari
supine, lateral dan fowler. Posisi fowler merupakan posisi yang cocok
untuk orang dengan ketidakefektifan pola nafas (Rizki, 2016).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal : 28 Oktober 2019 Pukul: 12.05 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Langensari barat 04/06 Ungaran Barat
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2019 Pukul: 12.05 WIB
No.RM : 5371XX
Diagnosa kerja : Chronic Kidney Disease
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan : Istri
Alamat : Langensari barat 04/06 Ungaran Barat
No. Telepon : 085876XXXXXX
3. Pengkajian Primer
1. Airway
Pasien dapat diajak berbicara (Kepatenan jalan nafas baik)
a. Look: Tidak terdapat sumbatan jalan nafas, baik benda asing, darah
maupun sekret.
b. Listen: Tidak terdapat suara tambahan seperti gurgling, crackles, ronki,
maupun wheezing.
c. Feel: Terasa hembusan nafas Tn. S.
2. Breathing
a. Look: Tidak terdapat luka pada dada, perkembangan dada kiri-kanan
simetris, irama nafas irregular, RR 26 x/menit, nafas dangkal, terlihat
penggunaan otot bantu nafas, terdapat retraksi dinding dada, dan
penggunaan nafas cuping hidung.
b. Listen: Suara nafas vesikuler.
c. Feel: Terasa hembusan nafas Tn. S.
3. Circulation
Akral dingin, warna kuku pucat, TD 120/70 mmHg, HR 80 x/ menit,
CRT > 2 detik, dan SpO2 saat pertama kali datang 88 %.
4. Disability
Pengkajian disability menggunakan skala AVPU, skala pada Tn. S
adalah A (Alert) yaitu Tn. S dapat merespon suara dengan baik. Pupil
dapat bereaksi terhadap cahaya.
5. Exposure
Tidak terdapat luka pada tubuh pasien, baik di ekstermitas atas maupun
ekstermitas bawah. Terdapat edema derajat 1 pada ekstermitas bawah.
Suhu Tn. S 37,30C.
6. Foley Cateter
Pasien belum BAK sejak 3 hari yang lalu dan tidak terpasang kateter
urine.
7. Gastric Tube
Tn. S dapat mengunyah dan menelan, serta mengeluhkan mual. Tidak
dipasang gastric tube.
8. Hearth Monitor/ ECG Monitor
Tidak terpasang heart monitor/ECG monitor. Tekanan darah pasien
diukur dengan spignomanometer jarum dengan hasil TD 120/70 mmHg.
4. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Tn. S mengeluhkan sesak napas
b. Penampilan umum
Keadaan umum klien composmentis, kooperatif ketika diajak
komunikasi, klien terlihat sesak, menahan sakit dan memegang perut
karena rasa nyeri karena sejak hari sabtu post hemodialisas klien
mengeluhkan belum buang air kecil. Terlihat posisi semifowler pada
jam 12.05 WIB kemudian klien diposisikan fowler pada pukul 12.40
WIB.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. S mengeluhkan sesak napas, perut membesar berisi cairan,
mengeluhkan mual-mual dan merasakan sakit pada bagian abdomen
sejak pagi hari SMRS. Sejak hari Sabtu 26 Oktober 2019 post
Hemodialisa belum BAK. Klien dtang ke IGD RSUD Ungaran tanggal
28 Oktober 2019 pukul 12.05 WIB. Saat dilakukan pengkajian Terdapat
edema perut atau asites, edema pada ekstermitas bawah (edema derajat
1). Saat di IGD, Tn. S mendapat terapi Infus Asering mikro 10 tpm,
pemeberian injeksi furosemide 50 mg. omeprazole 50 mg, serta terapi
oksigen nasal kanul 4L/menit kemudian pada pukul 13.00 Tn. S
mendapat terapi Oksigen masker 8L/menit.
d. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan bahwa klien mengalami Gagal Ginjal Kronik sudah
lebih dari 2,5 tahun yang lalu. Klien rutin HD (Hemodialisa) seminggu
2 kali di RSUD Ungaran.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tn.S mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama yang dialami Tn.S saat ini, tidak ada riwayat Gagal
Ginjal, penyakit gula, dan juga penyakit menular lainnya.
Genogram Tn.S
T N
T N y
n
n y .
. . K
.
A K
A

T N T N T T
N T T T T
y T y T y
n n n n n n n
. n . n . n.
. . . S . . P . .
I .I .J M
H A S Z B N P
T N
y
n
.
. I
D
T N T N T N
y y
n y n n
. .
. A . .
I K
R Y S
A
T N A N A n
n T n y n .
y
. A n . . . R
I A N
H .I K

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan : Menikah
: Tinggal serumah
: Meninggal : Klien

: Gagal ginjal : Strok


: Ca Mamae
Ny.I
: Anak

f. Pengkajian SAMPLE
 Symptom: Klien mengatakan sesak napas sejak pagi SMRS
 Allergy: Klien tidak memiliki alergi obat dan makanan.
 Medication: Terapi Infus Asering mikro 10 tpm, pemeberian
injeksi furosemide 50 mg. omeprazole 50 mg, dan, oksigen
nasal kanul 4L/menit kemudian pada pukul 13.00 Tn. S
mendapat terapi Oksigen masker (NRM) 8L/menit.
 Past Illnes: Istri klien mengatakan semenjak kurang lebih 2,5
tahun sudah mengalami penyakit gagal ginjal kronik, dan rutin
cuci darah (Hemodealisa) 2 kali dalam seminggu (hari Rabu dan
Sabtu).
 Last Meal: Istri klien mengatakan klien makan sedikit nasi putih
dan kuah sayur sawi putih dan air minum.
 Event: Klien mengeluhkan sesak napas sejak pagi SMRS,
mengeluhkan mual-mual dan perut membesar, nyeri perut
karena sejak hari Sabtu 26 Oktober 2019 belum BAK sampai
hari ini 28 Oktober 2019

g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Composmentis, GCS: E4 M6 V5. Total: 15.
2) TTV saat pengkajian :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
MAP : (2xd+s)/3 = (2x70+120)/3 = 86,6 mmHg
Respiratory Rate : 26 x/menit
Heart Rate : 80 x/menit
Suhu : 36,40C
SPO2 : 88%, pukul 13.00 WIB SPO2 64%
GDS : 193 gr/Dl
3) Head To Toe
 Kepala
Pemeriksaan Keterangan
Inspeksi Bentuk kepala mesocepal, rambut beruban, bersih, pendek lurus,
tidak terdapat ketombe, tidak ada lesi
Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun benjolan

 Mata
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Mata simetris antara kiri dan kanan, sclera putih, konjungtiva
pucat, tidak memakai kacamata
Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
 Hidung
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Lubang hidung antara kanan dan kiri simetris, lubang hidung
tampak bersih, tidak ada sumbatan jalan nafa, tidak ada napas
cuping hidung, tidak ada polip, tidak terpasang NGT
Palpasi Tidak ada nyeri tekan maupun benjolan

 Mulut
Pemeriksaa Keterangan
n
Inpeksi Mukosa bibir kering, gigi bersih, tidak ada karies, tidak ada
stomatitis
Palpasi Tidak ada nyeri tekan di sekitar mulut, tidak ada benjolan

 Telinga
Pemeriksaa Keterangan
n
Inpeksi Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak tampak serumen, tidak
keluar cairan pada lubang telinga, pendengaran baik
Palpasi Tidak ada nyeri tekan di sekitar telinga

 Leher
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak distensi vena
jugularis
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan maupun benjolan

 Thorak
Jantung

Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak terlihat ictus cordis, tidak ada jejas
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi Terdengar suara redup, dalam batas normal
Auskultasi Suara jantung S1 – S2 tunggal reguler

Paru - Paru

Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Pergerakan dada simetris, tidak ada jejas, bentuk normal
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan, taktil fremitus simetris
Perkusi Bunyi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Vesikuler (tidak ada bunyi nafas tambahan)

 Abdomen
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak ada luka abdomen, abdomen tampak asites
Auskultasi Bissing usus 12x/menit
Palpasi Tidak Terdapat nyeri tekan pada seluruh kuadran

Perkusi Suara perkusi abdomen timpani

 Genitalia
Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Tidak terpasang kateter urin, bersih

 Ekstremitas atas

Pemeriksaan Keterangan
Inpeksi Terpasang infus ditangan kanan pasien, terdapat luka post HD
yang tertutup kasa steril pada tangan kanan, warna kulit tangan
menghitam, tangan kanan dan kiri simetris, kuku jari panjang dan
kotor, CRT > 2 detik, akral dingin
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan Kekuatan otot ekstremitas atas baik, tangan dapat digerakkan
Otot

5 5

 Ekstremitas bawah
Pemeriksaa
Keterangan
n
Inpeksi Bentuk kedua kaki simetris, kuku jari kotor dan panjang, kulit kaki
berwarna hitam, edema derajat I (kedalaman 1-3 mm dengan waktu
kembali 3 detik), CRT > 2 detik, akral dingin
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan
Kekuatan Kekuatan otot ekstremitas baik, kaki dapat digerakan
Otot
5
5
5. Pemeriksaan Penunjang
Nama Pasien : Tn.S / 5371xx
Ruang : Instalasi Gawat Darurat
Umur/Jenis Kelamin : 58 tahun/ Laki-laki
Alamat : Langensari Barat

Hari/ Tanggal Pemeriksaan Hasil


Senin, 28 Oktober - EKG (Elektro Right Axis Deviation
2019 Kardiografi)
Pukul : 12. 05 WIB

Nama Pasien : Tn.S / 5371xx


Ruang : Instalasi Gawat Darurat
Umur/Jenis Kelamin : 58 tahun/ Laki-laki
Alamat : Langensari Barat

Hari/ Tanggal Hasil


Senin, 28 Oktober 2019 - Glukosa Sewaktu :
Pukul : 12.20 WIB 193 mg/dL

6. Terapi Medis
Jenis Terapi Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Infus RL 10 tpm Mengembalikan  Seseorang yang  Ringer laktat
(mikro) keseimbangan alergi terhadap bersifat alkali,
elektrolit. Cairan sodium laktat. maka
hidrasi, pada keadaan  Pasien dalam penggunaannya
dehidrasi dan syok keadaan asidosis dapat
hipovolemik. laktat. memperparah
 Penggunaan keadaan alkalosis
bersamaan dengan metabolik atau
ceftriaxone respiratorik.
dilaporkan dapat  Penggunaan dalam
menimbulkan jumlah besar dapat
presipitasi pada menyebabkan 
aliran darah, overload cairan.
sehingga tidak
disarankan.
 Ringer laktat juga
sebaiknya tidak
diberikan
bersamaan dengan
transfusi darah
karena
meningkatkan
risiko koagulasi
Jenis Terapi Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
karena kalsium.
Injeksi  Obat untuk Gagal ginjal dengan Gangguan elektrolit,
Furosemida mengurangi cairan anuria, prekoma dan dehidrasi,
2 x 10 mg berlebih dalam tubuh koma hepatik, hipovolemia,
(edema) yang defisiensi elektrolit, hipotensi.
disebabkan oleh hipovolemia,
kondisi seperti gagal hipersensitivitas
jantung, penyakit terhadap furosemida.
hati, dan ginjal.
 Obat diuretik yang
menyebabkan Anda
menjadi lebih sering
buang air kecil untuk
membantu
membuang air dan
garam yang
berlebihan dari tubuh
seseorang.
Injeksi  Omeprazole terma Hipersensitivitas Efek samping umum
Omeprazole suk dalam golongan terhadap seluruh omeprazole berupa
1 x 40 mg obat Proton Pump komponen produk. mual, muntah, diare,
Inhibitor (PPI) yang sakit kepala, pusing,
menghambat nyeri abdomen, serta
produksi rasa kembung. 
asam lambung. Obat
ini umumnya
digunakan
dalam penanganan p
enyakit seperti 
Gastroesophageal
Reflux Disease
(GERD),
tukak lambung, dan
Sindrom Zollinger-
Ellison.
 Obat ini sering
diresepkan untuk
berbagai keluhan 
“sakit maag” untuk
membantu
meredakan gejala mu
al, muntah dan 
kembung yang
timbul.
B. Analisa Data

No Data Problem Etiologi Diagnosa Keperawatan Paraf


1. DS : Ketidakefektifan Tekanan intra Ketidakefektifan Pola nafas Kelompok
- Tn. S mengatakan perutnya (abdomen) Pola nafas (00032) abdomen (00032) b.d Tekanan intra
membesar sejak hari Sabtu. abdomen
- Tn. S mengatakan dadanya terasa sesak.
DO :
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
- Abdomen pasien terlihat membesar
- Suara nafas vesikuler namun, irama nafas
Irreguler
- Terdengar suara redup ketika dilakukan
palpasi pada abdomen pasien.
- Tekanan Darah: 120/70 mmHg
- Respiratory Rate: 26x/menit (Tarkipnea)
- Heart Rate 80 x/menit.
- Suhu: 37,30C
- SpO2 : 88 %
- Dipsnea
- GDS :193 gr/dL
DS: Kelebihan volume Gangguan Kelebihan volume cairan
cairan (00026) mekanisme regulasi (00026) b.d gangguan
- Tn. S mengatakan belum BAK sejak tiga hari mekanisme regulasi
lalu
- Tn. S mengatakan kakinya bengkak dan
perutnya sejak tiga hari lalu, setelah pulang
HD.
- Tn. S mengatakan bahwa minumnya sehari 2
botol minum kecil (800 ml).
No Data Problem Etiologi Diagnosa Keperawatan Paraf
DO:

- Terdapat edema derajat 1 pada ekstermitas


bawah.
- Turgor kulit tidak elastis
- CRT > 2 detik
- Balance cairan: 425 cc (overhidrasi)
- Terdapat gangguan pola nafas (RR 26
x/menit)

3. DS: Ketidakefektifan Riwayat Penyakit Ketidakefektifan Perfusi Kelompok


Perfusi Jaringan Hiperglikemia dan Jaringen Perifer berhubungan
- Klien mengatakan memiliki riwayat Riwayat Perifer Gagal Ginjal dengan (00204) Riwayat
Penyakit Hiperglikemia dan Gagal Ginjal Kronik Penyakit Hiperglikemia dan
Kronik Gagal Ginjal Kronik
DO:

- CRT : >2 detik


- TD : 120/70 mmHg
- SPO2 : 88%
- HR :
- RR :
- Klien tampak pucat
- Akral klien teraba dingin

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan Pola nafas (00032) b.d Tekanan intra abdomen
2. Kelebihan volume cairan (00026) b.d gangguan mekanisme regulasi

3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringen Perifer (00204) berhubungan dengan Riwayat Penyakit Hiperglikemia dan Gagal Ginjal Kronik
D. Rencana Intervensi Keperawatan

TGL/JAM DX KEP TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


Senin, 28 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Posisi (0840) :
Oktober Pola nafas (00032) selama 1 x 30 menit, diharapkan pola - Posisikan pasien semi fowler untuk mengurangi dipsnea.
2019/ 12.05 b.d Tekanan intra nafas pasien menjadi efektif dengan Terapi Oksigen (3320) :
WIB abdomen kriteria hasil: - Berikan terapi oksigen yang adekuat
Status Pernafasan (0415): - Monitor aliran oksigen.
1. Frekuensi Pernafasan dalam Monitor Pernafasan (3350) :
rentang nilai normal (16-24 - Monitor respiratory rate pasien setelah diberikan oksigen.
x/menit) - Monitor irama nafas pasien
2. Irama pernafasan Reguler - Monitor pola nafas pasien (tarkipnea, bradipnea, dll)
3. Saturasi oksigen naik dalam - Monitor keluhan sesak nafas pasien.
rentang nilai normal (95-100 %) - Monitor saturasi oksigen pasien.
4. Dipsnea berkurang
TGL/JAM DX KEP TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
28 Oktober Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cairan (4120)
2019 pukul cairan (00026) b.d selama 1 jam, kelebihan volume cairan 1. Monitor intake dan output cairan
12.05 WIB gangguan dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor TTV
mekanisme regulasi Kesimbangan cairan (0601) 3. Berikan cairan dengan tepat
1. Turgor kulit baik, mulai dari tidak 4. Berikan diuretik yang diresepkan
elastis > 2 detik menjadi kembali
elastis < 2 detik
2. Klien dapat berkemih
3. Pola nafas normal (16-24 x/mnt)
28 Oktober Ketidakefektifan Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Arteri (4062)
2019 pukul Perfusi Jaringen keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Lakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler atau penilaian
12.05 WIB Perifer (00204) ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang komprehensif pada sirkulasi perifer misalnya memeriksa
berhubungan klien tidak semakin parah dengan denyut nadi perifer, oedem, waktu pengisian kapiler, warna, dan
dengan Riwayat kriteria hasil: suhu
Penyakit Status Sirkulasi (0401): 2. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk
Hiperglikemia dan 1. Tekanan darah diastol klien memperbaiki sirkulasi.
Gagal Ginjal meningkat dari skala 2 (Deviasi 3. Monitor status cairan intake dan output
Kronik cukup besar) menjadi skala 3 4. Berikan obat anti platelet (penurun agregasi platelet) atau
(Deviasi sedang) antikoagulan (pengencer darah, dengan tepat misalnya
2. Capillary Refil klien klien membaik omeprazole
dari skala skala 3 (Deviasi sedang)
menjadi skala 4 (Deviasi ringan)
3. Wajah pucat pada klien berkurang
dari skala 3 (Deviasi sedang)
menjadi skala 4 (Deviasi ringan)

E. Implementasi Keperawatan
TGL NO. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI SUMATIF PARAF
KEP
Senin, 1,3 12.05 Memposisikan pasien semi fowler S:- Kelompok
28 O : - Pasien terlihat sesak nafas
Oktober - Ektremitas bawah edema
2019
1 12.06 Mengukur tanda-tanda vital pasien S:- Kelompok
O : Pasien terlihat sesak nafas
Hasil pemeriksaan :
RR : 26x/menit
SpO2 : 88%
HR : 80 x/menit
TD : 120/70 mmHg
2,3 12.07 Memeriksa denyut nadi perifer, oedem, waktu S:- Kelompok
pengisian kapiler, warna, dan suhu O : Ekstremitas bawah oedem
HR: 80x/menit
CRT > 2 detik
Warna kulit sulit kembali normal, bila
dipegang, kulit kaki berwarna hitam
Suhu 36,4OC
1 12.08 Memeriksa pernafasan pasien S:- Kelompok
O : Suara nafas vesikuler, irama nafas
irreguler
1 12.10 Memberikan oksigenasi melalui nasal kanul (5 S:- Kelompok
lt/menit) O : Pasien terlihat lebih nyaman
1 12.30 Mengukur saturasi nafas pasien S:- Kelompok
O : SpO2 : 86%
1 12.31 Memberikan oksigenasi melalui masker (8 S:- Kelompok
lt/menit) O : Pasien terlihat nyaman
RR : 22 x/menit
SpO2 : 95%
TGL NO. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI SUMATIF PARAF
KEP
2 12.31 Memberikan infus Asering mikro 10 tpm S:- Kelompok
O : Infus terpasang, tidak merembes,
aliran infus lancer.

2, 3 13.00 Memberikan injeksi furosemid 10 mg dan S:- Kelompok


omeprazole 40 mg via IV O : Injeksi furosemide dan omeprazole
masuk via IV
Tidak terdapat alergi
2 13.30 Memonitor keinginan berkemih S : Klien berkata,”Mpun kepengin pipis Kelompok
niki Mba.”
O : Klien berkemih (200 cc)
2,3 13.36 Menghitung balance cairan S: Kelompok
O : Balance cairan 225 cc

F. Evaluasi

NO TGL/JAM DX. KEP EVALUASI SUMATIF PARAF


1 Senin, 28 Ketidakefektifan Pola S : Kelompo
Oktober 2019 nafas (00032) b.d - Tn. S mengatakan sesak nafas berkurang k
pukul 13.35 Tekanan intra O :
WIB abdomen - Tn. S terlihat nyaman
- Irama pernafasan regular
- Saturasi oksigen 95 %
- Frekuensi nafas 22 x/menit
A:
Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi
P:
NO TGL/JAM DX. KEP EVALUASI SUMATIF PARAF
- Anjurkan pasien untuk mempertahankan posisinya (semi fowler)
2. Senin, 28 Kelebihan volume S : Kelompo
Oktober 2019 cairan (00026) b.d - Tn. S mengatakan belum bisa berkemih k
pukul 13.36 gangguan mekanisme O :
WIB regulasi - CRT > 2 detik
- Turgor kulit baik
- Balance cairan 225 cc
- Kaki masih bengkak
A:
- Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P:
- Anjurkan pasien untuk melakukan pembatasan asupan cairan
- Berikan injeksi furosemid 2 x 10 mg via IV
- Periksa denyut nadi perifer, oedem, waktu pengisian kapiler, warna, dan
suhu
- Monitor keinginan berkemih
3. Senin, 28 Ketidakefektifan S: Kelompo
Oktober 2019 Perfusi Jaringen - Tn. S mengatakan tangannya terasa dingin k
pukul 13.37 Perifer (00204) O :
WIB berhubungan dengan - CRT > 2 detik
Riwayat Penyakit - Turgor kulit baik
Hiperglikemia dan - Balance cairan 225 cc
Gagal Ginjal Kronik - Akral teraba dingin
- Ekstremitas bawah masih bengkak
A:
- Masalah gangguan perfusi jaringan perifer belum teratasi
P:
- Periksa denyut nadi perifer, oedem, waktu pengisian kapiler, warna, dan
suhu
- Anjurkan pasien untuk melaukan pembatasan asupan cairan
NO TGL/JAM DX. KEP EVALUASI SUMATIF PARAF
- Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah
- Injeksi omeprazole 1 x 40 mg via IV
Daftar Pustaka
Bomback & Bakris. 2011. Chronic Kidney Disease. Jones & Bartlett Learning.
London: Physycians Press.
Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan
keenam. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Mubarak, I, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Teori & Aplikasi
dalam praktik. Jakarta: EGC.
NANDA. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2011. Konsensus Dialisis PERNEFRI. Hal 17


Purwanto. 2017. Penyakit Ginjal Kronik yang Terjadi pada Pasien dengan Faktor
Risiko Hipertensi.

Revyna, S. 2016. Upaya Penatalaksanaan Pola Nafas Tidak Efektif pada Pasien
Chronic Kidney Disease di Rsud dr. Soehadi Prijonegoro.

Rizki, A. 2016. Pengaruh Perubahan Posisi terhadap Pola Nafas pada Pasien
Gangguan Pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai