Disusun oleh :
WIYARSIH
NIM : A0111016
memang begitu berharganya waktu-waktu itu, waktu yang telah berlalu, memang
merugikan, tapi hasil ini tidak akan pernah menjadi sebuah penyesalan, terima
kasih ya Allah SWT, atas waktu dan kesempatan yang telah Engkau berikan
untukku.
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan, juga suami dan ananda serta Orang
Tuaku tercinta yang selalu mendukung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dan penulis ucapkan terima kasih yang amat dalam kepada bapak Arifin dan
ibu Evi yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
Persetujuan Sidang Karya Tulis Ilmiah
NAMA : WIYARSIH
NIM : A0111016
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah untuk
melakukan ujian sidang pada tanggal 23 Agustus 2013
Pembimbing I,
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Agustus 2013 dan
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I,
Penguji II,
Mengetahui
Ketua STIKes Bhamada Slawi
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Brebes”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi syarat
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
1. Risnanto, SST. M. Kes., selaku ketua STIKes Bhamada Slawi yang telah
2. Arifin Dwi Atmaja, S. Kep, Ns., selaku ketua Program studi D III
motivasi, arahan dan juga bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
moivasi, arahan, dan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh Dosen dan pembimbing beserta Staf Karyawan Program Studi D III
6. Dr. Sigit Arumtara, M. Kes., selaku kepala Puskesmas Kluwut yang telah
7. Suami, ananda, dan orang tua tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a,
dan bantuan baik moril maupun materi yang tidak ternila i harganya.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuannya.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal baik mereka semua, dan
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi semua pihak
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………… 4
C. Manfaat ……………………………………………………….. 5
A. Definisi ……………………………………………………… 6
B. Etiologi ……………………………………………………… 6
C. Patofisiologi ………………………………………………… 7
D. Pathway …………………………………………………… 8
F. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………… 10
A. Pengkajian ………………………………………………… 28
B. Perencanaan ………………………………………………… 40
C. Implementasi ……………………………………………… 45
D. Evaluasi ………………………………………………………50
A. Kesimpulan ………………………………………………… 82
B. Saran …………………………………………………………83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia bayi, balita, dan anak remaja merupakan usia yang rentan
untuk menderita suatu infeksi. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan
tubuh yang masih belum matang, sehingga anak mudah menderita dan
seperti Indonesia. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah yang cukup
tinggi serta masyarakat yang heterogen dalam hal tingkat sosial ekonomi,
yang mudah menular. Salah satu penyakit yang sering dialami pada masa
selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran
pada anak baik, asal pasien cepat berobat. Jika penyakit ini tidak segera
diobati bisa menjadi tidak baik dengan gambaran klinis yang berat seperti
demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua, kesadaran menurun
(sopor, koma, atau delirium), bisa juga terdapat komplikasi yang lebih
klinis yang sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun
(Pramitasari, 2013).
rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang
meninggal 1.747 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,25%.
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak
41.081 kasus, yang meninggal 274 orang dengan CFR sebesar 0,67 %.11
klinis nasional sebesar 1,6%. Sedang prevalensi hasil analisa lanjut ini
sebesar 1,5% yang artinya ada kasus Tifoid 1.500 per 100.000 penduduk
luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2006
menempati urutan ke-16 dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun
yaitu pasien dengan demam tifoid dan pasien dengan carier. Pasien carier
adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan terus mengekskresi
salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun
paling banyak yaitu 27,87% (600 pasien rawat inap) dan tahun 2001
yaitu bulan Januari 2013 sampai Februari 2013 tercatat 12 kasus demam
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
Tifoid
dan keluarga dalam merawat diri sendiri maupun orang lain terutama
Demam Tifoid.
2. Bagi Masyarakat
datang
5. Bagi penulis
secara nyata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
B. ETIOLOGI
Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora.
2. Antigen H (flagella)
3. Antigen Vi
6
C. PATOFISIOLOGI
berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ-organ tersebut akan
sedangkan gejala pada saluran disebabkan oleh kelainan pada usus (Ngastiyah,
2005).
D. PATHWAY
Salmonella thyposa
Nyeriperabaan
Nyeri pada Akut Masuk ke organ tubuh
terutama hati dan limfa
Hipertermia
lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10 -20 hari. Yang tersingkat 4
hari jika infeksi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala pusing, dan tidak
ialah :
1. Demam
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga
minggu ketiga.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
anak besar.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah tepi
lama.
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
4. Diet.
dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun
diberikan makan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
5. Obat pilihan ialah kloramfenikol, keculai jika pasien tidak cocok dapat
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
infeksinya berasal dari faeses dan urine, sedangkan lalat sebagai pembawa
atau penyebar dari kuman tersebut. Pasien tifoid harus dirawat di ruang isolasi
pakaian kotor dan pot atau urinal bekas pakaian pasien. Yang merawat atau
TIFOID
meliputi :
a. Identitas.
b. Keluhan utama
Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
masa inkubasi).
c. Suhu tubuh.
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari. Dalam
dalam, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau
pengobatan).
1) Pertumbuhan
2) Perkembangan
struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
perkembangan selanjutnya.
f. Pemeriksaan Fisik :
1) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir pecah-
normal.
g. Pemeriksaan laboratorium :
4) Pemerikasaan widal
zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih
(Hidayat, 2002).
secara aktif .
NOC : Thermoregulasi
Tujuan :
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman
NIC :
9) Selimuti pasien
mukosa)
b. Defisit Volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif
NOC :
1) Fluid balance
2) Hydration
Tujuan :
urine output
NIC :
perjam)
NOC :
3) Weight control
Tujuan :
kriteria hasil :
1) Albumin serum
3) Hematokrit
4) Hemoglobin
6) Jumlah limfosit
NIC :
mencegah konstipasi
seperti NGT atau TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan
15) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
cavitas oral.
NOC :
Tujuan :
NIC :
tepat.
cara tepat.
tepat.
jaringan.
NOC :
1) Pain level
2) Pain control
3) Comfort level
Tujuan :
mencari bantuan)
manajemen nyeri
nyeri)
NIC :
dukungan
9) Tingkatkan istirahat
prosedur
pertama kali
4. Dokumentasi Intervensi
5. Dokumentasi Evaluasi
dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
SOAP.
S : Data subjektif
O : Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain
A : Analisis
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan
analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis di
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak
efektif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
wawancara dengan sumber informasi dari klien, keluarga klien dan data
menganut agama Islam. Klien tinggal dengan orang tua klien yang
beralamat di Brebes. Klien merupakan siswa SMP yang letakya tidak jauh
Juli 2013 jam 02.30 WIB dengan diagnosa medis Demam Tifoid.
dan kedinginan disertai mual-mual sejak seminggu yang lalu, orang tua
28
belum ada perubahan sehingga klien dibawa ke puskesmas tanggal 4 Juli
2013 jam 02.30 WIB, saat dikaji klien panas dengan suhu 39,2o C, klien
juga mengatakan nyeri perut kanan atas rasanya seperti ditindih benda
berat dengan skala 5 dan hilang timbul lamanya kurang lebih 5 menit.
klien mengatakan kurang lebih sebulan yang lalu klien pernah mengalami
sakit yang sama dengan berobat jalan klien sembuh dan juga sebelumnya
belum pernah dirawat. Untuk riwayat kesehatan keluarga Orang tua klien
mengatakan pada keluarga klien yaitu kakak klien pernah mengalami sakit
dengan keluhan yang sama tetapi belum pernah dirawat dan biasanya
hamil. Dan ada keluhan pada saat trimester pertama yaitu mual dan
muntah dan ibu klien juga mendapatkan imunisasi Tetanus toxoid dua kali.
Pada persalinan klien atau Intra Natal, Ibu klien mengatakan klien lahir
dengan kehamilan aterm di rumah bidan dengan lama persalinan satu hari,
saat melahirkan klien tidak mengalami kesulitan atau kelainan. Klien lahir
dengan normal dengan berat badan 3200 gr, panjang kurang lebih 49 cm
dan tidak ada cacat fisik atau cacat bawaan. Ibu klien juga mengatakan
pada waktu setelah melahirkan atau post natal ibu klien tidak mengalami
kelainan atau perdarahan sesudah melahirkan klien. Riwayat kesehatan
pengukuran dan penulis memperoleh data antara lain Tinggi Badan 145
cm dengan Berat Badan 35 kg. Tingkatan yang sudah bisa dicapai yaitu
sekolah. Ibu klien mengatakan gigi susu tumbuh pada saat klien berumur
tujuh bulan. Untuk Toilet traning Ibu klien mengatakan klien sudah bisa
kencing sendiri pada umur tiga tahun dan sudah tidak ngompol lagi. Klien
bisa berkomunikasi dan berbahasa dengan baik dan klien bisa berinteraksi
itu penting jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit akan segera
aktivitas rutin klien dibantu oleh keluarga klien karena kondisi klien yang
masih lemah, tirah baring, klien juga belum mandi selama 2 hari ini.
Puskesmas klien biasa makan di rumah 3 kali sehari dengan menu sayur
dan lauk pauk yang disedikan oleh ibunya. Klien mengatakan sangat suka
dengan makanan rasa pedas dan saat sekolah klien juga sering jajan di
kantin sekolah, klien biasa minum air putih 3 - 5 gelas per hari, klien juga
sangat senang dengan es teh 1 - 2 gelas per hari. Keluarga klien
makan dengan menu bubur, sayur, lauk pauk yang telah disediakan di
Puskesmas, dan klien hanya makan 2 - 3 sendok makan bubur yang telah
disediakan karena saat makan klien merasa mual dan tidak ada nafsu
makan, klien sudah minum 2 - 3 gelas air putih sejak masuk puskesmas.
klien masuk Puskesmas klien buang air besar 3 hari sekali, dengan
konsistensi faeses agak padat, bau dan warna kuning khas faeses, tidak ada
darah atau lendir. Klien juga mengatakan biasa buang air kecil 5 – 6 kali
sehari dengan bau dan warna khas urine. Keluarga klien mengatakan sejak
masuk puskesmas klien belum buang air besar. Saat ditanya klien
mengatakan sejak masuk puskesmas klien sudah buang air kecil 2 kali dan
masuk puskesmas istirahat klien cukup. Klien biasa tidur malam pukul
21.00 WIB dan bangun pada pukul 05.30 WIB. Pada siang hari klien juga
sakit klien mengatakan tidur kurang nyenyak. Klien hanya tidur sekitar 5 –
6 jam dari pukul 11.00 WIB dan bangun pukul 04.00 WIB lalu susah tidur
lagi karena klien merasa sakit pada perutnya. Pada pola kognitif persepsi
keluarga dan klien mengatakan belum tahu dengan jelas tentang penyakit,
cukup baik, klien dapat berbicara dangan lancar dan dapat menjawab
cukup baik, penglihatan cukup jelas dan tidak menggunakan alat bantu
dengar. hanya klien mengatakan pada saat makan klien merasa pahit dan
Disamping itu persepsi diri atau konsep diri keluaga klien dan klien
penyakitnya adalah ujian dari Tuhan YME dan klien bisa menerimanya.
Untuk pola peran dan hubungan klien, keluarga klien mengatakan klien
adalah anak kedua dari empat bersaudara, hubungan klien dengan keluarga
sangat baik, klien juga bisa bersosialisasi dengan teman dan masyarakat
dengan cukup baik. Klien juga kooperatif dengan setiap tindakan yang
anak remaja. Klien mengalami menarche pada umur 13 tahun dengan lama
7 hari dan siklus menstruasi 28 hari dan tidak mengalami gangguan saat
menstruasi. Pola keyakinan dan nilai keluarga dan klien mengatakan klien
sholat 5 waktu.
metis, dengan Tanda-tanda vital (TTV) antara lain : Tekanan darah (TD)
berat badan klien 35 kg. Pada pemeriksaan fisik klien mempunyai kulit
berwarna warna sawo matang, turgor kulit kering dan teraba panas dan
warna kemerahan. Rambut klien berwarana hitam ikal, agak kusut dan
tidak ada ketombe. Kuku klien terlihat pendek dan bersih. Kepala klien
berbentuk mesocephal, simetris, ukuran normal dan tidak ada nyeri tekan
pada kepala. Mata klien juga simetris, tidak ada anemis, sclera mata tidak
icterik, tidak ada secret , warna pupil agak kebiru-biruan, dan klien tidak
memakai alat bantu lihat. Telinga klien terlihat simetris, tidak ada cairan
atau serumen, dan tidak menggunakan alat bantu dengar. Pada hidung
klien terlihat simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan tidak ada
secret. Pada pemeriksaan mulut terlihat mukosa mulut kering, bibir pecah
pecah, lidah kotor dan bau. Klien juga mengatakan tidak ada nyeri tekan
Jantung klien pada saat pemeriksaan Inspeksi Ictus cordis tidak tampak,
tidak ada bunyi atau pekak dan dengan auskultasi tidak ada gallop, mur
mur tidak ada, S1 S2 murni regular lup dup cepat. Untuk paru-paru klien
pada pemeriksaan inspeksi tidak ada jejas, dan ada pengembangan dada
dengan palpasi tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri tekan pada
ada nyeri tekan pada perut kanan atas rasanya seperti ditindih benda berat
dengan skala 5 dan hilang timbul lamanya kurang lebih 5 menit, wajah
wanita terlihat bersih, normal, serta tidak ada luka atau infeksi dan rektum
dan anus klien bentuk utuh tidak ada pembesaran hemoroid. Pada
sinistra tidak terdapat oedem atau tidak sianosis. Dan ekremitas bawah
pemeriksaan diagnostik.
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Juli 2013 berupa Infus Ringer Laktat (RL) dengan 20 tetes permenit
Nama : An. F
HARI/
TANGGAL DATA ETIOLOGI PROBLEM
/JAM
Kamis / 4 juli DO: Proses infeksi Hipertermia
2013 S : 39,2 O C kuman Salmonella
Saat disentuh tangan typhii
teraba panas
Lidah kotor
Bibir kering dan
pecah-pecah
Hasil lababoratorium
:
widal :
samonella typhii O :
1/80
Salmonella typhii H :
1/160
DS :
Klien mengatakan
badannya panas
2 DO : Ketidakmampuan Ketidakseimba
Klien terlihat kurus untuk ngan nutrisi
Porsi makan habis memasukkan atau kurang dari
Cuma 2 – 3 sendok mencerna nutrisi kebutuhan
makan oleh karena faktor tubuh
Turgor kulit kering biologis
DS:
Klien mengatakan
nafsu makan kurang
dan makan terasa
pahit serta mual pada
saat makan
turgor kulit kering, Porsi makan habis Cuma 2 – 3 sendok makan, DS:
Klien mengatakan nafsu makan kurang dan makan terasa pahit serta
DS: Klien juga mengatakan nyeri perut kanan atas rasanya seperti
ditindih benda berat dengan skala 5 dan hilang timbul lamanya kurang
Nama : An. F
2 NOC : NIC :
a. Nutritional status a. Kaji adanya alergi
: adequacy of makanan
nutrient b. Kolaborasi dengan
b. Nutritional status ahli gizi untuk
: food and fluid menentukan jumlah
intake kalori dan nutrisi
c. Weight control yang dibutuhkan
Tujuan : oleh pasien
Setelah dilakukan c. Yakinkan diet yang
tindakan dimakan
keperawatan, nutrisi mengandung tinggi
kurang teratasi serat untuk
dengan kriteria hasil : mencegah
1) Albumin serum konstipasi
2) Pre albumin d. Ajarkan pasien
serum bagaimana
3) Hematokrit membuat catatan
4) Hemoglobin makanan harian
5) Total iron binding e. Monitor adanya
capacity penurunan BB dan
6) Jumlah limfosit gula darah
f. Monitor lingkungan
selama makan
g. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama makan
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
j. Monitor mual dan
muntah
k. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
l. Monitor intake
nutrisi
m. Informasikan pada Wiyarsih
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
n. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT atau
TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan
o. Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
p. Kelola pemberian
anti emetik sesuai
program terapi
q. Anjurkan banyak
minum
r. Pertahankan terapi
intravena line
s. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral. Wiyarsih
3 NOC : NIC :
1) Pain level a. Lakukan pengkajian
2) Pain control nyeri secara
3) Comfort level komprehensif
Tujuan : termasuk lokasi,
Setelah dilakukan karakteristik,
tindakan keperawatan durasi, frekuensi
selama 3 kali 24 jam kualitas dan factor
pasien tidak mengalami presitipasi
nyeri, dengan kriteria b. Observasi reaksi
hasil: non verbal dan
a. Mampu mengontrol ketidak nyamanan
nyeri (tahu penyebab c. Bantu pasien dan
nyeri dan, mampu keluarga untuk
menggunakan tehnik mencari dan
non farmokolgi untuk menemukan
mengatasi nyeri, dukungan
mencari bantuan) d. Kontrol lingkungan
b. Melaporkan bahwa yang dapat
nyeri berkurang dengan mempengaruhi
menggunakan nyeri seperti suhu
manajemen nyeri ruangan
c. Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala, intensitas, kebisingan
frekuensi dan tanda e. Kurangi faktor
nyeri) presipitsi nyeri
d. Menyatakan nyaman f. Kaji tipe dan
setelah nyeri berkurang sumber nyeri untuk
e. Tanda vital dalam menentukan
rentang normal intervensi
f. Tidak mengalami g. Ajarkan tehnik non
gangguan tidur farmakologi : nafas
dalam, kompres
hangat
h. Berikan analgetik
untuk menguragi
nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lam nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
prosedur
k. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama Wiyarsih
kali
4 NOC : NIC :
a. Knowledge : disease a. Kaji tingkat
process pengetahuan pasien
b. Knowledge : helth dan keluarga.
behavior b. Jelaskan
Tujuan : patofisiologi dari
Setelah dilakukan penyakit dan
tindakan keperawatan, bagaimana hal ini
pasien menunjukkan berhubungan
pengetahuan tentang dengan anatomi
proses penyakit dengan fisiologi, dengan
kriteria hasil : cara yang tepat.
a. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda
menyatakan dan gejala yang
pemahaman tentang biasanya muncul
penyakit, kondisi, pada penyakit,
prognosis dan dengan cara yang
program pengobatan tepat.
b. Pasien dan keluarga d. Identifikasi
mampu menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengan
telah dijelaskan cara yang tepat.
perawat atau tim e. Sediakan informasi
kesehatan lainnya pada pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat.
f. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
tepat Pasien dengan
cara yang tepat.
g. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan.
h. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan.
i. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat. Wiyarsih
C. IMPLEMENTASI
Nama : An. F
1 08.00 Memberikan Ds :
WIB kompres hangat Klien mengatakan bersedia
pada lipat paha dan untuk dikompres
aksila Do :
Klien kooperatif dan mau
dilakukan tindakan kompres
hangat pada lipat paha dan
aksila Wiyarsih
3 09.00 Mengajarkan Ds :
WIB tentang tehik non Klien mengatakan nyeri
farmakologi : nafas berkurang dari skala 5
dalam yaitu dengan menjadi skala 3
tarik nafas dalam Klien mengatakan bersedia
melalui hidung dan melakukan tehnik yang sama
keluar lewat mulut jika timbul nyeri
Do :
Klien terlihat masih meringis
kesakitan Wiyarsih
4 09.30 Mengkaji Ds :
WIB pengetahuan klien Keluarga dan klien
dan keluarga mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit, tentang penyakit, kondisi
kondisi prognosis prognosis dan pegobatan
dan program Do :
pengobatan Keluarga dan klien terlihat
bingung dan sering bertanya
tentang penyakit dan kondisi
klien. Wiyarsih
1, 2, 10.00 Memberikan injeksi Ds :
3 WIB Cefotaxim 1 gr dan Klien dan keluarga
ranitidine 50 mg bersedia untuk dilakukan
perIntravena penyuntikan
Klien mengatakan sakit
pada daerah sekitar
penyuntikan
Do :
Injeksi cefotaxim 1 gr dan
ranitidine 50 mg perIV
masuk.
Klien terlihat meringis
menahan sakit Wiyarsih
2 11.00 Membantu Ds :
WIB menyediakan diit Klien mengatakan masih
klien yaitu bubur merasa mual dan pahit jika
sayur dan lauk pauk makan
Do :
Makan habis 2- 3 sendok
makan dari yang disediakan
puskesmas Wiyarsih
1, 2, 11 30 Memberikan obat : Ds :
3 WIB Lokev 20 mg, Klien mengatakan mau
sanmag syrup 5 ml, minum obat
sanmol 500 mg Do :
dan scopma 10 mg Keluarga klien terlihat
membantu memberikan
obat.
Obat lokev 20 mg,sanmol
500 mg dan scopma 10
mg masuk peroral. Wiyarsih
4 11.40 Mengkaji dan Ds :
WIB menanyakan Keluarga dan klien
tentang mengatakan belum mengerti
pengetahuan tentang penyakit demam
keluarga dan klien tifoid
tentang penyakit Do :
demam tifoid Keluarga klien terlihat
bingung dan bertanya-tanya
tentang penyakitnya. Wiyarsih
4 12 00 Memberikan Ds :
WIB penyuluhan Keluarga dan klien
kesehatan tentang mengatakan sudah agak
penyakit, cara mengerti tentang penyakit,
pencegahan dan cara pencegahan dan
perawatan Demam perawatan Demam Tifoid
Tifoid Do :
Keluarga dan klien terlihat
bersemangat mendengarkan
penyuluh Wiyarsih
1, 3 12 30 Menganjurkan klien Ds : -
WIB untuk banyak Do :
beristirahat Klien terlihat tidur dengan
posisi miring Wiyarsih
D. EVALUASI
Nama : An. F
4 Juli 2 S:
2013 Klien mengatakan masih merasa mual dan
jam pahit jika makan
14.00 O:
WIB Makan habis 2 - 3 sendok makan dari
yang disediakan puskesmas
Infus RL terpasang dan lancar dengan
20 TPM
Lidah kotor, bibir terlihat kering dan
pecah-pecah
A:
Masalah belum teratasi
P:
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan oleh pasien
b. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
c. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
d. Monitor adanya penurunan BB dan
gula darah
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama makan
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
k. Monitor intake nutrisi
l. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
m. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT atau TPN sehingga intake cairan
yang adekuat dapat dipertahankan
n. Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
o. Kelola pemberian anti emetik sesuai
program terapi Wiyarsih
p. Anjurkan banyak minum
q. Pertahankan terapi intravena line
r. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan cavitas
oral. Wiyarsih
4 Juli 3 S:
2013 Klien mengatakan nyeri berkurang dari
jam skala 5 menjadi skala 3
14.00 Klien mengatakan bersedia melakukan
WIB tehnik yang sama jika timbul nyeri
O:
Klien terlihat masih meringis kesakitan
TD 90/ 60 mmhg
S : 38 o C
N : 90 x/menit
RR : 30 x/manit
Ekspresi wajah masih tegang
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi
kualitas dan faktor presitipasi
b. Observasi reaksi non verbal dan
ketidak nyamanan
c. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
d. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan pencahayaan dan kebisingan
e. Kurangi faktor presipitsi nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
g. Ajarkan tehnik non farmakologi :
nafas dalam, kompres hangat
h. Berikan analgetik untuk menguragi
nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan prosedur
Wiyarsih
k. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
4 Juli 4 S:
2013 Keluarga dan klien mengatakan sudah
jam agak mengerti tentang penyakit, cara
14.00 pencegahan dan perawatan Demam Tifoid
WIB O:
Keluarga dan klien terlihat bersemangat
mendengarkan penyuluh
Keluarga dan klien mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan penyuluh
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi :
a. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
b. Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara Wiyarsih
tepat
IMPLEMENTASI
Nama : An. F
1, 2, 3 07 35 Mengukur tanda-tanda Ds :
vital meliputi tekanan Klien mengatakan
darah, nadi, suhu, dan bersedia untuk
pernafasan dilakukan tindakan
mengukur TTV
Do :
TD 100/60 mmHg
S : 38o C
N : 90 x/menit
RR : 30 x/menit
Pada saat disentuh
tangan teraba
hangat.
Turgor agak
lembab Wiyarsih
3 07.45 Mengkaji ulang skala Ds :
WIB nyeri klien meliputi Klien juga
skala, lokasi, mengatakan nyeri
karakteristik, durasi, berkurang pada perut
lama nyeri, dan faktor kanan atas rasanya
pencetus nyeri seperti ditindih benda
berat dengan skala 3
dan hilang timbul
lamanya kurang lebih
5 menit
Do :
Wajah masih
terlihat meringis
kesakitan
Adanya nyeri
tekan pada
kuadran kanan Wiyarsih
atas.
Nama : An. F
Nama : An. F
1, 2, 3 11 30 Memberikan obat : Ds :
WIB Lokev 20 mg, sanmag Klien mengatakan
syrup 5 ml, sanmol 500 mau minum obat
mg dan scopma 10 mg Do :
Keluarga klien
terlihat membantu
memberikan obat.
Obat lokev 20
mg, sanmol 500
mg dan scopma
10 mg masuk
peroral. Wiyarsih
EVALUASI
Nama : An. F
Ruang : Cempaka
4 Juli 2 S:
2013 Klien mengatakan sudah tidak mual dan
jam muntah
14.00 O:
WIB Makan habis tiga perempat piring
porsi dari yang disediakan puskesmas
Infus RL terpasang dan lancar dengan
20 TPM
Lidah agak bersih dan bibir lembab
A:
Masalah teratasi
P:
Anjurkan keluarga untuk tetap
memberikan makanan yang bergizi. Wiyarsih
5 Juli 3 S:
2013 Klien mengatakan nyeri berkurang dari
jam skala 3 menjadi skala 1
14.00 Klien mengatakan bersedia melakukan
WIB tehnik yang sama jika timbul nyeri
O:
Klien terlihat tenang
Ekspresi wajah rileks
TD 110/ 60 mmhg
S : 37 o C
N : 88 x/menit
RR: 28 x/menit
Klien juga bisa tidur dengan nyenyak
A:
Masalah teratasi
P:
Anjurkan klien untuk melakukan tehnik
Wiyarsih
nafas dalam jika timbul nyeri
BAB IV
PEMBAHASAN
menggunakan pola fungsional Gordon yang meliputi; (1) Pola persepsi kesehatan
atau penanganan kesehatan; (2) Nutrisi metabolik; (3) Eliminasi; (4) Aktifitas atau
kenyamanan. Selain itu, penulis juga akan membahas tentang konsep maupun
kasus pada An. F, diharapkan dari pembahasan ini diperoleh pengetahuan secara
A. Pengkajian
mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari
klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data sekunder),
keluarga dan orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan
67
konsultasi dan pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium, ataupun
1. Wawancara
yang berarti, hal ini dikarenakan klien dan keluarga cukup terbuka dan
2. Observasi
3. Dokumentasi
status pasien.
B. Diagnosa Keperawatan
dengan Demam Tifoid. Pada tanggal 4 Juli 2013 sampai dengan tanggal 6
typhii
masalah yang muncul dan menurut penulis perlu ditangani segera yaitu
(Ngastiyah, 2005).
tangan teraba panas, Lidah kotor, bibir kering dan pecah-pecah, pada
2002). Sehingga penulis menentukan tujuan dan kriteria hasil pada An.
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.
monitor suhu sesering mungkin, monitor warna dan suhu kulit, monitor
tekanan darah, nadi dan RR, monitor tingkat kesadaran, monitor WBC,
Hb, dan Hct, monitor intake dan output, berikan antipiretik sesuai
berikan cairan intravena, kompres pasien pada lipat paha dan aksila,
TD, nadi, suhu, dan RR, catat adanya fluktuasi tekanan darah, monitor
mengamati kondisi klinis klien yang masih terlihat lemah dan berbaring
memberi kompres hangat pada lipat paha dan aksila, saat klien
kembali mengecak suhu klien dan suhu turun menjadi 37, 8o C. Pada saat
keluarga klien mengatakan panas klien sudah turun dan tidak panas lagi,
terpasang dengan lancar dan 20 TPM, kulit lembab dan turgor kulit
baik, lidah bersih dan bibir terlihat lembab. Masalah teratasi dan penulis
dokter.
klien dimana klien terlihat kurus, porsi makan habis cuma 2-3 sendok
makan, pada saat pengkajian klien juga mengatakan nafsu makan kurang
dan makan terasa pahit serta mual pada saat makan. Dan jika tidak
(Ngastiyah, 2005).
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien, yakinkan diet
Hb dan kadar Ht, monitor mual dan muntah, monitor pucat, kemerahan,
posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan, kelola pemberian
klien. Kemudian klien mengatakan mual pada saat makan dan merasa
menyediakan roti biscuit dan klien terlihat mau makan sedikit sedikit.
cukup cairan, kalori, vitamin & protein, tidak mengandung banyak serat,
mual, makan habis tiga perempat piring porsi dari yang disediakan
puskesmas, lidah sudah agak bersih, turgor kulit baik dan lembab
makan klien makanan yang bergizi supaya klien dapat cepat sembuh
secara maksimal.
actual atau potensial kerusakan ( Association for the Study of pain) yaitu
berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6
agen injury biologis berdasarkan data yang telah dikaji yaitu pada saat
kepada klien yaitu dengan membuat garis lurus yang berisi skala nyeri
dari angka 0 – 10. Skala 0 menandakan tidak terjadi nyeri, skala antara
kanan atas yang dirasakan skala 5, nyeri seperti ditindih benda berat dan
adanya pembesaran pada hati dan limfa akibat adanya proses infeksi
pada saluran pencernaan, nyeri bertambah saat ditekan. Dan simbol “Q”
(Quality) yang berarti kualitas nyeri yaitu klien mengatakan nyeri yang
dirasa seperti ditindih benda berat. Simbol “R” (Region) yang berarti
tempat terjadinya nyeri yaitu didaerah perut kanan atas. simbol “S”
Simbol “T” (Time) yang berarti selama nyeri berlangsung hilang timbul,
nyeri bertambah jika ditekan. Pada pemeriksaan TTV didapatkan data
tanda vital dalam batas normal dengan tekanan darah 118/60 mmHg,
observasi reaksi non verbal dan ketidak nyamanan, bantu pasien dan
kebisingan, kurangi faktor presipitsi nyeri, kaji tipe dan sumber nyeri
kanan atas rasanya seperti ditindih benda berat nyeri bertambah jika
ditekan dengan skala 5 dan hilang timbul lamanya kurang lebih 5 menit.
yaitu memberikan bantal pada klien dengan posisi tidur miring kanan,
karena dengan posisi miring kanan diharapkan dapat menekan dan
mengurangi nyeri pada perut klien. respon klien adalah klien merasa
klien juga badannya panas berupa sanmol 500 mg yang diberikan 3 kali
yang sama jika timbul nyeri, klien terlihat tenang, ekspresi wajah
x/menit, klien juga terlihat bisa tidur dengan nyenyak. Masalah teratasi
nyeri.
tentang penyakit yang diderita klien, pada saat ditanya penulis keluarga
belakang pendidikan orang tua yang lulusan SD, orang tua klien bekerja
2011).
anatomi fisiologi dengan cara yang tepat. gambarkan tanda dan gejala
yang biasanya muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, identifikasi
pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat, sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan pasien dengan cara tepat pasien dengan cara
PENUTUP
6 Juli 2013 :
A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian penulis memperoleh data yang ditemui pada An, F yaitu
lidah kotor dan bibir kering dan pecah-pecah serta keluarga telihat
bingung.
82
untuk menambah pengetahuan keluarga dan klien tentang Demam tifoid
rencana hal ini berdasarkan kondisi klien dan juga disesuaikan situasi
5. Pada saat penulis melakukan evaluasi yang didapatkan pada hari ketiga
gejala yang sama walaupun tidak semua seperti yang tercantum pada
B. SARAN
1. Bagi perawat
pengkajian
Anjurkan keluarga dan klien untuk selalu menjaga kebersihan diri dan
3. Untuk mahasiswa
Ambarwati, Fitri Respati. Nasution Nita, 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan
Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.
Pramitasari, Okky Purnia. 2013. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid
Pada Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran
(OnLine) (http://ejournals1.undip.ac. id/index.php/jkm 1, diakses pada
tanggal 14 Maret 2013).
Sartono , dkk., 2011. Asuhan Keperawatn Demam Tifoid Pada An. Urn di Ruang
Flamboyan RSI Pekajangan Pekalongan (OnLine) (http://www.digilib
stikesmuhpkj.ac.id/digilib/index. php?p=show_detail&id=200, diakses
pada tanggal 15 Maret 2013).
Disusun oleh :
Nama : WIYARSIH
NIM : AO111 016
(SAP)
Penyuluh : Wiyarsih
Demam Tifoid
F. Menyebutkan dan menjelaskan tentang perawatan dan pengobatan
Demam Tifoid
III. METODE
IV. MEDIA
A. Pertanyaan :
Tifoid?
B. Kunci jawaban :
1. Pengertian
paratyphoid:
a. Salmonella Paratypi A
b. Salmnella Paratypi B
c. Salmonella Paratypi C
3. Tanda dan Gejala
c. Gangguan kesadaran
fibrosis.
f. Epitaksis/mimisan
4. Komplikasi
a. Di usus halus
1) Perdarahan usus
c) kulit pucat
d) penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
2) Perforasi usus
3) Peritonitis
b) kembung
d) nyeri tekan
e) TD menurun
sekunder
3) Kolesistitis
7) Karier kronik
Pencegahan:
Cara penularan :
Kloramfenikol
Tiamfenikol
Kotrimoksasol
Fluorokinolon
LAMPIRAN MATERI
DEMAM TIFOID
I. Pengertian
pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan
II. Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora.
5. Antigen H (flagella)
6. Antigen Vi
III. Patofisiologi
berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ-organ tersebut akan
berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama,
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
c. Gangguan kesadaran
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah.
demam).
akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat zat
g. Bradikardi
V. Prognosis
dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran
perforasi
VI. Komplikasi
a. Di usus halus
1. Perdarahan usus
c) kulit pucat
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi
3. Peritonitis
b) kembung
d) nyeri tekan
e) TD menurun
sekunder
3) Kolesistitis
6) Miokarditis
7) Karier kronik
Selain melihat gejala klinis yang ada, diagnosa juga ditegakkan melalui
b. Reaksi widal (+), Titer zat anti terhadap antigen O >1/160 atau
1/200
A. bronkitis
B. influenza
C. bronkopneumonia
Pada stadium lanjut :
A. demam paratifoid
B. malaria
C. TBC milier
D. Meningitis
E. Riketsia
F. Bakterial endokarditis
penyakit Hodgkin
XI. Penatalaksanaan
Perawatan
pengobatan
Diet
menimbulkan gas
X. Pencegahan
B. perbaikan sanitasi
C. imunisasi
D. mengobati karier