Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Nama : An. E
Agama : Islam
Pendidikan : -
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Nama Ibu : Ny. T
Tabel 3.1
Kedudukan Anak Dalam Keluarga
4) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
BAB cair > 4 x sehari
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang bersama keluarganya tanggal 11 Juli 2017. Pada saat pengkajian
tanggal 12 Juli 2017 pukul 09.00 ibu klien mengatakan anaknya BAB cair > 4
x sehari selama + 2 minggu yang lalu, sebelumnya klien pernah mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit lain + 2 minggu hingga keadaannya mulai membaik,
namun setelah pulang kerumah, karena merasa kondisi anaknya sudah
membaik anaknya sempat minum es sehingga ibu klien mengatakan anaknya
kembali mengalami BAB cair, disertai perut kembung, menurut ibu klien
anaknya sering nyeri daerah perut ditandai anaknya mengerang dan rewel.
Skala nyeri 6 (0-10).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami penyakit yang sama
hingga di rawat seperti sekarang
d) Riwayat kesehatan keluarga
Klien merupakan anak ke-2 dan menurut ibu klien, tidak ada anggota keluarga
yang sedang menderita penyakit serupa dengan klien dan tidak ada riwayat
e) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
(1) Prenatal
(c) Sosial
klien mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri, dan menurut
ibunya, klien sering bermain dengan teman sebayanya.
(d) Bahasa
Klien dapat berbicara dengan jelas seperti menanyakan mainannya
“mobil mana”.
(3) Riwayat sosial
Keluarga klien bisa diajak komunikasi dan dapat bekerja sama dengan
petugas.
(4) Data psikologis
Tabel 3.1
Data Biologis
No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi / Cairan
Nutrisi
Jenis Nasi/Bubur Bubur
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Cairan
Jenis Air Putih Air putih
1 ½ liter
Frekuensi 5 gelas/hari Infus KA-EN 3B
50 tts/menit
2 Pola Tidur
Siang 2 Jam 20 Menit
Malam 10-12 Jam 20 Menit
Keluhan - Tidak nyenyak (rewel)
3 Personal Hygiene
Mandi 2x/hari 1x/hari (diseka)
4 Aktivitas bermain Bermain -
5 Eliminasi
BAB
Konsistensi Lembek Cair
Frekuensi 1x/ hari > 4 kali/hari
Keluhan Tidak ada Diare
BAK
Frekuensi +3 kali/hari Tidak terkaji
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada
i) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum
(a) Penampilan : klien tampak lemah
(b) Kesadaran :
(2) Kualitas : Compos mentis
(3) Kwantitas : E = 4 V = 5
M= 6 GCS = 15
(4) Berat Badan sebelum sakit : 15 kg
Berat badan saat sakit : 12 kg
Tinggi Badan : 92 cm
j) Tanda-tanda vital
Suhu : 37 °C
Nadi : 102 x/ menit
Respiasi : 32 x/ menit
k) Sistem Neurologis
(1) Kepala
Bentuk simetris ubun-ubun cekung lesi tidak ada, trauma kepala tidak
ada.
(2) Mata
(3) Telinga
(5) Leher
5 5
Keterangan
ROM :
- Fleksi
Pergerakan lengan baik ditandai dengan telapak tangan dapat
menggeggam.
- Ekstensi
- Abduksi
- Adduksi
- Rotasi
dipanggil
q) Sistem Endokrin
(1) Ukuran tubuh : TB : 92 cm BB : 12 Kg
(2) Keadaan kulit : Turgor kulit menurun, warna kulit sawo
matang, tekstur kulit halus, tidak ada sianosis.
r) Sistem Integumen
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit menurun, tesktur kulit halus
tidak ada bintik merah, rambut warna hitam.
s) Sistem Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, area perineal kemerahan
t) Data Penunjang
(1) Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11 Juli 2017
(a) Makroskopik
Bau : Khas/Normal
1. Analisa Data
Tabel 3.1
Analisa Data
3 Gastroenteritis
DS : ¯ Kerusakan
Diare Integritas Kulit
DO : ¯
Area perianal klien Frekuensi BAB meningkat
tampak kemerahan ¯
Klien tampak rewel Iritasi kulit daerah perineal
¯
Kerusakan integritas kulit
DS :
DO :
BB saat sakit 12 kg
b. Nyeri akut berhubungan dengan reflex spasme otot dinding perut
DS :
DO :
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
- Klien tampak rewel
- Abdomen klien tampak kembung
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
DS :
DO :
- Area perianal klien tampak kemerahan
- Klien tampak rewel
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
DS :
Ibu Klien mengatakan anaknya susah tidur
DO :
- Klien terlihat lemas
- Mata klien terlihat sayup
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi
orang tua
Ds :
- Ibu klien mengatakan anaknya belum dimandikan dari
pertama masuk rumah sakit
Do :
- Kuku tangan klien tampak panjang dan kotor
- Baju klien tampak basah
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.1
Intevensi Keperawatan
Nama : An. E Tanggal Masuk RS : 11 Juli 2017
Umur : 2,5 tahun No. Med. Rec : 475936
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis : GEA
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Kekurangan Noc : Nic
volume cairan Fluid balanced Fluid Managemen
berhubungan Hydration Memonitor status dehidrasi
dengan Nutritional status : food (kelembaban membrane mukosa,
kehilangan and fluid intake nadi ade kuat jika diperlukan
cairan aktif Setelah dilakukan tindakan Monitor vital sign
keperawatan selama 1x24 Monitor masukan
jam masalah kekurangan makanan/cairan dan hitung kalori
volume cairan klien teratasi. harian
Kriteria Hasil : Kolaborasikan pemberian
Nadi, suhu tubuh dalam cairan IV
keadaan normal Monitor status nutrisi
Tidak ada tanda-tanda Berikan cairan IV pada suhu
dehidrasi, elastisitas tugor ruangan
kulit baik, membrane Dorong masukan oral
mukosa lembab, tidak ada Kolaborasi dengan dokter
rasa haus berlebihan
Berat badan mengalami
perubahan
2 Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain level Pain Management
dengan reflex Pain control Lakukan pengkajian nyeri
spasme otot Comfort level secara komprehensif termasuk
dinding perut Setelah dilakukan tindakan lokasi, durasi, frekuensi dan factor
keperawatan selama 1x24 presipitasi
jam, nyeri teratasi. Ajarkan tentang teknik non
Kriteria Hasil : farmakologi, kompres hangat
Klien tidak rewel Tingkatkan istirahat
Nyeri berkurang Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
3 Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit Tissue Integrity : Skin Pressur Management
berhubungan dand Mucos Membranes Anjurkan ibu pasien untuk
dengan Hemadialis akses pasien menggunakan pakaian
kelembaban Setelah dilakukan tindakan longgar
keperawatan selama 1x24 Jaga kebersihan kulit agar
jam, kerusakan integritas tetap kering dan bersih
kulit teratasi. Oleskan lotion / baby oil pada
Kriteria hasil daerah yang tertekan
Integritas kulit yang baik Memandikan dengan cara
bisa dipertahankan mewaslap menggunakan sabun
(elastisitas, temperature, dan air hangat
hidrasi)
Tidak ada luka/lesi pada
kulit
Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang
Mampu melindungi, kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit
4 Gangguan pola NOC : NIC
tidur Anxiety reduction Sleep Enhancement
berhubungan Comfort level Jelaskan pentingnya tidur yang
dengan nyeri Pain Level ade kuat kepada orang tuanya
Rest : Extent and Pattern Ciptakan lingkungan yang
Sleep : Extent and Pattern nyaman
Anjurkan orang tua klien
Setelah dilakukan tindakan melakukan teknik distraksi
keperawatan selama 1x24 Instruksikan untuk memonitor
jam, gangguan pola tidur tidur pasien
teratasi
Kriteria hasil :
Jumlah jam tidur dalam
batas normal
Pola tidur, kualitas dalam
batas
Perasaan segar sesudah
tidur istirahat
5 Defisit NOC : NIC :
perawatan diri Self care : Activity of Self Care Assistane : ADLs
berhubungan Daily Monitor kemampuan klien
dengan Living (ADLs) untuk perawatan diri yang mandiri
penurunan Setelah dilakukan tindakan Memfasilitasi untuk mandi
motivasi orang keperawatan selama 1x24 pasien
tua jam, defisit perawatan diri Menjaga kebersihan ritual
klien teratasi. Memantau kebersihan kuku,
Kriteria hasil : menurut kemampuan keluarga
Klien terbebas dari bau
badan
Klien merasa nyaman
Dapat melakukan ADLs
dengan bantuan
4. Implementasi
Tabel 3.2
Implementasi
Nama : An. E Tanggal Masuk RS : 11 Juli 2017
Umur : 2,5 tahun No. Med. Rec : 475936
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis : GEA
No Tanggal/ DX Implementasi Paraf
Jam 1. Pukul 09.00
1 12 Juli I Mengkaji TTV Arti R S
2017 Hasil :
Nadi : 102 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 37 0C
2. Pukul 09.05
Memonitor status hidrasi
Hasil :
Mukosa bibir klien kering
Nadi 102 x/menit
3. Pukul 09.07
Berkolaborasi pemberian
cairan IV
Hasil :
Infus KA-EN 3B
4. Pukul 09.08
Memonitor status nutrisi
Hasil :
BB klien : 12 Kg
5. Pukul 09.10
Melakukan pendidikan
kesehatan (pencegahan
gastroenteritis) pada keluarga
Hasil :
Keluarga mengerti
6. Pukul 09.20
Menganjurkan kepada
keluarga klien supaya klien
banyak minum
Hasil :
Keluarga melakukan apa
yang dianjurkan perawat
3. Evaluasi
Tabel 3.3 Evaluasi
A. Definisi
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dalam elektrolit secara berlebihan karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang cair (Yuliani, 2001)
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lendir
dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer Arif, 2000)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai
kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa
disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
Jadi dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan dan
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung
dan teriri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut
ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian
yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah. Bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus
bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar
adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan
otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti “kosong”.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : Kolon
asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan
dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin Malas minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa: Turgor Baik (kembali Kurang-buruk Sangat buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat Bila
sedang Bila ada 1 ada 1 tanda
tanda ditambah ditambah 1/lebih
1/lebih tanda lain tanda lain
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
E. Manifestasi klinik
1. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai lendir dan
darah
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
F. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare
osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersesring iritasi adalah infeksi virus atau
bakteri di usus halus distala atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat rangsang
toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intesinal mengalami iritasi
dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.
Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan
zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal
akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan melalui bakteri
kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat
menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang
penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi cairandan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena sindrom
malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit
yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler
ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurang elektrolit dapat mengakibatkan
asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama diare adalah virus (Adenivirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia
lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel
menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding usus. Alat pencernaan
yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut adalah usus halus
(Corwin,2002:520).
G. Pathway
H. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi,
sbb :
1) Dehidrasi
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipoglikemi
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim laktase
5) Hipokalemia
6) Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein
I. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
a. Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri makanan
tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
b. Obat – obatan
Obat anti sekresi
Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
c. Pemberian cairan
1) Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan
perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
2) Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB atau
sepuasnya setiap kali BAB
3) Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB
atau sepuasnya setiap kali BAB
4) Dehidrasi Berat
0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri cairan oralit
40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
> 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan sampai nadi
teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap jam.
Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB
J. Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
a. muka pucat
b. lidah kering
c. nafas cepat
d. mata cowong
e. sianosis pada ujung extremitas
2. Palpasi :
a. turgor kulit menurun
b. denyut nadi meningkat
c. keringat dingin
d. demam
3. Auskultasi :
a. suara bising usus meningkat
b. tekanan darah menurun
c. suara serak
d. gerakan peristaltik meningkat
4. Perkusi :
a. suara perut timpani
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup
(bila memungkinkan).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita yang disertai kejang).
e. Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung singkat
dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi BAB
dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut ,
demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh
terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan kearea
geogratis lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita anggota
keluarga.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari kebiasaan
sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus.
Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak
enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena asupan
yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan seperti :
mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan
ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah
atau tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah yaitu :
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis (Carpenito,
2001:104)
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
(Doengoes,2000).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya absorbsi
usus terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi
(Doengoes,2000)
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban (engram, 1999)
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis (doengoes, 2000)
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan anak
(Doengoes,2000)
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
C. INTERVENSI
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut : adanya
ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan penderita, prinsip
alamiah dan praktek.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis (Carpenito, 2001:104)
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan kriteria hasil :BAB 1x sehari, konsistensi
lembek, BAB tidak ada lendir darah
Intervensi :
1) Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan terapi
2) Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan diare
D. IMPLEMENTASI
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, maka tugas perawat adalah menerapkan
rencana asuhan keperawatan tersebut dalam tindakan yang nyata.
E. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, gunanya untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sejauh mana masalah dapat dipecahkan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. B uku Saku Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Nanda Internasional. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :
EGC.
Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung Seto.