Anda di halaman 1dari 40

A.

      Tinjauan Kasus

1.  Pengkajian

a.  Pengumpulan Data

1)      Identitas Klien

Nama                              :    An. E

Umur                               :    2,5 tahun

Jenis kelamin                  :    Laki-laki

Agama                            :    Islam
Pendidikan                      :    -

Anak ke                          :    2

Suku / Bangsa                 :    Sunda / Indonesia

Tanggal Masuk               :    11 Juli 2017

Tanggal Pengkajian         :    12 Juli 2017

No. Med. Rec                 :     475936

Diagnosa Medis              :    Gastroenteritis Akut (GEA)

                    :    Kp. Cidoyang Ds. Jalatrang RT.02/RW.20

2)       Identitas Penanggung Jawab

Nama Ayah                     :    Tn. U

Umur                              :    24  tahun

Pendidikan                     :    SD

Pekerjaan                        :    Buruh

Suku / Bangsa                 :    Sunda / Indonesia

                    :    Kp. Cidoyang Ds. Jalatrang RT.02/RW.20

Nama Ibu                        :    Ny. T

Umur                               :    27  tahun

Pendidikan                      :    SMP


Pekerjaan                        :    IRT

Suku / Bangsa                 :    Sunda / Indonesia

                    :    Kp. Cidoyang Ds. Jalatrang RT.02/RW.20

3)       Kedudukan Anak Dalam Keluarga

Tabel 3.1
Kedudukan Anak Dalam Keluarga

Anak ke Kehamila Abortus Lahi Lahir P/L Umur Keadaan


n r Hidup Sehat Sakit
Mati
1 6 bulan - Mati - L - - -
2 9 bulan - - Hidup L 7 th - -
3 9 bulan - - Hidup L 2,5 th GEA

4)      Riwayat Kesehatan
a)      Keluhan Utama
BAB cair > 4 x sehari
b)      Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang bersama keluarganya tanggal 11 Juli 2017. Pada saat pengkajian
tanggal 12 Juli 2017 pukul 09.00 ibu klien mengatakan anaknya BAB cair > 4
x sehari selama + 2 minggu yang lalu, sebelumnya klien pernah mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit lain + 2 minggu hingga keadaannya mulai membaik,
namun setelah pulang kerumah, karena merasa kondisi anaknya sudah
membaik anaknya sempat minum es sehingga ibu klien mengatakan anaknya
kembali mengalami BAB cair, disertai perut kembung, menurut ibu klien
anaknya sering nyeri daerah perut ditandai anaknya mengerang dan rewel.
Skala nyeri 6 (0-10).
c)     Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami penyakit yang sama
hingga di rawat seperti sekarang
d)     Riwayat kesehatan keluarga

Klien merupakan anak ke-2 dan menurut ibu klien, tidak ada anggota keluarga

yang sedang menderita penyakit serupa dengan klien dan tidak ada riwayat

penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus atau Hipertensi.

e)      Riwayat Kehamilan dan Persalinan

(1)    Prenatal

Ibu klien mengatakan selama kehamilan baik dari Trimester I sampai

Trimester III. Ibu selalu memeriksakan kehamilanya ke Posyandu dan ke


bidan terdekat. Pada saat hamil ibu klien tidak sampai mengalami keluhan

yang parah, hanya mual biasa.


(2)    Natal
Menurut ibu klien, klien lahir spontan pada usia kehamilan 9 bulan,
kelahiran klien dibantu oleh bidan. Pada saat lahir klien tidak ada
kelainan, berat badan lahir 3800 gr.
(3)    Post Natal
Menurut ibu klien, klien lahir normal, tidak ada kelainan dan pergerakan
aktif.
f)      Riwayat Imunisasi
Menurut ibu klien, anaknya sudah diimunisasi lengkap, yaitu
(1)    BCG         :  1 kali saat pasien berumur 1 bulan
(2)    DPT          : 3 kali saat pasien berumur 2,3 dan 4 bulan
(3)    Polio          : 4 kali saat pasien berumur 1,2,3 dan 4 bulan
(4)    Campak     : 1 kali saat pasien berumur 9 bulan
(5)    Hepatitis   : 1 kali pada saat hari pertama pasien lahir
g)      Riwayat Nutrisi
Menurut orang tua klien (ibu) klien di beri ASI eklusif selama 6 bulan, setelah
usia 6 bulan klien diberi makanan tambahan seperti biscuit dan bubur.
h)     Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
(1)   Pertumbuhan
Berat badan lahir                     : 3,8 kg
Berat badan sebelum sakit      : 15 kg
Berat badan saat sakit             : 12 kg
Tinggi Badan                          :  92 cm
(2)   Perkembangan
(a)    Motorik Kasar
Kepala klien bisa menoleh ke kanan dan ke kiri, pergerakan aktif,
menggerakan ekstremitas dengan kuat, melompat dan mengendarai
sepeda roda tiga.
(b)   Motorik Halus
Klien bisa memegang mainannya sendiri

(c)    Sosial
klien mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri, dan menurut
ibunya, klien sering bermain dengan teman sebayanya.
(d)   Bahasa
Klien dapat berbicara dengan jelas seperti menanyakan mainannya
“mobil mana”.
(3)   Riwayat sosial

Keluarga klien bisa diajak komunikasi dan dapat bekerja sama dengan

petugas.
(4)   Data psikologis

Klien tampak lemas, kadang rewel


(5)   Data Biologis

Tabel 3.1
Data Biologis
No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi / Cairan
Nutrisi
          Jenis Nasi/Bubur Bubur
          Frekuensi 3x/hari 3x/hari

Cairan
          Jenis Air Putih Air putih
1 ½  liter
          Frekuensi 5 gelas/hari Infus KA-EN 3B
50 tts/menit

2 Pola Tidur
          Siang 2 Jam 20 Menit
          Malam 10-12 Jam 20 Menit
          Keluhan - Tidak nyenyak (rewel)
3 Personal Hygiene
Mandi 2x/hari 1x/hari (diseka)
4 Aktivitas bermain Bermain -
5 Eliminasi
BAB
          Konsistensi Lembek Cair
          Frekuensi 1x/ hari > 4 kali/hari
          Keluhan Tidak ada Diare
BAK
          Frekuensi +3 kali/hari Tidak terkaji
          Warna Kuning Kuning
          Keluhan Tidak ada Tidak ada
i)      Pemeriksaan Fisik
(1)   Keadaan umum
(a)    Penampilan                          : klien tampak lemah
(b)     Kesadaran                          :
(2)   Kualitas                                     : Compos mentis
(3)   Kwantitas                                  : E = 4           V = 5
M= 6        GCS = 15
(4)   Berat Badan sebelum sakit        : 15 kg
Berat badan saat sakit               : 12 kg
Tinggi Badan                             : 92 cm
j)       Tanda-tanda vital
Suhu          : 37 °C
Nadi          : 102 x/ menit
Respiasi     : 32 x/ menit
k)      Sistem Neurologis

(1)   Kepala

Bentuk simetris ubun-ubun cekung lesi tidak ada, trauma kepala tidak

ada.

(2)   Mata

Bentuk simetris, dapat menggerakan bola mata ke segala arah,

konjungtiva anemis, sclera an ikterik, pupil sama besar (bulat isokor),

reaksi pupil terhadap cahaya mengecil (miosis), tidak menggunakan

alat bantu penglihatan, mata cekung dan terlihat sayup.

(3)   Telinga

Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, cairan tidak ada, pendengaran

jelas, terbukti anak menoleh saat dipanggil namanya.


(4)  Mulut

Mukosa bibir kering.

(5)  Leher

Bentuk simetris, pergerakan bebas, tidak ada pembersihan kelenjar tiroid

dan tidak ada peningkatan JVP


l)   Sistem Pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak da seruman, penciuman normal, bentuk dada

simetris, pergerakan teratur, frekuensi nafas 32 x/menit, suara vesikuler


disemua lapangan paru, tida ada kesulitan nafas.
m)   Sistem Kardiovaskuler
Nadi 102 x/menit, bunyi jantung regular (teratur)
n)   Sistem Gastromtestinal
Bibir warna merah, mukosa bibir kering, tidak ada lesi, pada tengah-tengah
lidah terdapat bercak putih, gigi sudah tumbuh, kebersihan mulut cukup.
Abdomen kembung, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran, area perianal
kemerahan, tidak ada hemaroid, bising usus 9 x/menit.
o)   Sistem Perkemihan
BAK lancar, frekuensi tidak terkaji karena memakai popok, warna kuning,
bau khas.
p)   Sistem Muskuloskeletal
(1)   Ekstremitas atas
Bentuk simetris, kuku tampak kotor dan panjang, pergerakan terbatas
karena terpasang infus di sebelahkanan, pertumbuhan tulang belakang
normal, kekuatan otot normal.
(2)   Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, kuku bersih, pergerakan baik.
(3)   Kekuatan otot
5 5

5 5

Keterangan

5 : Dapat menahan tahanan pemeriksa dengan kekuatan normal

ROM :

-      Fleksi
Pergerakan lengan baik ditandai dengan telapak tangan dapat

menggeggam.

-      Ekstensi

Pergerakan lengan baik ditandai dengan klien dapat

mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan,

lengan  bawah berada dalam arah yang sama.

-       Abduksi

Klien dapat menaikan lengan keposisi kesamping badan

-        Adduksi

Klien dapat merapatkan kembali jari-jari tangan

-     Rotasi

Pergerakan leher baik ditandai dengan klien menoleh saat

dipanggil
q)    Sistem Endokrin
(1)    Ukuran tubuh             : TB : 92 cm    BB : 12 Kg
(2)    Keadaan kulit            : Turgor kulit menurun, warna kulit sawo
matang, tekstur kulit halus, tidak ada sianosis.
r)      Sistem Integumen
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit menurun, tesktur kulit halus
tidak ada bintik merah, rambut warna hitam.
s)      Sistem Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, area perineal kemerahan
t)      Data Penunjang

(1)    Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11 Juli 2017

HASIL NILAI Keterangan


PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN SATUAN NORMAL
§  HEMATOLOGI
HGB, 10,5 g/ dl P: 12-16; Menurun
Hemoglobin 30,8 % L:14-18 Menurun
HCT, Hematokrit 9,4 10^3/ul P: 35-45; Normal
WBC, leukosit L:40-50
338 10^3/ul Dws : 5,0- Normal
PLT, Trombosit 10,0
100 Mg/dl Bayi : 7,0- Normal
Gula darah 17,0
sewaktu 2 jam pp 150-350
(Rapid)
70-200

(2)   Pemeriksaan laboratorium feses (11-07-2017)

(a)    Makroskopik

Warna                   : Kuning kecoklatan

Bau                       : Khas/Normal

Konsistensi           : Lunak tidak berbentuk


Lendir                   : Tidak ditemukan
Darah                    : Tidak ditemukan
Parasite                 : Tidak ditemukan
(3)   Mikroskopik
Sel ieukosit                 : 0/LPB
Sel eritosit                   : 0-1/LPB
Telur cacing                : Tidak ditemukan
Amoeba                      : Tidak ditemukan
Sel lemak                    : Tidak ditemukan
Bakteri                        : Micrococcus tampak berlebih
Lain-lain                     : Jamur (+)
(4)   Therapy
(a)    Infus KA-EN 3B 50 tpm
(b)   Paracetamol syr 3 x 120 mg (P.O)
(c)    Propepsa syr 3 x 5 ml (P.O)
(d)   Ranitidine 3 x 10 mg (IV)

1. Analisa Data

Tabel 3.1
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1 Gastroenteritis Kekurangan
Ibu klien mengatakan ¯ Volume Cairan
anaknya BAB > 4 x sehari Diare
DO : ¯
          Klien terlihat rewel Frekuensi BAB meningkat
          BAB klien terlihat cair ¯
          Turgor kulit klien jelek Hilang cairan dan elektrolit
          Bising usus 9 x/ menit berlebihan
          BB sebelum sakit 15 kg ¯
BB saat sakit 12 kg Kekurangan volume cairan
2 Gastroenteritis Nyeri Akut
¯
Diare
          Klien tampak meringis ¯
          Skala nyeri 6 (0-10) Refleks spasme otot dinding
          Klien tampak rewel perut
No. Data Etiologi Masalah
          Abdomen klien tampak ¯Nyeri akut
kembung
          Bising usus 9 x/ menit

3 Gastroenteritis
DS : ¯ Kerusakan
Diare Integritas Kulit
DO : ¯
          Area perianal klien Frekuensi BAB meningkat
tampak kemerahan ¯
          Klien tampak rewel Iritasi kulit daerah perineal
¯
Kerusakan integritas kulit

4 DS : Gastroenteritis Gangguan Pola


Ibu Klien mengatakan ¯ Tidur
anaknya susah tidur Diare
DO : ¯
          Klien terlihat lemas Reflex spasme otot
          Mata klien terlihat sayup dinding perut
¯
Nyeri akut
¯
Gangguan pola tidur

5 Ds : Kurangnya pengetahuan Defisit


-    Ibu klien mengatakan keluarga tentang perawatan perawatan diri
anaknya belum dimandikan kebersihan anak selama sakit
dari pertama masuk rumah ¯
sakit Kebersihan anak kurang
terpenuhi
Do : ¯
          Kuku tangan klien Defisit perawatan diri
tampak panjang dan kotor
          Baju klien tampak basah
2.      Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah :

a.   Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

DS :

Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 4 x sehari

DO :

-     Klien terlihat rewel

-          BAB klien terlihat cair

-          Turgor kulit klien jelek

-          Bising usus 9 x/ menit

-          BB sebelum sakit 15 kg

BB saat sakit 12 kg
b.      Nyeri akut berhubungan dengan reflex spasme otot dinding perut
DS :
DO :
-          Klien tampak meringis
-          Skala nyeri 6 (0-10)
-          Klien tampak rewel
-          Abdomen klien tampak kembung
c.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
DS :
DO :
-          Area perianal klien tampak kemerahan
-          Klien tampak rewel
d.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
DS :
Ibu Klien mengatakan anaknya susah tidur
DO :
-          Klien terlihat lemas
-          Mata klien terlihat sayup
e.       Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi
orang tua
Ds :
-          Ibu klien mengatakan anaknya belum dimandikan dari
pertama masuk rumah sakit
Do :
-          Kuku tangan klien tampak panjang dan kotor
-          Baju klien tampak basah

3.      Intervensi Keperawatan

Tabel 3.1
Intevensi Keperawatan
Nama                 : An. E               Tanggal Masuk  RS  :  11 Juli 2017
Umur                 : 2,5 tahun          No. Med. Rec           : 475936
Jenis kelamin     : Laki-laki          Diagnosa Medis        : GEA
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Kekurangan Noc : Nic
volume cairan          Fluid balanced Fluid Managemen
berhubungan           Hydration           Memonitor status dehidrasi
dengan           Nutritional status : food (kelembaban membrane mukosa,
kehilangan and fluid intake nadi ade kuat jika diperlukan
cairan aktif Setelah dilakukan tindakan          Monitor vital sign
keperawatan selama 1x24          Monitor masukan
jam masalah kekurangan makanan/cairan dan hitung kalori
volume cairan klien teratasi. harian
Kriteria Hasil :           Kolaborasikan pemberian
          Nadi, suhu tubuh dalam cairan IV
keadaan normal           Monitor status nutrisi
          Tidak ada tanda-tanda          Berikan cairan IV pada suhu
dehidrasi, elastisitas tugor ruangan
kulit baik, membrane          Dorong masukan oral
mukosa lembab, tidak ada          Kolaborasi dengan dokter
rasa haus berlebihan
          Berat badan mengalami
perubahan
2 Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan           Pain level Pain Management
dengan reflex          Pain control           Lakukan pengkajian nyeri
spasme otot          Comfort level secara komprehensif termasuk
dinding perut Setelah dilakukan tindakan lokasi, durasi, frekuensi dan factor
keperawatan selama 1x24 presipitasi
jam, nyeri teratasi.           Ajarkan tentang teknik non
Kriteria Hasil : farmakologi, kompres hangat
          Klien tidak rewel           Tingkatkan istirahat
          Nyeri berkurang           Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
3 Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit          Tissue Integrity : Skin Pressur Management
berhubungan dand Mucos Membranes           Anjurkan ibu pasien untuk
dengan           Hemadialis akses pasien menggunakan pakaian
kelembaban Setelah dilakukan tindakan longgar
keperawatan selama 1x24          Jaga kebersihan kulit agar
jam, kerusakan integritas tetap kering dan bersih
kulit teratasi.           Oleskan lotion / baby oil pada
Kriteria hasil daerah yang tertekan
          Integritas kulit yang baik          Memandikan dengan cara
bisa dipertahankan mewaslap menggunakan sabun
(elastisitas, temperature, dan air hangat
hidrasi)
          Tidak ada luka/lesi pada
kulit
          Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang
          Mampu melindungi, kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit
4 Gangguan pola NOC : NIC
tidur           Anxiety reduction Sleep Enhancement
berhubungan           Comfort level           Jelaskan pentingnya tidur yang
dengan nyeri           Pain Level ade kuat kepada orang tuanya
          Rest : Extent and Pattern           Ciptakan lingkungan yang
          Sleep : Extent and Pattern nyaman
          Anjurkan orang tua klien
Setelah dilakukan tindakan melakukan teknik distraksi
keperawatan selama 1x24          Instruksikan untuk memonitor
jam, gangguan pola tidur tidur pasien
teratasi
Kriteria hasil :
          Jumlah jam tidur dalam
batas normal
          Pola tidur, kualitas dalam
batas
          Perasaan segar sesudah
tidur istirahat
5 Defisit NOC : NIC :
perawatan diri          Self care : Activity of Self Care Assistane :  ADLs
berhubungan Daily           Monitor kemampuan klien
dengan           Living (ADLs) untuk perawatan diri yang mandiri
penurunan Setelah dilakukan tindakan          Memfasilitasi untuk mandi
motivasi orang keperawatan selama 1x24 pasien
tua jam, defisit perawatan diri          Menjaga kebersihan ritual
klien teratasi.           Memantau kebersihan kuku,
Kriteria hasil : menurut kemampuan keluarga
          Klien terbebas dari bau
badan
          Klien merasa nyaman
          Dapat melakukan ADLs
dengan bantuan
4.      Implementasi

Tabel 3.2

Implementasi
Nama                 : An. E               Tanggal Masuk  RS    :  11 Juli 2017
Umur                 : 2,5 tahun          No. Med. Rec           : 475936
Jenis kelamin     : Laki-laki          Diagnosa Medis        : GEA
No Tanggal/ DX Implementasi Paraf
Jam 1.      Pukul 09.00
1 12 Juli I Mengkaji TTV Arti R S
2017 Hasil :
Nadi            : 102 x/menit
Respirasi     : 32 x/menit
Suhu            : 37 0C
2.      Pukul 09.05
Memonitor status hidrasi
Hasil :
       Mukosa bibir klien kering
       Nadi 102 x/menit
3.      Pukul 09.07
Berkolaborasi pemberian
cairan IV
Hasil :
       Infus KA-EN 3B
4.      Pukul 09.08
       Memonitor status nutrisi
Hasil :
BB klien : 12 Kg
5.      Pukul 09.10
Melakukan pendidikan
kesehatan (pencegahan
gastroenteritis) pada keluarga
Hasil :
       Keluarga mengerti
6.      Pukul 09.20
Menganjurkan kepada
keluarga klien supaya klien
banyak minum
Hasil :
       Keluarga melakukan apa
yang dianjurkan perawat

2 II 1.      Pukul 09.20 Arti R S


Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi durasi
Hasil :
          Ibu klien mengatakan
anaknya rewel
          Klien terlihat meringis
abdomen klien terlihat
kembung
          Skala nyeri 6 (0-10)
2.      Pukul 09.22
Mengajarkan teknik non
farmakologi kompres hangat
Hasil :
Klien terlihat lebih tenang
3.      Berkolaborasi pemberian
obat propepsa syr 3x5 ml
3 III 1.      Pukul 09.40
Menganjurkan ibu klien agar
klien menggunakan pakaian
longgar
Hasil : –
2.      Pukul 09.43
Menjaga kebersihan area
perianal agar tetap bersih dan
kering dengan cara
mengecek popk yang
digunakan setiap 2-3 jam
sekali dan menggantinya
ketika sudah basah
3.      Pukul 09.50
Mengoleskan baby oil pada
daerah yang tertekan
4 IV 1.      Pukul 09.30 Arti R S
          Menciptakan lingkungan
yang nyaman dan
merapihkan tempat tidur
          Meredakan kebisingan
Hasil
          Klien terlihat nyaman
2.      Pukul 09.35
          Menganjurkan orang tua
klien melakukan teknik
distraksi dengan cara
memberikan media musik
relax kepada klien
Hasil :
Klien tampak terlelap tidur
tetapi sering terbangun
3.      Pukul 09.35
Mengintruksikaan orang tua
klien memonitor tidur klien
Hasil
Ibu klien mengatakan tidur
klien sering terbangun
5 V a.       Pukul 10.00 Arti R S
Memandikan dengan cara
mengwaslap klien dengan air
hangat
Hasil :
Klien tampak lebih bersih
dan segar
b.      Pukul 10.15
Mengganti pakaian klien
Hasil : Klien tampak rapih
c.       Memebrsihkan dan
memotong kuku klien
Hasil :
Kuku tangan bersih

3.      Evaluasi
Tabel 3.3 Evaluasi

Nama                 : An. E               Tanggal Masuk  RS   :  11 Juli 2017


Umur                  : 2,5 tahun          No. Med. Rec            : 475936
Jenis kelamin      : Laki-laki          Diagnosa Medis        : GEA
No Diagnosa Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Kekurangan volume Tanggal : 12 Juli 2017    12.00 Arti R
cairan berhubungan :      Ibu klien mengatakan anaknya masih BAB cair S
dengan kehilangan lebih dari 3 kali perhari
cairan aktif O :  -   Klien tampak masih rewel
-   BAB klien masih cair
-   BB klien 12 Kg
A :      Masalah belum  teratasi
P  :      Lanjutkan Intervensi
2 Nyeri akut Tanggal : 12 Juli 2017    12.05 Arti R
berhubungan dengan   -   Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak rewel S
refleks spasme otot -   Nyeri berkurang ditandai dengan tidak rewel
dinding perut O :  -   Klien tampak lebih tenang
-   Perut klien masih kembung
-   BAB klien masih cair
-   Skala nyeri 5 (0-10)
A :      Masalah belum  teratasi
P  :      Lanjutkan Intervensi
GASTROENTERITIS ( GE )

A. Definisi
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dalam elektrolit secara berlebihan karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang cair (Yuliani, 2001)
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lendir
dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat (Mansjoer Arif, 2000)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai
kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa
disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
Jadi dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan dan
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung
dan teriri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut
ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian
yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah. Bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus
bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar
adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan
otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti “kosong”.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.  Usus besar terdiri dari : Kolon
asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan
dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.

7. Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam  istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang
percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya
bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing
dikenal sebagai appendektomi.
9. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
C. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1) Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
a. Akut : jika < 1 minggu
b. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari
c. Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d. Persisten :  > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)


Tidak dehidrasi <2
Dehidrasi ringan 2–5
Dehidrasi sedang 5-8
Dehidrasi berat 8-10

2) Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C
Keadaan   umum Baik,   sadar Gelisah,   rewel Lesu,   tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat   cekung
Air   mata Ada Tidak   ada Tidak   ada
Mulut,   lidah Basah Kering Sangat   kering
Rasa   haus Minum   seperti Haus,   ingin Malas   minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:   Turgor Baik   (kembali Kurang-buruk   Sangat   buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil   pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat Bila
sedang Bila ada 1 ada 1 tanda
tanda ditambah ditambah 1/lebih
1/lebih tanda lain tanda lain

4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak


a. Infektif
b. Non infeksif
5) Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau
toksikologik.
b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.
D. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1)    Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, compylobacter yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
 Infeksi virus : Eterovirus (Virus echo, coxsaekie, poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus,
astrovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit : Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa (entamoeba
hystolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2)   Infeksi parenteral  yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
E. Manifestasi klinik
1. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai lendir dan
darah
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
F. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare
osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersesring iritasi adalah infeksi virus atau
bakteri di usus halus distala atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat rangsang
toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intesinal mengalami iritasi
dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.
Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan
zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal
akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan melalui bakteri
kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat
menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang
penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi cairandan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena sindrom
malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit
yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler
ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurang elektrolit dapat mengakibatkan
asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama diare adalah virus (Adenivirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia
lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel
menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding usus. Alat pencernaan
yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut adalah usus halus
(Corwin,2002:520).
G. Pathway

H. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi,
sbb :
1) Dehidrasi
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipoglikemi
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim laktase
5) Hipokalemia
6) Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein
I. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
a. Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri makanan
tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
b. Obat – obatan
 Obat anti sekresi
 Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
 Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
c. Pemberian cairan
1) Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan
perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
2) Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB atau
sepuasnya setiap kali BAB
3) Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB
atau sepuasnya setiap kali BAB
4) Dehidrasi Berat
 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri cairan oralit
40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
 > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan sampai nadi
teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap jam.
Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB
J. Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
a. muka pucat
b. lidah kering
c. nafas cepat
d. mata cowong
e. sianosis pada ujung extremitas
2. Palpasi :
a. turgor kulit menurun
b. denyut nadi meningkat
c. keringat dingin
d. demam
3. Auskultasi :
a. suara bising usus meningkat
b. tekanan darah menurun
c. suara serak
d. gerakan peristaltik meningkat
4. Perkusi :
a. suara perut timpani
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis
 PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
 Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b.  Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup
(bila memungkinkan).
c.   Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita yang disertai kejang).
e.  Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS

A. PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2.      Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung singkat
dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi BAB
dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut ,
demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh
terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4.      Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan kearea
geogratis lain.
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita anggota
keluarga.
6.      Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari kebiasaan
sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus.
Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak
enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena asupan
yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan seperti :
mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7.         Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan
ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah
atau tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah yaitu :
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis (Carpenito,
2001:104)
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
(Doengoes,2000).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya absorbsi
usus terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi
(Doengoes,2000)
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban (engram, 1999)
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis (doengoes, 2000)
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan anak
(Doengoes,2000)
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit

C. INTERVENSI
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut : adanya
ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan penderita, prinsip
alamiah dan praktek.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis (Carpenito, 2001:104)
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan kriteria hasil :BAB 1x sehari, konsistensi
lembek, BAB tidak ada lendir darah
Intervensi :
1)      Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan terapi
2)      Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan diare

3)      Beri minum oralit setiap kali kali BAB


Rasional : larutan oralit barguna untuk mengganti cairan
4)      Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : mencegah diare yang disebabkan  oleh infeksi
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
(Doengoes,2000).
Tujuan :volume cairan seimbang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria hasil : tidak terjadi/tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa
bibir lembab, BAB kembali normal (1x sehari)
Intervensi:
1)      Kaji intake dan output cairan
Rasional : menentukan derajat dehidrasi
2)      Berikan oralit/LGG tiap habis BAB
Rasional : mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses
3)      Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : mengtahui derajat dehidrasi dan mencegah syok
4)      Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : pengganti bila obat oral tidak masuk
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya absorbsi usus
terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
6x24jam, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda malnutrisi, BB kembali ideal, mukos
bibir lembab, turgor kulit baik, porsi diit yang disajikan dihabiskan
Intervensi :
1)      Kaji kebutuhan nutrisi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri diit yang tidak merangsang
Rasional :Membantu memperbaiki absorbsi usus
3)      Timbang BB tiap hari
Rasional ;Mengetahui ad tidaknya penurunan BB
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit TKTP, tinggi mineral, rendah serat
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi (Doengoes,2000)
Tujuan : hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan  selama 3x24jam dengan kriteria
hasil : suhu dalam batas normal (36,3-37,40C), tidak muntah, BAB 1x tidak ad lendir darah,
nadi 75x/menit.
Intervensi:
1)      Observasi vital sign (suhu)
Rasional : mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan suhu tubuh
2)      Ajarkan paada keluarga pentingnya pertahanan masukan yang adekuat
Rasional : membantu memulihkan energi dan cegah dehidrasi
3)      Monitor intake dan output cairan
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran urine
4)      Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit
Rasional : membantu/mempertahankan masukan yang adekuat
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban (engram, 1999)
Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24jam dengan kriteria hasil : daerah anal klien tidak gatal, tidak terjadi iritasi
leukosit cel normal, turgor kulit baik, elastisitas kulit baik
Intervensi :
1)      Pantau hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas kulit atau jaringan pada tingkat seluler
2)      Pertahankan linen
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
3)      Berikan steak laken di atas perlak klien
Rasional : mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
4)      Gunaka pakaian longgar
Rasional : memudahkan bebas bergerak
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis (doengoes, 2000)
Tujuan : nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam
dengan kriteria hasil : orang tua mengatakan sudah tidak rewel,
Intervensi :

1)      Kaji karakteristik, intensitas dan letak nyeri


Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri kompres hangat diperut
Rasional :Memberi rasa nyaman
3)      Ubah posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional : membantu mengurangi nyeri
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan anak
(Doengoes,2000)
Tujuan : keluarga mengetahui tentang penyakit, perawatan dan pengobatan pada anak setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : keluarga sudah
paham tentang penyakit, perawatan dan pengobatan anak
Intervensi :
1)      Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang diare
2)      Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya kebersihan, cuci tangan untuk menghindari
kontaminasi
Rasional : mencegah diare tambah berat dan memungkinkan tidak terulang kembali
dirumah
3)      Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang prinsip diit yang tepat
Rasional : membantu mengurangi diare
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : orang tua tidak cemas dan tenang
Intervensi :
1) Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
Rasional : dapat memperkuat rasa saling percaya
2)      Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan
3)      Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk realisasi dan
pengobatan yang diberikan
4)      Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan.
Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk mendukung dan
membantu

D. IMPLEMENTASI
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, maka tugas perawat adalah menerapkan
rencana asuhan keperawatan tersebut dalam tindakan yang nyata.
E. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, gunanya untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sejauh mana masalah dapat dipecahkan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. B uku Saku Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin ,E,S. 2.000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius

Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal

Bedah.Jakata : Salemba Medika.

Nanda Internasional. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :

EGC.

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan 1. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC

Sodikin.2011Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier.

Jakarta : Salemba Medika.

Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai