Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN KERANGKA PEMBELAJARAN QUR’AN HADITS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

PEMBELAJARAN QUR’AN HADITS

Dosen Pengampu :

Try Heni Aprilia, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 3

Deny Siya Muji Ridhowati (932103918)

Alfi Lailaiturrohmah (932107718)

Imam Ma’rufi (932113418)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH AN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses pengubahan tingkah laku siswa melalui
pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar.1 Pembelajaran
juga diartikan sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan peserta didik dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.2 Pembelajaran pada hakikatnya sangat terkait dengan bagaimana
membangun interaksi yang baik antara guru dan peserta didik. Interaksi yang
baik dapat digambarkan dengan suatu keadaan di mana guru dapat membuat
peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri.
Oleh karena itu, setiap pembelajaran hendaknya berupaya menjabarkan nilai-
nilai yang terkandung di dalam kurikulum dan merealisasikannya dengan
kenyataan yang ada di sekitar peserta didik. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
merupakan mata pelajaran yang berisi tentang Al-qur’an dan Hadits , mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits ini merupakan unsur mata pelajaran pendidikan
agama Islam pada Madrasah yang memberikan pendidikan kepada siswa
untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber ajaran agama
Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup di dalam
kehidupan.
B. Managemen Kurikulum Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang


diselesaikan secara efisien dan memperdayagunaan orang lain. Menurut
Siagian dalam Marno menyebutkan manajemen adalah kemampuan dan
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Kemudian Longnecker & Pringle
sebagaimana dikutip oleh Marno menyatakan untuk merumuskan manajemen
sebagai proses memperoleh dan mengabungkan sumber-sumber finansial, dan
fisik untuk mencapai tujuan pokok organisasi menghasilkan produk atau
jasa/pelayanan yang diinginkan oleh sekelompok masyarakat.1

Istilah manajemen pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian


belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-
sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan
interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar
pada suatau lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien 2
(Rusman, 2011: 4).

Menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam bukunya Rusmono


(2012:12) mengartikan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Sedangkan Miarso mengemukan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi
perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain 12 (Rusmono, 2012: 6).

pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program


pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang
studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang
dapat mempengaruhi perkembangan serta pembentukan pribadi siswa yang
sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai sehingga dapat
meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya bukan saja disekolah
tetapi juga diluar sekolah3.

Sedangkan Al-Qur’an Hadits merupakan pelajaran agama yang sangat


penting dalam pendidikan yang bertujuan “untuk membentuk perilaku dan
kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan konsep Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan
pendidikan nasional.8

1
Marno & Triyo Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika
Aditama, 2013), 1.
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011), 4.
3
Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1992),152.
Kesimpulannya Manajemen kurikulum pembelajaran Al-Qur’an
hadits adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka
tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam
membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan
konsep Islam. Manajemen program pembelajaran sering disebut dengan
manajemen kurikulum dan pembelajaran (Bafadhal, 2004: 11)4. Pada dasarnya
manajemen pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan
pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti maupun
penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh
Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional.

C. Fungsi Manajemen Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

1. Managemen Perencanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusanya berbeda-


beda. Cunningham mengemukakan bahwa perencanaan adalah
menyelesaikan dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan
asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan menvisualisasi dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam
penyelesaian. Definisi kedua mengemukakan bahwa perencanaan adalah
hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan
tujuan, prioritas, program dan alokasi sumber. Sedangkan definisi yang lain
menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi
dan menyeimbangkan perubahan5. (Rivai dan Murnia, 2008: 106).

Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran


Pendidikan Agama Islam pada Madrasah yang memberikan pendidikan
kepada siswa untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber
ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk
hidup dalam kehidupannya sehari-hari.

4
Bafadal,Peningkatan Profesionalisme Guru SD (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 11.
5
Rivai, V., & Murni, Education Management (Analisis Teori dan Praktik) (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
106.
Jadi Managemen perencanaan Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran,
penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan penilaian dalam
suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk
mencapai tujuan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits efisien.

Pentingnya perencanaan pembelajaran adalah agar dapat dicapai


perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan
asumsi sebagai berikut:

a Untuk memperbaiki mutu pembelajaran perlu diawali dengan


perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran.

b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan


sistem

c Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang


belajar Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada
murid secara perorangan Bekerja tanpa rencana ibarat melamun
sepanjang masa.

Akibatnya tentu dapat diramalkan, hasilnya tidak menentu dan biaya


yang dikeluarkan tidak terkontrol. Beberapa manfaat adanya perencanaan
adalah:

a. Menghasilkan rencana yang dapat dijadikan kerangka kerja dan


pedoman penyelesaian
b. Rencana menentukan proses yang paling efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan 19
c. Dengan adanya rencana setiap langkah dapat diukur atau dibandingkan
dengan hasil yang seharusnya dicapai
d. Mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu
e. Mempersempit kemungkinan timbulnya gangguan atau hambatan.
Oleh karena itu diupayakan suatu perencanaan itu harus memenuhi
syarat antara lain:

a. Perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang telah ditetapkan dan


dirumuskan secara jelas.
b. Perencanaan tidak perlu muluk-muluk, tetapi sederhana saja, realistis,
praktis hingga dapat dikerjakan.
c. Disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya
pemanfaatan segala sumber yang ada sehingga efisien dalam tenaga,
biaya dan waktu seperti halnya dalam proses pembelajaran hal penting
yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai perencanaan adalah
bagaimana seorang guru harus mampu mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran anak didik
berposisi sebagai pihak yang melakukan proses, dan untuk itu anak
didik haruslah berperan aktif. Jika mereka pasif, proses pembelajaran
tersebut tidak dapat berlangsung dan berhasil sebagaimana tujuan
pembelajaran itu sendiri6(Saroni, 2006: 155).

2. Managemen Pengorganiasian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Pengorganisasian Pembelajaran Menurut Mulyono (2008:27), dalam


bukunya Manajemen Administrasi dan Organisasi, Pengorganisasian adalah
menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai
tujuan dan sasaran tertentu. Selain itu dapat dikatakan bahwa pengorganisasian
adalah penyatuan dan penghimpunan sumber manusia dan sumber lain dalam
sebuah struktur organisasi7.

Menurut Arikunto dan Yuliana (2008: 4), dalam bukunya Manajemen


Pendidikan, dengan adanya pembidangan dan pengunitan, dapat diketahui
manfaatnya, antara lain:

6
M. Saroni, Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi pendidik yang Kompeten (Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2006), 155).
7
Mulyono,Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2009),4.
a. Antara bidang yang satu dengan yang lain dapat diketahui batasbatasnya,
serta dapat dirancang bagaimana antar bagian dapat melakukan kerjasama
sehingga tercapai sinkronisasi tugas.
b. Dengan penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya, masingmasing
mengetahui wewenang dan kewajibannya.
c. Dengan digambarkannya unit-unit kegiatan dalam sebuah struktur
organisasi dapat diketahui hubungan vertikal dan horizontal, baik dalam
jalur struktural maupun jalur fungsional.

Agar tujuan untuk bersama dapat tercapai dalam suatu proses


pembelajaran yang baik maka harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki tujuan yang jelas yang dapat dipahami dan diterima oleh siswa
maupun guru. Dalam sebuah pembelajaran pendidikan, harus mempunyai
tujuan yang jelas dan rinci. Sebagai contoh, sebuah pembelajaran
menghafal Al-Qur’an perlu merumuskan visi dengan jelas agar siswa
mampu menghafal dengan baik dan benar sehingga dapat diketahui apakah
visi itu sudah tercapai atau belum.

Memiliki struktur organisasi yang jelas:

b. Menggambarkan adanya satu perintah, adanya keseimbangan, wewenang


dan tanggung jawab.
c. Sederhana agar mempermudah jalur dan tidak terlalu memperumit proses
pengorganisasian dalam pembelajaran.
d. Semua kegiatan habis terbagi sehingga tidak kegiatan pembelajaran yang
terbuang sia-sia. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengorganisasian merupakan pengelompokan tugas serta pembagian
kelompok yang dilakukan oleh seorang guru kepada muridnya yang
bertujuan untuk membentuk sebuah wadah yang terorganisir serta
memudahkan kinerja untuk mencapai tujuan secar efektif dan efisien8.

3. Menejemen pelaksaan pembelajaran Al-Qur’an Hadist

Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi manajemen


karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua
8
Arikunto, S., & Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 4.
anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan semula, dengan cara
yang baik dan benar. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi
pelaksanaan ini adalah directing commanding,leading dan coornairing.

Al-Qur’an dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar


terhadap proses dalam bentuk actuating ini. Allah berfiman dalam QS al–
Kahfi/18:2 sebagai berikut :

‫ت أَ َّن لَهُ ْم أَجْ رًا َح َسنًا‬ ّ ٰ ‫قَيِّ ًما لِّيُ ْن ِذ َر بَأْسًا َش ِديدًا ِّم ْن لَّ ُد ْنهُ َويُبَ ِّش َر ْال ُم ْؤ ِمنِينَ الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

Artinya : "Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang
sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang
mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang
baik,".9

Agama mengajarkan umatnya untuk membuat perencanaan yang matang dan


itqan, karena setiap pekerjaan akan menimbulkan sebab akibat. Adanya
perencanaan yang baik akan menimbulkan hasil yang baik juga sehingga akan
disenangi oleh Allah. Tentunya penilaian yang paling utama hanya penilaian yang
datangnya dari Allah SWT.

Dalam fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan pengelolaan dan


kepemimpinan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dan pengelolaan
peserta didik. Selain itu memuat kegiatan pengorganisasian dilakukan oleh kepala
sekolah seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus yang harus
dilakukan guru, juga menyangkut fungsi-fungsi manajemen lainnya. Oleh karena
itu dalam hal pelaksanaan pembelajaran mencakup dua hal yaitu, pengelolaan
kelas dan peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis pengelolaan tersebut
secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:

1) Pengelolaan kelas dan peserta didik

9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, 293.
Pengelolaan kelas adalah satu upaya memperdayakan potensi kelas
yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif
mencapai tujuan pembelajaran.10

Berkenaan dengan pengelolaan kelas sedikitnya terdapat tujuh hal


yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar,
susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan
tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang
akan dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi) dan bina
suasana dalam pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Suryobroto pelaksanaan


proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut :

a. Tahap pra instruksional


Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar
mengajar. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang
tidak hadir, Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan
sebelumnya; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang
sudah disampaikan; Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat.
b. Tahap instruksional.
Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan
beberapa kegiatan, Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang
harus dicapai siswa. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.
Membahas pokok materi yang sudah dituliskan. Pada setiap pokok materi
yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh yang kongkret,
pertanyaan, tugas. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas
pembahasan pada setiap materi pelajaran. Menyimpulkan hasil
pembahasan dari semua pokok materi.
c. Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap
instruksional, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: Mengajukan
pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),
173.
aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional; Apabila
pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari
70%), maka guru harus mengulang pengajaran; Untuk memperkaya
pengetahuan siswa mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan
tugas atau PR; Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan
pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.11
2) Pengelolaan Guru
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan
pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.12 Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus dapat
menempatkan diri dan menciptakan suasana kondusif, yang bertanggung
jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak didik.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru, secara
tersirat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
pasal 35 ayat 1, mencantumkan standar nasional pendidikan meliputi: isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian.
Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kriteria yang telah
dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber,
prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan kriteria adalah sesuatu
yang menggambarkan keadaan yang dikehendaki.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru yang sebenarnya, kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru.

4. Manajemen Evaluasi pembelajaran Al-qur’an Hadits

11
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 36-37.
12
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, 123.
Evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat di perlukan untuk
membuat keputusan. Ada tiga aspek yang perlu di perhatikan dalam
memahami apa yang di maksud dengan evaluasi pembelajaran, antara lain:

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan


secara berkesinambungan. Dalam kegiatan evaluasi di perlukan berbagai
informasi atau data yang menyangkut obyek yang sedang di evaluasi. Setiap
kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pembelajaran Al-qur’an Hadits tidak
lepas dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak di capai.

Dalam hal ini kegiatan evaluasi menempati posisi yang cukup penting.
Sebab dengan informasi yang di peroleh kita dapat memperbaiki konsep buku
sumber atau bahan ajar dan selanjutnya menyempurnakan sesuai dengan
kebutuhan. Dengan demikian apakah keputusan menganai suatu bahan ajar
cukup berarti kiranya bergantung pada informasi yang di peroleh melalui
kegiatan evaluasi yang menyeluruh, objektif, kooperatif, dan
berkesinambungan.13

1) Fungsi evaluasi dalam Belajar Mengajar Al-qur’an Hadits


Fungsi evaluasi dalam pendidikan ada empat yaitu:
- Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu
- Untuk mengetahui keberhasilan progam pengajaran
- Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK)
- Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan14
2) Tujuan Evaluasi dalam Pembelajaran Al-qur’an Hadits
Tujuan evaluasi pembelajaran Al-qur’an Hadits antara lain:
- Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki progam satuan
pembelajaran,
- menentukan hasil kemajuan belajar siswa,

13
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
14
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: 2008)
- menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat
- mengenal latar belakang psikologis, fisik, dan lingkungan siswa.
3) Jenis-jenis Evaluasi dalam pembelajaran al-qur’an hadits
Sesuai dengan tujuan diatas maka jenis evaluasi digolongkan sebagai berikut:
- Penilaian formatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada setiap akhir
penyajian satuan pelajaran atau modul. Evaluasi ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
- Penilaian sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan tiap semester yang
bertujuan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa
pada akhir periode pelaksanaan progam pengajaran.
- Penilaian penempatan, yaitu evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam progam pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
- Penilaian diagnose, yaitu penilaian yang dilakukan setelah selesai
penyajian sebuah satuan pelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi atau menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta
factor-faktor penyebabnya.15
4) Metode penilaian dalam pembelajaran Al-qur’an Hadits
Metode penilaian di sekolah dalam pembelajaran Al-qur’an hadits
dapat berbentuk sebagai berikut:
- Tes tulis
Penilaian ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dalam
memahami materi Al-qur’an Hadits
- Penilaian kinerja
Penilaian kinerja dapat diarahkan pada kemampuan mengemukakan
pendapat, kemampuan bekerja sama, partisipasi dalam diskusi, dan
kemampuan menanggapi masalah
- Portopolio
Penilaian ini di tujukan untuk mengukur kemampuan kreatifitas dibidang
seni kaligrafi
- Sikap

15
Arikunto, Suharsismi dan jabar, Evaluasi Progam Pendidikan Pedoman Praktis Bagi Mahasiswa Dan
Praktis Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
Penilaian ini dapat dilakuakn pada waktu siswa melaksanakan pembacaan
Al-qur’an (cara membaca, duduknya, dan sebagainya).16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
16
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta:2000)
Manajemen kurikulum pembelajaran Al-Qur’an hadits adalah segala
usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka tercapainya proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam membentuk perilaku dan
kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan konsep Islam.

Pentingnya perencanaan pembelajaran adalah agar dapat dicapai


perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan
asumsi Untuk memperbaiki mutu pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran,Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan
pendekatan sistem, dan Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada
bagaimana seseorang belajar Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran
diacukan pada murid secara perorangan Bekerja tanpa rencana ibarat melamun
sepanjang masa.

Evaluasi menempati posisi yang cukup penting. Sebab dengan


informasi yang di peroleh kita dapat memperbaiki konsep buku sumber atau
bahan ajar dan selanjutnya menyempurnakan sesuai dengan kebutuhan.

Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi


manajemen karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu
sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai
terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan semula, dengan cara yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran.


Arikunto, Suharsismi dan jabar, Evaluasi Progam Pendidikan Pedoman Praktis Bagi
Mahasiswa Dan Praktis Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
Arikunto, S., & Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2008)
Bafadal,Peningkatan Profesionalisme Guru SD (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya.
Marno & Triyo Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2013)
M. Saroni, Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi pendidik yang Kompeten (Yogyakarta:
Ar Ruzz Media, 2006), 155).
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta:2000)
Mulyono,Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar Ruzz
Media, 2009)
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
2008)
Hamalik, Oemar, Evaluasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009)
Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1992)
V,Rivai, & Murni, Education Management (Analisis Teori dan Praktik) (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009)
Rusman, Model-Model Pembelajaran. (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011)
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000)

Anda mungkin juga menyukai