Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ega Assyifa Ghefirananda

NIM : 061940411982

Kelas : 3EGB

PARAMETER KUALITAS BATUBARA

Batu bara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Batubara juga
merupakan batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan
bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture.

Umur Batubara

 Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara
yang paling produktif di mana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis
di belahan bumi bagian utara terbentuk.
 Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis
di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia
 Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.

Materi Pembentuk Batubara


Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai
berikut :
 Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
 Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah.
 Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas.
 Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
 Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini.

Penambangan Batubara, adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan
sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja.
Kelas dan Jenis Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya :
1. Antrasit 4. Lignit
2. Bituminus 5. Gambut
3. Sub-bituminus

Pembentukan Batubara
 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.

Proses Pembentukan Batubara

 Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang


terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan
yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter.
 Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika
yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur,
tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut.

Parameter Kualitas Batubara

 Total Moisture  Ultimate Analysis


 Total Sulfur  Ash Fusion Temperature
 Calorific Value  Ash Analysis
 HGI  Proximate
Tinggi Rendahnya Total Moisture akan tergantung pada peringkat batubara, size distribusi, dan
kondisi pada saat sampling.

Proximate Analysis
 Air dried moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara setelah batubara
tersebut dikering udarakan.
Sifat-sifat adm :
1. Besar kecilnya nilai ADM dipengaruhi oleh peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat
batubara, semakin rendah kandungan ADM nya.
2. Nilainya tergantung pada humuditas dan temperature ruangan dimana moisture tersebut
dianalisa.
3. Nilainya tergantung juga pada preparasi sample sebelum ADM dianalisa (Standar
preparasi)
 Ash content, batubara sebenarnya tidak mengandung abu, melainkan mengandung mineral
matter. Mineral matter atau ash dalam batubara terdiri dari inherent dan extraneous.
Sifat-sifat ash content :
1. Tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang dikandung oleh batubara baik
yang berasal dari inherent atau dari extraneous.
2. Relatif lebih stabil pada batubara yang sama.
3. Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai kalorinya.
4. Sering mempengaruhi nilai HGI batubara.
 Volatile matter, adalah bagian organik batubara yang menguap ketika dipanaskan pada
temperature tertentu.
Sifat-sifat volatile matter :
1. Kadar VM dalam batubara ditentukan oleh peringkat batubara.
2. Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah kadar volatile matternya.
3. Memiliki korelasi dengan vitrinite reflectance, semakin rendah volatile matter, semakin
tinggi vitrinite reflectancenya.
Volatile Matter digunakan sebagai parameter penentu dalam penentuan peringkat batubara,
dan dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada saat dibakar.
 Sulfur, terdiri dari 3 jenis yaitu organic sulfur, pyritic sulfur, dan sulfat sulfur.
Sifat-sifat sulfur : Bersifat heterogen sekalipun dalam satu seam batubara yang sama. Baik
heterogen secara vertikal maupun secara lateral.
Dalam komersial, Sulfur dijadikan batasan garansi kualitas, bahkan dijadikan sebagai rejection
limit.

Pengolahan Dan Pemanfaatan BatuBara


1. Teknologi Pengolahan
 Peningkatan kualitas batubara peringkat rendah dengan proses Upgraded Brown Coal
(UBC).
 Percobaan penerapan teknologi coal water fuel sebagai bahan bakar boiler pada industri
tekstil.
 Pengembangan metode penurunan kadar natrium batubara Lati, Berau, Kalimantan
Timur.
 Pengembangan metode pencampuran batubara (coal blending) Kalimantan Tengah untuk
pembuatan kokas metalurgi.
 Pencucian batubara.
 Desulfurisasi limbah batubara dengan flotasi kolom.
2. Teknologi Konversi
 Pengembangan briket kokas dari batubara dan green coke.
 Proyek pencairan batubara 2002 : uji tuntas (due diligence) pre-FS Batu Bara Banko.
 Pengembangan briket bio coal Palimanan.
 Pemanfaatan produk gasifikasi batubara untuk pengeringan teh di Gambung Ciwidey,
Jawa Barat.
 Briket kokas untuk pengecoran logam.
3. Teknologi Pemanfaatan Batubara
a. Bahan Bakar Langsung
 Penyerapan gas SO2 dari hasil pembakaran briket bio batubara dengan unggulan
zeolit.
 Pengembangan model fisik tungku pembakaran briket biocoal untuk industri rumah
tangga, pembakaran bata/genteng, boiler rotan dan pengering bawang.
 Tungku hemat energi untuk industri rumah tangga dengan bahan bakar
batubara/briket bio batubara.
 Pembakaran kapur dalam tungku tegak system terus menerus skala komersial dengan
batubara halus menggunakan pembakar siklon.
 Tungku pembuatan gula merah dengan bahan bakar batubara.
 Pembakaran kapur dalam tungku system berkala dengan kombinasi bahan bakar
batubara kayu.
 Pembakaran bata-genteng dengan batubara.

b. Non Bahan Bakar


 Pengkajian pemanfaatan batubara Kalimantan Selatan untuk pembuatan karbon aktif.
 Daur ulang minyak pelumas bekas dengan menggunakan batubara peringkat rendah
sebagai penyerap.

Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara didukung oleh fasilitas :

 Laboratorium penelitian dan penerapan.

 Laboratorium pengujian sifat kimia dan fisika yang telah terakreditasi berdasarkan ISO
17025.
 51 orang tenaga fungsional terdiri dari peneliti, perekayasa dan teknisi dari berbagai keahlian
berdasarkan disiplin ilmu, yang berbeda-beda antara lain : kimia dan fisika batubara,
pengolahan batu bara dan teknologi pemanfaatan batu bara.

Pemanfaatan Batubara
 Sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara.
 Sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara.
 Sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik.
 Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen,
penyetabil tanah yang lembek.
 Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan : recovery
magnetit, cenosphere, dan karbon.
 Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori
 Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Kualitas Batubara

Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor (impurities). Ada
dua jenis pengotor yaitu :
a. Inherent impurities merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Pengotor
tersebut dapat berupa gybsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2).
b. Eksternal impurities merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses
penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.

Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :
 Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan bakar
setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Nilai Kalori dapat
dinyatakan dalam satuan yang berbeda :
a. Calorific Value (CV)……(kcal/kg)
b. Specific Energy (SE) ….(Mj/kg)
c. Higher Heating Value (HHV) = Gross CV
d. Lower Heating Value (LHV)= Net CV
e. British Thermal Unit = Btu/lb
 Moisture Content (kandungan lengas)
Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara.
Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air
yang terikat secara kimiawi, dan air eksternal yaitu air yang menempel pada permukaan butir
batubara.
 Ash content (kandungan abu)
Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat
terbakar atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain
senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida
unsur lain.
 Sulfur Content (Kandungan Sulfur)
Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa
organik dan anorganik. Belerang dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit
(FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Belerang organik terbentuk selama
terjadinya proses coalification.
 Hardgrove Grindability Index
HGI, adalah salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan kemudahan batubara untuk
di pulverise sampai ukuran 200 mesh atau 75 micron. HGI sangat penting bagi pengguna
batubara di power plant yang menggunakan pulverized coal. Secara umum semakin tinggi
peringkat batubara, maka semakin rendah HGI nya. Nilai HGI dapat dipengaruhi oleh dilusi
abu dari penambangan.

Ultimate Analysis
Terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, nitrogen. Karbon, hidrogen, dan oksigen
merupakan unsur dasar organik pembentuk batubara.
 Semakin tinggi peringkat batubara, semakin tinggi karbonnya, semakin rendah hidrogen dan
oksigennya.
 Sedangkan Nitrogen merupakan unsur yang bersifat bervariasi tergantung dari material
pembentuk batubara. Sifatnya hampir sama dengan Sulfur.
 Dalam batubara peringkat tinggi, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa pyridine yang
berasosiasi dengan struktur aromatik, sedangkan dalam batubara peringkat rendah, nitrogen
ditemukan dalam bentuk senyawa amina dan terikat padu ikatan hidrokarbon alifatik.
Kegunaan Ultimate analysis :
 Dalam Geologi Batubara, Ultimate digunakan sebagai parameter penentu peringkat dan
evaluasi-evaluasi lainnya.
 Sedangkan pada utilisasi batubara, kandungan ultimate digunakan sebagai dasar perhitungan
stoiciometri udara yang diperlukan untuk membakar batubara secara sempurna.

Udara Yang diperlukan dalam Liter(1 atm, 20oC) / kg Batubara adalah: 35.8 (2.67 C + 8.00 H +
2.29 N + S-O)

Ash Fusion Temperature


Ash Fusion Temperature adalah titik leleh abu batubara yang dinyatakan dalam temperature
dalam berbagai kondisi pelelehan yaitu: Deformasi, Spherical, hemispherical, dan flow.
Berdasarkan kondisi atmosphere pada pengujiannya AFT dibagi menjadi dua atmosphere, yaitu
Reduksi dan Oksidasi.
Sifat-sifat AFT :
 Sangat bervariasi, ada yang homogen dalam satu seam, ada juga yang sangat heterogen baik
secara vertikal seam maupun secara lateral.
 Nilai AFT tergantung pada mineral matter yang dikandung oleh batubara.
 Pada batubara produksi, nilai AFT dapat dipengaruhi oleh dilusi atau material yang terbawa
pada saat penambangan.
Kegunaan nilai AFT :

Ash Fusion Temperature dalam utilisasi dijadikan indikasi karakteristik ash dalam pembakaran.,
nilai AFT rendah tidak diinginkan dalam utilisasinya karena dianggap dapat menyebabkan
slagging atau fouling pada pipa-pipa boiler, juga digunakan dalam membuat rumus empiris
untuk memprediksi kecenderungan terjadinya slagging dalam boiler.

Ash Analysis
Ash Analysis didalam batubara bersifat tidak typical dan bervariasi dari satu seam ke seam
lainnya atau didalam seam itu sendiri. Abu batubara dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Abu
lignitic dan Abu Bituminous.
Kegunaan Ash Analysis : Sebagai indikator karakteristik abu didalam pembakaran batubara.

Prediksi sifat-sifat abu berdasarkan ash analysis biasanya dinyatakan dalam beberapa formula
seperti :

 Rasio Basa /Asam:


 Slagging Factor : Basa / Asam X S(d)
 Fouling Factor : Basa / Asam x Na2O

Pengujian Ash Analysis:

 Ash Analysis sesuai dengan nama paramaternya ditentukan dari abu batubara.
 Abu batubara setelah dipreparasi dan dilarutkan, kemudian diatomisasi dengan cara dibakar
pada temperature tinggi, kemudian selama atomisasi disinari dengan radiasi lampu yang
disesuaikan dengan unsur yang ditentukan
 Atom-atom unsur tersebut akan menyerap energi radiasi yang dipancarkan oleh lampu
tersebut. Banyaknya energi yang diserap berbanding lurus dengan banyaknya atom yang
terdapat dalam larutan tersebut.
 Dengan membandingkannya dengan grafik kalibrasi sample standar, maka kadar unsur dari
batubara dapat ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai