NIM : 061940411982
Kelas : 3EGB
Profil energi potensial untuk reaksi dasar A + B → S + W untuk (a) sebuah reaksi endotermik
dan (b) reaksi eksotermik.
Perbedaan energi reaktan dan produk terkait dengan panas reaksi – kuantitas
termodinamika. Gambar 2.3.1 menunjukkan profil energi potensial untuk reaksi dasar
endotermik dan eksotermik.
Teori keadaan transisi digunakan untuk menghitung reaksi dasar yang sesuai dengan
gambaran energik yang diilustrasikan pada gambar 2.3.1. Bagaimana ini dilakukan akan
dijelaskan selanjutnya.
Skema 2.3.1. Karena status transisi hanya ada dalam picodetik atau kurang, kemampuan
Dimana λ adalah frekuensi. Karena CTS adalah besaran termodinamika, maka dapat dihitung dari
termodinamika statistik. Asumsi mendasar dari teori keadaan transisi adalah jika sistem diganggu
dari keseimbangan oleh penghilangan produk, alasannya reaksi maju tetap
dimana CTS adalah konsentrasi keadaan transisi dalam kesetimbangan dengan reaktan dan B.
Ekuilibrium fiktif:
A+B TS (2.3.3)
Dimana
RI T In K+ = -∆ = -∆ + T∆
dan ∆G#0 adalah perubahan dalam fungsi Gibbs standar untuk reaksi yang diberikan dalam
persamaan (2.3.3) dan ∆H#0 dan ∆S#0 adalah perubahan yang sesuai dalam entalpi dan entropi
standar, masing-masing. Tanda 0 di bawah digunakan untuk menunjukkan keadaan standar
sedangkan tanda = 1 = di atas menunjukkan jumlah yang berkaitan dengan keadaan transisi.
Dengan menggabungkan Persamaan (2.3.5) dan (2.3.4), CTS dapat ditulis sebagai:
Me
nggunakan formulasi ini untuk CTS dalam Persamaan (2.3.2) memungkinkan laju reaksi ditulis
dalam bentuk:
Asumsi dasar dari teori keadaan transisi adalah bahwa 𝛌 adalah frekuensi universal dan tidak
bergantung pada sifat reaksi yang dipertimbangkan. Itu dapat dibuktikan bahwa (lihat, misalnya,
M. Boudart, Kinetics of Chemical Processes,Butterworth-Heinemann, 1991, hlm.41-45):
Ke
tika h adalah konstanta plank dan k adalah ketetapan boltzman,gunakan persamaan 2.38 dalam
persamaan 2.3.7 didapatkan hasil :
Ini adalah persamaan umum teori keadaan transisi dalam bentuk termodinamika. Persamaan
(2.3.9) membantu dalam pemahaman tentang bagaimana reaksi terjadi. Agar reaksi terjadi, perlu
untuk mengatasi tidak hanya penghambat energi tetapi penghalang enengy gratis. Artinya, reaksi
muncul tidak hanya setiap saat tetapi selalu. quires mencapai konfigurasi yang menguntungkan
terkait dengan perubahan entropi, Theke Efek ganda sering kali dapat mengimbangi satu sama
lain. Sebagai contoh. McKenzic dkk. U. Catal. 138 (1992) 547] menyelidiki reaksinya:
Set
elah series dari katalis padat yang disebut hidrokatalis,dan didapatkan data dibawah ini :
O
⃒⃒
CH3CH2OH CH3C – H 2CO2 + 2H2O
Untuk situasi ini produk yang diinginkan biasanya B, dan kesulitan tindakan untuk mendapatkan
konsentrasi maksimum B diberikan A1 dan A2 tertentu. Menggunakan bentuk Guldberg Waage
dari laju reaksi untuk menggambarkan jaringan dalam Persamaan (1.5.22) menghasilkan volume
konstan :
Dengan
+ + = = + +
= exp [ -k1t]
Persamaan ini merupakan solusi yang tepat dengan metode faktor pengintegrasian, yaitu :
Dimana γ adalah integrasi konstan. Karena CB = CA0 pada t = 0, γ dapat ditulis sebagai sebuah
(1.5.26)
Untuk dan k1 = k2, konsentrasi yang dinormalisasi dari CA, CB, dan CC
waktu berapa reaksi maksimum terjadi. Untuk menemukan jumlah ini, perhatikan , dCB/dt
= 0. Jadi, jika turunan persamaan (1.5.25) diatur sama dengan nol maka t max dapat ditemukan
sebagai :
menghasilkan