PENDAHULUAN
Setiap industri baik industri kecil maupun industri besar akan selalu memiliki
reaktor untuk menghasilkan suatu produk. Dalam sebuah industri reaktor merupakan
hal yang sangat penting, karena jika reaktor dalam suatu industri terganggu maka
produksi pun akan terganggu. Oleh karena itu perancangan reaktor haruslah efisien.
Perancangan reaktor, baik batch maupun kontinyu sangat memerlukan persamaan
kinetika reaksi kimia.
Untuk merancang reaktor pada reaksi tertentu diperlukan adanya data kinetis
yang menyangkut; persamaan laju reaksi, mekanisme reaksi yang cocok, orde reaksi
(n) dan konstanta laju reaksi (k). Pada dasarnya data-data kinetik tersebut didapat
dengan melakukan serangkaian percobaan serta analisis kinetik atau analogi hidrolik.
Dan data-data kinetik tersebut didapat dengan melakukan serangkaian percobaan
secara analitis kinetik untuk mendapat data laboratorium, menduga persamaan laju
reaksi tersebut dari mekanisme yang diduga, menguji persamaan laju reaksi tersebut
melalui pencocokan data percobaan. Jika cocok, maka persamaan tersebut dapat
dipakai untuk menentukan konstanta laju reaksi. Untuk itu percobaan kinetika analog
ini dilakukan untuk dapat menganalogikan kinetika suatu reaksi dimana
percobaannya menggunakan alat yang lebih sederhana.
Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai perubahan mol persatuan waktu.
Untuk menghitung laju reaksi ini dapat dengan melakukan percobaan dengan
melihat mekanisme reaksi yang terjadi .
Dimana :
A
k1
R - rA = (k1 + k2 ) CA ................. (2.4)
A
k2
S
A
k1
R
k2
S -rA = K1 CA – k2 CB ............. (2.5)
Contoh : A R
Contoh : A R
AS
2.2.3 Reaksi seri
Merupakan reaksi yang teramati dua macam produk, yaitu R dan
S, dan pada waktu tertentu R pernah terbesar dan pada pengamatan
lebih lanjut harga R mengalami penurunan.
Contoh : A R S
k1
Contoh : A R
k2
Gambar 2.3 Skema Alat untuk Reaksi Berorde Kurang dari Satu
Gambar 2.4 Skema Alat untuk Reaksi Berorde Lebih dari Satu
Dari semua uraian di atas terlihat bahwa orde-orde lebih kecil, sama
dengan atau lebih besar dari nol, dalam memperoleh data kinetik dapat
menggunakan berbagai macam bentuk tabung (buret dan erlemeyer). Sudut
kerucut semakin besar akan memberikan bias yang lebih besar dari orde
pertama, dan sudut mendekati nol orde reaksi akan mendekati nol pula.
Gambar 2.5 Skema Sudut Kerucut pada Erlemeyer dan Buret
Ada beberapa metoda yang dikenal untuk menentukan data kinetik dari
suatu percobaan adalah :
1. Metode differensial
2. Metode integrasi
3. Metode waktu paruh (frational lifetime)
4. Metode isolasi
5. Metode laju awal
Namun yang paling sering digunakan adalah metode integrasi dan
metode differensial.
dimana :
𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = = 𝑘. 𝐶𝐴 …………………………………........ (2.7)
𝑑𝑡
𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐴 𝑡
∫𝐶𝐴𝑜 = 𝑘. ∫0 𝑑𝑡 .............................................................. (2.8)
𝐶𝐴
𝐶𝐴
ln 𝐶𝐴𝑜 = 𝑘. 𝑡 ......................................................................... (2.9)
y a x
𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = = 𝑘 . 𝑉 𝑛 ........................................................... (2.11)
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
ln = ln 𝑘 + 𝑛 ln 𝑉 ........................................................ (2.12)
𝑑𝑡
y b a x
Untuk mengetahui suatu reaktan apakah reaksi searah, reaksi parallel, reaksi
seri, reaksi bolak – balik maka harus dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
zat yang terlibat didalam reaksi terhadap waktu reaksi misal:
Reaksi reaktan A berubah menjadi produk
1. Apabila pada waktu lama sekali A habis bereaksi maka kemungkinan
reaksinya adalah searah
A R
2. Apabila pada waktu tertentu teramati dua macam produk dan pada waktu
reaksi tertentu misal zat S pernah tersebar dan pengamatan dilanjutkan ternyata
harga R tersebut tidak turun maka kemungkinan reaksi adalah reaksi parallel.
R
CAo
C
S
3. Apabila teramati ada dua macam produk (R dan S) dan pada waktu tertentu
zat R pernah tersebar dan pada pengamatan lebih lanjut zat R tersebut
mengalami penurunan, maka kemungkinan reaksinya adalah reaksi seri.
CAo S
L max t
C
A
t
Gambar 2.9 Hubungan C terhadap t pada reaksi kesetimbangan
b. Sifat Reaktan
Tergantung pada zat yang bereaksi, laju reaksi bervariasi.. Reaksi asam,
pembentukan garam, dan pertukaran ion adalah reaksi cepat. Ketika
pembentukan ikatan kovalen terjadi antara molekul-molekul dan ketika
molekul besar terbentuk, reaksi cenderung sangat lambat. Sifat dan kekuatan
obligasi dalam molekul reaktan sangat mempengaruhi tingkat
transformasinya menjadi produk. Reaksi yang melibatkan penataan ulang
obligasi lebih rendah melanjutkan lebih cepat dibandingkan dengan reaksi
yang melibatkan pengaturan kembali obligasi yang lebih besar.
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik ( padat , cair , atau gas ) dari reaktan adalah juga
merupakan faktor penting dari laju perubahan. Ketika reaktan dalam sama
fasaa , seperti pada air larutan, gerak termal membawa mereka ke dalam
kontak. Namun, ketika mereka berada di fase yang berbeda, reaksi terbatas
pada antarmuka antara reaktan. Reaksi hanya dapat terjadi di wilayah mereka
kontak, dalam kasus cair dan gas, pada permukaan cairan.
d. Konsentrasi
Konsentrasi memainkan peran yang sangat penting dalam reaksi sesuai
dengan teori tabrakan reaksi kimia, karena molekul harus bertabrakan untuk
bereaksi bersama-sama. Sebagai konsentrasi reaktan meningkat, maka
frekuensi dari molekul bertabrakan meningkat menyebabkan tabrakan ini
terjadi lebih sering, meningkatkan laju reaksi.
e. Suhu
Suhu biasanya memiliki pengaruh besar pada laju reaksi kimia. Molekul
pada suhu yang lebih tinggi memiliki lebih energi panas . Walaupun
frekuensi tumbukan lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi,
memberikan kontribusi hanya sebagian yang sangat kecil untuk peningkatan
laju reaksi.
f. Katalis
Suatu katalis adalah zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi.
g. Tekanan
Peningkatan tekanan dalam reaksi gas akan meningkatkan jumlah
tumbukan antara reaktan, meningkatkan laju reaksi. Hal ini karena aktivitas
gas berbanding lurus dengan tekanan parsial gas.
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
1. Buret 50 ml
2. Buret kinetik
3. Pipa kapiler panjang(15cm), pendek(10cm)
4. Pipa T
5. Stopwatch
6. Corong
7. Selang
8. Pipet tetes
9. Erlenmeyer
10. Aquadest
11. Botol semprot
12. Waterpass
3.3 Bahan
2. Membuka folder kinetika dan laju reaksi yang sudah dalam dibuat dalam
sebuah m-file
5
Skema Alat untuk Reaksi Satu Arah Skema Alat untuk Reaksi Parallel
Skema Alat untuk Orde > 1 Skema Alat untuk kompleks seri paralel
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Nilai k dan n Pada Perubahan Konsentrasi Pada
Selang Waktu Tertentu
Ukuran Pipa t
No Alat
kapiler (waktu)
Buret
1 10 cm 61 detik
searah
Buret
2 15 cm 75 detik
searah
Pada reaksi searah reaktan akan terus berkurang sedangkan produk akan
semakin bertambah. Jumlah produk yang dihasilkan pun akan sama dengan jumlah
reaktan yang habis bereaksi. Pada percobaan modul pertama dilakukan dengan reaksi
searah pada pipa kapiler 10cm dan 15 cm. Pada pipa kapiler 10cm reaktan A pada
waktu 439 detik habis bereaksi menjadi produk R dan pada pipa kapiler 15cm reaktan
A pada waktu 528 detik habis bereaksi menjadi produk R. Dapat diamati bahwa
semakin bertambahnya waktu maka konsentrasi reaktan A semakin berkurang
sedangkan konsentrasi produk R meningkat. Hasil percobaan yang didapat adalah
harga laju reaksi pada pipa kapiler 10 cm n = 0.9855 dan orde reaksi k = 0.0112
sedangkan pada pipa kapiler 15cm n = 0,9136 dan orde reaksi k = 0.0107 .
Berdasarkan teori, harga orde reaksi untuk percobaan dengan menggunakan buret
adalah sama dengan 1 (n = 1). Nilai orde pada reaksi ini mendekati 1. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya hambatan berupa gelembung pada
saat fluida mengalir, ketidak akuratan penempatan pipa kapiler dengan skala 0 di
buret, menekuknya selang, dan kemungkinan adanya kebocoran disalah satu selang.
Untuk reaksi yang berorde 1 digunakan buret karena tidak adanya perubahan dari
diameter buret yang dilewati fluida. Konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh panjang
pipa, semakin panjang pipa yang digunakan maka nilai k semakin besar, terbukti dari
hasil percobaan ini pada pipa kapiler 15cm memiliki harga k yang lebih besar
daripada pipa kapiler 10cm.
Pada percobaan modul 2 yaitu reaksi paralel, ada dua produk dari satu umpan,
sehingga CA akan terdistribusi menjadi CR dan CS. Percobaan dilakukan dengan dua
variasi yaitupipa kapiler 10cm dan 15cm. Dari hasil percobaan pada pipa kapiler
10cm diperoleh k1 = 0.0180 n1 = 0,9950 dan k2 = 0.0190 n2= 0.9950 sedangkan pada
pipa kapiler 15cm diperoleh hasil k1 = 0.0110 n1 = 0,7694 dan k2 = 0.0109 n2=
0,9825. Pada pipa kapiler 10cm diperoleh hasil bahwa harga k2 lebih besar daripada
k1. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan sudut deviasi pada masing-
masing media dan tidak seimbangnya posisi pipa kapiler. Pada pipa kapiler 10cm
reaktan A habis bereaksi pada waktu 185 detik dan pada pipa kapiler 15cm reaktan A
habis bereaksi pada waktu 207 detik membentuk produk R dan S.
Pada modul reaksi kompleks parallel-seri ini merupakan reaksi gabungan dari
reaksi seri dan paralel, dimana reaktan A akan menghasilkan produk R dan suatu saat
produk R tersebut akan menjadi reaktan yang menghasilkan produk baru yaitu T dan
S. Berdasarkan data percobaan, waktu pengosongan reaksi kompleks yaitu 219 detik.
Pada saat reaktan R membentuk produk T dan S, laju alir dari buret R ke buret S dan
gelas kimia T tidak sama, sehingga menghasilkan nilai k dan n yang berbeda. Produk
T memiliki laju alir yang lebih besar dibanding produk S. Adanya tahanan seperti
menekuknya selang, adanya gelembung udara dalam selang dan selang yang
digunakan pada k1 dan k3 tidak sama. Dilihat dari grafik 4.2.6 pun bahawa
konsentrasi A selalu berkurang, R terjadi kenaikan dan penurunan dan T serta S
selalu bertambah.
Pada percobaan modul 8.b yang sama seperti modul 8a, merupakan reaksi
kesetimbangan. Namun pada modul 8b hanya menggunakan satu buret kinetik dan
letak pipa kapiler berada diatas skala 0 buret. Persamaan laju reaksi yang didapatkan
adalah 0.0109CA0.9674.
Percobaan reaksi dengan orde kurang dari satu ini dilakukan dengan analogi
melalui perubahan volume dalam sebuah corong melewati pipa kapiler. Jika diamati
secara kinetika reaksi, laju reaksi dipengaruhi oleh sudut deviasi corong yang lancip
menunjukan adanya perlambatan laju alir dibandingkan dengan menggunakan buret
atau erlenmeyer. Orde reaksi yang dihasilkan sesuai dengan teori yaitu n < 1, orde
reaksi yang dihasilkan adalah 0.9117 dan nilai k adalah 0.0021. Dari hasil praktikum
didapat persamaan laju reaksi 0,0021CA0,9117.
1. Besarnya konstanta laju reaksi (k) dipengaruhi oleh besarnya tahanan seperti
bukaan buret, panjang pipa kapiler dan selang.
2. Orde reaksi lebih dari satu lebih cepat dibandingkan dengan orde reaksi kurang
dari satu hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan luas permukaan antara
corong dengan erlenmeyer
3. Orde reaksi kurang dari satu dan orde reaksi lebih dari satu dipengaruhi oleh
sudut deviasi alat yang digunakan. Semakin besar sudut deviasinya maka laju
alirnya akan semakin cepat.
4. Semakin besar orde reaksinya maka harga dari konstanta laju alir semakin kecil
begitupun sebaliknya
5. Perbedaan waktu paruh pada corong lebih cepat dibandingkan dengan erlenmeyer
hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan luas penampang dari alat tersebut
6. Waktu paruh tidak mempengaruhi parameter k, hanya saja waktu
pengosongannya menjadi lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA