Oleh:
Muhammad Kemal Aulia
1807101030100
Pembimbing:
dr. Ika Marlia, M.Sc, Sp.S
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2021
Gangguan Kognitif Dini Pasca Stroke Ringan: Faktor Terkait
dan Status Fungsional
Satoshi Suda, MD, PhD, Takuya Nishimura, MD, Akiko Ishiwata, MD, PhD, Kanako
Muraga, MD, PhD, Junya Aoki, MD, PhD, Takuya Kanamaru, MD, PhD, Kentaro Suzuki,
MD, PhD, Yuki Sakamoto, MD, PhD, Takehiro Katano, MD, Yasuhiro Nishiyama, MD,
PhD, Masahiro Mishina, MD, PhD, and Kazumi Kimura, MD, PhD
Tujuan : Evaluasi status kognitif tidak dilakukan secara rutin dalam keadaan stroke akut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi banyaknya gangguan kognitif dini yang terjadi
pada pasien stroke iskemik ringan, menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
gangguan kognitif, dan menilai status fungsional. Metode : 112 pasien stroke iskemik akut
ringan dimasukkan ke dalam studi prospektif ini. Gambaran radiologi
neurologi/neuroimaging dinilai untuk evaluasi semikuantitatif dari atrofi otak dan sebagai
marker penyakit pembuluh darah kecil (small vessel disease/SVD). Fungsi kognitif diukur
dalam 5 hari setelah onset stoke menggunakan skor Montreal Cognitive Assessment (MoCA).
Analisis status fungsional disesuaikan dengan variabel demografi, status kognitif premorbid,
tingkat pendidikan, faktor risiko vaskular, karakteristik neuroimaging, tingkat keparahan
stroke, dan skor MoCA. Hasil: Skor median MoCA adalah 22, dan 63% pasien memiliki
gangguan kognitif. Faktor yang secara independen berhubungan dengan gangguan kognitif
adalah pendidikan (rasio ganjil [OR], 0.79; confident intervals [CI], 0.63-0.99), merokok
(OR, 0.26; 95% CI, 0.073-0.89), dan atrofi lobus temporal (OR, 4.73; 95% CI, 1.66-13.49).
Faktor yang berhubungan secara bebas dengan status fungsional yang terganggu adalah skor
total MoCA (OR, .78; 95% CI, .62-.95) dan jumlah dari 4 subskor MoCA
(visuospasial/fungsi eksekutif, atensi, bahasa, dan orientasi; OR, .72 ; 95% CI, .53-.92). Nilai
cutoff/batas dari penjumlahan 4 subskor MoCA untuk memprediksi status fungsional
terganggu adalah 13 poin dengan sensitivitas 76,5% dan spesifisitas 81,1%. Kesimpulan:
Gangguan kognitif sering terjadi pasien pasca stroke iskemik ringan dan dihubungkan dengan
atrofi lobus temporal yang sudah ada sebelumnya tetapi tidak berhubungan dengan marker
SVD. Jumlah 4 subskor MoCA berguna dalam memprediksi status fungsional pasien. Kata
Kunci: Cognitive impairment - minor stroke - Montreal Cognitive Assessment - functional
outcome - Small vessel disease
Pendahuluan
Gangguan kognitif umumnya terjadi pasca stroke, dan secara substansial
mempengaruhi kualitas hidup pasien sehingga menyebabkan peningkatan dampak dan beban
pada masyarakat. Sebuah penelitian terbaru melaporkan bahwa lebih dari setengah pasien
stroke yang bahkan dengan rehabilitasi pemulihan fungsional yang sangat baik yang diukur
dengan skala Rankin yang dimodifikasi (mRS) berpotensi mengalami gangguan kognitif.
Tatalaksana stroke telah banyak berubah selama beberapa tahun terakhir, hal ini dilihat dari
pengurangan lamanya masa rawat inap yang signifikan. Pasien dengan stroke ringan memiliki
gangguan motorik dan kemampuan mengelola tugas harian dasar minimal, kesulitan
melakukan aktivitas yang lebih kompleks yang mencakup pekerjaan, waktu luang, dan
tanggung jawab akan keluarga. Peneliti memiliki spekulasi bahwa pasien-pasien stroke
ringan mungkin memiliki beberapa gangguan kognitif seperti disfungsi fungsi eksekutif,
bahasa, atau ingatan. Namun, pasien-pasien pasca stroke ringan ini sering dipulangkan
dengan kurang atau bahkan tanpa follow up dan tanpa penilaian yang tepat karena umumnya
pasien tampak memiliki fungsi kognitif yang baik atau fungsi kognitif tak terganggu.
Mini-Mental State Examination (MMSE) pada awalnya dirancang untuk skrining
kejadian demensia yaitu Alzheimer di klinik-klinik kesehatan. Saat ini, MMSE paling banyak
digunakan untuk menilai berbagai gangguan kognitif. Montreal Cognitive Assessment
(MoCA) dikembangkan untuk mendeteksi gangguan kognitif ringan dengan sensitivitas yang
lebih tinggi, mencakup tugas-tugas fungsi eksekutif dan atensi yang sering ditemukan pada
pasien stroke. Peneliti menggunakan MoCA untuk mengevaluasi status kognitif dalam
penelitian ini. Beberapa penelitian sebelumnya menyelidiki faktor-faktor yang berhubungan
dengan gangguan kognitif dan hubungan antara tes kognitif dengan status fungsional pasien
pasca stroke. Penelitian ini mencakup pasien dengan stroke iskemik transien (Transient
Ischemic Stroke/TIA) dan perdarahan intraserebral. Namun dalam penelitian ini tidak
dimasukkan pasien dengan atrofi otak, penyakit pembuluh darah kecil, status kognitif
sebelum stroke, dan penelitian ini tidak memiliki kriteria eksklusi yang ketat (tingkat
beratnya stroke saat masuk, mRS sebelum stroke, dll.). Selain itu, data tentang hubungan
antara sub-subskor MoCA dan status fungsional tidak dievaluasi.
Dalam studi observasional prospektif ini, peneliti menyelidiki banyaknya pasien yang
mengalami gangguan kognitif pada pasien pasca stroke ringan menggunakan MoCA dalam 5
hari setelah onset stroke dan menganalisis hubungan antara komorbiditas, berbagai marker
neuroimaging, dan gangguan kognitif, serta menilai hubungan antara skor MoCA dan status
fungsional pasien.
Hasil
Karakteristik Pasien
Sebanyak 136 pasien dengan TIA/stroke ringan dimasukkan kedalam penelitian ini,
dan kemudian 24 pasien dikeluarkan dari penelitian (Gambar 1).
Kriteria eksklusi adalah adanya faktor pre stroke (mRS 2). Sebanyak 112 pasien yang tersisa
(67% laki-laki) memiliki skor NIHSS median 2 dan usia rata-rata 70 tahun saat dimasukkan
ke dalam penelitian, dan pasien menjalani penilaian kognitif rata-rata 3 hari setelah onset
stroke. Kriteria TOAST yang digunakan untuk menentukan patogenesis stroke termasuk
aterosklerosis arteri besar (n = 20, 17,8%), stroke kardioemboli (n = 8, 7,1%), SVD (n = 46,
41,1%), penyebab yang tidak dapat diidentifikasi (n = 26, 23,2) %), dan penyebab lain (n =
12, 10,7%). Tujuh puluh satu dari 112 pasien (63,3%) mengalami gangguan seperti yang
tertera oleh penilaian MoCA.
Status Kognitif pasca Stroke
Tabel 1 menunjukkan karakteristik dasar pasien dengan dan tanpa gangguan kognitif.
Usia (P = .0003), merokok (P = .0093), stadium PVH (P = .0187), atrofi parietooksipital
kanan (P = .0410), dan atrofi lobus temporal bilateral (kanan, P = .0005; kiri, P <.0001)
secara signifikan lebih tinggi atau lebih sering pada pasien dengan gangguan kognitif
dibandingkan pada mereka yang tidak memiliki gangguan kognitif.
Tabel 1. Perbandingan karakteristik latar belakang klinis antara pasien dengan dan tanpa gangguan
kognitif
Singkatan : CMBs, cerebral microbleeds; DSWMH, deep and subcortical white matter hyperintensity;
EPVS, enlarged perivascular spaces; IQCODE, Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the
Elderly; IQR, interquartile range; MoCA, Montreal Cognitive Assessments; NIHSS, National
Institutes of Health stroke scale; PVH, Periventricular hyperintensity; SVD, small vessel disease.
Pasien dengan gangguan kognitif memiliki tingkat pendidikan rata-rata yang lebih rendah
daripada pasien tanpa gangguan kognitif (P = .0010), tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok hipertensi (P = .1415), penyakit jantung iskemik (P = .7299) , fibrilasi
atrium (P = 0,2533), stroke sebelumnya (P = 0,0781), atau lamanya rawat inap (P = 0,1414).
Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan antara gangguan kognitif dan kelompok
gangguan nonkognitif dalam NIHSS, klasifikasi TOAST, berbagai marker SVD selain PVH,
atau berbagai skala atrofi otak kecuali atrofi lobus temporal dan skala atrofi parietooksipital.
Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa pendidikan (OR, .79; 95% CI, .
63-.99; P = .0350) dan merokok (OR .26; 95% CI .073-.89; P = .0324) secara independen dan
negatif berhubungan dengan gangguan kognitif, dan atrofi lobus temporal sisi kiri (OR, 4.73;
95% CI, 1.66-13.49, P = .0008) secara independen dan positif terkait dengan gangguan
kognitif (Tabel 2).
Tabel 2. Analisis regresi logistik multipel dari faktor independen yang berhubunngan dengan
gangguan kognitif
Singkatan : CI, confidence interval; EPVS, enlarged perivascular spaces; OR, odds ratio; IQCODE,
Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly; MoCA, Montreal cognitive assessment;
PVH, periventricular hyperintensity.
Singkatan : CMBs, cerebral microbleeds; DSWMH, deep and subcortical white matter hyperintensity;
EPVS, enlarged perivascular spaces; IQCODE, Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the
Elderly; IQR, interquartile range; MoCA, Montreal Cognitive Assessments; NIHSS, National
Institutes of Health stroke scale; PVH, Periventricular hyperintensity; SVD, small vessel disease
Analisis regresi logistik multivariat mengungkapkan bahwa skor NIHSS (OR, 7.16; 95% CI,
2.50-32.72; P <.0001) secara independen dan positif berhubungan dengan status fungsional
terganggu dan skor total MoCA (OR, .78; 95% CI , 0,62-0,95; P = 0,0110) secara independen
dan negatif terkait dengan status fungsional terganggu (Tabel 4, model 1).
Tabel 4. Analisis regresi logistik multipel dari faktor independen yang terkait dengan status
fungsional terganggu
Singkatan : CI, confidence interval; OR, odds ratio; IQCODE, Informant Questionnaire on Cognitive
Decline in the Elderly; MoCA, Montreal Cognitive Assessments; NIHSS, National Institutes of
Health stroke scale.
Nilai batas total skor MoCA untuk memprediksi status fungsional terganggu adalah 17 poin
dengan sensitivitas 70,6%, spesifisitas 85,3%, dan area di bawah kurva (AUC) 0,782
menggunakan kurva ROC (Gambar 2, A).
Gambar 2. (A) Kurva ROC dari total subskor MoCA untuk prediksi outcome fungsional yang buruk.
(B) Kurva ROC dari jumlah 4 subskor MoCA untuk prediksi outcome fungsional yang buruk.
Singkatan: MoCA, Montreal Cognitive Assessment; ROC, receiver operating characteristic.
Distribusi skor mRS dalam kelompok dengan total skor MoCA lebih dari 17 adalah sebagai
berikut: 0, 29,1%; 1, 44,2%; 2, 20,9%; 3, 1,2%; 4, 3,5%; 5, 1,1%; dan 6, 0%. Distribusi skor
mRS dalam kelompok dengan total skor MoCA kurang dari atau sama dengan 17 adalah
sebagai berikut: 0, 11,5%; 1, 26,9%; 2, 15,4%; 3, 11,5%; 4, 30,8%; 5, 3,9%; dan 6, 0%
(Gambar 3, A).
Gambar 3. (A) Distribusi skor Skala Rankin yang dimodifikasi saat pelepasan sesuai dengan total nilai
batas skor MoCA (18/17). (B) Distribusi skor Skala Rankin yang dimodifikasi saat pelepasan menurut
4 nilai batas skor domain MoCA (14/13). Singkatan : MoCA,Montreal Cognitive Assessment.
Selanjutnya, jumlah dari 4 subskor MoCA secara independen dan negatif terkait dengan
status fungsional terganggu (OR, 0,72; 95% CI, .53-.92; P = .0084) (Tabel 4, model 2). Nilai
batas dari jumlah 4 subskor MoCA untuk memprediksi status fungsional terganggu adalah 13
poin dengan sensitivitas 76,5%, spesifisitas 81,1%, dan AUC 0,830 menggunakan kurva
ROC (Gambar 2, B). Distribusi skor mRS menurut penjumlahan skor visuospasial/eksekutif,
atensi, bahasa, dan orientasi lebih besar dari 13 adalah sebagai berikut: 0,31,3%; 1, 43,8%; 2,
20,0%; 3, 1,3%; 4, 3,8%; 5, 4,8%; dan 6, 0%. Distribusi skor mRS dalam total skor MoCA
kurang dari atau sama dengan 13 adalah sebagai berikut: 0,9%; 1, 29,0%; 2, 19,4%; 3, 9,7%;
4, 25,8%; 5, 6,4%; dan 6, 0% (Gambar 3, B).
Pembahasan
Dalam penelitian ini, gangguan kognitif dini diamati pada 63% pasien dengan stroke
iskemik ringan. Atrofi lobus temporal yang sudah ada sebelumnya secara bebas dikaitkan
dengan gangguan kognitif dini. Total skor MoCA, serta jumlah dari 4 subskor MoCA
(visuospasial/eksekutif, atensi, bahasa, dan orientasi) dikaitkan dengan status fungsional,
bahkan setelah disesuaikan dengan tingkat keparahan stroke, berbagai faktor risiko, dan
komorbiditas.
Tingkat gangguan kognitif yang dilaporkan sebelumnya pada pasien stroke yang
dievaluasi dengan MoCA adalah antara 10% dan 40%. Faktor penting yang berkontribusi
terhadap variabilitas ini dalam hasil penelitian mungkin adalah perbedaan dalam tingkat
keparahan stroke, latensi antara onset stroke dan pengujian MoCA, penghentian MoCA skor,
dan status kognitif yang sudah ada sebelumnya. Sebuah studi observasi prospektif baru-baru
ini melaporkan bahwa skor rata-rata MoCA 26 dan gangguan kognitif terdeteksi pada hari ke-
7 pada 54 dari 100 pasien (54%) dengan TIA dan stroke ringan. Studi lain melaporkan bahwa
skor rata-rata MoCA 26 dan gangguan kognitif (MoCA <26) terdeteksi pada 43% pasien
dengan stroke iskemik dan hemoragik dalam 7 hari setelah onset. Dalam penelitian ini,
median skor MoCA 22 dan gangguan kognitif yang didefinisikan sebagai skor batas MoCA
kurang dari 24 diamati pada 71 dari 112 pasien (63%) dengan stroke iskemik ringan dalam
waktu 5 hari setelah onset. Skor MoCA yang relatif rendah dan proporsi gangguan kognitif
yang lebih tinggi dibandingkan dengan laporan sebelumnya. Peneliti berspekulasi bahwa
salah satu alasan untuk perbedaan ini adalah bahwa pasien kohort dalam penelitian ini
memiliki usia lebih tua dari pada penelitian sebelumnya (70 tahun versus 63 dan 67 tahun
pada penelitian yang disebutkan di atas). Mirip dengan penelitian ini, Ihara et al. menyelidiki
MoCA pada 69 pasien Jepang dengan stroke iskemik (73 tahun) dan melaporkan skor MoCA
rata-rata 22; gangguan kognitif didefinisikan sebagai skor batas MoCA kurang dari 23
diamati pada 39 dari 69 pasien (57%) dalam waktu 14 hari sejak onset.
Studi observasi sebelumnya telah melaporkan bahwa gambaran MoCA dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, tingkat keparahan stroke, dan status fungsional premorbid, tetapi
studi ini tidak mengevaluasi pengaruh marker neuroimaging yang sudah ada sebelumnya. Di
sisi lain, studi saat ini menunjukkan bahwa atrofi lobus temporal (bukan tingkat keparahan
stroke dan beban SVD) merupakan faktor terkait untuk gangguan kognitif dini pada pasien
dengan stroke iskemik ringan. Atrofi lobus temporal medial merupakan faktor klinis penting
terkait dengan perkembangan penyakit Alzheimer. Studi terbaru menunjukkan bahwa atrofi
lobus temporal medial adalah temuan radiologis pada pasien dengan gangguan kognitif dalam
jangka waktu 14 hari hingga 1 tahun setelah onset stroke. Menariknya, sebuah studi kohort
prospektif pasien dengan arteriopati dominan autosom serebral dengan infark subkortikal dan
leukoensefalopati, jenis umum dari demensia vaskular, melaporkan bahwa volume
hipokampus adalah prediktor bebas dari gambaran kognitif. Gangguan kognitif yang
mengikuti stroke umumnya dianggap berasal dari vaskular; namun, jika digabungkan, temuan
ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dengan gangguan kognitif pasca stroke
mungkin memiliki penyakit jenis penyakit Alzheimer secara berdampingan.
Studi kohort berbasis rumah sakit prospektif baru-baru ini menunjukkan bahwa skor
total MoCA memprediksi status kognitif jangka panjang, status fungsional, dan mortalitas.
Namun, hubungan antara subskor MoCA dan status fungsional belum diselidiki. Hubungan
antara komponen kognitif dan status fungsional membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
Dalam studi ini, jumlah dari 4 subskor MoCA, yaitu visuospasial/eksekutif, atensi, bahasa,
dan orientasi secara bebas dikaitkan dengan status fungsional, bahkan setelah disesuaikan
dengan tingkat keparahan stroke, berbagai faktor risiko, komorbiditas, dan marker MRI.
Selain itu, nilai batas dari jumlah 4 subskor MoCA untuk memprediksi status fungsional
terganggu adalah 13 poin dengan sensitivitas 76,5%, spesifisitas 81,1%, dan AUC 0,830
dengan menggunakan kurva ROC. Temuan kami mendorong pemeriksaan rutin terhadap
visuospasial/eksekutif, atensi, bahasa, dan orientasi dengan MoCA dalam kriteria stroke akut,
terutama mengingat singkatnya pendataan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, skor mRS pada saat keluar
dari rumah sakit tidak selalu mencerminkan prognosis jangka panjang. Hal ini mungkin
menyebabkan tidak sesuainya harapan nilai prediksi MoCA pada status fungsional. Kedua,
infeksi, demam, atau obat penenang, serta gangguan mood dan kecemasan depresi, mungkin
telah mempengaruhi gambaran kognitif.
Ketiga, adaptasi lintas budaya dan lintas bahasa tampaknya masuk kedalam hitungan
selama proses perkembangan MoCA-versi jepang, validitas adaptasi diperiksa dengan
sejumlah subjek berbasis klinis dan, oleh karena itu, kemungkinan artefak budaya dan
linguistik dalam penggunaan berbasis populasi tidak dapat dikesampingkan. Penelitian kami
dilakukan di pusat tunggal, yang dapat membatasi perwakilan kelompok dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, temuan ini harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati. Kelebihan penelitian ini
meliputi desain prospektif, penggunaan pasien berturut-turut, penggunaan kriteria inklusi
yang ketat, dan investigasi neuroimaging secara rinci, status kognitif premorbid, dan
kecacatan.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa, bahkan ketika pasien termasuk
yang terkena dampak ringan, kerusakan kognitif dini setelah stroke iskemik sering terjadi dan
dikaitkan dengan keparahan atrofi lobus temporal. Lebih lanjut, hanya 4 subskor MoCA yang
secara bebas dikaitkan dengan status fungsional dengan tambahan berbagai prediktor yang
telah ditetapkan dan pengelolaan yang tepat pada pasien dengan stroke iskemik ringan akut
harus dipertimbangkan.