RECONSTRUCTION
Oleh :
131621170502
Pembimbing :
Cedera ligamen adalah cedera yang sering terjadi pada pasien orthopaedi. Salah
satu cedera ligamen yang paling sering terjadi adalah cedera pada anterior cruciate
ligament (ACL). Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat
pada sendi lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah
pergeseran ke depan dari tulang tibia terhadap tulang femur. Setiap cedera yang
terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan kestabilan pada sendi lutut.1,2
Tata laksana cedera ACL berupa terapi non-operatif dan operatif. Terapi non-
pemakaian brace lutut, dan muscle strengthening exercise, sedangkan terapi operatif
tindakan penjahitan ligamen ACL sering mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan
karena ligamen ACL tidak memiliki fibrin sehingga setiap robekan yang terjadi tidak
dapat mengalami self healing. Rekonstruksi adalah metode operatif untuk mengganti
ligamen ACL dengan bahan yang lain (graft). Terdapat beberapa jenis graft yang
dapat digunakan, antara lain synthetic graft dan juga biological graft, biological graft
dibedakan menjadi 2 yaitu autograft dan juga allograft berdasarkan asal donor.1,2
stabilitas yang baik dan memiliki hasil yang memuaskan. Autograft yang dijadikan
sebagai gold standart dalam rekonstruksi ACL adalah BPTB (Bone Patellar Tendon
keunggulan berupa tidak adanya kehilangan struktur pada tubuh pasien dan juga
2
mencegah adanya transmisi penyakit dengan rehabilitasi yang cepat. Namun
sinovitis berat.1,2
Meskipun tidak ada graft yang dapat mengembalikan properti biomekanik dan
struktur normal dari ACL, graft yang dipilih untuk rekonstruksi ACL harus memiliki
properti mekanik dan struktur yang tepat sebagai pengganti ACL aslinya. Properti ini
biomekanik yang mendekati ACL aslinya. Berbagai macam faktor, seperti usia,
dari pembedah sendiri; dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan tipe graft
yang akan digunakan untuk rekonstruksi. Untuk pemilihan biologic graft terbagi
Agar pilihan graft dapat optimal, ahli bedah harus mengerti resiko dan keuntungan
dari tiap pilihan graft. Faktor-faktor seperti fungsi klinis dan fungsi dalam
namun ahli bedah juga mesti menjelaskan ke pasien mengenai perbedaan dalam
3
properti struktural, penyembuhan biologis, kekuatan fiksasi, dan morbiditas situs
I.1 Autograft
Autograft seperti bone patellar tendon bone dan tendon hamstring, telah menjadi
standar untuk rekonstruksi ACL. Autograft lebih dipilih dikarenakan kecilnya resiko
dari transmisi penyakit dan memiliki laju penyembuhan yang lebih baik dibanding
dengan allograft. Namun keuntungan ini juga mesti diimbangi dengan adanya donor
site morbidity.3,5
4
I.1.1 Autograft Bone-Patellar Tendon-Bone (BPTB)
Autograf BPTB diambil dari sepertiga Tengah dari patellar tendon, BPTB
mempunyai properti biomekanik yang mirip dengan ACL. Autograft BPTB memiliki
ultimate tensile-load dan kekakuan yang lebih besar dibandingkan dengan ACL,
namun memiliki luas penampang yang sedikit lebih kecil. Kecilnya luas penampang
dari graft BPTB merupakan salah satu alasan autograft tendon quadriceps lebih
dipilih. Autograft BPTB memiliki keuntungan yang jelas, namun kerugiannya juga
patella ataupun ruptur dari tendon patella saat pengambilan graft, dengan angka
insidensi 0 hingga 2% (fraktur graft patella) dan 0,24% (ruptur tendon). Pelepasan
bagian inferior dari patella pada pengambilan graft BPTB juga dapat mengakibatkan
fraktur patella sekunder. Efek langsung dari aspek anterior lutut ataupun tidak
terjadinya fraktur patella setelah pengambilan BPTB. Selain penutupan defek dengan
bone graft, defek patella pada akhirnya akan digantikan dengan jaringan ikat, yang
mana memiliki properti mekanik lebih rendah dibanding dengan tulang kortikal dan
memiliki ketahanan tensile yang lebih rendah, mengakibatkan risiko yang tinggi
terhadap fraktur patella dan ruptur tendon patella. Risiko dari fraktur dapat
5
Gambar 2. Pengambilan BPTB
Kerugian yang kedua dari autograft BPTB, yang juga harus diberitahukan pada
saat konseling preoperatif, yaitu risiko nyeri lutut anterior dan patellar tendinitis
pasca operasi. Penelitian randomized controlled trial dengan rentang waktu 8 tahun
menunjukkan nyeri yang meningkat saat berlutut (p<0,001) pada pasien yang
(p<0,05) dalam insiden nyeri lutut anterior setelah rekonstruksi ACL pada grup
autograft BPTB (52%) dibandingkan dengan grup autograft (17%). Namun perbedaan
ini tidak lagi signifikan setelah 3 tahun pasca operasi. Penelitian lain menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kedua grup tersebut. Penting diingat
untuk para ahli bedah agar menyampaikan komplikasi pascaoperasi pada pasien
6
olahragawan, ataupun profesi dan agama yang melibatkan banyak waktu untuk
berlutut.4,5
Kekurangan lain pada BPTB autograf adalah kelemahan otot quadriceps pasca
ACL dengan BPTB memiliki puncak torsi isokinetik yang lebih rendah dibandingkan
dengan pasien yang menjalani operasi dengan autograf hamstring tendon, yang diukur
quadriceps pada atlet yang menjalani rekonstruksi ACL dengan autograf BPTB
pasca operasi.4,5
lunak, autograft BPTB memiliki panjang yang statis diantara kedua sumbat
tulangnya. Panjang dari autograft BPTB harus sama dengan panjang dari tunnel yang
dibuat ditambah dengan jarak intraartikular. Namun, variasi panjang tunnel yang
dibuat ataupun variasi anatomis pada panjang tendon (patella alta/baja) dapat
menghasilkan ketidakcocokan graft dan tunnel. Oleh karena itu, untuk melakukan
7
pasien yang menjalani rekonstruksi ACL dengan menggunakan autograft BPTB
tidak adanya perbedaan laju artritis antara kelompok pengguna autograf tendon
hamstring dan autograf BPTB setelah rekonstruksi ACL. Kedua group mengalami
peningkatan Arthritis pada lutut yang terkena cedera dibandingkan dengan lutut yang
kontralateral. Oleh karena itu, efek traumatik dari cedera jelas merupakan penyebab
8
I.1.2 Autograft Tendon Hamstring
Tendon hamstring diambil dari sisi anteromedial dari lutut. Paling sering dari
insersi pes anserinus dan yang paling lazim diambil adalah tendon semitendinosus
dan gracilis. Pengambilan autograft tendon hamstring lebih disukai para ahli bedah,
dikarenakan risiko morbiditas situs graft seperti nyeri lutut anterior dan fraktur patella
dari ACL asli. Autograf tendon hamstring memiliki kekuatan tensile, kekakuan, serta
luas penampang yang lebih besar dibandingkan dengan graft lainnya, bahkan dengan
dikarenakan fiksasi bisa ditempatkan di mana saja sepanjang graft dan tersedia
berbagai pilihan teknik fiksasi jaringan lunak untuk pembedah. Namun terdapat
lebih rendah, kecilnya diameter tandon dapat meningkatkan risiko kegagalan. Dari
penelitian sistematik yang pernah dilakukan, bila graft tendon hamstring berdiameter
Mariscalco dkk, melaporkan kegagalan pada 14 dari 199 pasien yang menjalani
rekonstruksi ACL yang dilakukan pemasangan graft yang diameter < 8 mm,
dibandingkan dengan 0 dari 64 pasien yang menjalani operasi dengan diameter graft
> 8 mm. Oleh karena itu, graft dengan tendon hamstring dengan diameter ≤8 mm
9
seharusnya diberi tambahan allograft ataupun dilakukan pelipatan dari graft untuk
perbedaan pada torsi isokinetik puncak antara kelompok autograf BPTB dan tendon
hamstring pada 8 bulan pasca operasi. Namun studi lain menunjukkan bahwa torsi
isokinetik puncak hamstring lebih kecil pada group tendon hamstring dibandingkan
dengan grup BPTB, yang diteliti saat 5 tahun setelah rekonstruksi ACL.
penggunaan autograf tendon hamstring pada atlet level tinggi dikarenakan resiko
keterbatasan fungsi saat melakukan gerakan perubahan arah dalam kecepatan tinggi
Pelebaran tunnel juga menjadi masalah pada penggunaan graft tendon hamstring,
yang disebabkan oleh peningkatan laksitas dari graft. Penelitian secara sistematik
pada penelitian pasca operasi kurun waktu segera dan menengah, telah menunjukkan
adanya pelebaran tunnel femoral dan tibial secara radiografis pada pasien yang
belum jelas Apakah pelebaran tunnel berhubungan dengan pemilihan graft, atau
dikarenakan perbedaan fiksasi suspensori dan fiksasi bukaan pada tendon hamstring
10
dan BPTB. Fiksasi suspensory telah dihubungkan dengan peningkatan micromotion
diantara titik fiksasi yang disebut “bungee cord effect” pada penggunaan graft
hamstring adalah peningkatan laxity dari lutut. Sebuah penelitian acak terkontrol
>3mm pada 15% pasien grup autograft tendon hamstring, dibandingkan dengan grup
autograft BPTB yang hanya terdapat pada 5% pasien, diukur 3 tahun pasca operasi.
Peneliti juga menemukan 5 pasien dari grup autograf tendon hamstring dengan pivot-
shift test yang positif, sedangkan hal ini tidak didapatkan pada grup autograft BPTB.
Anderson dkk, juga menemukan laxity yang lebih besar pada grup autograft tendon
hamstring dibandingkan dengan grup BPTB setelah 2 tahun pasca operasi. Namun
penelitian lainnya tidak menemukan adanya perbedaan laxity pada kedua grup
autograft. 4,6
sangat rendah, penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan infeksi lebih tinggi pada
pasien dengan autograft hamstring. Judd dkk, pada penelitiannya ke 1615 pasien yang
menjalani rekonstruksi ACL (dengan jumlah pasien yang mendapat graft tendon
hamstring dan BPTP hampir sama), melaporkan bahwa terdapat 11 kejadian infeksi,
yang semuanya terjadi pada grup autograft tendon hamstring. Serupa dengan itu,
Maletis dkk, menunjukkan resiko surgical site infection pada group autograft tendon
11
hamstring 8,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan grup autograft BPTB, namun
tidak ditemukan perbedaan antara grup BPTB autograft maupun allograft. Meskipun
penyebab dari temuan ini masih belum jelas, hal ini bisa disebabkan oleh jahitan graft
yang dalam, sehingga memungkinkan benda asing masuk sebagai prekursor infeksi.
substansi graft menjadi lebih superfisial, dan secara teori dapat memberikan
rekonstruksi ACL. Graft jenis ini didapatkan melalui pemisahan sepertiga tengah
tendon quadriceps, lalu pembedah dapat memilih apakah mengambil patella sebagai
Keuntungan dari tendon quadrisep ini adalah besarnya luas penampang dari graft dan
rendahnya prevalensi nyeri lutut ataupun fraktur patella pasca operasi. Banyak
dengan BPTB. Adapun outcome klinis dan fungsional dari graft quadriceps tendon-
bone hasilnya hampir sama dengan graft tendon hamstring dan graf BPTB. 4,5
Dikarenakan graft tendon quadricep hanya memiliki satu sumbat tulang pada
tunnel, penyembuhan biologisnya mungkin tidak sebaik graft BPTB. Lebih jauh lagi
tendon dan kurvatura dari permukaan Superior patella serta keterlibatan dari bursa
12
Supra patella. Penelitian-penelitian terbaru yang sedang berlangsung memfokuskan
pada potensi keuntungan dan kerugian yang berhubungan dengan graft jenis ini pada
longus, yang cukup kuat dan panjang untuk menjadi pilihan autograft yang efektif
dalam rekonstruksi ACL). Hal ini disebabkan oleh fungsi sinergistik dari peroneus
longus dan peroneus brevis. Tendon peroneus longus ipsilateral digunakan sebagai
autograft untuk rekonstruksi ACL pada pasien dengan ruptur ACL akut yang disertai
dengan kerusakan ligament kolateral medialis (MCL) grade III. Sehingga, autograft
tendon peroneal menjadi alternatif yang dapat digunakan pada kasus kerusakan
evertor pergelangan kaki yang lebih efektif, sehingga yang digunakan dalam autograft
adalah tendon peroneus longus. Lokasi insisi kulit yang ditandai untuk mencapai
tendon peroneus adalah 2-3 cm di atas dan 1 cm di belakang maleolus lateralis. Insisi
dibuat melalui kulit, jaringan subkutan dan fasia superfisialis. Tendon peroneus
longus dan peroneus brevis dapat diidentifikasi. Lokasi pembagian tendo ditandai, 2-
peroneus brevis dijahit dengan jahitan end-to-side. Pada tendon peroneus longus
13
dilakukan stripping secara proksimal sekitar 4-5 cm dari caput fibular untuk
beberapa serabut ACL yang tersisa dijaga sebagai penanda untuk penempatan tunnel.
Persiapan tunnel femoralis dan tibialis dilakukan secara terpisah. Setelah dilakukan
pengeboran tunnel, implantasi tendon dengan diksasi graft pada sisi femoral dan tibia
dengan bioabsorbable screw setelah penekanan yang tepat. Hasil penelitian ini
pemantauan selama satu tahun, dengan keuntungan berupa diameter graft yang lebih
besar, hipotrofi tungkai yang kurang dan fungsi pergelangan kaki yang sangat baik
berdasarkan skor AOFAS (American Orthopedic Foot and Ankle Score) dan FADI
(Foot and Ankle Disability Index). Penelitian in vivo mengenai rekonstruksi ACL
dengan autograft peroneus longus serta dampak pada fungsi kaki dan pergelangan
kaki setelah intervensi masih sedikit sehingga diperlukan banyak penelitian lebih
lanjut terkait metode rekonstruksi ini untuk membuktikan efektivitas sumber graft ini
I.2 Allograft
Allograft telah lama digunakan dalam rekonstruksi ACL dan masih menjadi
pilihan yang terkadang tepat untuk pasien. Pilihan pengambilan allograft sama seperti
14
pada pengambilan autograf yang sudah dibahas sebelumnya, juga ditambah dengan
pengambilan dari tendon achilles dan tendon tibialis anterior ataupun tibialis
posterior. Biasanya allograft digunakan pada pasien yang usianya lebih tua dan
kurang aktif. Pada salah satu penelitian, menunjukkan bahwa di usia 40 tahun risiko
untuk terjadinya kegagalan rekonstruksi ACL hampir sama antara autografi maupun
allograft. Lebih jauh lagi pasien dengan laxity jaringan yang substansial ataupun
Keuntungan lainnya dari penggunaan allograft adalah tidak adanya donor site
morbidity dan rendahnya nyeri pasca operasi. Namun allograft memiliki beberapa
kegagalan tinggi pada pasien usia muda, risiko tertular penyakit, serta penolakan
imunologis dari tubuh. Saat mengambil allograft, perlu diperhatikan juga asal dari
berkembangnya synthetic graft sebagai alternatif dari penggunaan autograft dan juga
allograft. Keunggulan dari synthetic graft adalah tidak adanya struktur yang hilang
dari donor, dan juga mencegah risiko transmisi penyakit dari donor. Hingga saat ini
a. Generasi pertama
15
Ligament yang dibuat pada generasi pertama ini memiliki bentuk berupa
knitted (rajut), woven (anyaman) dan braided (kepang). Synthetic ligament pada
generasi pertama ini lebih mudah rusak dan juga cenderung akan semakin
b. Generasi kedua
Ligament yang dibuat pada generasi kedua memiliki tambahan struktur fiber
longitudinal dan juga fiber transversal pada bentuk rajutan, anyaman dan
adalah ketahanan abrasi yang rendah sehingga seringkali mengalami aus dan
memiliki masalah utama berupa adanya debris karena kerusakan ligament dan
c. Generasi ketiga
polyethilene Terephthalate namun dengan desain yang lebih spesifik. Untuk ACL
fiber yang digunakan akan memiliki bagian ekstra artikular dengan free
Generasi paling akhir dari synthetic graft memiliki indikasi yang berbeda
16
penggunaan synthetic graft generasi paling akhir ini harus dilakukan sesegera
mungkin pada pasien yang mengalami cedera akut. Penggunaan graft ini bukan
ligamen yang asli untuk mengalami healing. Oleh karena itu, synthetic graft
a. Carbon fibres
Carbon fibres memiliki angka kerusakan dan juga memicu respon radang
pada jaringan sekitar sehingga saat ini sudah jarang digunakan lagi. Ligamen
dari bahan ini memiliki resistensi yang rendah terhadap gaya torsi dan adanya
b. Gore-Tex
17
Gore-Tex terbuat dari single strand atau politetrafluoroetilena (PTFE).
Synthetic ligamen dari bahan ini memiliki kelebihan berupa fiksasi yang lebih
cepat dan juga early load bearing capacity. Bahan ini memiliki kekuatan
regangan sebesar 5300 N (lebih kuat dari bahan manapun). Namun bahan ini
c. Polyesther
Salah satu contoh produk yang terbuat dari bahan polyester adalah
proflex. Profelx ini pertama kali memiliki efek inflammasi yang lebih rendah
untuk operasi lutut pada pasien chronic knee instability. Pada penelitian
clinical trial bahan ini. Kelemahan dari bahan ini adalah resistensi yang lemah
terhadap abrasi dan juga gaya torsi yang pada akhirnya memicu perubahan
struktur graft dan menyebabkan infiltrasi jaringan yang tidak di harapkan pada
graft. 7,8
18
Gambar 6. Ligamen Sintetis Poliester20
d. Leeds-Keio
19
lekukan yang dapat memicu perkembangan jaringan ligamen. Tanpa
artifisial yang digunakan sebagai graft sintetis untuk rekonstruksi ACL, PCL,
digunakan pada tahun 1990an, tetapi masih jarang digunakan secara luas,
karena penelitian jangka panjang yang masih sedikit dan pengalaman negatif
mengurangi risiko ruptur. Terdapat dua jenis ligament LARS yang digunakan,
20
yaitu AC50DB dengan kekuatan 2.300 N dan diameter 5 mm, dan AC40DB
dengan kekuatan 1.700 N dan diameter 4 mm.e Pemilihan kedua jenis LARS
pasca operasi yang intensif dengan alat khusus. Berbagai laporan kasus
LARS. Akan tetapi, terdapat satu penelitian yang dilakukan pada stadium
21
Gambar 8. LARS17
Salah satu keuntungan dari synthetic graft adalah lebih mungkin dilakukan, lebih
nyaman, mengurangi risiko transmisi penyakit dan juga memiliki rehabilitasi yang
lebih cepat dibandingkan autograft dan juga allograft. Hal ini dikarenakan biological
Penyembuhan graft tendon di dalam tunnel tulang dilalui oleh proses transisi yang
kompleks, yang harus dilalui oleh 2 jaringan yang berbeda; tulang dan tendon. Selain
itu, dari segi struktur tempat transisi pada graft ACL sangat berbeda dibandingkan
mekanik yang kompleks. Tempat insersinya dibuat dari jaringan khusus yang secara
22
kekakuan jaringan disepanjang tempat insersi tendon ke tulang dikontrol oleh serat
kolagen dan peningkatan mineralisasi secara gradual. Insersi langsung dari ligamen
ke tulang seperti pada ACL memiliki perbedaan dibandingkan dengan ligamen dan
tendon, seperti medial collateral ligament (MCL) yang berjalan di sepanjang tulang
dan berinsersi secara tak langsung. Tempat insersi tak langsung ini tidak berubah
bertahap dari ligamen ke tulang seperti pada ACL, namun lebih mengandung serat
kolagen yang disebut Sharpey fibers, yang berorientasi oblik terhadap axis panjang
dari tulang dan ligamen dan berfungsi sebagai anchor diantara dua jaringan. 9,10
Pada rekonstruksi ACL, insersi alami dari ACL dijadikan sebagai tempat insersi
dari femur dan tibia. Namun dikarenakan graft diletakkan di tunnel tulang, komposisi
dan struktur dari insersi langsung tidak bisa di hasilkan kembali. Sebaliknya yang
hubungan antar graf-tunnel dan membentuk serat kolagen yang tegak lurus untuk
menahan gaya robekan pada tendon ke tulang. Serat kolagen yang tegak lurus Ini
23
menyerupai Sharpey fiber pada tempat insersi tak langsung. Pembentukan serat ini
dimulai saat 3 - 4 minggu setelah prosedur penggantian graft, dan ukuran serta
jumlahnya berhubungan dengan gaya tarikan graft. Sharpey-like fibers tetap ada
berlangsung, hingga pada akhirnya meliputi semua hubungan graft ke tulang. 9,10
Masa awal dari penyembuhan ialah respons inflamasi yang ditandai dengan
kembali ke sirkulasi dan netrofil muncul pada saat penyembuhan tendon ke tulang,
graft dan memproduksi sejumlah sitokin seperti TGF-β yang berpengaruh terhadap
jaringan parut menghasilkan hubungan tendon tulang yang lebih lemah secara
mekanis.
24
Gambar 5. Tendon Healing
imunohistologi yang signifikan. Terdapat infiltrasi dari makrofag dan sel stem dari
mengandung banyak jaringan granulasi, yaitu kolagen tipe III, dan juga produksi
faktor pertumbuhan, seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan fibroblas
group factor (FGF), yang menstimulasi angiogenesis dan fibroblas pada enthesis
tulang juga mengalami proses ossifikasi endokondral, dan sel kondrosit muncul di
dinding tunnel yang mendegradasi jaringan granulasi dan memproduksi kolagen tipe
2. Secara bertahap, jaringan granulasi digantikan oleh tulang lamellar yang matur dan
mesti beralih secara bertahap ke fase proliferasi. Kembali berolahraga terlalu dini dan
rehabilitasi yang terlalu agresif dapat menyebabkan micromotion pada graft di dalam
tunnel. Pergerakan antara graft dan tunnel ini dapat menghambat penyembuhan
25
Gambar 6. Mechanical Loading setelah rekonstruksi
Pembebanan mekanis terkontrol setelah resolusi fase inflamasi pasca operasi dapat
remodelling graft merupakan aspek yang membutuhkan perhatian khusus, dan telah
26
sel-sel inflamasi dan monosit, nekrosis
jaringan
Revaskularisasi (harian – mingguan) Stimulus angiogenik yang memicu formasi
pembuluh dan pembentukan parut
Fase Proliferasi (mingguan – bulanan) Peningkatan proliferasi sel, diferensiasi
fibroblast dan produksi matriks
ekstraselular
Remodelling Kolagen (bulanan – Remodelling dari serat kolagen
tahunan)
Penyembuhan graft ACL terjadi melalui empat fase. Fase pertama, yaitu respon
inflamasi akut yang didominasi oleh nekrosis iskemik. Fase kedua, ditandai dengan
diikuti dengan fase keempat, yaitu remodeling kolagen. Pada penggunaan synthetic
graft seringkali graft dianggap sebagai benda asing sehingga tubuh akan mengalami
reaksi penolakan yang berefek pada lambatnya proses healing dan dapat memicu
Rehabilitasi pada ACL telah mengalami perubahan selama beberapa dekade terakhir.
Terdapat beberapa tujuan utama dari rehabilitasi dari ACL, antara lain11 :
27
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan pada rehabilitasi pada pasien dengan
a. Fase akut
memperbaiki ROM, kekuatan otot, stabilitas dan juga propioseptif. Pada kasus
yang akut dapat dilakukan tatalaksana PRICE untuk mengurangi bengkak dan
juga nyeri. 11 Terdapat beberapa gerakan yang dapat dilakukan pada fase ini ,
antara lain :
Static quads/SLR
Ankle DF/PF/circumduction
Patellar mobilisations
b. Sebelum operasi
28
11
operasi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Ada beberapa hal yang
Imobilisasi lutut
Perbaikan ROM
Persiapan mental
Terdapat beberapa gerakan yang dapat dilakukan pada fase ini, antara lain :
29
Gambar 7. Gerakan Rehabilitasi Medis Sebelum Operasi
c. Setelah operasi
30
Setelah dilakukan operasi, tahapan rehabilitasi dibagi berdasarkan waktu pasca
operasi, yaitu :
bengkak, tujuan utama pada tahap ini adalah pasien bisa melakukan
3-4 minggu : pasien melakukan stance phase sebagai upaya melatih jalan
4-5 bulan : tahapan ini bertujuan untuk melatih kekuatan dan ketahanan
DAFTAR PUSTAKA
31
1. West RV, Harner CD. Graft selection in anterior cruciate ligament
2. Mariscalco MW, Magnussen RA, Mehta D, Hewett TE, Flanigan DC, Kaeding
CC. Autograft versus nonirradiated allograft tissue for anterior cruciate ligament
5. Dhammi, I. K., & Kumar, S. (2015). Graft choices for anterior cruciate ligament
reconstruction.
6. Beynnon BD, Johnson RJ, Fleming BC, et al. Anterior cruciate ligament
2012;84-A:1503–13.
32
7. Jia, Z. Y., Zhang, C., Cao, S. Q., Xue, C. C., Liu, T. Z., Huang, X., & Xu, W. D.
Disorders, 18(1), 309.
8. Legnani, C., Ventura, A., Terzaghi, C., Borgo, E., & Albisetti, W. (2010).
10. Scheffler, S. U., Unterhauser, F. N., & Weiler, A. (2008). Graft remodeling
13. Shi FD, Hess DE, Zuo JZ, Liu SJ, Wang XC, Zhang Y, Meng XG, Cui ZJ,
Zhao SP, Li CJ, Hu WN. Peroneus longus tendon autograft is a safe and effective
33
alternative for anterior cruciate ligament reconstruction. The journal of knee
14. Dhammi, Ish Kumar, and Sudhir Kumar. "Graft choices for anterior cruciate
Complex knee injuries treated in acute phase: long-term results using ligament
Jun;6(2):75.
ligaments for the acute management of 111 acute knee dislocations: effective
18. Ebert JR, Annear PT. ACL Reconstruction Using Autologous Hamstrings
Provides Good Clinical Scores, High Levels of Satisfaction and Return to Sport,
and a Low Retear Rate at 2 Years. Orthopaedic journal of sports medicine. 2019
Oct 30;7(10):2325967119879079.
34
19. Jenkins DH, Forster IW, McKibbin B, Ralis ZA. Induction of tendon and
ligament formation by carbon implants. The Journal of bone and joint surgery.
the anterior half of the peroneus longus tendon as a combined procedure for
the anterior cruciate ligament reconstruction of the knee. The Keio journal of
medicine. 2001;50(3):161-6.
35