Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Bidang Keperawatan
KONSELING HIV

Ketua Tim : MUHAMMAD RIFKY


1714201310009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN BILINGUAL

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

BANJARMASIN

2019
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada
obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat
menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita
sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar,
tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi
fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui
dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang
berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah
besar dari kehidupan kita semua.

1.2 Tujuan
Setelah diberi penyuluhan, sasaran mampu memahami dan mengetahui tentang
HIV/AIDS

1.3 Sasaran
Pelajar siswa/i MAN 2 Model Banjarmasin Kelas X

1.4 Waktu Dan Tempat Kegiatan


Tempat : Ruang Aula MAN 2 Model Banjarmasin
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Mei 2019
Waktu : 08.00 – 09.00
1.5 Jadwal kegiatan
No Waktu Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 Menit a. Mengucapkan salam pembukaan Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
d. Menyebutkan Materi Memperhatikan

2. 30 Menit a. Penyampaian materi Memperhatikan

3. 20 Menit Menyatakan Kepada Peserta tentang Materi yang Memperhatikan


telah diberikan, reinforcement kepada peserta Memberikan Pertanyaan

4. 5 menit a. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan Memperhatikan


b. Melakukan evaluasi mengakhiri kegiatan
c. Mengucapkan terima kasih dan salam Mendengarkan

Menjawab Salam
BAB 2
TEMA SAP

Bidang : Keperawatan
Topik : HIV
Sub Topik : Cara Penularan dan Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
Sasaran : Pelajar siswa/i MAN 2 Model Banjarmasin Kelas X
Tempat : Ruang Aula
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Mei 2019
Waktu : 08.00 – 09.00

2.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan siswa/I kelas X MAN 2 Model
Banjarmasin mampu mengetahui dan memahami tentang penyakit HIV/AIDS

2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat :
1. Setelah diberikan penyuluhan , sasaran dapat mengetahui Pengertian HIV/AIDS
2. Setelah diberikan penyuluhan , sasaran dapat menjelaskan Cara Penularan HIV.
3. Setelah diberikan penyuluhan , sasaran dapat mengetahui dan memahami tentang
Penyebab dan Gejala HIV.
4. Setelah diberikan penyuluhan , sasaran dapat mengetahui dan memahami tentang
Cara Pencegahan HIV.
5. Setelah diberikan penyuluhan , sasaran dapat mengetahui dan memahami tentang
Cara Penanganan HIV
6. Setelah diberikan penyuluhan , sasaran dapat mengetahui dan memahami tentang
Penyebaran Virus HIV dalam tubuh

2.3 Sasaran
Pelajar siswa/i MAN 2 Model Banjarmasin Kelas X
2.4 Pokok Materi (Terlampir)
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab dan Gejala HIV
3. Cara Penularan HIV
4. Cara Pencegahan HIV
5. Cara Penanganan HIV
6. Penyebaran Virus HIV dalam tubuh

2.5 Media
LCD
2.6 Metode
Ceramah
Tanya jawab
2.7 Kriteria Evaluasi
1. Peserta antusia terhadap pelaksanaan kegiatan dan menghadiri
2. Peserta memahami dan aktif bertanya

2.8 Kegiatan
No Waktu Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 Menit e. Mengucapkan salam pembukaan Menjawab salam
f. Memperkenalkan diri Mendengarkan
g. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
h. Menyebutkan Materi Memperhatikan

2. 30 Menit b. Penyampaian materi Memperhatikan

3. 20 Menit Menyatakan Kepada Peserta tentang Materi yang Memperhatikan


telah diberikan, reinforcement kepada peserta Memberikan
Pertanyaan
4. 5 menit d. Menyimpulkan materi yang telah Memperhatikan
disampaikan
e. Melakukan evaluasi mengakhiri kegiatan Mendengarkan
f. Mengucapkan terima kasih dan salam
Menjawab Salam

2.9 Pengorganisasian
Pembicara : Muhammad Rifky
Pembawa acara : Muhammad Rifky
Fasilitator : Muhammad Rifky
BAB 3
ISI MATERI

3.1 Pengertian HIV


HIV adalah singkatan dari  Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit.HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan
yang bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan
ini  juga akan membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani
hidup dengan normal. Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif,
pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari
infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
sudah hilang sepenuhnya.

HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi
genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu
dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan
replikasi.

Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan  penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan
merubahnya menjadi tempat  berkembang biak Virus HIV baru kemudian
merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah
kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

AIDS   (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau


efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan
dan sangat berbahaya.P e n y a k i t A I D S d i s e b a b k a n o l e h m e l e m a h
a t a u m e n g h i l a n g n y a s i s t e m k e k e b a l a n tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
3.2 Penyebab dan Gejala HIV
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa
seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan
peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar
mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA
(Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah,
ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama
laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi
pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun,
seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV,
namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu,
AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-
tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang
yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda
dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6
minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh
sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian
adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa
telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya
adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia).
Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai
TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala
seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang
kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,
yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai
Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada
sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah
kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung
(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan
kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan
Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit
lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami
penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka
pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka
wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah
penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang)
pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami
masa haid yang tidak teratur (abnormal).

3.3 Cara Penularan HIV

Cara penularan HIV  ada tiga :


1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan
resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.

2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.


a) Transfusi darah yang tercemar HIV
b) Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil,
saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini
belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya
terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat
lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang
telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.

Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi
menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan
tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih
kecil untuk terkena HIV.

3.4 Cara Pencegahan HIV


1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan
satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya
jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai
media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua
lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS,
sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan
virus AIDS.

3.5 Cara Penanganan HIV


1. Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat
tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai
tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk
menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang
dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan
anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak
menjalar dan menjadi semakin parah
2. Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas
permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan
hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu pemeriksaan
tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang berkiatan
dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling
untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi
(pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).

3.6 Penyebaran Virus HIV dalam tubuh

Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi genetik
virus dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi. Di dalam sel, Virus
berkembng biak pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan pertikel virus
yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor
biasanya, disebut sel CD4+ atu disebut limfosit T penolong. Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan menagatur sel-sel lain pada sistem kekebalan.
(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T stitostik), yang kesemuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga teradi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong melalui 3
tahap selama beberpa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.
Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada
orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat dalam luar darah. Meskipun
tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai kadar yang
stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan
penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak
kadar Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati orang-orang yang
berisiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis. Jika kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B
adalah limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV meyebabkan produksi
antibodi berlebihan. Antibodi yang diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain
ini banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan  Sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali dan sasaran baru yang harus diserang.
DAFTAR PUSTAKA

Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series


Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan pencegahan dan

pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai