KD. 3.5 MENGANALISIS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA
MASA ORDE BARU
KD. 4.5 MELAKUKAN PENELITIAN SEDERHANA TENTANG PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK DAN
EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA ORDE BARU DAN MENYAJIKANNYA DALAM BENTUK
LAPORAN TERTULIS
TUJUAN PEMBELAJARAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
1. KONDISI INDONESIA PADA Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui sejarah panjang
MASA TRANSISI 1966-1967 perjuangan para pahlawan kemerdekaan dalam menumpas penjajahan 350 tahun
Hindia Belanda. Memasuki fase kemerdekaan atau masa transisi di Indonesia,
serentetan kejadian yang melukai negeri juga bukannya tidak terjadi. Pasca
kemerdekaan, Indonesia kembali dihadapkan pada banyak pergolakan.
Sejarah Indonesia pasca kemerdekaan dapat dirunut berdasarkan garis waktu atau
timeline yang terjadi sepanjang masa perjuangan setelah kemerdekaan.
Pertengahan 1960-an merupakan masa transisi di Indonesia, dimana terjadi
pergantian kepemimpinan dari Ir. Soekarno kepada Jenderal Soeharto, atau kita
mengenalnya dengan sebutan orde baru. Pergolakan politik terbesar yang terjadi
dimulai ketika 7 perwira senior TNI tewas pada 30 September 1965 dengan dugaan
dibunuh oleh pemberontakan PKI.
Garis waktu yang pertama adalah masa 1966-1967 yang dikenal sebagai masa
transisi ke orde baru.
Orde baru sendiri lahir sebagai upaya untuk mengoreksi total penyimpangan yang
dilakukan pada masa Orde Lama. Di masa ini dimulai penataan kembali seluruh
aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia, melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen, serta menyusun kembali kekuatan bangsa
untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan.
Aksi-aksi Tritura
Pada masa transisi ini terjadi pergolakan politik, militer hingga lingkup sosial
masyarakat. Hal ini terbukti ketika para mahasiswa Jakarta membentuk organisasi
federasi bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berbagai tindakan
pemuda dan mashasiswa pada masa transisi ini salah satunya aksi Tritura, dimana
ada 3 tuntutan yang disampaikan kepada pemerintah, yaitu pembubaran PKI,
Pembersihan Kabinet dari Unsur G30 S PKI, dan Penurunan Harga atau Perbaikan
Ekonomi.
.
Surat Perintah Sebelas Maret atau (Supersemar)
Surat perintah ini diterbitkan sebagai akibat demonstrasi yang dilakukan pemuda
dan mahasiswa pada tanggal 11 Maret 1966, sehingga pemerintah mengadakankan
sidang kabinet dalam mengatasi krisis.
Pada 10 Januari 1967, Presiden menyampaikan surat kepada pimpinan MPRS yang
berisi Pelengkap Nawaksara (Pelnawaksara). Setelah membahas pelnawaksara pada
21 Januari 1967, pimpinan MPRS menyatakan bahwa Presiden telah alpa dalam
memenuhi ketentuan konstitusional. Sehingga, pada 22 Februari 1967 tepat pukul
19.30 Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi pengunduran dirinya.
Maka pada 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi Pejabat Presiden
Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution. Setelah setahun
menjadi pejabat presiden, Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 27 Maret 1968 dalam Sidang Umum V MPRS.
Dalam Sidang MPRS yang digelar sejak akhir bulan Juni sampai awal Juli 1966
memutuskan menjadikan Supersemar sebagai Ketetapan (Tap) MPRS. Dengan
dijadikannya Supersemar sebagai Tap MPRS secara hukum Supersemar tidak lagi
bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Presiden Soekarno. Bahkan sebaliknya secara
hukum Soeharto mempunyai kedudukan yang sama dengan Soekarno, yaitu
Mandataris MPRS.
Melalui Surat Perintah Sebelas Maret tahun 1966 (Supersemar) yang memberi
makna orde baru , akhirnya Presiden Soekarno menyerahkan mandat kepemimpinan
negara kepada Jendral Soeharto. Sejak itulah era pemerintahan yang dikenal dengan
nama Orde Baru dimulai. Melalui tangan Presiden Soeharto, berbagai kebijakan orde
baru dibuat untuk memulihkan kondisi negara dalam berbagai bidang yang saat itu
kacau balau. Untuk mencapai tujuan Orde Baru, ada beberapa kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah khususnya Presiden Soeharto dalam berbagai bidang,
antara lain:
Untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada waktu itu yang berada dalam
keadaan terpuruk, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan pada orde baru
yang menjadi ciri pokok orde baru seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Program
Keluarga Berencana dengan slogan “Dua Anak Cukup”, transmigrasi, dan gerakan
wajib belajar 9 tahun.
Beberapa hal yang menjadi bagian dari kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan
orde baru yaitu:
1. Repelita
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah kebijakan orde baru dalam
bidang ekonomi yang dimulai pada tahun 1969 sampai tahun 1994. Upaya
pemerintah orde baru untuk meningkatkan ekonomi secara nasional berhasil
dengan menggunakan Repelita, diantaranya terwujudnya swasembada pangan
nasional pada tahun 1984. Repelita dibagi menjadi beberapa tahap Pelita
(Pembangunan Lima Tahun) seperti berikut ini:
Pelita I yang dimulai pada 1 April 1969 – 31 Maret 1974 untuk meningkatkan taraf
hidup rakyat dan menekankan pembangunan pada bidang pertanian.
Pelita II dimulai pada 1 April 1974 – 31 Maret 1979 yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebanyak rata – rata 7 persen setahun.
Pelita III sejak 1 April 1979 – 31 Maret 1984 yang menekankan tujuan Trilogi
Pembangunan.
Pelita IV sejak 1 April 1984 – 31 Maret 1989 berhasil melaksanakan keluarga
berencana dan swasembada pangan serta perumahan.
Pelita V dimulai pada 1 April 1989 – 31 Maret 1994 menyasar sektor pertanian dan
industri untuk ekspor.
Pelita VI yang bertujuan untuk membangun sektor pertanian dan industri ekspor.
2. Trilogi Pembangunan
Selain itu juga adanya wacana pembangunan nasional dalam istilah Trilogi
Pembangunan yang dijadikan landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi dan
sosial dalam pelaksanaan pembangunan negara. Ada tiga aspek dalam trilogi
pembangunan yaitu:
Tujuan dasar dari kebijakan orde baru adalah pembangunan ekonomi negara
dengan bergabung kembali ke dalam jajaran ekonomi dunia yaitu menjadi anggota
IMF (International Monetary Fund), menjadi anggota PBB kembali dan anggota Bank
Dunia pada kurun waktu akhir tahun 1960an. Langkah ini akhirnya memulai aliran
bantuan keuangan dan bantuan asing dari negara Barat dan juga Jepang ke
Indonesia. Kemudian untuk mengatasi hiperinflasi, Soeharto mengandalkan para
teknokrat ekonomi yang sebagian besar dididik di Amerika Serikat untuk membuat
rencana guna memulihkan ekonomi.
Pada akhir 1960an penciptaan stabilitas harga dilakukan melalui kebijakan yang
melarang pendanaan domestik dalam bentuk hutang atau pencetakan uang. Juga
membebaskan kontrol pasar untuk memulihkan mekanisme pasar bebas,
menerapkan UU Penanaman Modal Asing pada 1967 dan UU Penanaman Modal
Dalam Negeri pada 1968. Penetapan kedua UU ini mengundang investor sehingga
pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 10% di tahun 1968.
Kebijakan orde baru tetap menjaga pertumbuhan ekonomi tahunan yang cepat
diatas angka 5%. Indonesia saat itu juga mendapat keuntungan secara signifikan dari
perdagangan minyak di tahun 1970an sehingga sektor publik mampu berperan besar
dalam perekonomian dengan berinvestasi dalam pembangunan daerah, sosial,
infrastruktur dan mendirikan industri dalam skala besar. Namun sebagai akibat dari
rakyat yang merasa diabaikan dari keuntungan ini terjadi sejarah peristiwa Malari
pada tahun 1974, yang berawal dari protes terhadap banyaknya pemodal asing di
Indonesia. Sejak itu aturan mengenai investasi asing diperketat dan diganti dengan
kebijakan memberi perlakuan khusus terhadap pribumi.
Hutang luar negeri bertambah dengan jatuhnya harga minyak sejak awal 1980an dan
reposisi mata uang pada tahun 1985 sehingga pemerintah harus melakukan
berbagai kebijakan orde baru untuk memulihkan kondisi makroekonomi. Berbagai
tindakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi didorong oleh ekspor, seperti
pembebasan bea cukai termasuk impor dan pengulangan devaluasi rupiah. Selain itu
pemerintah juga mengizinkan berbagai pendirian bank swasta baru, kebebasan bank
asing beroperasi di luar Jakarta, yang kemudian justru menjadi masalah yang
menambah krisis di Indonesia pada akhir 1990an, selain dari berbagai
penyimpangan pada masa orde baru yang juga menjadi faktor penyebab runtuhnya
orde baru dan akhir masa pemerintahan Orde Baru.
Keamanan
Pada Era Orde Baru, pemerintah mengeluarkan kebijakan politik menjadi dua, yaitu
kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri. Dimana, masing-masing kebijakan
tersebut dikeluarkan berdasarkan dengan kebutuhan dari kondisi negara Indonesia
yang idealnya menguntungkan dan mengedepankan kepentingan rakyat banyak.
Bersamaan dengan hal tersebut pemerintah juga berusaha untuk segera mengurusi
hutang luar negeri dan mencari hutang lagi dengan bunga rendah agar bisa
melakukan rehabilitasi dan juga untuk pembangunan ekonomi sampai periode
berikutnya. Kebijakan ini akhirnya menunjukan keberhasilan dalam mengatasi
hiperinflasi yang semula 650 % pada tahun 1966 menjadi 8,88% pada tahun 1971.
Pembangunan yang besar ini telah membawa dampak positif, sehingga bisa
dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Adapun, beberapa dampak positif dari
kebijakan-kebijakan yang ada tersebut antara lain :
4. RASA CINTA TANAH AIR Sikap cinta tanah air adalah suatu perwujudan kasih sayang dan suatu rasa cinta
DAN BANGSA terhadap tempat kelahiran atau tanah airnya. Rasa cinta tanah air adalah rasa
kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang
dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat dimana ia tinggal.
Cinta tanah air, tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat atau budaya yang ada di negaranya dengan melestarikannya dan
melestarikan alam dan lingkungannya.
5. NILAI PETRIOTISME DAN (1) Sikap Berani, (2) Rela Berkorban, (3) Membela Kebenaran (4) Turut mewujudkan
RELA BERKORBAN YANG kemajuan yang Cinta Tanah Air, (5) Berjiwa Besar, (6) Kerja Sama dan Tanggung
DITUNJUKAN TOKOH- Jawab, (7) Menjaga Persatuan dan Kesatuan
TOKOH PEJUANG