A. PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya kekurangan gizi, yang dapat merupakan
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah. Faktor penyebab
langsung yang utama adalah tingkat konsumsi makanan yang sering tidak memenuhi
jumlah maupun komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi
seimbang, dan aman.
Faktor utama tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan
oleh tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan beragam sepanjang
waktu dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau oleh semua rumah tangga sangat
menentukan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan tingkat konsumsi makanan
keluarga. Faktor utama penyebab langsung lainnya adalah adanya penyakit infeksi yang
berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan, yang dipengaruhi antara lain sanitasi dan penyediaan air bersih, kebiasaan
cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok dan sirkulasi udara
dalam rumah yang baik, ruangan dalam rumah terkena sinar matahari dan lingkungan
rumah yang bersih. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah pola asuh bayi dan anak
serta jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
1
Faktor-faktor berpengaruh tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, akses
informasi dan tingkat pendapatan keluarga, yang dapat terjadi sebagai akibat dari
ketidakstabilan ekonomi, politik, dan sosial dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat
kesejahteraan rakyat, yang tercermin dari rendahnya konsumsi pangan dan status gizi
masyarakat. Oleh karena itu, mengatasi masalah gizi masyarakat merupakan salah satu
tumpuan penting dalam pembangunan ekonomi, politik, dan kesejahteraan sosial yang
berkelanjutan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan
yang harus kita tangani dengan serius. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas
dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 17% dan
prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32,9% pada tahun 2019. Hasil Riskesdas
dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana
underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8%
menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%.
Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Stunting terjadi karena
kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat,
yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit
dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Sehingga akan
mudah mengalami kekurangan gizi.
2
Masih ditemukannya kasus balita gizi buruk di wilayah kerja khususnya puskesmas
leuwiliang maka untuk menanggulangi masalah gizi buruk tersebut harus dilakukan
penangnan.
C. TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus program pelayanan center klinik gizi :
1. Melaksanakan penyediaan makanan biasa dan diet khusus sesuai syarat gizi.
2. Melakukan penyuluhan/konseling gizi
3. Melakukan evaluasi gizi bagi pasien center klinik gizi
4. Melakukan pelaporan kegiatan center klinik gizi.
3
F. SASARAN
Sasaran kegiatan adalah seluruh pasien center klinik gizi yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Leuwiliang.
Untuk Pelaksanaan center klinik gizi disesuaikan dengan jadwal buka center klinik
gizi.