Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


(MAKP)

NAMA KELOMPOK :

1. ALFINA NOVIANTI (18E10004)


2. PUTU ARWISA ANGGRA DEWI (18E10006)
3. NI PUTU AYU MITHA PRATAMA DEWI (18E10008)
4. NI LUH DIAH ANGGRENI (18E10011)
5. DESAK AYU PUTU INDAH PEBRIANI (18E10017)
6. NI LUH WAHYUNI ULANDARI (18E10023)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI & KESEHATAN BALI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH MANAJEMEN
KEPERAWATAN KONSEP MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
(MAKP)” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang ikut membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga
makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 27 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
di rumah sakit yang mempunyai peranan besar terhadap pencapaian efisiensi, mutu
dan citra rumah sakit di mata masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
pengertian pasien akan kemampuan melaksanakan kegiatan secara mandiri. Kegiatan
itu dilakukan dalam usaha mencapai peningkatan kesehatan dengan penekanan pada
upaya pelayanan kesehatan yang memungkinkan setiap individu mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif (Aditama, 2002). Perawat merupakan salah
satu tenaga profesional yang jumlahnya terbanyak di rumah sakit, sehingga perlu
upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui upaya peningkatan pelayanan
keperawatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Putra S yang menyatakan bahwa
tantangan pelayanan kesehatan di Indonesia adalah bagaimana memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pasien ( Ester Nunuk, 2009 ). Jadi dalam pelayanan keperawatan
diperlukan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi yaitu manajemen keperawatan.

Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk


memberikan asuahan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan
sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang dan
berkesinambungan.
Banyaknya tuntutan dalam pengembangan pelayanan kesehatan di masyarakat
umum, termasuk didalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus
dipahami dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu bekerja
secara nyata dan diterima dalam memberikan pelayanan yang berkemanusiaan sesuai
ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah
melakukan manajemen keperawatan dengan harapan, adanya pengelolaan yang sesuai
dan mampu mengefektifkan pembagian pelayanan keperawatan dengan lebih
menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
Namun perlu disadari, tanpa adanya kerjasama dalam mewujudkan dan
mengelolanya, maka tulisan ini hanyalah menjadi teori semata. Untuk itu, penyusun
tertarik untuk membahas Konsep Dasar Manajemen Model Asuhan Keperawatan
Profesional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman definisi asuhan keperawatan profesional MAKP?
2. Apa saja faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP?
3. Bagaimana metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan
professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan?
4. Bagaimana model dalam sistem pemberian asuhan keperawatan pada MAKP?
5. Bagaimana aplikasi Model Asuhan Keperawatan Profesional?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian asuha keperawatan professional MAKP.
2. Mengetahui factor yang berhubungan dalam perubahan MAKP.
3. Mengetahui metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan
professional dan metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan.
4. Mengetahui model dalam sistem pemberian asuhan keperawatan pada MAKP.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan
nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996).
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang meliputi
struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan
keperawatan sebagai suatu model berarti sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam
praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit (Sitorus, 2006).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni:
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam
menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produk/ jasa layanan keperawatan.
Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen (mandiri), maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).

B. Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP


1. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu bicara mengenai
kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen;
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
c. Mempertahankan eksistensi institusi;
d. Meningkatkan kepuasan kerja;
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan;
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standar.
2. Standar praktik keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995) yang terdiri
atas beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commission on Accreditation of Health
Care Organisation (1999: 1; 4: 249-54) terdapat 8 standar tentang asuhan
keperawatan yang meliputi (Novuluri, 1999; 4: 249-54):
a. Menghargai hak-hak pasien;
b. Penerimaan sewaktu pasien masuk Rumah Sakit (SPMRS);
c. Observasi keadaan pasien;
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif;
g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan.
3. Model Praktik,
a. Praktik keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di Rumah Sakit dengan sikap dan
kemampuannya.
b. Praktik keperawatan rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/
asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan Rumah Sakit.
c. Praktik keperawatan berkelompok
Bentuk praktik keperawatan ini dipandang perlu di masa depan, karena adanya
pendapat bahwa rawat Rumah Sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya
perawatan di Rumah Sakit diperkirakan akan terus meningkat.
d. Praktik keperawatan individual
Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/ golongan
masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan,
khususnya yang dikembangkan pemerintah.

C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka
metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin,
Thomas, & Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, dan keperawatan primer.
Terdapat 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143).
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
a. Sesuai visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga, dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah
model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaanya
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan
akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat
dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas,
dan pengawasan yang baik;
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan pada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.

Kekurangan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihan:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kekurangan:
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer


Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri;
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan
dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang
kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kekurangan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai displin ilmu.

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus


Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive care.
Kelebihan:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus;
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangan:
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab;
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
D. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berikut ini akan dipaparkan beberapa pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap.
1. Metode rasio
Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan dan sering digunakan karena
sederhana dan mudah. Namun, ada kelemahannya yaitu hanya mengetahui jumlah
perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas perawat dan kapan
tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit Rumah Sakit.
2. Metode need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk menghitung
kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan
kepada pasien selama di Rumah Sakit.
3. Metode demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat.
4. Menghitung tenaga perawat berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)
Konsep ini didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun,
artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam periode 52 minggu.
Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun nonproduktif, sedangkan
yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien
yang didasarkan pada tingkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah
jam perawat yang dibutuhkan.
E. Penghitungan Beban Kerja
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat anatara
lain :
1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
3. Rata-rata hari perawatan
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien
6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
Ada tiga cara dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara personel antara lain
sebagai berikut.
1. Work sampling
Teknik ini digunakan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang dipangku
oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga tertentu.
Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari
sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena besarnya jumlah pengamatan kegiatan
penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel pengamatan kegiatan penelitian.
Artinya data cukup besar dengan sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik.
Jumlah pengamatan dapat dihitung.
2. Time and motion study
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang
dilakukan oleh peringkat kusonel yang sdang kita amati. Melalui teknik ini akan
didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau bisa juga
digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang ditetapkan secara
baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit.
3. Daily log
Daily log atau pencatatan kegiatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana
work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati.
Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan tersebut. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang
diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.
F. Aplikasi Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Perubahan model sistem pemberian asuhan keperawatan sejalan dengan perkembangan


dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, model sistem asuhan
keperawatan juga harus berubah menuju praktik keperawatan profesional. Model sistem
asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah metode tim, primer, kasus dan
gabungan (moduler) (Nursalam, 2014).
Berikut langkah-langkah pengelolaan MAKP:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data bisa didapatkan dari sumber daya manusia (M1-Man), jumlah
tenaga di ruangan Rumah Sakit, kebutuhan tenaga, penghitungan BOR (Bed
Occupacy Rate), diagnosis penyakit terbanyak, dan penghitungan beban kerja
perawat.

2. Analisis SWOT
Pada analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
a. Pengisian item IFAS dan EFAS.
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada
dalam pengumpulan data. Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS
(internal factors) yang meliputi aspek Weakneses serta Strength dan faktor EFAS
(external factors) yang meliputi aspek Opportunity serta Threatened.
b. Bobot
Pemberian bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi
perusahaan/ Rumah Sakit.
c. Peringkat (Rating)
Data rating didapatkan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan pengukuran
langsung.
3. Identifikasi Masalah
Identifikasi setiap masalah berdasarkan ketenangan (M1), sarana dan prasarana (M2),
Metode (M3), prioritas masalah, dan mutu (M5).
4. Perencanaan (rencana strategis)
a. Pengertian
Supriyanto dan Damayanti (2007) menjelaskan perencanaan strategis merupakan
bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai
tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan
yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan
adaptif dalam tuntutan perubahan.
b. Penyusunan perencanaan strategis
Proses perencanaan strategis meliputi tiga tahap yaitu:
1) Perumusan yang meliputi pembagian misi, penentuan tujuan utama, penilaian
lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta pemilihan alternative;
2) Penerapan; dan
3) Pengendalian.
c. Indikator perencanaan strategis
Supriyono dan Damayanti (2007) menyatakan bahwa perencanaan strategis yang
berhasil efektif dan efisien dapat didasarkan pada:
1) Pemahaman, visi, misi, dan tujuan organisasi;
2) Pemahaman lingkungan eksternal organisasi (peluang dan ancaman);
3) pemahaman kemampuan sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan);
4) penguasaan manajemen efektif, dan dapat dipengaruhi oleh budaya organisasi.
d. Faktor yang mempengaruhi perencanaan strategis
Menurut Asmarani (2006) ada tiga faktor yang mempengaruhi perencanaan
strategis, di antaranya:
1) Faktor manajerial
2) Faktor lingkungan
3) Budaya organisasi
5. Pelaksanaan
Penerapan MAKP sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagaimana
tertuang dalam GANN chart.
6. Evaluasi
a. Evaluasi struktur.
b. Evaluasi proses.
c. Evaluasi hasil.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang
meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur
lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan sebagai suatu model berarti
sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan
profesional di Rumah Sakit (Sitorus, 2006).
Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP meliputi,
Model Praktik, Standar praktik keperawatan ,dan Kualitas Pelayanan
Kesehatan.

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat


ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem
pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.Ada beberapa metode
sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, model yang umum
digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim,
dan keperawatan primer.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai