Kelaianan sistem
Motorik
6. Gejala Klinik
a. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada paralisis agitans. Tremor biasanya
bermula disatu ekstermitas atas dan kemudian melibatkan ekstermitas bawah pada
sisi yang sama, beberapa waktu kemudian sisi lainnya juga terlibat dengan urutan
yang serupa. Kepala,bibir dan lidah sering tidak terlibat, atau terlibat pada stadium
penyakit yang lanjut. Frekuensi tremor parkinson berkisar antara 4-7 gerakan
pemenit. Tremor terutama timbul bila penderita dalam keadaan istirahat dan dapat
ditekan untuk sementara bila ekstermitas digerakan. Sering dapat dihentikan
sebentar bila diusahakan. Tremor nebjadi bertambah hebat dalam keadaan emosi
dan menghilang bila tidur.
b. Rigiditas
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstermitas atas, dan hanya
terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila pergelangan di fleksi dan
ekstensi secara pasif dan pronasi serta supinasi lengan bawah secara pasif. Pada
stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga memberikan
tahanan bila persendian-persendian digerakan secara pasif.
Rigiditas merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada otot
antagonis dan agonis.
Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi lengan bila
berjalan.
Meningkatnya tonus otot pada sindrom parkinson disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas neuron motorik alfa.
c. Bradikinensia (gerakan menjadi lamban)
Pada bradikinensia, gerakan voluntar menjadi lamban dan memulai suatu
gerakan menjadi sulit. Didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan. Sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lamban mengenakan pakaian,
lambat mengambil suatu obyek. Ekspresi atau mimik muka berkurang (seolah
muka topeng). Bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Gerak halus
sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil menjadi sulit dan
menghilang.
Bradikinensia merupakan hasil dari gangguan integrasi pada impuls optik,
labirin, proprioseptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal, ini
mengakibatkan berubahnya aktivitas refleks yang mempengaruhi neuron motorik,
gamma dan alfa.
d. Migrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara gradual
menjadi kecil dan rapat.
e. Sikap parkinson
Bradikinensia mengakibatkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam fleksi, kepala
difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung ke depan,
dan lengan tidak melengkung bila berjalan.
f. Bicara
Rigiditas dan bradikinensia otot pernapasan, pita suara, otot faring, lidah dan
bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan
volume kecil, yang khas pada penyakit parkinson.
g. Disfungsi autonom
Dapat terjadi disfungsi autonom karena berkurangnya secara progresif sel-sel
neuron di ganglia simpatis. Ini mengakibatkan keringat berlebihan, gangguan
spingter terutama inkontenesia dan hipotensi ortostatik.
h. Demensia
Penderita penyakit parkinson idiopatik banyak yang menunjukkan perubahan
status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospasial merupakan
defisit kognitif yang sering dilaporkan pada penyakit parkinson. Gangguan mental
ini dapat pula disertai halusinasi visual atau auditoar dan waham.
7. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Tidak ada test khusus untuk mendiagnosa penyakit Parkinson, Hasil diagnosa
didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan fisik.
a. Management Umum
Therapi fisik : untuk memelihara hubungan mobilitas dan gaya berjalan yang
normal.
b. Therapi obat-obatan
Peraturan tentang therapi pharmachologic kompleks dan memerlukan
pengetahuan tentang itu dan pengalaman dari seorang dokter berkwalitas. Beberapa
jenis obat dapat mengurangi gejala penyakit parkinson; anticholenergics, obat anti
alergi, obat dopaminergic, dan dopamine agonists. Sebab efek samping dari
beberapa obat dapat membahayakan, Pemberian obat harus diatur dengan teliti.
Anticholinergics : (menghalangi efek acetylcholine di dalam CNS; berpengaruh
atas terjadinya tremor dan kekakuan otot tetapi sering efeknya sedikit di dalam
mengendalikan bradykinensia dan masalah keseimbangan); Trihexyphenidyl HCL
(artane); cycrimine (pagitine);procyklidine (kemadrin); hiperiden (Akineton);
Benztopine Mesyiate ( Cogentin).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Anamnesa:
- Umur
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
b. Keluhan Utama: kelemahan, lupa ingatan, tidak mampu mengingat peristiwa
dengan lengkap, depresi, Gangguan menelan, kehilangan BB , kegagalan otot
cricopharingeal untuk relaksasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: kelemahan, lupa ingatan, tidak mampu mengingat
peristiwa dengan lengkap, depresi, Gangguan menelan, kehilangan BB , kegagalan
otot cricopharingeal untuk relaksasi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: Tremor, kaku otot, perubahan postur, perubahan
autonom, perubahan sekunder lain, gangguan psikologis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Data Subjektif Data Objektif
Kerusakan mobilisasi fisik Melaporkan Tremor, berkurangnya
b.d tremor otot dan ketidakmampuan untuk pergerakan, bradikinensia,
kekakuan otot, gangguan melakukan aktifitas harian gangguan gaya berjalan ,
gaya berjalan dan atau berpartisipasi dalam rigiditas.
bradikinensia ADL, otot menjadi spasme
dan kaku.
Tidak efektifnya koping Melaporkan sulit coping Tidak ada selera makan,
individu b.d depresi, dengan penyakit cepat marah, insomnia,
disfungsi akibat tidak berminat terhadap
perkembangan penyakit. aktivitas sosial.
3. PERENCANAAN
a. Pasien akan menunjukkan mobilisasi maximum
b. Pasien akan meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sehari-hari.
c. Pasien akan menunjukkan kecukupan atau peningkatkan nutrisi sesuai dengan umur
dan ukuran tubuhnya.
d. Pasien dapat berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
e. Pasien akan menunjukkan koping yang efektif.
4. IMPLEMENTASI
a. Diagnosa 1
1) Program latihan harian progresif untuk meningkatkan kekuatan otot,
memperbaiki koordinasi dan ketrampilan, mengurangi kekauan otot dan
mencegah kontraktur.
2) Latihan untuk mobilisasi sendi, misalnya bersepeda statis, berjalan.
3) Ajarkan untuk berjalan dengan postur tegak, memandang kedepan, dan
mengurangi kuda-kuda berjalan yang lebar untuk mencegah jatuh.
4) Latihan postural melawan kecendrungan kepala dan leher tertarik kedapan dan
menunduk.
5) Mandi hangat dan masase untuk membantu merilekskan otot.
b. Diagnosa 2
1) Ajarkan tentang aktivitas kehidupan sehari-hari
2) Modifikasi lingkungan untuk mengkompensasi terhadap ketidakmampuan
fungsional.
c. Diagnosa 3
1) Tetapkan rutinitas defikasi regular
2) Tingkatkan masukan cairan; makanan yang cukup mengandung serat.
3) Berikan dudukan toilet yang telah ditinggikan untuk memudahkan aktivitas
toileting.
d. Diagnosa 4
1) Permudah kegiatan menelan dan cegah aspirasi dengan meminta pasien duduk
dalam posisi tegak selama waktu makan.
2) Berikan diet semipadat dengan cairan kental yang memudahkan untuk ditelan.
3) Ingatkan pasien untuk menahan kepala agar tetap tegak dan membuat upaya
sadar menelan untuk mengontrol pengumpulan saliva.
4) Pantau berat badan setiap minggu.
e. Dianosa 5
1) Ingatkan pasien untuk menghadap pada pendengar
2) Pertegas pelafalan kata-kata
3) Bicara dalam kalimat pendek
4) Tarik napas dalam beberapa kali sebelum berbicara.
5. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawanan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
6. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Mobilisasi fisik maximum
b. Mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Eliminasi normal
d. Status nutrisi normal
e. Mekanisme koping positif.
7. PENDIDIKAN PASIEN
a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga penyabab, gejala dan perawatan penyakit
parkinson.
b. Ajarkan kepada pasien dan keluarga nama obat dan dosis, frekuensi, tujuan, dan
efek samping.
c. Nasehati keluarga bahwa obat harus diminum juga harus makan untuk mengurangi
iritasi lambung dan nausea.
d. Tekankan perlunya untuk latihan setiap hari dan pentingnya berpartisipasi dalam
therapi fisik.
e. Tekankan perlunya kalori yang tinggi, diet lunak, instruksikan pasien makan pelan-
pelan dan menggigit makan dengan potongan yang kecil.
f. Ajarkan pasien dan keluarga perlindungan terhadap keselamatan untuk mencegah
jatuh.
g. Motivasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial.
h. Menekankan arti pentignya rawat jalan yang berkelanjutan (seperti berkunjung ke
dokter, terapi fisik, ocupasi dan terapi suara).
DAFTAR PUSTAKA
Kemp Charles. 2010: Klien Sakit Sterminal Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Prince & Wilson Lorraine M. 2005: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Saputra Lindon. 2009: Kapita Salekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru. Binarupa Aksara