METODE
Model pengembangan yang digunakan adalah evaluasi formatif Tessmer (Jurnaidi & Zukardi, 2017).
Pelajaran ini
Terdiri dari 2 tahap yaitu tahap pendahuluan, dan tahap evaluasi formatif (prototyping) yang
termasuk tinjauan ahli, satu-ke-satu, dan kelompok kecil serta uji lapangan (resistensi tinggi dalam
revisi)
tahap. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa VIII SMP Negeri 6 Padangsidimpuan tahun
2018/2019
tahun ajaran dan objek dalam penelitian ini adalah masalah matematika model PISA on the Change
dan
Konten hubungan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa. Dalam penelitian ini apa
yang telah dikembangkan
adalah masalah matematika model PISA pada materi Materi Change and Relationship di
bentuk aljabar, perbandingan, dan aritmatika sosial dengan menggunakan karakteristik soal PISA.
Objeknya
Dalam penelitian ini masalah matematis model PISA akan diukur pada konten Change and
Relationship
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan materi bentuk aljabar, perbandingan, dengan
menggunakan karakteristik
Pertanyaan PISA.
Pengembangan soal PISA dikatakan berkualitas jika memenuhi tiga pertanyaan valid, reliabel, dan
praktis
aspek. Butir Soal yang baik memiliki tingkat validitas yang baik jika tingkat validitas minimal yang
dicapai berada pada
kategori yang valid. Jika tingkat validitas di bawah kategori cukup, maka revisi akan didasarkan pada
masukan dari
validator. Revisi dilakukan agar soal yang dikembangkan valid
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh 6 item yang valid, dengan reliabilitas tes kemampuan pemecahan
masalah itu
adalah, r11 = 0,807 dengan interpretasi reliabilitas yang sangat tinggi.
Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan uji coba one-to-one yang dilakukan setelah instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis divalidasi oleh para ahli. Implementasi one-to-one
diujicobakan pada tiga
siswa kelas VIII-4 di SMP Negeri 6 Padangsidimpuan dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Kemudian
diujikan pada kelompok kecil yang terdiri dari enam siswa kelas VIII-3 di SMP Negeri 6
Padangsidimpuan, dua siswa dengan
kemampuan tinggi, dua siswa dengan kemampuan sedang, dan dua siswa dengan kemampuan rendah.
Pertanyaan yang ada
Telah diujicobakan pada siswa bertujuan untuk mencari komentar atau saran tentang keterbacaan
pertanyaan tersebut sehingga
peneliti dapat merevisi tes. Namun tidak semua saran siswa dapat diterima jika ada saran siswa
dapat mengubah indikator yang telah diatur. Setelah tes diujicobakan siswa harus mengisi siswa
respon angket atas soal yang telah dikembangkan untuk melihat kepraktisan soal. Setelah
melakukan uji coba pada tahap satu ke satu dan kelompok kecil, tahap selanjutnya adalah uji coba
pada subjek penelitian
uji coba yaitu siswa kelas VIII-2 di SMP Negeri 6 Padangsidimpuan. Siswa diminta untuk
mengerjakan
Model tes matematika PISA dari perubahan konten dan hubungan untuk mengukur pemecahan
masalah matematika siswa
kemampuan dengan mengerjakan sebanyak 6 item deskripsi item tes.
Tes Soal Matematika Praktis Model PISA Isi Perubahan dan Hubungan
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui keterbacaan soal-soal yang akan digunakan
instrumen tes pemecahan masalah matematika siswa. Kuesioner tanggapan ini diberikan kepada tiga
orang
siswa uji coba satu-ke-satu, enam siswa uji coba kelompok kecil, dan 32 siswa uji lapangan.
Kuesioner diberikan
kepada siswa setelah siswa menjawab soal instrumen tes yang telah diberikan. Hasil dari
tanggapan siswa terhadap masalah matematika model PISA tentang perubahan dan hubungan konten
untuk diukur
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Tanggapan Siswa terhadap Model Matematika Pisa Yang Telah Dikembangkan
No Percobaan Persentase tanggapan positif Persentase tanggapan negatif
1 Siswa-ke-siswa 68,18% 31,82%
2 Kelompok kecil 72,16% 27,84%
3 Uji Lapangan 76,42% 23,58%
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Masalah Matematika yang Dikembangkan
oleh PISA Content Change and Relationship
Hasil tes uji coba yang telah diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengukur tiga aspek
kemampuan pemecahan masalah. Ketiga aspek tersebut adalah aspek pemahaman masalah,
perencanaan masalah, dan aspek
aspek ketiga adalah memecahkan masalah. Ketiga aspek tersebut terlihat dari proses jawaban siswa
disajikan pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3 dan 4 terlihat bahwa siswa dapat memahami masalah tetapi tetap
menggunakan
bahasa masalah, kesalahan dalam merencanakan pemecahan masalah ada pada hasil pemecahan
persamaan,
menyebabkan masalah diselesaikan dengan salah.
Setelah model matematika PISA dari perubahan konten dan konten terkait dikembangkan untuk
mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan tes, langkah selanjutnya
adalah memeriksa hasil tes siswa.
Tabel 6 menunjukkan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengembangan model matematika PISA tentang
perkembangan masalah dalam mengubah konten dan hubungan untuk mengukur kemampuan
memecahkan
Soal matematika, hasil yang diperoleh adalah tes valid dan reliabel dengan interpretasi tinggi.
Kemampuan
untuk memecahkan masalah matematika siswa dalam mengerjakan model matematika PISA pada isi
perubahan
dan hubungan termasuk dalam kategori “cukup” dengan persentase rata-rata 62,50%