Anda di halaman 1dari 5

Survei PISA di Indonesia tahun 2012 menduduki peringkat 64 dari 65 negara, dan mengalami

peningkatan pada tahun 2015 yaitu


Indonesia berada pada level 69 dari 76 negara (OECD, 2018), hasil survei PISA di atas menunjukkan
bahwa
Pelajar Indonesia selalu menduduki peringkat terakhir di dunia. Hasil ini terjadi berturut-turut selama
pengujian.
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa Indonesia memiliki kemampuan pemecahan masalah yang
rendah. Hal ini sejalan dengan Baswedan (2011),
Dihitung dari skor 6, kemampuan matematika siswa Indonesia hanya berada pada level dua. Edo,
Hartono, dan Putri (2013) menyatakan bahwa siswa hanya mampu menjawab soal PISA level 1, 2,
dan 3, dan
hanya sedikit siswa yang mampu menyelesaikan level 4, 5, dan 6.
Soal PISA dikembangkan berdasarkan 4 konten yaitu; bentuk dan ruang, perubahan dan hubungan,
kuantitas, dan ketidakpastian. Dalam penelitian ini peneliti membatasi konten yang akan
dikembangkan untuk diteliti,
yaitu pertanyaan PISA tentang perubahan dan konten hubungan. OECD (2013) Perubahan dan
hubungan,
Perubahan dan hubungan dibuktikan dalam beragam pengaturan seperti pertumbuhan organisme,
musik, siklus musim,
pola cuaca, tingkat pekerjaan, dan kondisi ekonomi. Kategori ini berhubungan dengan materi
pelajaran
aljabar, termasuk bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan, representasi dalam tabel dan grafik,
yang
sentral dalam mendeskripsikan, memodelkan, dan menafsirkan fenomena perubahan. Aspek utama
perubahan dan
Hubungan menurut Julkardi dan Zurnaidi (2017) menunjukkan perubahan dalam bentuk yang
komprehensif,
memahami jenis perubahan fundamental, mengenali jenis perubahan tertentu saat terjadi,
menerapkan teknik-teknik ini ke dunia luar, dan mengendalikan perubahan di alam semesta untuk
hasil terbaik.
Pertanyaan PISA dikembangkan berdasarkan empat konten sebagai berikut (OECD, 2013):
1. Perubahan dan hubungan terbukti dalam pengaturan yang beragam seperti pertumbuhan organisme,
musik, musim
siklus, pola cuaca, tingkat pekerjaan, dan kondisi ekonomi. Kategori ini berhubungan dengan subjek
soal aljabar, termasuk bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan, representasi dalam tabel dan
grafik,
yang penting dalam mendeskripsikan, memodelkan, dan menafsirkan fenomena perubahan.
2. Ruang dan Bentuk meliputi fenomena yang berkaitan dengan dunia visual yang melibatkan pola,
sifat benda,
posisi dan orientasi, representasi objek, pengkodean informasi visual, navigasi, dan dinamika
interaksi yang terkait dengan bentuk yang nyata. Kategori ini berkaitan dengan pelajaran geometri.
Geometri berfungsi sebagai
fondasi penting untuk ruang dan bentuk, tetapi kategorinya melampaui geometri tradisional dalam
konten.
3. Kuantitas adalah aspek matematika yang paling menantang dan paling esensial dalam kehidupan.
Kategori ini berhubungan
dengan hubungan angka dan pola angka, termasuk kemampuan memahami ukuran, angka
pola, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angka dalam kehidupan sehari-hari, seperti
menghitung dan mengukur benda tertentu.
Termasuk dalam isi besaran ini adalah kemampuan bernalar secara kuantitatif, menyajikan sesuatu
yang masuk
angka, memahami langkah-langkah matematika, menghitung dengan hafalan (perhitungan mental),
dan mengerjakan
perkiraan.
4. Ketidakpastian dan data. Ketidakpastian adalah fenomena yang terletak di jantung analisis
matematika
(di jantung analisis matematika) dari berbagai situasi. Teori dan peluang statistik digunakan
untuk mengatasi fenomena ini. Kategori Ketidakpastian dan Data mencakup pengakuan tempat
variasi dalam suatu proses, arti kuantifikasi variasi ini, pengetahuan tentang ketidakpastian dan
kesalahan
dalam pengukuran, dan pengetahuan tentang kebetulan. Penyajian dan interpretasi data adalah konsep
kunci pada kategori ini. Berdasarkan hasil data PISA tahun 2003 (Stacey, 2011) diperoleh nilai
terendah pada konten matematika PISA
oleh siswa Indonesia adalah perubahan dan hubungan konten dibandingkan dengan konten lainnya.
Perubahan dan nilai relasi adalah 334, sedangkan isi ruang dan bentuk dengan skor 361, kuantitas isi
dengan skor
357, serta ketidakpastian dan isi data dengan skor 385. Berikut hasil yang diperoleh orang Indonesia
siswa di PISA pada tahun 2003 sesuai dengan konten matematika yang disediakan oleh PISA
Menurut Wati (Simalango, Darmawijoyo, & Aisyah, 2018) terungkap faktor-faktor yang
menyebabkan siswa
kesalahan dalam menyelesaikan pertanyaan PISA tentang konten perubahan dan relasi, yaitu
kemampuan penalaran siswa
dan kreativitas rendah dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata dan memanipulasi dalam
bentuk aljabar. PISA
model dengan konten perubahan dan hubungan sangat penting karena adanya jenis masalah ini
dapat mendorong minat siswa untuk termotivasi kembali dalam menyelesaikan masalah pada masalah
tersebut. Dengan konten ini,
dapat dijadikan acuan bagi guru untuk membuat atau merancang pertanyaan secara spesifik dan
mengikuti potensi yang ada
siswa dengan menggunakan solusi dalam memecahkan masalah di setiap masalah. Keterampilan dan
belajar pemecahan masalah
Kemandirian matematika siswa dapat dilatih dan dikembangkan bila guru dapat memilih pendekatan,
model, metode, atau strategi pembelajaran yang sesuai an mengikuti materi, situasi, dan kondisi
siswa dalam pembelajaran (Siregar, Asmin, & Fauzi, 2018). Masalahnya adalah situasi seseorang
yang tidak mengetahui algoritma atau prosedur solusinya, tetapi
orang tersebut tertarik untuk memecahkannya (Szetela & Nicol, 1992). Dalam menyelesaikan masalah
tidak semua pertanyaan merupakan masalah.
Sebuah pertanyaan akan menjadi masalah jika hanya pertanyaan yang menunjukkan adanya tantangan
yang belum terselesaikan
dengan prosedur rutin siswa diketahui (Simanjuntak, et al, 2018). Masalah dalam matematika
didefinisikan sebagai
situasi atau situasi dimana seseorang tidak bisa menjawab pertanyaan / masalah dengan cara atau
kebiasaan yang berlaku.
Menurut Mayer (OECD, 2013) pemecahan masalah sebagai proses kognitif diarahkan pada
transformasi yang diberikan
situasi menjadi situasi tujuan ketika metode solusi yang jelas tersedia. Pentingnya pemecahan masalah
diungkapkan oleh Beige (Surya, Putri, dan Mukhtar, 2017) dengan menyatakan bahwa melalui
pemecahan masalah,
siswa dapat belajar tentang memperdalam pemahaman mereka tentang konsep matematika dengan
mengerjakannya
masalah yang dipilih menggunakan aplikasi matematika untuk masalah nyata. Pengembangan
kemampuan pemecahan masalah matematika dapat membekali siswa untuk berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif.
Menurut Hasibuan, Saragih, dan Amry (2019) melalui pemecahan masalah matematis memungkinkan
siswa menjadi lebih analitis dalam membuat keputusan dalam hidup mereka. Kemampuan
memecahkan masalah sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari karena kita tidak akan pernah lepas dari masalah.
Menurut Ruseffendi (1991) tujuan pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa adalah: (a) dapat
menimbulkan rasa ingin tahu
dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreativitas; (b) selain memiliki pengetahuan dan
keterampilan
(aritmatika, dll.) kemampuan untuk membaca dan membuat pernyataan yang benar diperlukan; (c)
dapat memunculkan orisinal, baru,
jawaban yang berbeda, dan beragam, serta dapat menambah pengetahuan baru atau dapat
meningkatkan penerapan pengetahuan
sudah diperoleh; (d) mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan
sintesis, dan diminta untuk melakukan evaluasi terhadap hasil solusi. Kemampuan memecahkan
masalah siswa dapat dilihat dari tahapan pemecahan masalah menurut Charles, Lester, dan O'Daffer
(Szeteladan Nicol, 1992) yaitu, (1) Memahami Masalah, (2) Memecahkan Masalah, dan (3)
Menjawab Masalah
Masalah. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana validitas dan reliabilitas soal matematika model PISA dalam perubahan dan konten
hubungan?
2. Bagaimana kepraktisan masalah matematika model PISA dalam konteks perubahan dan relasi
dikembangkan?
3. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam soal matematika model PISA
mengembangkan perubahan konten dan hubungan?

METODE
Model pengembangan yang digunakan adalah evaluasi formatif Tessmer (Jurnaidi & Zukardi, 2017).
Pelajaran ini
Terdiri dari 2 tahap yaitu tahap pendahuluan, dan tahap evaluasi formatif (prototyping) yang
termasuk tinjauan ahli, satu-ke-satu, dan kelompok kecil serta uji lapangan (resistensi tinggi dalam
revisi)
tahap. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa VIII SMP Negeri 6 Padangsidimpuan tahun
2018/2019
tahun ajaran dan objek dalam penelitian ini adalah masalah matematika model PISA on the Change
dan
Konten hubungan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa. Dalam penelitian ini apa
yang telah dikembangkan
adalah masalah matematika model PISA pada materi Materi Change and Relationship di
bentuk aljabar, perbandingan, dan aritmatika sosial dengan menggunakan karakteristik soal PISA.
Objeknya
Dalam penelitian ini masalah matematis model PISA akan diukur pada konten Change and
Relationship
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan materi bentuk aljabar, perbandingan, dengan
menggunakan karakteristik
Pertanyaan PISA.
Pengembangan soal PISA dikatakan berkualitas jika memenuhi tiga pertanyaan valid, reliabel, dan
praktis
aspek. Butir Soal yang baik memiliki tingkat validitas yang baik jika tingkat validitas minimal yang
dicapai berada pada
kategori yang valid. Jika tingkat validitas di bawah kategori cukup, maka revisi akan didasarkan pada
masukan dari
validator. Revisi dilakukan agar soal yang dikembangkan valid

HASIL DAN DISKUSI


Hasil kegiatan uji coba materi menghasilkan data validitas, reliabilitas, dan kepraktisan. Keabsahan
Data diperoleh dari tiga orang dosen pendidikan matematika yang menilai model matematika PISA
tentang konten perubahan dan hubungan yang dikembangkan. Hasil validasi materi pembelajaran
ditunjukkan pada Tabel 2.
Validitas dan Reliabilitas Model Tes Soal Matematika PISA untuk Isi
Perubahan dan Hubungan
Soal-soal yang telah diujikan kepada siswa akan dianalisis berdasarkan validasi soal tersebut, yaitu
reliabilitas tes, tingkat kesulitan tes, dan daya diferensiasi, untuk menghasilkan nilai yang valid,
produk soal yang andal dan praktis. Kemudian hasil jawaban siswa akan dikategorikan menurut
indikator pemecahan masalah, untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Berikut hasil validasi
dan keandalan tes kemampuan pemecahan masalah siswa.

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh 6 item yang valid, dengan reliabilitas tes kemampuan pemecahan
masalah itu
adalah, r11 = 0,807 dengan interpretasi reliabilitas yang sangat tinggi.
Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan uji coba one-to-one yang dilakukan setelah instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis divalidasi oleh para ahli. Implementasi one-to-one
diujicobakan pada tiga
siswa kelas VIII-4 di SMP Negeri 6 Padangsidimpuan dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Kemudian
diujikan pada kelompok kecil yang terdiri dari enam siswa kelas VIII-3 di SMP Negeri 6
Padangsidimpuan, dua siswa dengan
kemampuan tinggi, dua siswa dengan kemampuan sedang, dan dua siswa dengan kemampuan rendah.
Pertanyaan yang ada
Telah diujicobakan pada siswa bertujuan untuk mencari komentar atau saran tentang keterbacaan
pertanyaan tersebut sehingga
peneliti dapat merevisi tes. Namun tidak semua saran siswa dapat diterima jika ada saran siswa
dapat mengubah indikator yang telah diatur. Setelah tes diujicobakan siswa harus mengisi siswa
respon angket atas soal yang telah dikembangkan untuk melihat kepraktisan soal. Setelah
melakukan uji coba pada tahap satu ke satu dan kelompok kecil, tahap selanjutnya adalah uji coba
pada subjek penelitian
uji coba yaitu siswa kelas VIII-2 di SMP Negeri 6 Padangsidimpuan. Siswa diminta untuk
mengerjakan
Model tes matematika PISA dari perubahan konten dan hubungan untuk mengukur pemecahan
masalah matematika siswa
kemampuan dengan mengerjakan sebanyak 6 item deskripsi item tes.
Tes Soal Matematika Praktis Model PISA Isi Perubahan dan Hubungan
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui keterbacaan soal-soal yang akan digunakan
instrumen tes pemecahan masalah matematika siswa. Kuesioner tanggapan ini diberikan kepada tiga
orang
siswa uji coba satu-ke-satu, enam siswa uji coba kelompok kecil, dan 32 siswa uji lapangan.
Kuesioner diberikan
kepada siswa setelah siswa menjawab soal instrumen tes yang telah diberikan. Hasil dari
tanggapan siswa terhadap masalah matematika model PISA tentang perubahan dan hubungan konten
untuk diukur
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Tanggapan Siswa terhadap Model Matematika Pisa Yang Telah Dikembangkan
No Percobaan Persentase tanggapan positif Persentase tanggapan negatif
1 Siswa-ke-siswa 68,18% 31,82%
2 Kelompok kecil 72,16% 27,84%
3 Uji Lapangan 76,42% 23,58%

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Masalah Matematika yang Dikembangkan
oleh PISA Content Change and Relationship
Hasil tes uji coba yang telah diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengukur tiga aspek
kemampuan pemecahan masalah. Ketiga aspek tersebut adalah aspek pemahaman masalah,
perencanaan masalah, dan aspek
aspek ketiga adalah memecahkan masalah. Ketiga aspek tersebut terlihat dari proses jawaban siswa
disajikan pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3 dan 4 terlihat bahwa siswa dapat memahami masalah tetapi tetap
menggunakan
bahasa masalah, kesalahan dalam merencanakan pemecahan masalah ada pada hasil pemecahan
persamaan,
menyebabkan masalah diselesaikan dengan salah.
Setelah model matematika PISA dari perubahan konten dan konten terkait dikembangkan untuk
mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan tes, langkah selanjutnya
adalah memeriksa hasil tes siswa.
Tabel 6 menunjukkan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengembangan model matematika PISA tentang
perkembangan masalah dalam mengubah konten dan hubungan untuk mengukur kemampuan
memecahkan
Soal matematika, hasil yang diperoleh adalah tes valid dan reliabel dengan interpretasi tinggi.
Kemampuan
untuk memecahkan masalah matematika siswa dalam mengerjakan model matematika PISA pada isi
perubahan
dan hubungan termasuk dalam kategori “cukup” dengan persentase rata-rata 62,50%

Anda mungkin juga menyukai