Anda di halaman 1dari 15

IAS 2

INVENTORIES
(PERSEDIAAN)

Seminar Akuntansi Keuangan

Oleh:
Adenita Immawaty
NIM 1911070081

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di
simpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan
produk physical pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke
barang dalam proses,dan kemudian barang jadi. Persediaan merupakan salah satu
aset yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaaan dagang.
Di banyak perusahaan, persediaan adalah bagian yang signifikan, tidak
hanya aset lancar, tetapi juga total aset. Meskipun banyak item-item persediaan
secara relatif tampaknya tidak penting (misalnya, perangkat keras seperti baut dan
sekrup), namun secara keseluruhan mereka bisa memiliki nilai yang perlu
dipertimbangankan. Sebagaian besar sumber daya perusahaan diinvestasikan
dalam bentuk barang-barang yang dibeli atau diproduksi. Biaya barang-barang ini
harus dicatat, dikelompokan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada
akhir periode, biaya dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas
periode mendatang yaitu diantara barang-barang yang berada dalam persediaan
untuk dijual periode mendatang.
Persediaan juga merupakan aset lancar terbesar dari perusahaan manufaktur
maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika
kegiatan bisnis berfluktuasi. Selama iklim usaha baik, penjualan menjadi tinggi
dan persediaan bergerak lebih cepat dari pembelian ke penjualan. Namun ketika
kondisi ekonomi menurun, tingkat penjualan juga menjadi menurun, persediaan
bertumpuk dan perlu dilakukan penjualan meskipun mengalami kerugian.
IAS 2 merupakan standar akuntansi keuangan international yang mengatur
mengenai persediaan. Tujuan dari IAS 2 adalah untuk menentukan perlakuan
akuntansi untuk persediaan. IAS 2 memberikan panduan untuk menentukan biaya
persediaan dan untuk selanjutnya mengakui beban, termasuk setiap penurunan
menjadi nilai realisasi bersih. Hal ini juga memberikan panduan rumus biaya yang
digunakan untuk menentukan biaya persediaan. IAS 2 menyatakan dasar
penentuan dan akuntansi untuk persediaan sebagai suatu aset, hingga pendapatan
yang terkait diakui. Standar juga memberikan pedoman mengenai penilaian
persediaan dan konsekuensi penghapusannya sebagai suatu beban (expense), dan
perlakuan yang harus di adopsi atas pendapatan terkait yang di akui.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai persediaan berdasarkan IAS 2,
yaitu ruang lingkup, dasar penilaian, pengukuran biaya perolehan, nilai realisasi
neto, pengakuan beban, dan pengungkapan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup


Sebelum tahun 2005 IAS 2 membolehkan penggunaan tiga alternatif
pengukuran kas persediaan, yaitu metode FIFO dan rata-rata tertimbang yang oleh
IAS 2 disebut sebagai benchmark treatments, serta satu lagi metode yang oleh
IAS 2 disebut sebagai allowed alternative treatments yaitu metode LIFO. Namun
efektif mulai 1 Januari 2005 IFRS tidak membolehkan penggunaan metode LIFO,
sehingga metode pengukuran kas yang berlaku tinggal metode FIFO dan metode
Rata-rata Tertimbang. Pembatasan penggunakan metode akuntansi semacam ini
merupakan indikasi bahwa IFRS pada dasarnya tidak sepenuhnya menggunakan
principles-based, bahkan dalam kasus akuntansi persediaan menjadi lebih rules-
based dibanding US GAAP.
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan
jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas
aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Pernyataan ini menyediakan
panduan dalam menentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban,
termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto. Pernyataan ini juga
memberikan panduan rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya
persediaan.
Persediaan adalah salah satu aset lancar signifikan bagi perusahaan pada
umumnya, terutama perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan,
pertambangan, kontraktor bangunan, dan penjual jasa tertentu. Hal ini
menyebabkan akuntansi untuk persediaan menjadi suatu masalah penting bagi
perusahaan-perusahaan tersebut.
Menurut [IAS 2.6] inventory atau persediaan adalah:
 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
 Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa
Terdapat beberapa poin penting terkait dengan definisi tersebut di atas:
1. Persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal. Ini berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset
yang memang selalu dimaksudkan untuk dijual atau digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
2. Perlengkapan yang dimaksudkan sebagai persediaan adalah perlengkapan
yang digunakan dalam proses produksi, sehingga perlengkpan kantor (seperti
alat tulis kantor) dengan tujuan untuk digunakan administrasi kantor dan
bukan untuk dijual, bukanlah bagian dari persediaan.
3. Perlengkapan tersebut juga harus merupakan perlengkapan yang digunakan
secara regular dalam proses produksi dan bukan perlengkapan yang hanya
bisa digunakan bersamaan dengan aset tetap.
IAS 2 diterapkan untuk semua persediaan, kecuali [IAS 2.2]:
1. Barang dalam proses yang timbul menurut kontrak konstruksi (IAS 11
mengenai kontrak konstruksi).
2. Instrumen keuangan (misal saham, surat hutang, obligasi) yang dimiliki
sebagai persediaan (IAS 32 mengenai instrumen keuangan).
3. Aset biologis dan memproduksi yang terkait dengan aktivitas pertanian (IAS
41 mengenai pertanian).
Sementara itu, IAS 2 ini tidak berlaku untuk pengukuran persediaan [IAS 2.3]
bagi:
 Produsen produk pertanian dan hutan, hasil pertanian setelah panen, dan
produk mineral, sejauh bahwa mereka diukur sebesar nilai realisasi bersih (di
atas atau di bawah biaya) sesuai dengan praktek-praktek yang sudah mapan di
industri tersebut. Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai realisasi bersih,
perubahan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi pada periode perubahan.
 Komoditas broker dan dealer yang mengukur persediaannya pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual. Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual, perubahan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual diakui dalam laporan laba rugi pada periode perubahan.

2.2 Dasar Penilaian


Berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan jika menentukan biaya
perolehan dan nilai realisasi neto:
1. Biaya perolehan (cost) meliputi biaya perolehan atas pembelian persediaan
dan semua biaya perolehan lainnya yang langsung diatribusikan kepada
akuisisi persediaan dan mewujudkan persediaan tersebut kepada lokasi dan
kondisi sekarang seperti bea pajak, beban transpor dan penangan.
2. Biaya konversi meliputi biaya perolehan yang langsung terkait dengan
produksi seperti tenaga kerja langsung, dan lokasi sistematis overhead pabrik
tetap dan variabel yang terjadi untuk mengkonversikan bahan baku dan
barang jadi.
3. Biaya perolehan (cost) tidak termasuk biaya umum dan administrasi, biaya
penjualan dan distribusi, pemborosan abnormal dan biaya penyimpananan
atau gudang (jika tidak terkait dengan proses produksi).
4. Biaya perolehan (cost) tidak termasuk biaya bunga dan biaya pinjaman
lainnya, kecuali bila persediaan merupakan sebuah aset kualifikasi.
5. Fluktuasi kurs mata uang asing aatas persediaan yang dibeli dalam mata uang
asing tidak termasuk dalam biaya perolehan atas pembelian persediaan.
6. Selisih antara biaya perolehan atas pembelian persediaan menurut ketentuan
kredit normal dan jumlah terutang menurut ketentuan penyelesaian yang
ditangguhkan tidak termasuk sebagai biaya perolehan (cost).
Standar ini berlaku untuk semua saham, kecuali:
1. Barang dalam proses, dari kontrak konstruksi, termasuk kontrak jasa secara
langsung terkait (lihat PSAK 11, Kontrak Konstruksi);
2. Instrumen keuangan;
3. Aset biologis yang terkait pertanian dan produk pertanian pada titik panen
atau koleksi (lihat PSAK 41, Pertanian).
Aturan ini tidak berlaku untuk penilaian saham dimiliki oleh:
1. Produsen produk pertanian dan hutan, produk pertanian setelah panen atau
koleksi, serta mineral dan produk mineral, asalkan mereka diukur dengan
nilai realisasi bersih, menurut praktek yang sudah mapan di sektor tersebut.
Dalam hal ini saham yang diukur secara nilai realisasi bersih, perubahan nilai
ini akan diakui dalam laporan laba rugi pada terjadinya perubahan tersebut.
2. Perantara bahwa perdagangan dengan bahan baku yang terdaftar, asalkan
sahamnya senilai biaya penjualan nilai wajar dikurangi. Dalam hal ini saham
dihitung dengan jumlah yang nilai wajar dikurangi biaya penjualan,
perubahan jumlah ini akan diakui dalam laporan laba rugi yang terjadi di
dalamnya.
Saham yang telah dimaksud pada ayat (a) ayat 3 dinilai dengan nilai
realisasi bersih pada tahapan produksi tertentu. Hal ini terjadi, misalnya, ketika
mereka telah mengumpulkan tanaman pertanian atau mineral telah dihapus,
asalkan penjualan mereka dijamin dengan kontrak jangka jenis apapun atau
dijamin oleh pemerintah, atau ketika ada pasar aktif dan resiko kegagalan
penjualan minimal. Saham ini tidak termasuk hanya pada persyaratan penilaian
yang diatur dalam Standar ini.
Broker yang berdagang adalah mereka yang membeli atau menjual komoditi
tercantum diri atau atas nama pihak ketiga. Saham yang telah dimaksud pada ayat
(b) ayat 3 dibeli terutama untuk tujuan penjualan dalam waktu dekat dan
menghasilkan pendapatan dari fluktuasi harga atau keuntungan yang lebih tinggi.
Ketika saham dicatat sebesar nilai wajar dikurangi biaya penjualan, akan
dikeluarkan hanya pada persyaratan penilaian yang diatur dalam Standar ini.
a. Penilaian saham
Persediaan dinilai kurang dari biaya atau nilai realisasi bersih.
b. Biaya saham
Biaya saham terdiri dari semua biaya akuisisi dan pengolahan, serta biaya lain
mereka yang dikeluarkan untuk memberikan status mereka saat ini dan lokasi.

2.3 Pengukuran Biaya Perolehan


1. Metode Identifikasi khusus
Metode ini digunakan jika barang yang dibeli tidak biasanya dipertukarkan
dan secara khusus seluruhnya atas suatu proyek tertentu.

2. Metode First In First Out (FIFO)


Metode FIFO mengasumsikan bahwa persediaan yang dibeli atau
diproduksi pertama, dijual pertama. Dengan demikian barang yang tersisa
pada akhir periode adalah persediaan barang yang paling baru dibeli atau
diproduksi.
3. Metode Average
Metode rata-rata tertimbang (average) merupakan biaya perolehan setiap
barang ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari
barang yang sejenis pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang
tersebut dibeli atau diproduksi selama periode yang bersangkutan.

2.4 Nilai Realisasi Neto


Nilai realisasi neto (Net Realization Value / NRV) menunjukkan estimasi
harga jual dalam rangkaian bisnis yang normal, dikurang dengan estimasi biaya
perolehan penyelesaian dan estimasi biaya perolehan yang diperlukan untuk
mencapai penjualan. Nilai realisasi neto (NRV) diestimasi atas dasar bukti yang
paling handal pada waktu penilaian dan memperhitungkan tujuan dari persediaan
yang dimiliki. Nilai persediaan yang diturunkan dari biaya perolehan yang
dibalikan apabila kondisi sebelumnya menyebabkan persediaan persediaan
diturunkan dibawah biaya perolehan tidak ada lagi atau terdapat bukti jelas dari
suatau kenaikan didalam nilai realisasi neto dikarenakan perubahan dalam kondisi
ekonomi.
Pengukuran Nilai Realisasi Neto
Nilai realisasi neto (NRV) dari bahan baku dan perlengkapan lainnya yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi barang jadi diestimasi dengan cara:
1. Apabila produk jadi dimana bahan baku dan perlengkapan yang digunakan
dijual pada harga perolehan atau diatas harga perolehan, kemudian estimasi
nilai realisasi bahan baku dan perlengkapan dianggap menjadi lebih besar
dibandingkan harga perolehannya.
2. Apabila bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual dibawah harga
perolehan, kemudian harga pengganti (replacement price) bahan baku atau
perlengkapan mungkin menjadi ukuran terbaik yang ada mengenai nilai
realisasi neto.

1. Pengakuan Beban
Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban (expense) didalam
suatu periode dimana persediaan dijual dan pendapatan yang terkait diakui.
Bilamana biaya perolehan persediaan pada tanggal perolehan lebih rendah
daripada nilai realisasi, atau suatu kerugian persediaan terjadi, jumlah penurunan
atau kerugian persediaan harus diakui sebagai suatu beban (expense) di dalam
periode yang sama sebaimana penurunan penurunan atau kerugian yang terjadi.
Demikian pula, bilamana nilai realisasi neto persediaan yang diturunkan lebih
awal, meningkatkan atau melibihi nilai yang dinyatakan, jumlah pemulihan dari
penurunan harus diakui sebagai suatu pengurangan didalam jumlah persediaan
yang dianggap beban didalam periode dimaa pemulihan tersebut terjadi.

Pengakuan sebagai beban


Ketika saham dijual, nilai tercatat dari mereka akan diakui sebagai beban
pada tahun untuk mengenali pendapatan biasa sesuai. Jumlah dari setiap
penurunan nilai, mencapai nilai realisasi bersih, serta semua kerugian lainnya di
saham, diakui pada tahun terjadi pengurangan atau rugi. Jumlah dari setiap
pembalikan dari pengurangan nilai akibat kenaikan nilai realisasi bersih, akan
diakui sebagai pengurang nilai saham, yang telah diakui sebagai beban pada
periode dimana pemulihan berlangsung keberanian.
Biaya saham tertentu dapat dimasukkan ke dalam akun aktiva lainnya;
sediaan tersebut digunakan sebagai komponen dari pekerjaan yang dilakukan oleh
entitas, untuk aset tetap berwujud. Nilai saham didistribusikan ke aset lain dengan
cara ini, akan diakui sebagai beban selama kehidupan mereka.

2.5 Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Kebijakan akuntansi yang diadopsi untuk mengukur persediaan, termasuk
formula pengukuran biaya yang digunakan (masuk pertama, keluar pertama =
FIFO, metode identifikasi khusus atau metode biaya perolehan rata-rata
tertimbang);
2. Total jumlah yang dicatat dri persediaan sepanjang dengan klarifikasi yang
baik (misal barang jadi, barang dalam proses, bahan baku, suku cadang dan
lain-lain);
3. Jumlah tercatat persediaan yang dibukukan atas dasar nilai wajar dikurang
biaya untuk menjual (misal persediaan broker-pedagang komoditas);
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode (misal harga
pokok penjualan);
5. Jumlah persediaan yang diturunkan jika ada, diakui sebagai beban di dalam
periode;
6. Jumlah pemulihan atas penurunan sebelumnya yang diakui sebagai seuatu
pengurangan di dalam jumlah persediaan yang dibebankan dalam periode
tersebut dimana pemulihan terjadi dan kondisi atau peristiwa yang
menyebabkan pemulihan itu terjadi; dan
7. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai jaminan hutang.

Laporan keuangan mengungkapkan informasi berikut:


1. Kebijakan akuntansi yang dianut dalam penilaian saham, termasuk rumus
untuk menilai biaya yang telah digunakan;
2. Jumlah saham dalam buku-buku, dan jumlah sesuai dengan klasifikasi yang
sesuai untuk perusahaan tersebut;
3. Nilai tercatat saham yang akan dicatat sebesar nilai wajar dikurangi biaya
penjualan;
4. Jumlah saham diakui sebagai beban selama periode;
5. Jumlah nilai penjualan saham telah diakui sebagai beban pada tahun, sesuai
dengan ayat 34;
6. Jumlah pembalikan dalam nilai penjualan sebelumnya, yang telah diakui
sebagai pengurang jumlah pengeluaran saham dalam latihan, sesuai dengan
ayat 34;
7. Keadaan atau peristiwa yang telah mengakibatkan pembalikan nilai
penjualan, menurut kata ayat 34;
8. Nilai tercatat saham dijadikan jaminan untuk pembuangan utang.
9. Informasi tentang jumlah kelas yang berbeda tercatat saham, serta variasi
jumlah tersebut dalam latihan, akan berguna bagi pengguna laporan
keuangan. Sebuah klasifikasi umum saham adalah apa yang membedakan
antara barang dan perlengkapan untuk produksi, bahan baku, produk dalam
proses dan barang jadi. Saham dari penyedia layanan dapat digambarkan
hanya sebagai produk saat ini.
10. Jumlah saham diakui sebagai beban selama latihan, yang dikenal sebagai
biaya penjualan menutupi biaya sebelumnya termasuk dalam penilaian
produk yang telah dijual, serta biaya tidak langsung dan biaya produksi yang
tidak dibagikan saham dengan jumlah yang abnormal. Keadaan khusus setiap
entitas dapat meminta dimasukkannya biaya lainnya, seperti biaya distribusi.
11. Beberapa entitas mengadopsi suatu format untuk presentasi laba rugi tahun di
mana angka berbeda dari angka untuk biaya saham diakui sebagai beban
tahun berjalan. Dalam format ini, perusahaan akan menyajikan analisis
pengeluaran melalui klasifikasi berdasarkan sifat dari beban. Dalam hal ini,
maka entitas mengungkapkan biaya diakui sebagai biaya bahan baku dan
bahan pembantu, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya, bersama dengan
jumlah perubahan bersih dalam saham untuk tahun yang bersangkutan.
Contoh Laporan Keuangan Terkait Persediaan

Anda mungkin juga menyukai