Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS X


SMK NEGERI 1 BATUDAA

Fiyanty Katili

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang perbedaan hasil belajar matematika
peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif type jigsaw dan model
pembelajaran langsung ditinjau dari kemampuan berpikir kritis peserta didik. Penelitian eksperimen
semu dengan desain treatment by level 2 x 2 ini dilaksanakan pada peserta didik kelas X SMK Negeri
1 Batudaa semester genap tahun pelajaran 2016-2017. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil
belajar dan tes kemampuan berpikir kritis. Analisis data hasil belajar didasarkan pada pengelompokkan
skor tes kemampuan berpikir kritis yang terbagi atas kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah. Data
penelitian dianalisis dengan ANAVA 2 jalur dan Uji Tuckey menghasilkan temuan yakni: (1) Hasil
belajar matematika dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
type jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung, (2) Terdapat pengaruh
interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika,
(3) Hasil belajar matematika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif type jigsaw
lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung untuk kelompok peserta didik yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, dan (4) Hasil belajar matematika yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran langsung lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif type
jigsaw untuk kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Temuan ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif type jigsaw lebih cocok dalam membelajarkan
konsep barisan dan deret pada kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif type jigsaw, pembelajaran langsung, berpikir kritis, dan hasil
belajar.

A. PENDAHULUAN Kondisi demikian akan berpengaruh terhadap


Pendidikan memegang peranan penting bagi kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
perkembangan dan perwujudan diri individu masalah dalam belajar matematika yang berakibat
terutama bagi perkembangan bangsa dan Negara. hasil belajar peserta didik rendah. Hal ini dibuktikan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang oleh nilai UN mata pelajaran matematika yang
berkembang saat ini merupakan salah satu dampak masih rendah sebagaimana tabel berikut.
dari pendidikan yang kian berkembang. Tabel 1.1 Rata-rata hasil Ujian Nasional SMK
Tercapainya tujuan pendidikan salah satunya N 1 Batudaa
bergantung pada pelaksanaan Proses Belajar MATA TAHUN PEMBELAJARAN
Mengajar. PELAJARA 2012/201 2013/201 2014/201 2015/2001
Secara umum, sistem pendidikan tidak akan N 3 4 5 6
mantap jika peserta didik di berbagai jenjang Bahasa
6.75 5,40 3,60 5,03
pendidikan lemah dalam penguasaan ilmu Indonesia
Bahasa
matematika. Dengan belajar matematika Inggris
7.91 4,07 5,40 4,10
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan Matematika 4.35 3,71 3,50 2,54
kemampuannya dalam melakukan aktivitas Teori
berhitung, mengukur dan menggunakan rumus 8.52 8,66 7,62 7,63
Kejuruan
matematika yang diperlukan dalam kehidupan (Sumber: Bagian Kurikulum SMK N 1 Batudaa)
sehari-hari. Jadi peserta didik harus dapat Data tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-
menguasai konsep matematika. Tetapi pada rata UN mata pelajaran matematika di SMK Negeri
kenyataannya dalam proses pembelajaran 1 Batudaa tahun pelajaran 2015/2016 hanya
matematika di sekolah, sebagian besar peserta mencapai 2,54 dan jumlah peserta didik yang
didik berpandangan bahwa mata pelajaran memperoleh nilai dibawah 5,50 berjumlah 236
matematika sulit dan menakutkan. Hal ini orang dari 242 orang peserta ujian nasional atau
disebabkan karena dalam proses pembelajaran 97,52%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
peserta didik tidak terlibat secara aktif dan guru matematika peserta didik di SMK Negeri 1 Batudaa
cenderung memindahkan pengetahuan yang dia masih sangat rendah.
miliki kepikiran anak dengan macam-macam cara Permasalahan tersebut tidak terlepas dari
seperti; memberi tahu, mengajari, melatih seperti pelaksanaan pembelajaran guru selama ini yang
men-drill untuk menyelesaikan soal, menyatakan cenderung terpusat pada guru, sementara peserta
fakta-fakta, mementingkan hasil daripada proses, didik cenderung pasif. Walaupun diakui bahwa
memuji anak kalau dia bisa menjawab dengan betul kualitas pembelajaran tidak selalu ditentukan oleh
dan memarahi dengan berbagai cara kalau dia faktor guru saja, melainkan juga oleh kualitas siswa,
menjawab salah, serta mengajarkan materi secara sarana prasarana, media pendidikan, dan faktor-
urut halaman perhalaman tanpa membahas faktor lainnya. Namun semua itu pada akhirnya
keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah. tergantung dari kualitas pembelajaran yang

220 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


membutuhkan kemampuan seorang guru dalam menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar
memilih strategi pembelajaran yang tepat, yaitu kognitif mulai dari yang paling rendah dan
salah satunya memilih model pembelajaran yang sederhana yaitu pengetahuan sampai yang paling
mengarahkan pada upaya mengaktifkan peran tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi
peserta didik sebagai pembelajar sementara guru suatu tingkat maka makin kompleks sifatnya.
sebagai fasilitator. Keenam tingkatan kognitif itu meliputi: (C1)
Dari temuan penulis, faktor-faktor yang pengetahuan atau ingatan (knowledge) adalah
mempengaruhi prestasi hasil belajar matematika di kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari,
SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo dapat (C2) pemahaman (comprehension) merupakan
digolongkan pada tiga faktor utama, yakni: faktor kemampuan menangkap pengertian,
stimulus, faktor metode dan faktor individual. menerjemahkan, dan menafsirkan, (C3)
Dalam rumusan ini, penulis tertarik untuk aplikasi/penerapan (application) yaitu kemampuan
mengangkat bagian dari masing-masing faktor yang menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam
berimplikasi pada rendahnya nilai raport dan nilai situasi baru dan nyata, (C4) analisis (analysis)
Ujian Nasional matematika peserta didik di sekolah merupakan kemampuan menguraikan dan
tersebut. Faktor metode belajar yang dicarikan mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang
solusinya adalah proses pembelajaran yang di terpisah, menghubungkan antar bagian guna
dominasi oleh gurunya yang menyebabkan membangun suatu keseluruhan, (C5) sintesis
kurangnya keterlibatan peserta didik dalam tugas- (syinthesis) adalah kemampuan menyimpulkan,
tugas kelompok, sehingga mereka cenderung untuk bagian yang terpisah guna membangun secara
saling berkompetisi ke arah yang tidak sehat. Hal ini keseluruhan dan sebagainya dan (C6)
dirasa cocok dengan penerapan model evaluasi/penilaian (evaluation) yaitu kemampuan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Karena mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti
melalui kerja sama kelompok, peserta didik pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan
membangun rasa percaya diri untuk menyelesaikan pada suatu kriteria..
suatu permasalahan. Sedangkan faktor individual Dengan demikian hasil belajar matematika
yang diteliti ialah tingkat kemampuan berpikir kritis adalah sejumlah kemampuan yang menentukan
peserta didik. Dan materi ajar yang dititikberatkan tingkat keberhasilan seseorang dalam memahami
adalah materi barisan dan deret. Hal ini sengaja suatu materi pada pelajaran matematika setelah
diangkat, karena salah satu Standar Kompetensi memiliki pengalaman belajarnya dalam waktu
Lulusan dalam pelajaran matematika SMK adalah tertentu.
materi barisan dan deret. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Dari uraian di atas, maka penulis Salah satu kemampuan berpikir yang
memformulasikan ketiga faktor yang diangkat dikembangkan di sekolah adalah kemampuan
sebelumnya melalui penelitian eksperimen yang berpikir kritis. Soeprapto (2001: 1) “berpikir kritis
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif merupakan kemampuan yang sangat esensial
Tipe Jigsaw Dan Kemampuan Berpikir Kritis untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif
Peserta didik Terhadap Hasil Belajar Matematika Di dalam semua aspek kehidupan lainnya. Jadi dapat
Kelas X SMK Negeri 1 Batudaa”. dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan
B. RUMUSAN MASALAH kemampuan yang sangat penting bagi kehidupan
Berdasarkan identifikasi masalah dapat sehingga dijadikan sebagai tujuan pokok dalam
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : (1) pendidikan.
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Menurut Slavin (2011: 37) kemampuan
matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan berpikir kritis adalah kesanggupan seseorang
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan mengambil keputusan rasional tentang apa yang
model pembelajaran langsung? (2) Apakah terdapat harus dilakukan dan apa yang harus dipercaya.
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan Seperti halnya menurut pendapat Fisher (2008: 4)
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar mengatakan kemampuan berpikir kritis adalah
matematika? (3) Untuk peserta didik dengan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
kemampuan berpikir kritis tinggi, apakah terdapat berfokus untuk memutuskan apa yang mesti
perbedaan hasil belajar matematika yang dipercaya atau dilakukan.
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Sadia (2014: 40) “kemampuan berpikir kritis
tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung? (4) adalah proses berpikir yang melibatkan aktivitas
Untuk peserta didik yang memiliki kemampuan mental dalam hal memecahkan masalah secara
berpikir kritis rendah, apakah terdapat perbedaan analitis, dan reflektif, mengambil keputusan secara
hasil belajar matematika yang dibelajarkan dengan akurat, dan melakukan inkuiri dalam pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan sains. Sedangkan menurut Fisher dan Scriven
model pembelajaran langsung? (1997: 21) “kemampuan berpikir kritis adalah
C. KAJIAN TEORI interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif
1. Hasil Belajar Matematika terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan
Hasil belajar matematika dapat diartikan argumentasi”.
sebagai perubahan tingkah laku dalam bentuk Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
peningkatan kecakapan dan kemampuan dalam maka kemampuan berpikir kritis peserta didik
mempelajari materi matematika. Keseluruhan adalah kesanggupan seseorang mengambil
kemampuan ini diukur dengan menggunakan 6 keputusan rasional dengan menggunakan logika
(enam) klasifikasi kognitif berdasarkan taksonomi dan proses pemecahan masalah dalam
Bloom. Purwanto (2011: 50) membagi dan menyelesaikan masalah dengan indikatornya (1)

Volume 02, Nomor 2 , Mei 2017 | 221


mengenal masalah, (2) mengumpulkan dan membahas materi yang sama, kita sebut sebagai
menyusun informasi yang diperlukan, (3) tim ahli yang bertugas membahas permasalahan
menganalisis data, (4) menyimpulkan, dan (5) yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu
menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas. dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw anggota kelompoknya. Menurut Rusman (2014:
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh 218) Model pembelajaran kooperatif model jigsaw
Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas adalah sebuah model belajar kooperatif yang
Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah menitikberatkan pada kerja kelompok peserta didik
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dalam bentuk kelompok kecil.
dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
menyusun potongan gambar. Pembelajaran Jigsaw menurut Sadia (2014: 93) terdiri atas empat
kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara langkah yaitu 1) pembagian tugas, 2) pemberian
bekerja sebuah gergaji (zig-zag), yaitu peserta didik lembar ahli, 3) melakukan diskusi, dan 4)
melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara pemberian kuis.
bekerja sama dengan peserta didik lain untuk Adapun langkah-langkah pembelajaran
mencapai tujuan bersama. kooperatif model jigsaw menurut penulis adalah :
Slavin (2005: 117) membandingkan (1) Peserta didik dikelompokkan dengan anggota 4-
pembelajaran kooperatif dengan sebuah kelompok 6 orang; (2) Tiap orang dalam tim diberi bagian
kontrol dalam dua kelas di sebuah sekolah materi yang berbeda; (3) Tiap orang dalam tim
menengah khusus untuk para remaja dengan diberi bagian materi yang ditugaskan; (4) Anggota
gangguan emosi, tetapi memiliki intelejensia dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
normal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bagian/subbab yang sama bertemu dalam
peserta didik dengan menggunakan pembelajaran kelompok baru (kelompok ahli) untuk
kooperatif melakukan tugasnya lebih baik secara mendiskusikan subbab mereka; (5) Setelah selesai
signifikan daripada peserta didik yang ada di kelas diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kontrol. kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
Peserta didik ini bekerja sama untuk tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; saksama; (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
(b) merencanakan bagaimana mengajarkan diskusi; (7) Pembahasan; (8) Guru memberi
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya evaluasi; dan (9) Penutup.
semula. Setelah itu , peserta didik tersebut kembali 4. Model Pembelajaran Langsung
lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” Menurut Egen dan Don (2012: 363) Model
dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi pembelajaran langsung adalah satu model yang
penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. menggunakan peragaan dan penjelasan guru
Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. digabungkan dengan latihan dan umpan balik
Sehingga seluruh peserta didik bertanggung jawab peserta didik untuk membantu mereka
untuk menunjukkan penguasaannya terhadap mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata
seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh.
demikian, setiap peserta didik dalam kelompok Menurut Roy (2008: 295) Model Pembelajaran
harus menguasai topik sacara keseluruhan. langsung adalah sebuah model yang berpusat pada
Aktivitas belajar model Jigsaw menurut Sadia guru yang memiliki lima langkah: establishing set,
(2014: 93) dapat digambarkan sebagai berikut: penjelasan dan/atau demonstrasi, guided practice,
umpan balik, dan extended practice.
Arends, (2008: 295) mendefinisikan model
pembelajaran langsung adalah sebuah model yang
berpusat pada guru, mencakup tiga tahap dalam
praktek pembelajarannya yaitu: Pelajaran dimulai
dengan guru yang memberikan dasar pemikiran
pelajaran itu, estabilishing set, dan menyiapkan
peserta didik untuk belajar. Pelajaran itu kemudian
Gambar Kelompok Asal dan Ahli dalam Model memberikan kesempatan untuk praktik dengan
Kooperatif Tipe Jigsaw bimbingan dan guru memberikan umpan balik pada
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kemajuan peserta didik. Slavin, (2011: 276) model
pada umumnya digunakan dalam pembelajaran pembelajaran langsung merupakan pendekatan
untuk topik-topik atau pokok bahasan yang terhadap pembelajaran berupa guru memindahkan
sederhana. Model ini sangat baik untuk informasi langsung kepada peserta didik, pelajaran
mengembangkan rasa tanggung jawab dan berbagi berorientasi sasaran dan ditata oleh guru.
kepemimpinan. Agar penerapan model Egen dan Don, (2012: 363) menguraikan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat berjalan langkah-langkah atau fase-fase pembelajaran
secara efektif dan efisien, guru perlu mengatur dalam mengajarkan model pembelajaran langsung
waktu secara ketat pada setiap tahapan dari proses yaitu sebagai berikut: Fase 1: Perkenalan dan
pembelajaran. review dimana guru memperkenalkan pelajaran dan
Pembelajaran model kooperatif atau kooperatif mereview pemahaman awal; Fase 2: Presentasi
para ahli dihadapkan pada permasalahan yang dimana keterampilan baru disajikan, dijelaskan dan
berbeda yang dihadapi setiap kelompok sama, digambarkan dengan contoh; Fase 3: Latihan
setiap utusan dalam kelompok yang berbeda terbimbing dimana peserta didik melatih

222 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


keterampilan dibawah bimbingan guru; Fase 4: mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan
Latihan Mandiri dimana peserta didik melatih sendiri informasi-informasi yang diberikan guru. Hal ini
keterampilan. sejalan dengan pendapat Slavin (2005: 164) yang
Berdasarkan uraian di atas, dapat menyatakan bahwa model kooperatif type jigsaw
disintesiskan bahwa model pembelajaran langsung adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
adalah suatu model pembelajaran yang berpusat kesempatan kepada peserta didik untuk
pada guru di mana guru memindahkan informasi menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
langsung kepada peserta didik yang berbentuk guru.Dengan demikian model kooperatif type jigsaw
ceramah, pelatihan dan praktek, dengan langkah- mempunyai kontribusi lebih baik dalam proses
langkah yaitu: menyampaikan tujuan pembelajaran, pembelajaran peserta didik baik dalam menyusun
mendemonstrasikan pengetahuan atau pengetahuan sendiri, menemukan suatu konsep,
keterampilan, memberikan praktik dengan serta memperoleh makna yang mendalam terhadap
bimbingan, memeriksa pemahaman peserta didik apa yang telah dipelajarinya.
dan memberikan umpan balik, dan memberikan Berbeda dengan model langsung yang
praktik dan transfer yang diperluas. menekankan kepada proses penyampaian materi
5. Hipotesis Penelitian secara verbal dari seorang guru kepada peserta
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: didik dengan maksud agar peserta didik dapat
(1) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika menguasai materi pelajaran secara optimal. Secara
peserta didik yang dibelajarkan dengan model garis besar dalam mengembangkan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pengetahuannya, peserta didik belajar dengan
pembelajaran langsung, (2) Terdapat pengaruh menerima bahan yang telah disusun secara final
interaksi antara model pembelajaran dan dan guru menyampaikannya dengan ceramah.
kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap Karakteristik khusus dari model pembelajaran
hasil belajar matematika, (3) Untuk peserta didik langsung adalah guru lebih mendominasi kegiatan,
dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yaitu guru mengontrol alur pelajaran dengan
tinggi, hasil belajar matematika peserta didik yang menyampaikan informasi dan mendemonstrasikan
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif penyelesaian suatu soal. Di sini terlihat bahwa pada
tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan peserta didik model langsung, peserta didik secara tidak
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung diberikan kesempatan untuk
langsung, (4) Untuk peserta didik yang memiliki mengembangkan pengetahuannya, tetapi secara
kemampuan berpikir kritis rendah, hasil belajar bertahap melalui berbagai latihan.
peserta didik yang dibelajarkan dengan model 2. Pengaruh Interaksi Antara Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih rendah Pembelajaran dan Berpikir kritis Peserta
dibandingkan dengan model pembelajaran Didik terhadap Hasil Belajar Matematika
langsung. Dengan pengorganisasian pengalaman belajar
E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang baik, akan menciptakan lingkungan belajar
Pada bagian ini dikemukakan yang kondusif pada akhirnya berpengaruh pada
pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian yang pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang
meliputi; (1) perbedaan hasil belajar peserta didik dimaksud merupakan pengalaman belajar
yang mengikuti pembelajaran dengan model matematika, khususnya pada pencapaian hasil
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan peserta belajar matematika.
didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Dalam proses ini, peserta didik yang memiliki
pembelajaran langsung, (2) pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis tinggi akan sangat
antara model pembelajaran dengan berpikir kritis membantu karena memiliki banyak pengetahuan
terhadap hasil belajar peserta didik, (3) bagi yang terkait dengan materi yang dipelajari,
peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan
kritis tinggi, hasil belajar peserta didik yang berpikir kritis tinggi dapat menyusun dan
dibelajarkan dengan motode pembelajaran mengembangkan pengetahuan sendiri dalam
kooperatif type jigsaw lebih tinggi dibandingkan proses berpikr tingkat tinggi atau kompleks. Dengan
dengan hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan demikian melalui model kooperatif type jigsaw
dengan model pembelajaran langsung, (4) bagi peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir
peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi mampu untuk lebih mengembangkan
kritis rendah, hasil belajar peserta didik yang pengetahuannya, serta membantu untuk dapat
dibelajarkan dengan model pembelajran kooperatif menjelaskan situasi, ide, maupun relasi matematika
type jigsaw lebih rendah dibandingakan dengan secara tertulis berdasarkan proses pembelajaran
hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan ataupun permasalahan ke dalam bahasa atau
model pembelajaran langsung. simbol matematika baik berupa grafik ataupun
1. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Peserta aljabar.
Didik yang Dibelajarkan dengan Model Model langsung yang secara khusus
Kooperatif Type Jigsaw dan Peserta Didik dikembangkan untuk membantu peserta didik
yang Dibelajarkan dengan Model Langsung belajar secara terstruktur tahap demi tahap tentang
pengetahuan prosedural (konsep) dan pengetahuan
Model kooperatif type jigsaw memungkinkan deklaratif (keterampilan) yang secara garis
peserta didik menemukan sendiri informasi- besarnya melalui latihan terstruktur, latihan
informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan terbimbing dan latihan mandiri, dapat membantu
belajarnya, karena model kooperatif type jigsaw peserta didik untuk belajar sesuatu yang kompleks
melibatkan peserta didik dalam proses-proses dengan baik. Dengan proses terstruktur dan

Volume 02, Nomor 2 , Mei 2017 | 223


bertahap tersebut, peserta didik yang memiliki kompleks dalam menyelesaikan masalah yang
kemampuan berpikir kritis rendah untuk dapat ada.
belajar lebih kompleks dan terlatih dalam F. KESIMPULAN DAN SARAN
penyelesaian permasalahan. Dengan demikian 1. Kesimpulan
peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan
kritis rendah akan terlatih dalam menjelaskan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan
situasi, ide, maupun relasi matematika secara bahwa: (1) Hasil belajar matematika peserta didik
tertulis berdasarkan permasalahan yang ada dalam yang mengikuti pembelajaran dengan model
bahasa atau simbol matematika. pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari
pada hasil belajar matematika peserta didik yang
3. Bagi Peserta Didik yang Memiliki mengikuti pembelajaran dengan model
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi, Hasil pembelajaran langsung. (2) Terdapat pengaruh
Belajar Peserta Didik yang Dibelajarkan interaksi antara model pembelajaran dengan
dengan Model Kooperatif Type Jigsaw berpikir kritis peserta didik terhadap hasil belajar
Lebih Tinggi Dibandingkan Model Langsung matematika. (3) Peserta didik yang memiliki berpikir
kritis tinggi yang dibelajarkan dengan model
Pembelajaran dengan model kooperatif type kooperatif tipe jigsaw memiliki hasil belajar
jigsaw, tindakan peserta didik dalam penataan matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran dimulai dari peserta didik belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan model
menemukan suatu informasi baru dimana peserta pembelajaran langsung. (4) Peserta didik yang
didik akan menerapkan pengetahuan yang telah memiliki berpikir kritis rendah yang dibelajarkan
dimilikinya atau berusaha mengkontruksi dengan model langsung memiliki hasil belajar yang
pengetahuan yang diperlukan. Peserta didik aktif lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang
secara berkelompok maupun secara individual dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan tipe jigsaw.
pembelajaran dalam model kooperatif type jigsaw 2. Saran
diterapkan untuk mencari dan menemukan Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
informasi atau pengetahuan baru dari menyarankan: (1) para guru matematika
permasalahan matematika yang diberikan dengan disarankan untuk menggunakan model kooperatif
berpikir kritis dan analitis. Peserta didik yang tipe jigsaw dan model langsung sebagai strategi
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang pengorganisasian alternatif dalam pembelajaran
memiliki banyak pengetahuan tentang materi matematika berdasarkan karakteristik peserta didik
prasyarat akan sangat membantu bagi pencapaian khususnya berpikir kritis; (2) pembelajaran
hasil belajar matematika. Dengan kata lain, bagi matematika sangat erat dengan konsep-konsep
kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan yang membutuhkan penalaran tinggi. Agar hasil
berpikir kritis tinggi, hasil belajar matematika belajar yang dicapai lebih optimal maka para guru
mereka yang dibelajarkan dengan model kooperatif matematika sebaiknya selalu memperhatikan
type jigsaw lebih tinggi jika dibandingkan model kemampuan peserta didik, sehingga strategi
langsung. pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang
Proses pembelajaran melalui model kooperatif optimal dapat ditentukan dengan tepat; dan (3)
type jigsaw sangat cocok dengan kelebihan peserta untuk kesempurnaan penelitian ini, disarankan
didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian
karena memiliki pengetahuan prasyarat yang lebih lanjutan dengan melibatkan variabel moderator
banyak. Dengan demikian, bagi peserta didik yang lain, seperti konsep diri, motivasi, gaya berpikir,
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, hasil pengetahuan verbal dan lain-lain, sehingga dapat
belajar peserta didik dengan model pembelajaran mencapai hasil belajar matematika peserta didik
kooperatif tipe jigsaw akan lebih baik jika yang lebih optimal.
dibandingkan dengan peserta didik yang DAFTAR PUSTAKA
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Abbas, Nurhayati. 2012. Statistika Penelitian.
4. Bagi Peserta Didik yang Memiliki Bahan ajar PPs UNG
Kemampuan Berpikir Kritis Rendah, Hasil Arends, (2008), Learning to Teach-Belajar untuk
Belajar Matematika Peserta Didik yang Mengajar, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Dibelajarkan dengan Model Kooperatif Type (penerjemah Soetjipto, dkk)
Jigsaw Lebih Rendah Dibandingkan Model Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Langsung Rineka Cipta.
Model langsung yang tujuan utamanya untuk Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian.
membantu peserta didik dalam mempelajari Jakarta : Rineka Cipta
keterampilan dasar dan pengetahuan dengan Aisyah, 2008. Pengertian Berpikir Kritis Kamus
penekanan pada penguasaan materi dengan Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua .
penyampaian secara verbal dari guru kepada Balai Pustaka.
peserta didik. Jadi kegiatan dalam model Dimyati, dan Mujiono. 2006. Belajar &
langsung sangat menunjang kelebihan Pembelajaran. Jakarta:PT Rineke Cipta
kemampuan verbal otak yang memiliki Eggen, Paul and Don Kauchak. 2012. Strategi
kemampuan berpikir kritis rendah. Berbeda dan Model Pembelajaran. Jakarta:
dengan model kooperatif type jigsaw yang Indeks
menuntut peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah untuk berpikir

224 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Fathani, Abdul Halim, 2008, Ensiklopedi
Matematika, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Group.
Fisher, A and Scriven, M. 1997. Critical Thinking: Its
Definition and Assesment. Center for
Research in Critical Thinking. University of
East Anglia.
Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama. Diterjemhkan oleh Benyamin
Hadinata.
Isjoni, 2009. Pembelajaran Koperatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto,Ngalim.2011. Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Riduwan, 2013. Metode dan Teknik Menyusun
Tesis. Bandung: Alfabeta.
Roy Killen. (2008). Effective Teaching Strategis,
Lessons from Research and Practice.
Australia : Social Science Press.
Rusman, 2014. Model-model Pembelajaran.
Jakarta:Rajawali Pers.
Sadia, Wayan.2014. Model-model Pembelajaran
Sains Konstruktivistik. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Slavin, Robert E. 2005, Cooperative Learning
(Teori, Riset dan Praktik), Terjemahan
oleh Lita, 2009, Bandung: Nusa Media.
------, 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik.
Jakarta: Permata Puri Media.
Sudjana, 2005.Metode Statistika. EdisiKeenam.
Bandung: Tarsito.
Suryabrata, Sumadi, 2012. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Rajawali Pers.

Volume 02, Nomor 2 , Mei 2017 | 225

Anda mungkin juga menyukai