PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-hari. Makanan dapat membantu kita
makanan yang bergizi akan membantu pertumbuhan kita baik otak maupun badan
(Buckle,dkk,1985 : 1).
pengetahuan tentang nilai gizi dan makanan-makanan yang ada. Dalam konteks
tersebut gizi mempunyai pernan besar dalam menentukan masalah keadaan yang
Hal ini terbukti dari hasil penelitian Kapantow (2013) dari 10 sampel
garam dapur yang diperiksa ada 50 % sampel yang tidak memenuhi syarat dan 5
2000 garam konsumsi beriodium antara 30-80 ppm. Hasil penelitian pada garam
dapur yang tidak memenuhi persyaratan memiliki kadar dari 0,3 ppm–28 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa mutu dalam garam ini masih sangat jauh dari kualitas
yang seharusnya, hal ini dapat terjadi karena produksi pembuatan garam di
Indonesia yang masih tradisional, sistem pengawasan yang belum efektif serta
1
2
umumnya adalah industri kecil yang berada di sentra produksi yang perlu dibina
sistem manajemen mutu, pelatihan teknik produksi dan bantuan peralatan mesin
sederhana, sehingga kadar iodium dalam garam tidak homogen (Kapantow, 2013).
yang diperoleh pada survey gondok tahun 1982 karena pertumbuhan penduduk
dari jumlah tersebut 10 juta penderita gondok, 750.000 – 900.000 menderita kretin
masih tinggi. Hal ini terjadi, karena banyaknya garam yang dijual di pasaran
didalamnya hanya sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Kepala Dinas Kesehatan
dalam penderita gangguan akibat kekurangan yodium (gaky) pada 2009 sebesar
tujuh persen dari jumlah penduduk. Hal ini berarti penderita gaky di Jabar sekitar
3
2,9 juta orang dari 42 juta penduduk. Jumlah tersebut masih dalam kategori
provinsi dengan endemik ringan. Hal ini dapat dilihat dari tiga daerah di Jawa
yang termasuk dalam kategori endemik berat dengan prevalensi sebesar 30,2
persen dari jumlah penduduk. Sedangkan dua daerah lainnya, yaitu Kabupaten
itu, pengetahuan ibu rumah tangga yang kurang, terutama tentang jenis dan
garam.
kadar iodium didalam garam bermerk dan garam tanpa merk yang dijual di
garam beriodium yang sudah terstandarisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
(NaCl),kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), unsur yang cukup banyak terkandung
dalam air laut. Beberapa jenis garam, sudah difortifikasi atau diberikan KIO 3
pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh
4
yodium.Jumlah yodium yang dihitung sebagai kalium iodat (KIO3) tidak kurang
dari 30 mg/kg.Sumber yodium lain yang dapat ditambahkan selain kalium iodat
(KIO3) adalah kalium iodida (KI), natrium iodida atau natrium iodat (NaO3).
Karakteristik dasarnya adalah kadar natrium klorida (NaCl) tidak kurang dari
B. Rumusan Masalah
berikut : “Apakah terdapat iodium dalam garam bermerk dan garam tanpa merk di
C. Pembatasan Masalah
dan kuantitatif tentang kadar iodium pada garam bermerk dan tanpa merk yang
D. Tujuan Penelitian
garam bermerk dan garam tanpa merk yang dijual di Pasar Kepuh Kabupaten
Kuningan.
E. Manfaat Penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Tasikmalaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Garam
1. Pengertian Garam
Garam adalah senyawa ionic yang terdiri dari ion positif (kation) dan
seperti asetat (CH3COO-) dan ion monoatomik seperti fluoride (F -), serta
ion poliatomik seperti sulfat (SO42-). Natrium Klorida (NaCl), bahan utama
sinar matahari biasanya para petani garam membuat garam dengan metode
baik dengan Kristal yang besar, petani garam biasanya secara langsung
6
7
sinar matahari, setelah itu air laut dimasukan ke petakan khusus untuk
meja garam lalu diuapkan dengan sinar matahari selama tujuh hari lalu
dengan sendirinya air tersebut akan berkurang dan menjadi kristal garam.
yaitu dengan menggunakan garam yang masih kasar yang sudah jadi lalu
dilarutkan dengan air, setelah air sudah tercampur dan garam sudah
terlarut air tersebut biasanya difilter (disaring) agar air jernih, setelah
sekitar 3-4 jam bahkan lebih, setelah itu jadilah garam rebus.
B. Garam Beriodium
iodium ditmbahkan pada garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam
bentuk Kalium Iodat (KIO3) berupa larutan pada lapisan tipis garam,
tidak terbatas usia, selain biaya yang rendah juga merupakan dasar
C. Iodium
bioaktivitas hormone ini, yaitu trijodotyronin (T3) dan tertrajodotyronin (T4) atau
untuk dipergunakan dalam sintesa hormone thyroxin. Hormon ini ditimbun dalam
Dalam konteks tersebut gizi mempunyai peranan besar dalam setiap tahap
fungsi otak. Oleh karena itu iodium harus menjadi bagian dari konsumsi makanan
pembsaran kelenjar gondok) dapat dilakukan dengan palpasi (meraba dengan jari-
1. Jangka Pendek
berat, namun selain mahal upaya ini juga tidak berkesinambungan. Bila
suplementasi dihentikan dan tidak ada sumber iodium dalam konsumsi sehari-
2. Jangka Panjang
dilakukan fortifikasi iodium kedalam garam yang dikenal dengan iodisasi garam.
G. Anggapan Dasar
Indonesia.Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan,
dengan istilah gondok (pembesaran tiroid) yang merupakan salah satu gejala yang
timbul akibat kekurangan zat gizi tersebut.Akibat defisiensi iodium saat ini
diketahui tidak hanya perbesaran kelenjar tiroid, tetapi jauh lebih luas.Karena
11
luasnya akibat dari defisiensi ini, defisiensi iodium kemudian dikenal dengan
penambahan iodium sebagai kalium iodat pada garam dapur yang dijual
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
digunakan berasal dari garam bermerk dan garam tanpa merk yang dijual di
B. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1 Batang pengaduk - 1 buah
2 Botol semprot - 1 buah
3 Bulf - 1 buah
4 Buret 25,0 mL 1 buah
5 Corong gelas - 1 buah
6 Erlenmeyer 250 mL 16 buah
7 Gelas kimia 100 mL 2 buah
8 Klem buret - 1 buah
9 Labu ukur 1000,0 mL 2 buah
10 Pipet volume 10,0 mL 2 buah
11 Statip buret - 1 buah
12 Tabung reaksi - 3 buah
13 Neraca Analitik - 1 buah
12
13
C. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Bahanyang digunakan dalam penelitian
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Akuades - Secukupnya
2 Amilum 1% 1 gram
3 H2SO4 Pekat 25 mL
4 Kristal KI - 2 gram
5 K2Cr2O7 - 0,05-0,1 gram
6 Na2CO3 0,1 N 0,1 gram
7 Na2S2O3 0,005 N 25 gram
D. Prosedur Penelitian
1. Metode Pemeriksaan
kuantitatif yaitu :
a. Analisis Kualitatif
b. Analisis Kuantitatif
2. Pembuatan Pereaksi
1000 mL dan diencerkan dengan air sampai tanda batas. Larutan ini
b. Indikator Amilum 1%
V K Cr O x N K Cr O7
Perhitungan:N Na S O = 2 2 7 2 2
2 2 3
V Na2 S 2 O3
3. Prinsip Pemeriksaan
tidak langsung, dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah
kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang
(Siregar,2010).
4. Persiapan Sampel
5. Cara Pemeriksaan
a. Analisis Kualitatif
b. Analisis Kuantitatif
mL H2SO4 pekat dengan 0,1 gram kristal KI. Kemudian segera titrasi
Na2S2O3yang digunakan.
Perhitungan
(DepKes, 1986).
BAB IV
pemeriksaan kadar iodium. Sampel tersebut diambil dari garam bermerk dan
garam tanpa merk. Pada pemeriksaan kadar iodium dilakukan dengan dua analisis
17
18
1. Analisa Kualitatif
bermerk dan garam tanpa merk. Pada sampel garam ini ditambahkan larutan
Kristal Iodium dan H2SO4 pekat sebagai asam sehingga akan terbentuk iodium.
Indikator amilum dapat memberikan warna biru dari komplek iodin amilum
sehingga indikator ini bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif. Adanya
warna biru pada sampel garam bermerk dan garam tanpa merk menunjukan
sampel garam bermerk dan garam tanpa merk dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
ini :
19
Tabel 4.1
Data hasil penelitian analisis kualitatif
Sampel Hasil
Garam Bermerk +
Garam Tanpa Merk +
Keterangan :
Hasil : (+) adanya iodium pada sampel tersebut (terbentuk warna biru)
Berdasarkan hasil
2. Analisa Kuantitatif
Tabel 4.2
Hasil Standarisasi Na2S2O3 0,005 N dengan K2Cr2O7 0,005 N
BE K2Cr2O7 = 49,05
Perhitungan :
Gram
N K2Cr2O7 =
BE x V (L)
= 0,0245
49,05 x 0,1
20
= 0,005 N
Jadi normalitas Na2S2O3 yang sebenarnya adalah :
N2 = N1x V1
V2
= 0,005 x 10= 0,0048 N
10,25
Keterangan :
N1 = Normalitas K2Cr2O7
Bermerk
21
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan sampel pada Garam Tanpa Merk
Pengulangan Volume Sampel (gr) Volume Na2S2O3 (mL)
1 25 2,50
2 25 2,45
3 25 2,40
Rata-rata 2,45
Perhitungan :
mL Na2 S2 O3 x N Na2 S2 O3 x BE KI O3
Kadar KIO3 ppm (mg/kg) ¿
Berat sampel (kg)
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan sampel pada Garam Bermerk A
Pengulangan Volume Sampel (gr) Volume Na2S2O3 (mL)
1 25 11,10
2 25 11,05
3 25 11,00
Rata-rata 11,05
Perhitungan :
mL Na2 S2 O3 x N Na2 S2 O3 x BE KI O3
Kadar KIO3 ppm (mg/kg) ¿
Berat sampel (kg)
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan sampel pada Garam Bermerk B
Pengulangan Volume Sampel (gr) Volume Na2S2O3 (mL)
1 25 10.60
2 25 10,55
3 25 10,50
Rata-rata 10,55
22
Perhitungan :
mL Na2 S2 O3 x N Na2 S2 O3 x BE KI O3
Kadar KIO3 ppm (mg/kg) ¿
Berat sampel (kg)
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan sampel pada Garam Bermerk C
Pengulangan Volume Sampel (gr) Volume Na2S2O3 (mL)
1 25 9,10
2 25 9,05
3 25 9,00
Rata-rata 9,05
Perhitungan :
mL Na2 S2 O3 x N Na2 S2 O3 x BE KI O3
Kadar KIO3 ppm (mg/kg) ¿
Berat sampel (kg)
A. Pembahasan
bermerk dan garam tanpa merk dilakukan karena garam merupakan bahan
itu garam juga merupakan salah satu zat gizi yang berperan dalam pembentukan
23
hormon tiroid yang sangat diperlukan untuk perkembangan fisik dan mental
yang kira-kira 33% sedangkan sisanya 67% dikeluarkan melalui urin dan feses.
Sesuai degan peraturan yang telah ditetapkan oleh SNI 01-3556-2000 bahwa
kadar iodium sebagai kalium iodat (KIO3) yang terdapat pada garam beriodium
adalah sebesar 30-80 ppm.Oleh karena itu sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah garam bermerk dan garam tanpa merk yang di jual di Pasar Kepuh
banyak yang mengkonsumsi garam tanpa merk yang kadar iodium nya relatif
rendah.
suatu proses tak langsung yang melibatkan iod, ion iodide berlebih ditambahkan
kedalam suatu agen pengoksidasi, yang membebaskan iod dan kemudian dititrasi
setara dengan iodium yang dihasilkan sebagai titrat dan setara dengan banyaknya
KIO3 + KI
2I- I2 + 2e
reduktor sampai larutan berwarna kuning jerami. Dengan reaksi sebagai berikut :
I2 + Na2S2O3
I2 + 2e 2I-
2S2O32- S4O62- + 2e
biru yang terbentuk ini karena terbentuknya kompleks iod amilum. Kemudian
amilum, akan bereaksi dengan Na2S2O3. Karena Na2S2O3 lebih kuat pereaksinya
dengan amilum sehingga amilum didesak keluar dari iodium dan warnanya
kembali kesemula. Sehingga pada saat titik akhir titrasi warna biru akan hilang.
Larutan standar sekunder Na2S2O3 merupakan larutan yang tidak stabil dan
harus dibakukan terlebih dahulu dengan larutan standar primer K2Cr2O7. Dimana
sebagai berikut :
K2Cr2O7 + KI
2I- I2 + 2e
amilum dan terbentuk warna biru.Warna biru yang terbentuk ini karena
sehingga iodium yang awalnya bereaksi dengan amilum, akan bereaksi dengan
amilum didesak keluar dari iodium dan warnanya kembali kesemula. Sehingga
Hasil penelitian yang dilakukan pada sampel garam bermerk dan garam
tanpa merk secara kualitatif ternyata sampel garam tersebut mengandung iodium
karena terbentuknya warna biru dari hasil reaksi komplek iod amilum. Dan secara
kuantitatif didapat kandungan iodium pada sampel garam tanpa merk tersebut
yaitu 16,77 ppm. Namun kandungan iodium pada sampel garam tanpa merk
tersebut tidak memenuhi syarat Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
dan Standar Nasional Indonesia tentang Garam Beriodium yaitu 30-80 ppm
(pembeli) atau dari pihak Dinas Kesehatan serta Dinas Perindustrian dan
konsumen.
disebabkan oleh rendahnya kadar iodium dalam makanan. Gejala yang paling
kelenjar gondok yang berada dibagian depan leher. Akibat lain yang ditimbulkan
masyarakat dan pengawasan yang ketat dan pengujian pada garam yang
iodium sebagai kalium iodat (KIO3) pada 3 sampel garam bermerk menunjukkan
bahwa kadar kalium iodat (KIO3) yang terdapat dalam garam tersebut memiliki
kadar yang berbeda-beda. Kadar kalium iodat (KIO3) yang tertinggi terdapat pada
sampel garam A yaitu sebesar 76,65 ppm. Sedangkan kadar kalium iodat (KIO3)
yang terendah terdapat pada sampel garam B yaitu sebesar 72,23 ppm dan pada
sampel garam C yaitu 61,96 ppm. Dari seluruh sampel yang dianalisis terdapat 3
sampel garam yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Standar
produk garam dapur harus mempunyai kadar kalium iodat (KIO3) sebesar 30-80
ppm. Dari hasil penelitian tersebut sampel garam yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh SNI yaitu pada sampel garam A sebesar 76,65 ppm, garam B
27
sebesar 72,23 ppm, dan garam C sebesar 61,96 ppm. Sedangkan hasil pada sampel
garam tanpa merk yaitu 16,77 ppm, hasil tersebut dikatakan rendah karena tidak
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia tentang Garam Beriodium yaitu 30-80
ppm.
i
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama,2001.
Buckle K.A, Edwards R.A, Fleet G.H, dan Wootton M. Ilmu Pangan. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia, 1985.
Djaeni Achmad. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Penerbit Dian
Rakyat, 1987.