Anda di halaman 1dari 5

Pola Pengelolaan Sampah Berbasis 3R

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat digunakan sebagai referensi model


yang mengedepankan paradigma 3R (R1 = reduce, R2 = reuse, R3 = recycle). Pengelolaan
sampah berbasis masyarakat melalui pola 3R, perlu dioptimalkan dalam penerapannya,
karena program ini berkitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan
pengelolaan persampahan, sesuai yang diamatkan dalam UU No 18 Tahun 2008, tentang
Pengelolaan Sampah dan Permen PU No 21/PRT/M/2006, tentang kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Persampahan.

Reduce (R1) adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola hidup
konsumtif serta senantiasa menggunakan “tidak sekali pakai” yang ramah lingkungan dan
mencegah timbulan sampah. Reuse (R2) adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui
penggunaan yang berulang agar tidak langsung menjadi sampah, tanpa pengolahan berarti
menggunakan kembali sampah yang masih layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi
lain. Recycle (R3) yaitu setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah perlu dilakukan
pemilahan dan pemanfaatan pengelolaan sampah menjadi produk baru. Pengelolaan sampah
dengan pola 3R merupakan upaya untuk mengurangi pemrosesan sampah akhir.
Tenik Operasional, Pengelolaan Sampah Kota

1. REDUCE :

Upaya untuk mengurangi volume sampah sebelum dan sesudah diproduksi,


misalnya :

a. Memperbanyak pemakaian bungkus yang mudah terdegradasi atau terurai seperti,


daun

b. Memperbanyak teknik isi ulang (refill) air minum atau refill lainnya untuk
mengurangi produksi tempatnya

c. Membakar sampah kering

Pengurangan sampah dapat dicapai dalam tiga cara dasar, yaitu mengurangi
jumlah bahan yang digunakan per produk tanpa mengorbankan fungsi produk,
meningkatkan masa hidup produk, dan menghilangkan kebutuhan untuk produk.
Produsen barang maupun anggota keluarga dapat berperan dalam melakukan
teknologi ini. Reduce merupakan upaya mengurangi timbulan sampah di lingkungan
sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan dengan cara
mengubah pola hidup yang konsumtif (mengubah kebiasaan boros dan menghasilkan
banyak sampah menjadi hemat atau lebih efisien dan sedikit sampah).

2. REUSE

Upaya untuk memakai kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah
secara langsung tanpa mengolahnya terlebih dahulu, misalnya :

a. Botol yang terbuat dari plastik atau gelas menjadi tempat bumbu

b. Ember bekas menjadi pot bunga

c. Koran menjadi tempat pembungkus

3. RECYCLE

Upaya utuk memanfaatkan kembali sampah melalui daur ulang setelah melalui
proses pengelolaan tertentu, misalnya :

a. Pecahan beling diolah kembali menjadi gelas, piring, dll.

b. Sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos

c. Potongan plastik diolah menjadi ember, gayung, sandal, dll.

d. Lempengan kaleng diolah menjadi kaleng, dll.

Proses daur ulang dapat dilakukan oleh industri rumah tangga maupun industri
manufaktur. Pengumpulan bahan baku di sumbernya (on-site) dapat dilakukan oleh
rumah tangga penghasil sampah, sedangkan di luar sumbernya misalnya di tempat
pengumpulan sampah sementara (TPSS) atau tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah
dapat dilakukan oleh pemulung atau pengelola sampah.
Skema Contoh Produk Hasil Pemilahan

Teknis Operasional :

A). Pengurangan Sampah, pengurangan sampah meliputi penggunaan produk serta kemasan
yang dapat digunakan kembali.

B). Penanganan Sampah

1. Pewadahan

Jenis pewadahan untuk setiap pemukiman penduduk biasanya beragam. Antara lain
yaitu menggunakan keranjang sampah, tong besar, kotak, ember bekas, kantong, dan juga
lubang dari tanah. Ketentuan peletakan pewadahan individu juga biasa diletakkan di halaman
depan ataupun halaman belakang rumah. Untuk bahan wadah juga memiliki ketetntuan yaitu
sebaiknya tidak mudah rusak, kedap air, tertutup dan mudah untuk dikosongkan.

2. Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengolahan yang tidak hanya mengumpulkan


sampah dari wadah individu dan / atau wadah umum (bersama), tetapi juga mengangkutnya ke
lokasi terminal tertentu melalui transportasi langsung atau tidak langsung. Pengmpulan yang
biasa dilakukan pada beberapa wilayah yang kurang pelayanan adalah menggunakan sistem
individudual tidak langsung yaitu sampah dikumpulkan ke TPS setiap dua hari sekali kemudian
diangkut ke TPAsetiap satu bulan sekali. Sarana yang digunakan berupa motor sampah dengan
kapasitas 120 liter. Untuk wilayah dengan pelayanan baik biasany ada petugas yang mengangkut
sampah setiap harinya.

3. Pengangkutan

Ada yang dinamakan sistem Macro Transportation, yaitu sampah yang terkumpul
diangkut dengan kendaraan yang lebih besar menuju TPA. Adapun syarat alat pengangkut
sampah adalah antara lain adalah :

• Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah,


minimal dengan jaring

• Tinggi bak maksimum 1,6 m

• Sebaiknya ada alat ungkit

Dafpus :

Kementrian Pekerjaan Umum-Badan Penelitian dan Pengembangan, 2010. Modul


Pengelolaan Sampah Berbasis 3R. Bandung

Seruyaningtyas, K., Handayani, D. S., & Samadikun, B. P. (2017). Perencanaan Sistem Pengelolaan
Sampah Terpadu Studi Kasus Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang
(Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Anda mungkin juga menyukai