Tim Kontributor :
Andi Muhammad Nur Fauzan Hayyu
Andro Rayvaldi Hardianto
Desi Sartika
Farina Ayu Yolanda
I Komang Raden Sentana Putra
Mochammad FMiftahul Farid Mubarrok
Yudhanti Hijrahiswari
Akuntansi AP 2018
HEWLETT-PACKARD
DAFTAR ISI
TM 09 MODUL PENERIMAAN .............................................................................................................. 6
1. Dasar Hukum Penerimaan Negara ................................................................................................. 6
2. Kerangka Teori Penerimaan Negara .............................................................................................. 6
a. Konsepsi Penerimaan Negara (PP 45/2013) ................................................................................. 6
b. Lingkup Transaksi Penerimaan Negara ......................................................................................... 7
c. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerimaan Negara .................................................................. 7
d. Billing System dan Kode Billing ..................................................................................................... 8
e. Ruang Lingkup Modul Penerimaan Negara (MPN) ..................................................................... 10
f. Konfigurasi MPN G2 .................................................................................................................... 11
g. Tujuan MPN ................................................................................................................................ 12
h. Manfaat Penerapan MPN-G2...................................................................................................... 12
i. Penyempurnaan Sistem MPN ..................................................................................................... 12
3. Best Practice Penerimaan Negara ................................................................................................. 13
4. Alur Penerimaan negara ................................................................................................................ 16
5. Proses Bisnis MPN G1 .................................................................................................................... 16
6. Proses Bisnis MPN G2 .................................................................................................................... 17
7. Proses Bisnis MPN G3 .................................................................................................................... 21
8. Manfaat Adanya Lembaga Persepsi Lainnya: ............................................................................. 23
9. Rekap Penerimaan Pajak, Konfirmasi Penerimaan, Koreksi Penerimaan .............................. 25
a. Rekap Penerimaan Pajak............................................................................................................. 25
b. Konfirmasi Penerimaan ............................................................................................................... 25
c. Koreksi Penerimaan .................................................................................................................... 26
10. Penatausahaan Rekening pada MPN G2...................................................................................... 27
11. Penerimaan Negara Melalui KPPN .............................................................................................. 27
12. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ................................................................................... 28
a. Lingkup PNBP .............................................................................................................................. 28
b. Obyek PNBP ................................................................................................................................ 28
c. Pengelolaan PNBP ....................................................................................................................... 28
13. Input, Proses/Aktivitas, Output Modul Penerimaan ................................................................... 30
14. Gambaran Sistem Aplikasi Penerimaan....................................................................................... 30
15. Keterkaitan Modul Penerimaan Negara Dengan Modul Sakti Lainnya ................................... 35
16. Risiko Dan Pengendalian Modul Penerimaan Negara ................................................................ 36
17. Perbaikan/Improvement Modul Penerimaan Negara ................................................................. 36
TM 10 – MODUL MANAJEMEN KAS ................................................................................................. 40
1. Dasar Hukum Manajemen Kas ..................................................................................................... 40
1) Subsistem Billing
o Sistem Billing merupakan sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam
rangka pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik.
o Sistem billing menghasilkan data tagihan/billing dengan kode billing, yaitu kode
identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran
yang akan dilakukan Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor.
o Sistem Billing dikelola oleh Biller, yaitu unit eselon I Kementerian Keuangan, terdiri atas
Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dan Direktorat Jenderal
Anggaran.
2) Sistem Switching
o Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran dan
pemberian NTPN.
Proses bisnis Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN-G2) dimulai dari proses
pendaftaran sampai dengan rekonsiliasi kas. Lebih lanjut proses bisnis tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses Pendaftaran
Proses pendaftaran akun dilakukan pada instansi sesuai dengan jenis penerimaan negara
bersangkutan. Pendaftaran maupun pembuatan kode billing:
o DJA : Melayani billing MPN G2 PNBP (simponi.kemenkeu.go.id)
o DJP : Melayani billing MPN G2 Penerimaan Pajak (djponline.pajak.go.id)
o DJBC : Melayani billing MPN G2 Penerimaan Bea dan Cukai (customer.beacukai.go.id)
Jika proses pendaftaran berhasil, maka data user ID, Personal Identification Number
(PIN)/password, dan link aktifasi akun akan diterima melalui email tersebut.
b. Pembuatan Kode Billing
Proses ini dilakukan setiap akan melakukan pembayaran kewajiban pajak dan penyetoran
PNBP. Pembuatan ID/kode billing ini dimaksudkan untuk mengoneksikan data wajib pajak/setor
yang akan melakukan pembayaran dengan data registrasi yang telah tersimpan pada saat
mendaftar.
c. Pengiriman notifikasi kode Billing
Secara umum proses bisnis MPN-G2 dan MPN-G3 hampir sama. Dimulai dari pendaftaran
sampai dengan rekonsiliasi. Perbedaanya adalah dengan penambahan Portal SSO Penerimaan
Negara dan Lembaga Presepsi Lainnya (LPL). Portal SSO Penerimaan Negara dan Lembaga
Presepsi Lainnya (LPL) menatausahakan penerimaan negara sebagaimana halnya Bank/Pos
Presepsi yaitu menerima setoran, melimpahkan ke kas negara dan melaporkan penerimaan negara.
SPAN
MPN
G2
Modul Billing
GLP System
1. SPAN
Modul Penerimaan Negara merupakan bagian dari SPAN. Keduanya saling terhubung dalam
hal terdapat pembaharuan data terkait transaksi penerimaan negara. Oleh karena itu, data transaksi
penerimaan yang telah direkam oleh MPN-G3 akan secara otomatis memperbaharui database
SPAN.
2. Modul General Ledger dan Pelaporan
Hubungan Modul GLP dengan Modul Penerimaan Negara terkait dalam hal pembaharuan
data transaksi penerimaan negara. Apabila data transakis penerimaan telah direkam melalui MPN-
G3, selanjutnya data tersebut akan dikirim ke Modul GLP guna pembuatan jurnal atas transaksi
penerimaan serta pembaharuan saldo akun penerimaan negara.
3. Billing System
Upaya modernisasi sistem penerimaan, Modul Penerimaan Negara telah mengalami 3 kali perubahan
sebagai berikut:
1. MPN-G1
Dengan menggunakan MPN-G1, harus datang ke Bank atau kantor pos yang ditunjuk
Pemerintah untuk melakukan pembayaran tagihan. Berdasarkan Surat Setoran yang diisi secara
manual, penyetor melakukan pembayaran ke teller. Kemudian teller akan membukukan
penerimaan dalam aplikasi MPN. Surat Setoran dari wajib setor akan dibubuhi cap NTPN sebagai
bukti pembayaran yang sah. Selanjutnya, setiap hari, hasil penyetoran tersebut akan ditransfer ke
rekening Sub RKUN di Bank Indonesia setempat. Sedangkan pencatatan oleh teller dalam
aplikasi MPN di atas akan menghasilkan ADK. Setiap H+1 ADK tersebut akan dikirimkan ke
KPP dan KPPN.
Melalui evaluasi atas penggunaan MPN-G1 ini, diperoleh fakta bahwa MPN-G1 masih sangat
tergantung pada data input dari Bank, sehingga banyak dijumpai data yang tidak akurat maupun
keterlambatan penyetoran. Oleh karena itu, dengan memperhatikan kelemahan sistem tersebut
serta mencermati perkembangan teknologi informasi dikembangkanlah MPN-G2 untuk
memperbaiki sistem MPN-G1.
2. MPN-G2
Pada MPN-G2, sistem penerimaan negara sudah menggunakan sistem elektronik. Mulai dari
penggunaan Surat Setoran Elektronik (SSE) yang terintegrasi dari billing system, yaitu sistem
3. UU 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.05/2017 tentang Tata Cara Penyaluran Dana
Surat Perintah Pencairan Dana Melalui Sisitem Perbendaharaan dan Anggaran Negara.
tentang Pengawasan dan Pelaporan Transaksi Rekening Kuasa BUN di Daerah pada KPPN
SPAN.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Modul Kas Dalam Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara,
definisi modul kas adalah Modul Kas adalah bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi
pengaturan rekening milik BUN, perencanaan kas, pemindahbukuan dana, rekonsiliasi bank, dan
pelaporan manajerial.
Ruang lingkup yang diatur dalam modul kas sesuai PER-59/PB/2013 adalah sebagai
berikut:
3. Rekonsiliasi Bank
Sebelum dimulainya penerapan TSA pada tahun 2009, pengaturan rekening pemerintah Indonesia
meliputi puluhan ribu rekening bank pemerintah yang dioperasikan oleh kantor pusat Ditjen
Perbendaharaan, Kanwil, dan KPPN, serta berbagai kementerian dan lembaga di seluruh penjuru
Indonesia. Semua rekening tersebut menyimpan saldo dalam jumlah yang signifikan tanpa diberikan
renumerasi. Sebelum pembentukan TSA, terdapat sejumlah inefisiensi dalam pengelolaan penerimaan
Dari sisi pengeluaran, inefisiensi mencakup adanya “dana menganggur” yang tersimpan di
- penyediaan dan pendanaan pagu pengeluaran secara kas di rekening bank operasional
- penyediaan dan pendanaan pagu pengeluaran secara kas di rekening bank operasional
- adanya prosedur dana transfer untuk pemerintah daerah dan pembayaran pensiun yang
Pada sisi penerimaan, awalnya bank-bank pemungut penerimaan (bank/kantor pos persepsi
yang disimpan di bank tersebut, karena prosedur penyetoran dana yang berlaku
Upaya pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan kas negara berfokus pada penerapan TSA
yang sesuai dengan praktik internasional yang baik. Gambar di bawah ini memperlihatkan
pengendalian saldo kas dan arus kas melalui ketentuan hukum yang mewajibkan seluruh
menggabungkan saldo kas di berbagai rekening bank yang digunakan untuk membayar biaya
meminimalkan kas mengambang di berbagai rekening bank pemerintah di luar TSA untuk
mengurangi risiko dan mengoptimalkan imbalan atas sumber daya kas pemerintah
negara.
(i) rekening-rekening di kantor pusat Bank Indonesia (BI) maupun di kantor-kantor cabangnya
di daerah, yang dioperasikan oleh kantor pusat Ditjen Perbendaharaan, Kanwil Ditjen
Perbendaharaan; serta
Konsolidasi saldo kas pemerintah ke dalam TSA di Bank Indonesia, dimana semua
penerimaan negara harus disetorkan kedalam dan semua pengeluaran negara harus
dibayarkan keluar dari rekening ini (2009). Selain itu, semua rekening pemerintah yang
Penerapan TSA pada rekening pengeluaran melalui Rekening Bersaldo Nihil di Bankbank
Operasional (BO I-BO III) untuk melakukan pembayaran kepada pemasok sehingga
persepsi dan ketentuan bahwa semua penerimaan negara di rekening bank/kantor pos
persepsi harus disapu (sehingga bersaldo nihil) ke TSA di Bank Indonesia secara harian
Konsolidasi non-kas dan pengawasan saldo di rekening pengeluaran yang dikelola oleh
Remunerasi atas saldo kas surplus yang disimpan di Bank Indonesia (2009).
Pembayaran biaya jasa atas layanan perbankan bagi pemerintah yang disediakan oleh bank
komersial yang melakukan pemungutan penerimaan negara pajak dan bukan pajak (2009).
Berdasarkan perkiraan kas yang akurat, penempatan dana menganggur ke dalam rekening di
investasi jangka pendek pada instrumen-instrumen moneter yang aman dan menguntungkan
Treasury Notional Pooling (konsolidasi secara virtual) yang diterapkan pada rekening bendahara
penerimaan dan rekening bendahara pengeluaran yang dimiliki Satker di bank komersial. TNP untuk
rekening Bendahara Penerimaan dan rekening Bendahara Pengeluaran adalah program pengelolaan
pemindahbukuan kas apapun. Saldo dari semua rekening Bendahara Penerimaan dan rekening
Bendahara Pengeluaran dikonsolidasikan di akhir setiap hari kerja setelah proses penutupan.
Prinsip dasar pembayaran pengeluaran negara di Indonesia adalah, sebisa mungkin, dilakukan
secara langsung dari TSA ke rekening penerima. Oleh karena itu, saldo kas yang disimpan di
Bendahara Pengeluaran Satker harus relatif kecil dan digunakan hanya untuk menyimpan uang
Remunerasi atas saldo kas harian yang disimpan dalam Rekening Bendahara
Bendahara.
Tidak ada biaya jasa layanan yang dikenakan oleh pihak bank atas penerapan TNP pada
Penerimaan yang dihasilkan dari penerapan TNP disetor ke negara sebagai PNBP. Sejak
tahun 2009 hingga 2013, pemerintah telah menghasilkan penerimaan sejumlah sekitar Rp 669
dana (lender) dan peminjam dana (borrower) bertemu/ berhubungan melalui sarana komunikasi baik
secara langsung maupun melalui perantara (broker atau pialang) untuk melakukan transaksi pinjam-
meminjam dana. Bisa juga diartikan sebagai tempat terjadinya jual beli saham, obligasi, dan foreign
exchange. Atas transaksi tersebut, pihak pemilik dana (lender) memperoleh imbalan atau kompensasi
Ditjen Perbendaharaan secara resmi meluncurkan Treasury Dealing Room pada 31 Maret 2015.
Dan setelah segala persiapan, 29 Februari 2016, dilakukan transaksi perdana penempatan uang
perdana pada Bank Umum yang menjadi mitra sebesar 200 milyar rupiah dengan masa tenor 7 hari.
Lama sekali, pemerintah baru sadar bahwa kas negara bisa dikelola secara maksimal. Dulu, uang
negara diletakkan begitu saja di Bank Indonesia tanpa ada kesadaran bahwa dengan meletakkan uang
begitu saja, itu berarti Idle Cash bagi pemerintah. Bahkan ada bisik-bisik, Bank Indonesia bisa
membangun dirinya seperti Gotham adalah akibat ketidaksadaran pemerintah. BI dengan cerdas
Perbendaharaan terus berupaya memodernisasi pengelolaan kas. Dealing Room ini bukan muncul
begitu saja. Sebelumnya, pemerintah melalui Ditjen Perbendaharaan terlebih dahulu menggencarkan
perencanaan kas yang akurat di satuan kerja (kantor-kantor yang menggunakan dana APBN).
Perencanaan kas yang akurat ini akan membuat pemerintah tahu berapa dana yang harus
digelontorkan dari APBN pada tanggal sekian. Dibandingkan dengan pendapatan, maka pemerintah
kemudian tahu berapa jumlah uang yang lebih tidak dipakai/idle cash di kas negara. Uang itulah yang
kemudian menjadi tanggung jawab dealing room untuk meletakkannya di dalam investasi jangka
pendek. Hal ini telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Tujuan utama dari Treasury Dealing Room bukanlah mencari untung, tetapi lindung nilai
(hedging). Sekilas mengenai hedging, banyak yang berpikir membeli emas adalah investasi, tidak,
membeli emas adalah hedging. Hal ini tercantum dalam pasal 876 PMK Nomor 206/PMK.01/2014.
strategi likuiditas, optimalisasi kas dalam rupiah dan valuta asing, perencanaan portfolio
penempatan rupiah dan valuta asing, perencanaan portfolio investasi Surat Berharga Negara dalam
rupiah dan valuta asing, melaksanakan optimalisasi kas pada pasar uang rupiah, valuta asing dan
Surat Berharga Negara, melakukan transaksi untuk tujuan lindung nilai (hedging), memberikan dan
market, memonitor perkembangan pasar keuangan dan counterparty serta membuat laporan
manajerial transaksi.
Kaitan pengelolaan kas dapat dijelaskan dalam pilihat kebijakan yg akan diambil yaitu:
First Policy Choice yang menyangkut baik kebijakan di bidang penerimaan maupun
pengeluaran berinteraksi dengan sektor perbankan, manajemen rekening dan juga TSA.
Second Policy Choice adalah seberapa besar dana senantiasa tersedia dalam TSA sebagai
Third Policy Choice yaitu monetery policy karena besarnya dana kas pemerintah dalam neraca
bank sentral setidaknya mempengaruhi keputusan bank sentral dalam menentukan likuiditas
moneter di pasar.
Fourth and Fifth Policy Choice yaitu Cash Flow Manajemen in Money Market dan Market
Development.
kas adalah penerapan Asset Liability Management (ALM) framework sebagaimana dilakukan pada
private financial sector. Penerapan kerangka ALM atas pengelolaan kas pemerintah dapat dimulai
office, (ii) middle office, (iii) treasury support liquidity, (iv) settlement unit yang dapat dilihat dari
gambar berikut.
Secara umum, kegiatan pengelolaan kas dimulai dari perencana kas oleh Treasury Liquidity
Unit. Atas dasar perencanaan kas yang dilakukan unit ini, middle office akan melakukan analisis
untuk menetapkan strategi penempatan, yang selanjutnya akan menjadi dasar bagi front office untuk
melakukan kegiatan penempatan. Atas keseluruhan transaksi yang dilakukan oleh TDR, back office
akan melakukan pembukuan dan sekaligus melakukan settlement bekerjasama dengan pihak
perbankan.
sehingga data-data dari modul-modul lain dapat dijadikan dasar bagi manajemen kas untuk
melakukan transaksi dan pelaporan. Data dari manajemen DIPA (Management of Spending
Management), dan manajemen penerimaan negara (Government Receipt) merupakan sumber data
bagi manajemen kas untuk transaksi maupun pelaporan. Input, proses/aktivitas, dan Output Modul
Setiap entitas berpartisipasi dalam kelancaran sistem pengelolaan kas yang sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. K/L berperan dalam input Rencana Penarikan Dana—aktivitas
yang merupakan bagian dari perencanaan kas. Bank Komersial memberikan asistensi dalam
pengelolaan kas dan rekonsiliasi kas berkaitan dengan rekening negara yang menjadi tanggung
jawabnya. KPPN sebagai Kuasa BUN melakukan penatausahaan Rekening Kas Umum Negara
(RKUN). Kemudian, Bank Indonesia melakukan pengelolaan kas dan rekonsiliasi dan DJPb yang
1. Penatausahaan RKUN
2. Perencanaan Kas
3. Pengelolaan Kas
4. Rekonsiliasi Bank
5. Pembukuan dan Pelaporan
Dengan peran entitas-entitas yang telah disebutkan sebelumnya, Manajemen Kas akan
Pada aktivitas penatausahaan RKUN, pencatatan rekening baru akan dilakukan untuk
registrasi rekening bank yang akan digunakan untuk melakukan transaksi. Proses ini dilakukan
secara terpusat di Direktorat Pengelolaan Kas yang berada di bawah DJPb. Berikut ini adalah
DJPb secara kolaboratif untuk setup rekening. Setup rekening dilakukan atas semua rekening
milik BUN (Rekening BUN, Rekening Transito, dan Rekening Pengesahan). Aktivitas-aktivitas
yang dilakukan dalam setup rekening adalah input kepemilikan, input informasi rekening, dan
b. Pemutakhiran rekening memengaruhi rekening baru dan rekening yang telah dimiliki. Hal
ini sangat dibutuhkan terutama ketika ada perubahan data-data terkait rekening.
c. Penentuan hubungan RKBUN berkaitan dengan rekening asal dan rekening tujuan.
d. Penutupan rekening dilakukan untuk menutup rekening yang sudah tidak aktif, sehingga
tidak dapat digunakan untuk transaksi. Aktivitas ini dilakukan berdasarkan Laporan
Penutupan Rekening yang diperoleh dari KPPN dan laporan dari DJPb.
Perencanaan kas dilaksanakan melalui Cash Planning Informative Network (CPIN) untuk
Input yang digunakan dalam aktivitas ini merupakan data yang diperoleh dari buku merah dan buku
Perencanaan kas dalam SPAN dapat diperoleh dari kerjasama berbagai modul. Aktivitas ini
didasarkan atas data atau transaksi yang terjadi pada modul lain.
Halaman III DIPA sebagai dasar Rencana Penarikan Dana tahunan. Data RPD akan ter-
update secara otomatis berdasarkan realisasi pembayaran dari Modul Pembayaran. Data ini
2. Modul Komitmen
3. Modul Pembayaran
Penyampaian termin pembayaran yang akan digunakan sebagai perencanaan kas jangka
PENERIMAAN
a. Rekening 501.000000 menerima dana dari Bank Komersial atau Bank Persepsi. Dana ini
berasal dari penerimaan negara, diantaranya; Pendapatan Perpajakkan, PNBP, dan
sebagainya. Rekening ini juga digunakan untuk membayar SP2D yang menggunakan
prosedur rekening khusus. Dana akan dikirim ke pihak ketiga sesuai dengan saldo yang
tertera pada SP2D.
b. Kemudian, terdapat penerimaan transfer dana pada rekening 500.000.000 dari rekening
501.000.000 KPPN. KPPN akan menerima dan merekam laporan bank atas rekening
501.000.000 untuk pelaporan.
c. Di akhir hari kerja, saldo tersebut akan dipindahkan ke rekening 502.000000 (RKUN).
d. DPKN akan menerima dan merekam laporan bank atas akun 500.000000 yang akan
digunakan pada proses rekonsiliasi dan pelaporan.
PENGELUARAN
DPKN melalui Subdit Rekening Kas Umum Negara mengetahui jumlah kebutuhan dana untuk
pembayaran SP2D setelah Kepala Seski Pencairan Dana melakukan persetujuan atas SPM terkait
melalui aplikasi SPAN.
Rekonsiliasi bank dilakukan pada semua rekening milik BUN. Bank Persepsi akan mengirim
rekening koran atas rekening transito KPPN. Rekening koran ini akan direkam dalam SPAN
sehingga menghasilkan ADK Rekening Koran. ADK Rekening koran akan direkonsiliasi dengan
Rekening Koran dari Bank Persepsi. Output dari aktivitas ini adalah Laporan Rekonsiliasi Bank.
a. Belum direkonsiliasi :Data transaksi SPAN yang belum direkonsiliasi atau datanya belum
b. Reconciled : Data transaksi Rekening Koran sama (no. transaksi dan nilai transaksi) dengan data
SPAN
c. Unreconciled.: Data transaksi Rekening Koran tidak saam dengan data SPAN.
Aktivitas terakhir dalam Manajemen Kas adalah pelaporan. Pelaporan dilakukan oleh KPPN
sebagai kuasa BUN. KPPN membuat laporan berdasarkan data yang terdapat dalam database data
manajemen kas. Output aktivitas pelaporan adalah Laporan Manajerial. Laporan Manajerial ini
berisi indicator-indikator validitas Laporan Arus Kas KPPN. Indikator-indikator tersebut adalah:
e. Laporan Kas Posisi/Laporam Konsolidasi Kas KPPN wajar dan dapat dijelaskan
dibandingkan dengan data rekening koran fisik.
f. Laporan Rekonsiliasi CM – GL
Proses registrasi bank dilakukan secara terpusat di Direktorat PKN mengingat adanya konsep
kombinasi BAS (segment bank, akun kas) untuk manajemen kas pada SPAN. Kombinasi BAS dalam
menjadi lima digit (digit 1 untuk tipe rekening, 4 digit berikutnya merupakan nomor urut).
login masing-masing. User login tersebut juga berguna untuk mengakses SPAN sesuai responsibility
yang telah ditetapkan, dan juga dapat digunakan sebagai audit trail.
Rekonsiliasi bank digunakan untuk mencocokkan data yang ada pada SPAN dengan transaksi
yang ada di bank (ADK rekening koran bank). Proses rekonsiliasi dilakukan secara harian oleh sistem
dan terjadwal. ADK rekening koran yang diterima dari bank harus sesuai dengan requirement SPAN,
Proses rekonsiliasi bank secara manual dilakukan jika ada perbedaan antara transaksi yang ada
di SPAN dengan ADK rekening koran bank, dan juga pada rekening yang bersifat dummy seperti
Proses tersebut dilakukan untuk menutup rekening yang sudah tidak aktif, sehingga tidak
Perencanaan kas pada SPAN didasarkan pada data atau transaksi yang terjadi pada modul lain,
sehingga dapat diketahui berapa kebutuhan kas secara harian, mingguan, dan bulanan.
Salah satu konsep usulan penyempurnaan proses bisnis yang terdapat pada manajemen kas SPAN
adalah sentralisasi rekening pengeluaran untuk menggantikan Bank Operasional I. Dengan konsep
tersebut, proses settlement untuk pihak ketiga langsung dilakukan oleh bank yang sama dengan
rekening penerima. Dana akan ditransfer dari RKUN ke RPK BUN P, yang kemudian ditransfer
overbooking kepada pihak ketiga pada bank yang sama, sehingga mengurangi lalu lintas SKN atau
RTGS antar bank. Hal tersebut juga dapat mengurangi retur, mengingat proses settlement hanya
1. Rekening BUN
2. Rekening Transito
3. Rekening Pengesahan
b. Data rekening : nama rekening, nomor rekening, nama bank, alamat cabang
bank, mata uang, fungsi rekening, dan nomor rekening tujuan pelimpahan
c. Surat Persetujuan Pembayaran Tagihan
d. SP2D
4. Penutupan rekening
b. Perencanaan kas
c. Laporan Konsolidasi Kas KPPN (Buku Putih) wajar dan dapat dijelaskan
(penjelasan kewajaran)
d. Laporan rekonsiliasi Cash Management General Ledger wajar dan dapat dijelaskan.
Williams (2009) yang mendefinisikan manajemen kas pemerintah sebagai strategi dan proses terkait
untuk mengelola arus dan saldo kas jangka pendek pemerintah secara efisien baik dari sisi internal
pemerintah sendiri maupun dari sisi hubungan antara pemerintah dan sektor-sektor lainnya.
Pengembangan dari definisi tersebut menjadi tujuan utama dari kegiatan manajemen kas yaitu: (i)
untuk menjamin bahwa pemerintah dapat membiayai semua pengeluaran secara tepat waktu dan tepat
jumlah, (ii) meminimalisasi biaya atas idle cash, (iii) memitigasi berbagai resiko termasuk operational
risk, credit risk, dan market risk, (iv) menambah flexilibilitas keharusan bahwa cash inflow harus
bersamaan dengan cash outflow, dan (v) mendukung pembuatan kebijakan lainnya dibidang keuangan
dan moneter.
Saat ini Manajemen Kas Pemerintah terdiri atas 7 (tujuh) aktivitas yaitu :
1. Perencanaan Arus Kas
6. Penempatan Kas
Keuangan berencana untuk menerapkan suatu sistem informasi pengelolaan keuangan yang
terintegrasi (integrated financial management information system) melalui sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara (SPAN). SPAN merupakan suatu sistem Commercial of the Shelf (COTS) yang
dalam rencana penerapannya akan menggunakan Oracle Public Sector. Penggunaan COTS ini
tentunya akan memberikan dampak perubahan terhadap proses bisnis pada Departemen Keuangan,
khususnya terkait bidang pengelolaan perbendaharaan dan anggaran termasuk koneksitasnya dengan
instansi terkait.
Dalam pelaksanaannya, SPAN akan terbagi menjadi modul-modul yaitu Budget Preparation,
Management, Reporting, General Ledger and Chart of Account. Terkait dengan pengelolaan kas
dalam SPAN, akan dilaksanakan melalui modul Oracle Cash Management. Fitur-fitur standar dalam
modul Oracle Cash Management serta koneksitasnya dengan modul lainnya dapat digambarkan
untuk mereviu informasi perencanaan kas (cash forecasting) berdasarkan informasi yang diperoleh
dari modul lainnya. Sehingga, dalam penyusunan proses bisnis Modul ini, dibahas juga usulan
Future proses bisnis pengelolaan kas terbagi dalam 4 kegiatan utama yaitu :
1. Kegiatan Perencanaan Kas dan Pengelolaan Likuiditas, sebagai hasil dari kegiatan analisa
pengelolaan kas yang dikoordinir oleh Treasury Liquidity Unit dan melibatkan unit-unit yang
Portofolio, yang dikoordinir oleh Middle Office setelah mendapat masukan tentang perencanaan
3. Kegiatan Penempatan, sebagai tindak lanjut atas rekomendasi dari Middle Office, dan dikoordinir
4. Kegiatan Settlement, termasuk kegiatan pencatatan/akuntansi atas cash flow serta managing bank
accounts baik penerimaan maupun pengeluaran, dan dikoordinir oleh Back Office.
Dari penjelasan di atas, kegiatan-kegiatan pada middle office merupakan kegiatan baru yang
ditambahkan pada existing proses pengelolaan kas negara. Aktivitas pada front office berupa dealing
room dan proses bidding dalam setiap kegiatan placement juga merupakan aktivitas baru yang akan
dibangun. Sementara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan pada existing business process
yaitu terkait dengan pengelolaan rekening, perencanaan kas, penempatan atas idle cash akan
SPAN.
Petunjuk teknis Modul Manajemen Kas sesuai dengan PB-41 adalah sebagai berikut:
Modul Manajemen Kas
Modul Manajemen Kas terdiri dari 2 menu yaitu menu Dropping Dana dan Pelimpahan.
a. Dropping Dana
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah Administrator, Dit.PKN. Menu ini
merupakan alat monitoring yang digunakan untuk memantau jumlah uang yang akan ditransfer dari
b. Pelimpahan
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah Administrator, Kanwil, KPPN. Menu ini
berisi informasi mengenai perbandingan data pelimpahan dan penerimaan rekening 501xxxxxxxxx
pada KPPN.
User juga dapat mencari informasi tertentu dengan menekan tombol filter di kanan atas.
Modul Bank.
Terdapat 8 menu pada modul ini diantaranya :
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Dit. PKN. Kanwil. KPPN dan
Satker. Pada menu cek status SP2D disediakan untuk memonitoring data rekap SP2D gaji per bulan
dan daftar SP2D gaji yang telah diselesaikan di KPPN. Informasi yang ditampilkan adalah tanggal
selesai SP2D, tanggal SP2D, nomor SP2D nomor invoice dan jumlah dalam rupiah, bang pembayar,
bank penerima, nama dan nomor rekening penerima, deskripsi dan status.
Untuk pencarian lebih detil, user dapat menekan tombol filter lalu mengisi informasi tambahan seperti
nomor SP2D, nomor transaksi, kode satker, nomor invoice, nama file xml, memilih nama bank, status,
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Dit. PKN. Kanwil. KPPN dan
Satker. Pada menu cek status SP2D disediakan untuk memonitoring data rekap SP2D gaji per hari
nomor SP2D, tanggal selesai SP2D, nomor transaksi, bank penerima, nama penerima, nomor rekening
penerima dan jumlah, uraian SP2D, alas an retur, tanggal proses SP2D, bank pembayar dan status
retur.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Informasi
yang ditampilkan adalah tanggal selesai SP2D, tanggal SP2D, nomor invoice serta nilai invoice, bank
pembayaran, bank penerima serta nama dan nomor rekening, deskripsi, nama file transaksi dan status.
sebagai berikut.
d. SP2D Backdate
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Informasi
yang ditampilkan adalah tanggal SP2D, nomor SP2D, tanggal selesai SP2D, nomor transaksi, nomor
invoice serta nilai invoice, nama bank, nama supplier, nomor rekening, deskripsi, nama file transaksi
dan status.
sebagai berikut.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Informasi yang
ditampilkan adalah tanggal SP2D, nomor SP2D, tanggal selesai SP2D, nomor transaksi, nomor
invoice serta nilai invoice, nama bank, nama supplier, nomor rekening, deskripsi, nama file transaksi
dan status.
sebagai berikut.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Informasi
yang ditampilkan adalah tanggal SP2D, nomor SP2D, tanggal selesai SP2D, nomor transaksi, nomor
invoice serta nilai invoice, nama bank, nama supplier, nomor rekening, deskripsi, nama file transaksi
dan status.
Untuk pencairan lebih detil, user dapat menekan tombol filter lalu mengisi informasi tambahan
sebagai berikut.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Pada menu cek
status SP2D disediakan untuk menampilkan informasi atas data SP2D harian yang telah diselesaikan.
Informasi yang ditampikan adalah nama bank, jumlah SP2D gaji dan nilainya, jumlah SP2D non gaji
dan nilainya, total SP2D dan nilainya, jumlah SP2D retur dan nilainya, serta jumlah SP2D void dan
nilainya.
Untuk pencairan lebih detil, user dapat menekan tombol filter lalu mengisi informasi tambahan
sebagai berikut.
Gaji
a Gaji yang terindikasi dobel
dapat ditampilkan data SP2D yang terindikasi duplikasi atau terindikasi akan terbayar lebih dari satu
kali. Parameter gaji dobel ini didasarkan pada SPM jenis gaji yang memiliki satu nomor invoice tetapi
memiliki lebih dari satu nomor SP2D. Dengan menu ini KPPN dapat mengetahui atas pembayaran
gaji yang dobel dan dapat segera mengambil tindakan yang dianggap perlu.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Pada menu
ini dapat ditampilkan data SP2D yang terindikasi akan salah dalam memilih tanggal pembayaran.
Parameter salah tanggal didasarkan pada SPM jenis yang dibayarkan tidak pada awal bulan.
Informasi yang ditampil adalah kode satker, nomor invoice, nomor SP2D, tanggal SP2D. Tanggal
proses SP2D dan diskripsi. Untuk pencarian lebih detil, user dapat menekan tombol filter.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Pada menu ini
dapat ditampilkan data SP2D yang terindikasi akan salah dalam memilih bank pembayar. Parameter
salah bank ini didasarkan pada data bank oembayar dan bank penerima yang berbeda.
Informasi yang ditampil adalah kode satker, nomor invoice, nomor SP2D, Nama BO I, Bank rekening
penerima, nama supplier, rekening supplier, rekening supplier, dan deskripsi. Untuk pencarian lebih
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Pada menu ini
dapat ditampilkan data SP2D yang terindikasi akan salah dalam memilih playgroup saat membuat
SP2D. Parameter salah bank ini didasarkan pada SPM jenis gaji yang dibayarkan bukan dari BO II.
Role user yang dapat menggunakan menu ini adalah administrator, Kanwil. KPPN. Pada menu ini
dapat ditampilkan data rekap SP2D gaji per bulan dan daftar SP2D gaji yang telah diselesaikan di
KPPN.
Informasi yang ditampilkan pada menu ini adalah jumlah SP2D setiap bank dalam 1 bulan. Dan menu
Pada menu ini user dapat mengunduh data LAK KPPN. Masukkan tanggal periode yang akan
diunduh.
Setelah memasukan tanggal, lalu klik tombol kirim akan seperti berikut.
Untuk mengunduk ADK, klik “unduh file” yang ada disebelah kanan.
b Unduh LRA KPPN
Pada menu ini user dapat mengunduh data LAK KPPN. Masukkan tanggal periode yang akan
diunduh.
Secara sederhana, perencanaan kas dalam SPAN didapatkan dari koneksitas berbagai modul, yaitu:
Halaman III DIPA sebagai dasar Rencana Penarikan Dana (RPD) tahunan melalui Modul
Manajemen DIPA. Data RPD ini akan ter-update oleh Modul Manajemen Kas secara otomatis
sistem SPAN melalui Modul Manajemen Komitmen dan digunakan oleh Modul Manajemen Kas
Penyampaian termin pembayaran yang melekat pada resume tagihan akan menjadi input bagi
sistem SPAN melalui Modul Pembayaran dan digunakan sebagai perencanaan kas jangka
pendek.
Surat Perintah Membayar (SPM) yang kemudian menjadi Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
yang valid akan digunakan SPAN sebagai penyedia kebutuhan dana harian atau pengganti
CPIN (Cash Planning Information Network) digunakan untuk perencanaan kas di luar SPAN
yang mencakup unit eselon I di Kementerian Keuangan seperti DJPU, DJP, DJBC, DJPK,
dilakukan Pemindahbukuan melalui bantuan aplikasi BIG-eB dan melakukan back date pada
SPAN
b. Dana penerimaan langsung masuk ke RKUN tidak dapat diakses langsung oleh Eselon 1
selain DJPB, maka akan Membuat suatu sistem terintegrasi yang dapat diakses oleh Eselon 1
c. Upgrade SPAN terhambat karena membutuhkan biaya yang besar, pengendaliannya adalah
membuat dan menggunakan aplikasi tambahan seperti Online Monitoring (OM-SPAN) dan
d. Apabila tidak ada pegawai yang mengawasi server ketika kantor sedang libur, maka
dilakukan pengaturan cuti pegawai dan penerapan shift jam kerja pegawai.
e. Jika terdapat kebocoran informasi bersifat sangat rahasia ke publik, dilakukan pembatasan
penerimaan dan pengeluaran dapat tercatat dan terekonsiliasi dengan cepat sehingga dapat
meningkatkan keamanan terhadap aliran dana yang terdapat pada rekening dalam kelolaan BUN.
a. Existing
KPPN mencatat penerimaan yang diterima melalui Bank/Pos Persepsi dan pengeluaran
melalui SP2D; Saat ini rekonsiliasi bank dilakukan melalui pembuatan daftar selisih secara
manual.
Penerimaan dan pengeluaran yang melalui BI dicatat oleh Dit. PKN; Saat ini rekonsiliasi
bank tidak dilakukan atas semua rekening yang dikelola Direktorat PKN Contoh rekening
Akurasi Perencanaan kas masih belum optimal, karena belum tersedianya database yang
terintegrasi
b. SPAN
Pencocokan antara Rekening Koran Bank dengan data transaksi penerimaan yang di
konsolidasi di Modul Government Receipt dan data pengeluaran dari Modul Payment
Rekonsiliasi tidak lagi dilakukan secara manual namun dengan menggunakan data elektronis
(by system).
Peningkatan akurasi perencanaan kas melalui database yang terintegrasi dengan manajemen
Pengelolaan penerimaan negara secara terpusat oleh Dit. PKN melalui Bank Pusat Persepsi
Seluruh rekening pemerintah/KL lainya di bank umum perlu dijadikan bagian rekening
BUN
Proses open bidding dan/atau perubahan hubungan yang semakin profesional pada
Perbaikan terus menerus terhadap perencanaan penarikan dana dan perencanaan kas.
Negara/Daerah;
Negara.
mencakup seluruh siklus hidup aset. Esensi utama dari manajemen aset adalah terpenuhinya
asas efisiensi di mana pengelolaan aset diarahkan agar sesuai dengan batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah
secara optimal.
Modul Aset Tetap (MAT) dan Modul Persediaan (MP) merupakan modul aplikasi
SAKTI yang berfungsi untuk mencatat dan menatausahakan Barang Milik Negara (BMN).
b. Men-support dan mem-feeder data jurnal kepada modul GLP untuk membuat Laporan
dari APBN.
a. Pengertian BMN
Barang Milik Negara (BMN) meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
Persediaan → Pembelian
• Akun yang digunakan seharusnya sesuai dengan jenis Akun BMN yang dihasilkan
57XXXX
ATRIBUT BMN
Dasar Harga
Tanggal Perolehan
Tanggal Pembukuan
Kondisi BMN
Spesifikasi BMN
b. Pengertian Persediaan
Menurut Pedoman Sistem Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 05 disebutkan bahwa
persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
pemerintah;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan.
Persediaan meliputi :
a. Barang konsumsi;
b. Amunisi;
d. Suku cadang;
g. Bahan baku;
Modul persediaan berfungsi mengelola transaksi masuk atau keluar atas persediaan
a. perolehan yang berasal dari pembelian oleh PPK maupun Bendahara atau cara
f. koreksi,
g. penghapusan,
h. opname fisik
Penyederhanaan Birokrasi:
sistem yang digunakan untuk memanage dan mengendalikan asset suatu organisasi public.
1. Mendukung administrasi dan manajemen keuangan dari berbagai jenis aset dalam suatu
cara terintegrasi, dan menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
secara handal dan tepat waktu. Informasi ini harus mencakup setidaknya:
e. kepemilikan/hak menggunakan.
3. Memfasilitasi penyusunan laporan administratif dan keuangan yang dapat diandalkan dan
tepat waktu.
baik yang berasal dari pembelian oleh PPK maupun Bendahara atau cara perolehan lainnya,
perubahan nilai/jumlah, koreksi, penghapusan, perhitungan beban dan akumulasi penyusutan dan
lain-lain. Informasi detail aset dapat diperoleh dari kuitansi atau BAST dan dokumen pendukung
lainnya. Data aset yang dimiliki Satker sebelum penerapan SAKTI dapat dimasukkan dengan
mekanisme migrasi data dari aplikasi eksisting (SIMAK-BMN) dan menjadi bagian dari Saldo Awal
aset.
Untuk menjamin pengelolaan berjalan dengan baik, harus dibuat juga laporan aset baik yang
bersifat rutin maupun periodik.Laporan aset (Barang Milik Negara) dan/atau ADK-nya disampaikan
kepada pihak-pihak terkait seperti DJKN, DJPBN, instansi vertikal di atasnya, dan lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku. Interface yang dibutuhkan adalah perekaman saldo awal, perolehan,
Untuk menjaga kebenaran dan keabsahan data, maka transaksi asset tetap direkam dalam 3
jenjang keamanan berupa status perekaman atau biasa disebut proses bisnis. Dengan demikian
setiap transaksi mempunyai status perekaman. Proses Bisnis dalam modul Aset Tetap yaitu :
Modul persediaan berfungsi mengelola transaksi masuk atau keluar atas persediaan yang
• perolehan yang berasal dari pembelian oleh PPK maupun Bendahara atau cara perolehan lainnya
pemakaian barang
• koreksi,
• pelaporan.
Transaksi masuk pembelian adalah proses pencatatan masuk barang persediaan yang bersumber
dari data pembelian dari Modul Bendahara maupun dari Modul Komitmen. Proses pencatatan
masuk melalui pembelian ini adalah dengan melakukan pendetilan barang persediaan. Data sumber
yang digunakan adalah kuitansi, BAST maupun dokumen lainnya yang sah.
• Komitmen dan Bendahara mencatat transaksi pembelian barang persediaan per sub-sub
kelompok
Selain pembelian, barang persediaan juga bisa diperoleh melalui transaksi berikut ini:
1. Saldo Awal
2. Transfer Masuk
3. Hibah Masuk
4. Rampasan
5. Perolehan lainnya
• Transaksi keluar habis pakai adalah transaksi pengeluaran barang persediaan untuk
penggunaan atau pemakaian. Dokumen yang digunakan adalah bon permintaan barang
persediaan
Selain habis pakai, barang persediaan juga bisa dikeluarkan melalui transaksi berikut ini:
1. Transfer Keluar
2. Hibah Keluar
3. Usang
4. Rusak
5. Keluar lainnya
6. Penghapusan Usang/Rusak
Koreksi
persediaan, baik jumlah maupun nilainya. Koreksi ini dilakukan tanpa melalui kegiatan opname
• Opname fisik adalah suatu kegiatan di akhir periode pelaporan yang berfungsi untuk
mengetahui saldo barang secara riil dengan cara memeriksa fisik barang persediaan di
gudang.
• Hasil berita acara opname fisik ini akan diinputkan ke dalam Modul Persediaan dan akan
• Hasil inputan opname fisik ini harus disetujui terlebih dahulu oleh KPB dengan user
Approval.
Pelaporan
2. Laporan Persediaan
b. Modul Persediaan
Siklus Modul Aset Tetap
Aset Tetap Renovasi (ATR) adalah renovasi atas aset tetap bukan milik Satker yang
1. Pembelian;
4. Perolehan lainnya
BMN bersejarah adalah transaksi yang digunakan untuk pembukuan BMN yang karena
nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar maupun harga perolehannya.
Barang Pihak Ketiga adalah barang milik pihak ketiga yang berada dalam pengelolaan
Pemerintah yang didanai oleh APBN (Anggaran Pendapatan & Belanja Negara) yang telah
diserahterimakan kepada BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk mendukung kegiatan
operasional BUMN, serta tercatat dalam neraca BUMN tetapi belum ada penetapan status
dari proyek pemerintah tersebut kepada BUMN. Transaksi BPYBDS Terdiri dari :
Digunakan untuk pencatatan BMN yang sudah keluar BASTO (Berita Acara Serah Terima
2. Penghapusan BPYBDS
Digunakan untuk mencatat BPYBDS yang sudah terbit Peraturan Pemerintah (PP) yang
menyatakan bahwa barang-barang BPYBDS sudah dicatat sebagai aset BUMN dan sudah
Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk
dari :
Digunakan untuk mencatat Aset BMN yang sedang dalam masa kemitraan dengan pihak
ketiga.
Digunakan untuk mencatat aset BMN yang sudah selesai proses kemitraan dengan pihak
ketiga.
Pencatatan KIB
secara tersendiri atau kumpulan/kolektif dilengkapi dengan data asal, volume, kpasitas, merk,
type, nilai/harga dan data lain mengenai barang tersebut yang diperlukan untuk inventarisasi
maupun tujuan lain dan dipergunakan selama barang itu belum dihapuskan. KIB terdiri dari :
1. KIB Tanah
DBR adalah daftar barang yang mencatat informasi terkait Barang Inventaris yang ada
dalam sebuah ruangan. DBL adalah daftar barang yang mencatat informasi terkait Barang
Pencatatan barang digunakan untuk mencatat BMN yang secara substantive sudah
dinyatakan hilang berdasarkan bukti ketentuan yang berlaku. Pencatatan barang hilang
akan menyebabkan kondisi BMN dengan status hilang dan masih muncul di semua buku
Penghentian BMN dari Operasional Pemerintah digunakan untuk mencatat BMN yang
sudah dalam kondisi Rusak Berat atau Hilang dan dihentikan dalam operasional
Kategori Aset Tetap Menjadi Aset Lainnya (Aset Yang Dihentikan Dari Operasional
• Usulan Penghapusan
Penghentian BMN dari Operasional Pemerintah digunakan untuk mencatan BMN yang
sudah dalam kondisi Rusak Berat atau Hilang dan dihentikan dalam operasional
pemerintah. Penghentian BMN dari Operasional Pemerintah akan memindahkan BMN dari
Kategori Aset Tetap Menjadi Aset Lainnya (Aset Yang Dihentikan Dari Operasional
1. Usulan Penghapusan
Tutup buku transaksi BMN merupakan proses tutup buku saat periode transaksi BMN
dinyatakan berakhir. Tutup buku transaksi BMN dilakukan sebelum Modul Akuntansi dan
Pelaporan melakukan periode tutup buku. Pada saat Modul Akuntansi dan Pelaporan
melakukan tutup buku permanen maka Modul Aset Tetap secara otomatis melakukan tutup
buku pada periode berkenaan. Apabila terdapat transaksi yang belum dicatat setelah tutup
• Perhitungan Penyusutan
akumulasi penyusutan lebih awal pada semester terkait dan proses ini tidak melakukan
pada akhir semester yang bersifat final sehingga apabila ada aset yang belum dicatat
Perhitungan penyusutan final dilakukan setelah akhir semester dan sebelum Modul
Akuntansi dan Pelaporan melakukan rekonsiliasi ke KPPN pada periode Juni atau
Desember.
Transaksi Periode unaudited adalah transaksi ketika periode Januari sampai Desember
Pencatatan transaksi periode unaudited diberikan kode periode 13 dan tanggal buku 31
Desember
Transaksi periode audited adalah transaksi ketika periode unaudited telah dilakukan
tutup buku
Pencatatan transaksi periode audited diberikan kode periode 14 dan tanggal buku 31
Desember.
Summary Database
pencetakan laporan BMN. Data yang dihasilkan dari proses summary digunakan untuk
mencetak laporan seperti Laporan BMN, Neraca, Lap. Penyusutan dll. Sedangkan untuk
di summary tidak akan muncul dalam laporan tetapi sudah bisa di cetak dalam Buku /
Daftar BMN.
2. Laporan Persediaan;
3. Laporan Penyusutan;
7. Laporan BPYBDS;
1. Buku Barang;
7. Kartu KDP;
Proses pendetailan asset tetap bertujuan untuk melaksanakan pembukuan data detail BMN
yang diperoleh melalui pembelian baik berasal dari modul komitmen (BAST) ataupun yang
berasal dari modul bendahara (kuitansi). Penjelasan Proses Pendetailan Aset Tetap dari
Pembelian :
Digunakan untuk pencatatan aset yang diperoleh dari pembelian dimana sifat asset sudah
Digunakan untuk pencatatan aset yang diperoleh dari pembelian dimana sifat
Digunakan untuk pencatatan aset dimana aset yang diperoleh akan digunakan untuk
pengembangan aset yang sudah ada. Penentuan kodifikasi aset yang dimasukkan harus
sesuai dengan aset yang akan di kembangkan (Misal: Walaupun wujudnya hardisk tetapi
akan digunakan untuk pengembangan P.C maka harus di pilih kodofikasi asetnya sebagai
harddisk)
Digunakan untuk pencatatan pembelian dimana sifat dari asetnya berupa pembangunan
yang dilakukan dalam beberapa termin ataupun aset yang dihasilkan belum sepenuhnya
Digunakan untuk pencatatan aset tetap renovasi yang diperoleh dengan pembelian
Digunakan untuk pencatatan aset tetap renovasi yang diperoleh dengan Pembangunan
Langsung.
1) Masuk aplikasi SAKTI modul Aset Tetap sebagai User Role Operator
RUH => Transaksi BMN => Perolehan => Penyelesaian Pembangunan Langsung
c. Validasi Aset
1) Masuk aplikasi SAKTI modul Aset Tetap sebagai User Role Validator
3) Lakukan proses verifikasi apakah transaksi yang diinputkan kedalam system telah sama
4) Jika sudah sesuai lakukan proses validasi dan apabila belum sesuai kembalikan dokumen
d. Approver Aset
3) Lakukan proses persetujuan transaksi dan pada saat persetujuan transaksi maka
transaksi yang disetujui telah final dan tidak bisa dilakukan perbaikan. Pada saat
Ketiga selain yang berasal dari pembelian BMN. Penjelasan proses terkait adalah sebagai
berikut :
Analisa jenis transaksi yang akan digunakan sesuai dokumen sumber. Dokumen sumber
yang digunakan berasal dari selain pembelian yang berkaitan dengan transaksi aset.
1) Masuk aplikasi SAKTI modul Aset Tetap sebagai User Role Operator
c. Validasi Aset
1) Masuk aplikasi SAKTI modul Aset Tetap sebagai User Role Validator
3) Lakukan proses verifikasi apakah transaksi yang diinputkan kedalam system telah sama
4) Jika sudah sesuai lakukan proses validasi dan apabila belum sesuai kembalikan dokumen
d. Approver Aset
yang disetujui telah final dan tidak bias dilakukan perbaikan. Pada saat persetujuan ini
a. Operator
● Masuk menu transaksi masuk – pembelian – pilih asal transaksi dari ‘Bendahara’ - pilih
b. Approver
Proses transaksi masuk selain pembelian berfungsi untuk melakukan penambahan barang
persediaan selain yang berasal dari pembelian Persediaan. Penjelasan proses terkait adalah
sebagai berikut :
Analisa jenis transaksi yang akan digunakan sesuai dokumen sumber. Dokumen sumber
yang digunakan berasal dari selain pembelian yang berkaitan dengan transaksi persediaan.
c. Approver
Lakukan proses persetujuan transaksi dan pada saat persetujuan transaksi maka transaksi
yang disetujui telah final dan tidak bisa dilakukan perbaikan. Pada saat persetujuan ini
Proses transaksi keluar habis pakai berfungsi untuk mencatat pemakaian barang Persediaan.
a. Analisa Transaksi
Analisa jenis transaksi yang akan digunakan sesuai dokumen sumber. Dokumen sumber
c. Approver Aset
Lakukan proses persetujuan transaksi dan pada saat persetujuan transaksi maka transaksi
yang disetujui telah final dan tidak bisa dilakukan perbaikan. Pada saat persetujuan ini
a. Informasi Pendetailan
Modul aset tetap memberikan informasi mengenai detail dari realisasi aset tetap yang telah
diinisiasi oleh modul komitmen. Atas informasi yang disediakan oleh modul aset tetap, modul
Modul komitmen memberikan penginputan atas aset tetap yang dibelanjakan dalam modul
komitmen, sehingga mengurangi duplikasi penginputan yang sama. Selain jenis, penginputan juga
disertai dengan harga dari aset tetap tersebut yang tertera pada kuitansi.
Modul aset tetap memberikan informasi mengenai detail dari realisasi aset tetap yang telah
dilakukan pembayaran oleh modul bendahara. Atas informasi yang disediakan oleh modul aset
BAST/BAPP/BAKP.
Modul bendahara memberikan penginputan atas aset tetap yang telah dicatat pada modul
disertai dengan harga dari aset tetap tersebut yang tertera pada kuitansi.
dipakai pada tahun berjalan serta jumlah barang yang tersisa di gudang. Sehingga, adanya informasi
penutupan pelaporan. Jurnal tersebut antara lain jumlah penyusutan barang, konstruksi pengerjaan,
dan lainnya.
Modul komitmem memberikan informasi berupa BAST/BAPP/BAKP atas barang yang telah
dilakukan pembelian dan kesesuaian dengan barang yang ada. Sehingga atas pencatatannya,
Modul bendahara memberikan informasi berupa kuitansi atas barang persediaan yang telah
dilakukan pembelian dan kesesuaian dengan barang yang ada. Sehingga atas pencatatannya,
dimaksud pada ayat 1 untuk kantor/satuan kerja dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang;
(3) Kuasa pengguna barang dan pengguna barang dapat meminta aparat pengawas fungsional
untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penerbitan sebagaiman yang
dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2; (4) Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang
menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat 3 sesuai ketentuang perundang-
undangan.
Pasal 76 PP 6 tahun 2006 menyatakan bahwa: (1) Pengelola barang berwenang untuk
pemindahtanganan, BMN/D sesuai ketentuan yang berlaku; (2) Sebagai tindak lanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pengelola barang dapat meminta aparat pengawas
pemindahtanganan BMN/D; (3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan
yang tidak sah pada perangkat lunak, perangkat keras, ataupun data
Dalam hal Manajemen Aset ancaman ini sangat terjadi utamanya pencurian dan
penggunaan akses dimana pengguna tidak merasa bertanggung jawab atas barang
yang dipinjamkan.
Pengendalian:
1) Pemisahan tugas antara operator dan pemberi pinjaman barang secara tidak
3) Pengamanan akses, setiap BMN/BMD tidak dapat digunakan tanpa izin dari
operator.
update patch
c. Terkadang terjadi error saat aplikasi digunakan dengan pengendalian berupa update
d. Peletakkan pos yang salah pada pencatatan kapitalisasi asset atau hanya beban biasa
b. Modul Persediaan
yang tidak sah pada perangkat lunak, perangkat keras, ataupun data.
Dalam hal Persediaan ancaman ini sangat terjadi utamanya pencurian dimana seluruh
Pengendalian:
1) Pemisahan tugas antara operator dan penjaga gudang barang secara tidak langsung
3) Pengamanan akses, setiap gudang persediaan tidak dapat digunakan tanpa izin
dari operator.
update patch
g. Terkadang terjadi error saat aplikasi digunakan dengan pengendalian berupa update
11. Improvement
1. Menghilangkan Tahapan Rekonsiliasi
Umumnya operator yang menggunakan Aplikasi SIMAK BMN dan Aplikasi Persediaan , sebelum
adanya SAKTI, dilaksanakan oleh operator yang sama. Operator yang sama dipandang tidak
memberikan arti yang signifikan dalam hal rekonsiliasi antara kedua aplikasi tersebut. Hal tersebut
hanya membuat duplikasi perkerjaan yang sama. Pemisahan aplikasi tersebut akan berjalan efektif
apabila dilakasanakan oleh operator yang berbeda. Dengan dimuatnya Modul Aset Tetap dan
aplikasi.
Less paper office merupakan lingkungan kerja di mana penggunaan kertas dikurangi atau
digunakan secara bijaksana. Bentuk riil dari implementasi lesspaper office antara lain dengan
mengurangi pencetakan dokumen, menyimpan segala dokumen dalam bentuk ADK (electronic file),
serta memberikan perintah atau persetujuan secara elektronik melalui email atau aplikasi khusus
yang terdapat dalam komputer. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari Implementasi konsep
lesspaper office adalah mengurangi biaya (biaya cetak dokumen, kertas, pengiriman dan lain-lain);
mengurangi tempat penyimpanan dokumen; administrasi dokumen yang lebih baik sehingga dapat
tanpa memperhitungkan lokasi; mempercepat proses kerja dan proses pertukaran informasi; dan
Dalam rangka meningkatkan kualitas serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para
stakeholders, maka perlu mengimplementasikan konsep lesspaper dalam proses bisnis pencairan
APBN. Beberapa poin penyempurnaan melalui penerapan konsep lesspaper antara lain: semua
dokumen dalam proses pencairan dana APBN, yang dihasilkan oleh aplikasi di Satker, disimpan dan
dikirimkan ke KPKNL dalam bentuk softcopy (electronic file); proses pertukaran informasi dilakukan
melalui media surat elektronik, misalnya melalui email; pengiriman dokumen/data (misalnya Berita
Acara Rekonsiliasi) dari Satker ke KPKNL dilakukan melalui media pengiriman data elektronik yang
cepat dan aman; dokumen pendukung sebagai lampiran dari Berita Acara Rekonsiliasi dikirimkan
dilakukan secara elektronik melalui proses approval yang terdapat dalam aplikasi di komputer atau
Alur modul piutang dimulai dari perekaman referensi debitur untuk menghasilkan
data berupa daftar referensi debitur yang digunakan dalam proses pencatatan piutang.
Selanjutnya dalam mencatat piutang, proses ini terkait langsung dengan modul GLP untuk
pembentukan jurnal pengakuan piutang. Data piutang yang dihasilkan dari proses pencatatan
piutang selanjutnya akan dilakukan pelunasan oleh debitur melalui settlement atau apabila
piutang belum dilunasi maka akan diterbitkan surat peringatan.
Aktivitas lain yang juga dilakukan dengan modul piutang ini adalah penyisihan
piutang tak tertagih sesuai dengan kualitas piutang dan dilakukan semesteran. Modul piutang
juga menghasilkan laporan piutang antara lain Kartu Piutang, Kartu Penyisihan Piutang Tak
Tertagih, Rekapitulasi Piutang yang Sudah Lunas, Rekapitulasi Transfer Keluar-Masuk, dan
Laporan Piutang Jatuh Tempo.
4. Koreksi Piutang
Sub menu transaksi koreksi piutang ini adalah sub menu yang digunakan untuk
melakukan pencatatan perbaikan atas kesalahan pencatatan piutang yang telah tutup buku
atau sudah ada transaksi lanjutannya. Sub menu ini juga bisa digunakan untuk melakukan
koreksi nilai piutang atas adanya pembayaran tahun sebelumnya yang belum dilakukan
settle piutang. Kegiatan perekaman koreksi piutang ini dilaksanakan oleh operator dengan
dokumen input berupa Dokumen Koreksi Piutang yang akan dituangkan kedalam
Laporan Piutang.
No. Uraian
1 Modul ARE
2 Role User OPR
3 Modul Lain yang Terkait GLP
4 Transaksi yang Tekait -
5 Dokumen Input Dokumen Koreksi Piutang
6 Output Laporan- laporan Piutang
Jurnal akrual yang dicatat yaitu (D) Ekuitas (K) Piutang untuk mencatat koreksi yang
mengurangi nilai piutang atau (D) Piutang (K) Ekuitas untuk mencatat koreksi yang
menambah piutang.
5. Restrukturisasi Piutang
Sub menu transaksi restrukturisasi piutang ini adalah sub menu yang digunakan untuk
melakukan pencatatan perubahan kualitas piutang sesuai dengan dokumen penetapan
restrukturisasi piutang. Kegiatan perekaman restrukturisasi piutang ini dilaksanakan oleh
Surat Peringatan digunakan untuk mencatat status surat peringatan dan kapan surat
peringatan tersebut diterbitkan. Surat peringatan dibuat setelah tanggal jatuh tempo dan
belum melakukan pembayaran.
Waktu Terbit Keterangan
SP1 >30 hari setelah tanggal jatuh tempo Kualitas Kurang Lancar
SP2 >30 hari setelah SP1 Kualitas Ragu-ragu
SP3 >30 hari setelah SP2 Kualitas Macet
7. Penyisihan Piutang
Sub menu Transaksi Penyisihan Piutang ini adalah sub menu yang digunakan untuk
melakukan transaksi penyisihan piutang setiap semesteran dengan terlebih dahulu
menutup buku piutang sampai dengan sebelum bulan dilakukan penyisihan (penyisihan
semester I minimal harus sudah tutup buku bulan 5, sedangkan penyisihan semester II
minimal harus sudah tutup buku bulan 11).
No. Uraian
1 Modul ARE
2 Role User OPR
3 Modul Lain yang GLP
Terkait
4 Transaksi yang Tekait -
5 Dokumen Input Data Piutang
6 Output Laporan- laporan Piutang
9. Penghapusan Piutang
Sub menu Transaksi Penghapusan Piutang ini adalah sub menu yang digunakan untuk
melakukan pencatatan penghapusan Piutang dengan syarat:
a. Piutang Macet dan belum ada pembayarannya.
b. Piutang yang sudah mendapatkan SP3 dan belum ada lanjutan transaksi pembayaran
(karena kualitas berubah macet hanya saat dilakukan penyisihan)
No. Uraian
1 Modul ARE
2 Role User OPR
3 Modul Lain yang Terkait GLP
4 Transaksi yang Tekait -
5 Dokumen Input Dokumen Penghapusan Piutang
6 Output Laporan- laporan Piutang
7 Validasi - Piutang yang bisa dihapus buku adalah piutang
yang memiliki kualitas macet atau sudah
mendapatkan SP3 selama 30 hari
- Piutang yang bisa dihapus tagih adalah piutang
yang sudah dihapus buku
Untuk perekaman saldo awal piutang, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Isikan kualitas piutang dengan pilihan: Lancar, Kurang Lancar, Ragu-ragu, dan
macet
c. Isikan No. Piutang Lama sesuai data piutang yang sudah dihapusbukukan
3) Selanjutnya pilih Pilih No Piutang dengan mengklik tombol look up sehingga tampil
data seperti di bawah ini (setelah data piutang dipilih maka kolom informasi piutang
terisi secara otomatis)
a. Pilih data piutang yang dilakukan restrukturisasi
b. Klik pilih
2) Klik Sisihkan
3) Setelah itu maka muncul parameter penyisihan piutang dengan tanggal yang sudah
otomatis terisi sesuai dengan periode penyisihan terdekat dengan tutup buku terakhir
4) Klik Proses
8. TKTM Piutang
a. Transfer Keluar Piutang
Sub menu Transaksi Transfer Keluar Piutang ini adalah sub menu yang digunakan
untuk melakukan pencatatan transaksi transfer keluar piutang oleh satker pemberi.
Langkah yang dilakukan adalah dengan memilih menu Piutang >> Penerimaan >>
Transfer >> Transfer Keluar
Klik Rekam
Isikan Nomor Dokumen sesuai dengan nomor dokumen koreksi yang ada
Selanjutnya pilih Pilih No Piutang dengan mengklik tombol look up sehingga tampil
data seperti di bawah ini (setelah data piutang dipilih maka kolom debitur dan nilai
transfer piutang terisi secara otomatis)
b. Transfer Masuk Piutang
Klik Rekam
Pilih data transfer yang sudah ada berdasarkan pencatatan transfer keluar yang
dilakukan oleh satker pemberi (data yang dipilih bisa lebih dari satu dengan syarat
tanggal transfer pada periode semester yang sama)
Klik Rekam
Gambar- Keterkaitan secara khusus Modul Piutang dengan Modul SAKTI lainnya
a. Modul Administrasi
Keterkaitan dengan modul admin adalah memberikan informasi terkair referensi akun
piutang maupun pendapatan yang digunakan dalam pencatatan piutang pada modul
piutang.
b. Modul Pembayaran
Salah satu cara pembayaran/pelunasan piutang pada Modul Piutang adalah dengan
melakukan settlement via potongan SPM. Pada menu ini modul pembayaran
memberikan informasi potongan SPM akun PNBP 42xxxxx yang telah menjadi SP2D
pada sakter bersangkutan. Saat data potongan SPM sudah dilakukan settrelemnt, maka
akun yang digunakan untuk settlement tersebut tidak bisa diubah, sehingga harus
melakukan penghapusan transaksi settlement terlebih dahulu sebelum melakukan
perubahan/koreksi data potongan SPM tersebut.
c. Modul Bendahara
Keterkaitan dengan modul bendahara juga terjadi pada transaksi settlement, yaitu
settlement via data upload yang berasal dari pencatatan upload data simponi pada
modul bendahara, settlement SBS yang berasal dari pencatatan uang masuk oleh
bendahara dan settlement SSBS non SBS yang berasal dari pencatatan SSBP pada
Keuangan Negara;
Peraturan Pemerintah No. 54/2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan
Peraturan Pemerintah No. 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Peraturan Presiden No. 82/2015 tentang Jaminan Pemerintah Pusat atas Pembiayaan
Perdana;
Kembali SUN;
Hibah
Hibah
1. Menaikkan jumlah dana yang dibuutuhkan (Raise the required amount of funding)
diharapkan (Identify and manage the trade offs between expected cost and risk)
5. Mencapai tujuan penegelolaan utang publik lainnya (Meet any other public debt
management goals)
• Interest accrued and not yet due for payment (bunga akrual yang belum
dibayarkan)
• Arrears (tunggakan)
3. Valuation (Penilaian)
6. Consolidation
c. Pengelolaan Utang
Pengelolaan utang harus memperhatikan :
Objectives
Scope
and operations
management
Governance
Management of internal operations and legal documentation
4. Debt Management strategy
5. Risk Management framework
• Scope for active management
• Risks arising from the use of derivatives, credit risk, and settlement risk
• Contingent liabilities
6. Development and Maintenance of an Efficeient Market for Domestic Government
Securities
Portofolio diversification and instrument
Primary market
Secondary market
Direktur
Jenderal PPR
Sekretariat
Jenderal
Instrument Hibah
1. Hibah Langsung
2. Hibah Terencana
BI-SSSS
BI-RTGS DMFAS
Dealing Room DMFAS DMFAS
Simponi Saspem SPAN
MoFids
SPAN SPAN SPAN
E-SBN
Modul
Modul Pembayaran Modul GL
Penerimaan Modul Komitmen
SPAN
Proses Bisnis Pinjaman/Hibah Luar Negeri
SASPEM SPAN
Modul Modul
Debt Report
Service
b. Input dan Dokumen Sumber dalam Real Drawing on Loans – Drawing Info
No Input Dokumen Sumber Keterangan
1 Load ID Loan Agreement/No Nomor loan
DMFAS
2 Request No NOD/Withdrawal nomor pemintaan penarikan.
Application Untuk kasus pemerintah
Indonesia adalah nomor
Widrawal Aplication (WA)
atau
dokumen yg dipersamakan.
3 Reference Referensi (jika diperlukan)
4 Project Project ID Proyek yang dibiayai oleh
loan
b. PMK No. 213 tahun 2013 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
d. PMK No. 215 tahun 2013 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
e. PMK No. 219 tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
g. Surat DJKN Tgl.08 Juni 2018 No. S-3689/KN/2018 Hal: Implementasi Aplikasi e-
Rekon&LK dalam Penyusunan Laporan Barang Pengguna dan LKKL Tahun 2018
h. Surat DJPB Tgl.22 Juni 2018 No.S-4907/PB/2018 Hal: Persiapan Implementasi Aplikasi
e-Rekon & LK G2 dalam Penyusunan Laporan Barang Pengguna dan LKKL Tahun 2018
1. Membuat jurnal yang ditrigger oleh transaksi yang dihasilkan oleh modul lain (Sub
ledger).
4. Tutup periode.
b. Mengirim nilai saldo akhir neraca percobaan periode yang ditutup ke neraca percobaan
1. Pelaporan Lainnya
b. Laporan Kinerja Satker, untuk menyajikan besaran pagu DIPA serta besaran pagu yang
c. Laporan Ketersediaan Dana, untuk menyajikan posisi sisa pagu DIPA beserta besaran
Tingkat Instansi (SAKTI) yang memuat keseluruhan proses yang terkait dengan akuntansi
dan pelaporan. Proses bisnis modul GLP dimulai dari proses migrasi data saldo awal yang
hanya dilakukan sekali ketika proses implementasi sistem SAKTI pertama kali. Proses
migrasi hanya dijalankan oleh level satker saja, level konsolidator tidak perlu melakukan
proses migrasi.
data jurnal manual lewat modul GL yang tidak terkait dan tidak mengikuti aturan di peta
jurnal, tetapi pembentukan COA-nya tetap diikat dan merujuk ke data DIPA berdasarkan
program, kegiatan dan output pada tahun anggaran berjalan. Validasi jurnal digunakan untuk
melakukan pengecekan jurnal yang dibentuk oleh semua modul sebelum dilakukan proses
posting jurnal. Posting jurnal dilakukan setelah melakukan validasi jurnal. Posting jurnal
bertujuan untuk summary jurnal agar data transaksi masuk dalam laporan keuangan.
• Pembentukan jurnal secara transaksional : jurnal sebagian besar terbentuk dari modul by
sistem
ADK
ADK Rekonsiliasi
- Dokumen anggaran
- Dokumen pengesahan
migrasi saldo awal, penjurnalan, validasi dan psoting, tutup periode dan pelaporan. Migrasi
saldo awal dilakukan terhadap akun persediaan, BMN Aset Tetap, dan saldo neraca dari
aplikasi SAIBA. Proses jurnal secara sistematis dalam aplikasi meliputi jurnal komitmen,
pembayaran, bendahara, aset tetap, persediaan, piutang dan jurnal manual dan penyesuaian.
proses pelaporan. Proses pelaporan meliputi laporan pembukian basis akrual dan basis kas,
Penjelasan : Dalam modul GLP selalu berkaittan dengan setiap modul pada
sakti, kemudian setelah mendapatkan data/dokumen sumber dari modul lainnya
seperti modul aset tetap, pesediaan, bendahara Modul GLP akan melakukan
penjurnalan, kemudian validasi dan posting, tutup eriode setelah itu akan
membentuk suatu laporan keuangan.
c. Perbedaan Posting Buku Besar Kas dan Akrual
Dalam proses posting dibagi mejadi posting kedalam Buku Besar Kas
untuk Jurnal Anggaran sedangkan posting dalam Buku Besar Akrual untuk jurnal
Selain 2 ledger (akrual dan kas), SAKTI menerapkan ledger single entry untuk mencatat
transaksi :
1. Jurnal Anggaran (Estimasi dan Allotment)
2. Jurnal Komitmen (Encumbrance)
3. Jurnal Sub Ledger Bendahara
karena sudah terjadi komitmen untuk melakukan pembelian atau hal lainnya yang
Merupakan jurnal penghausan utang yang sebelumnya telah dicatat, karena sudah
dilakukan pembayaran hal ini ditandai dengan penerbitan SP2D.
e. Jurnal Modul Persediaan
dan penjualan semua akan dicatat jurnalnya pada modul GLP yang dokumen sumbernya
h. Jurnal Penyesuaian
Selain mencatat jurnal umum, modul GLP juga melakukan pencatatan jurnal
penyesuaian yang kemudian akan diposting kedalam buku besar dan disusun menjadi laporan
keuangan. Ilustrasi Jurnal:
Pelaporan lainnya
• Laporan Rekonsiliasi Neraca dengan Sub-Ledger : membandingkan saldo Sub-
Ledger di Neraca dengan saldo Sub-Ledger di Modul masing-masing.
• Laporan Kinerja Satker : menyajikan besaran pagu DIPA serta besaran pagu yang
sudah diserap/direalisasikan berdasarkan program, kegiatan, dan output.
• Laporan Ketersediaan Dana (FA) : menyajikan posisi sisa pagu DIPA beserta
besaran realisasinya pada saat laporan tersebut diproses.
Kemudian hasil dari Modul GLP perlu direkonsiliasi dengan modul-modul lainnya, proses
8. E-Rekon
Aplikasi e-rekon yaitu Adalah aplikasi berbasis web yang dikembangkan dalam rangka
proses rekonsiliasi data transaksi keuangan dan penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
• Proses rekonsiliasi menjadi lebih mudah (dapat dilakukan oleh satker secara mandiri
• Terbentuk single database yang berisi data seluruh satker di seluruh K/L, sebagai
• Data yang dikirim oleh satker/UAKPA ke KPPN (dalam rangka rekonsiliasi) sama
dengan data yang dikonsolidasi oleh UAPPA-W, UAPPA-E1, dan UAPA untuk
Aplikasi e-rekon yang sekarang digunakan adalah e-rekon generasi kedua. Fungsi Aplikasi e-
SAIBA (tidak hanya jurnal).Oleh SAIBA diupload ke Aplikasi E-Rekon&LK pada saat
upload bulanan. Berdasarkan data dari upload seluruh SAIBA tsb, Aplikasi e-Rekon&LK
menyusun LK dan LBP tingkat Wil, Es.1 dan KL.Dengan demikian:Tidak ada lagi Aplikasi
SIMAK tingkat Wil, Es.1 dan KL dan tidak terjadi perbedaan data/laporan antara aplikasi
Data Saldo Awal didasarkan pada data SAKTI level satker yang kemudian di-crosscheck dengan
Posisi BMN di Neraca (Saldo Awal) pada Aplikasi e-Rekon&LK. Data SAKTI akan diproses
oleh aplikasi E-rekonLK mengikuti aturan/ kebijakan rekonsiliasi. Periode Rekonsiliasi sudah
dibuka; Status Rekonsiliasi belum sampai menunggu ttd kasi Vera (masih analisa hasil rekon/
menunggu ttd KPA); Apabila ada perbaikan/ perubahan data setelah status ttd kasi Vera / BAR
Siap Download satker harus melakukan permintaan reset BAR dan data akan di push ulang;
• Saat ini LK Konsolidasi tingkat wilayah dan Eselon I, juga bisa dihasilkan dari SAKTI
(otomatis terkonsolidasi ketika satker melakukan proses posting dan tutup periode)
- Neraca
• Reklasifikasi Aset
2. Menggunakan Jurnal standar Kas yang selama Menggunakan Jurnal Akrual sesuai dengan
ini telah digunakan pada basis CTA Siklus Akuntasi
Menu Proses
Pada Menu Proses, pengguna dapat mengakses sub-sub menu yang tersedia di Modul
GLP, yaitu dari menu proses migrasi data saldo awal neraca di awal implementasi sistem
aplikasi Sakti, kemudian menu input data jurnal dari modul GLP, selanjutnya dilakukan menu
validasi data jurnal, menu posting data jurnal dari bukubesar ke neraca saldo, Monitoring
Jurnal, Input realisasi kinerja satker hingga menu tutup buku.
Pada akhir periode akuntansi dan pelaporan, maka dilakukan proses tutup buku, proses
tutup buku digunakan untuk mengClose semua kegiatan transaksi pada periode berjalan
termasuk kegiatan transaksi yang berasal dari modul lain di luar GL, selain itu proses tutup
buku juga akan menyiapkan saldo awal untuk bulan berikutnya.
Monitoring tutup transaksi adalah form yang tersedia di modul GL yang berfungsi untuk
melihat kegiatan proses tutup buku yang telah dijalankan oleh setiap modul, setiap modul yang
Pengguna dapat mengakses Sub Menu Tutup Buku, maka muncul Form Tutup Buku. Data
jurnal yang ditampilkan di Form Tutup Buku merupakan data jurnal yang telah divalidasi dan
telah terposting Ke Neraca Saldo (Trial Balance). Dilihat dari proses tutup bukunya sendiri ada
dua macam tutup buku yaitu tutup buku sementara dan tutup buku permanen, “tutup buku
sementara” adalah proses tutup buku yang dimungkinkan proses tutupnya dapat diulang
kembali dengan cara melakukan proses “buka tutup” terlebih dahulu, maksimal 1 Semester,
Periode Januari s.d Juni bisa dilakukan tutup buku sementara, namun untuk menutup periode
Juli syaratnya harus menutup periode Juni Permanen. Proses “tutup permanen” adalah proses
tutup buku yang sifatnya final dan tidak bisa dilakukan proses “buka tutup” buku ulang.
Menu Laporan
Setelah dilakukan pemrosesan data jurnal di modul GLP, pengguna dapat mengakses menu
laporan. Laporan di GL merupakan laporan keuangan berdasarkan periode buku tertentu, Menu
Laporan terdiri dari laporan tingkat satker, laporan tingkat wilayah, laporan tingkat eselon 1 dan
laporan tingkat kementerian, tingkatan laporan tersebut ditentukan pada saat setup user-login
dan setup hak akses yang diberikan kepada masing-masing user, menu laporan terdiri dari:
Laporan Operasional(LO)
Laporan Perubahan Ekuitas(LPE)
Buku Besar
Neraca
Neraca Percobaan
Laporan FA
Anggaran, Modul Komitmen, Modul Bendahara, Modul Pembayaran, Modul Aset Tetap, Modul
Persediaan. Sedangkan dari Modul Administrasi, dibutuhkan referensi berupa User id,
konfigurasi sistem, referensi penandatangan, dan referensi peta jurnal yang digunakan di Modul
Modul Anggaran akan memberikan informasi kepada Modul GLP untuk tujuan penjurnalan
anggaran berupa allotment belanja dan estimasi pendapatan, serta akan memperoleh informasi
Interaksi Modul GLP dengan Modul Komitmen diawal dengan pemberian peta jurnal dari Modul
GLP. Berdasarkan peta jurnal tersebut, Modul Komitmen akan membuat jurnal akuntansi atas
Modul Bendahara memberikan jurnal bendahara, realisasi belanja, dan status tutup periode,
sedangkan modul GLP akan memberikan informasi jurnal jurnal terdahulu sebagai bahan
pelacakan jurnal yang akan membantu modul bendahara dalam mengelola data pada tahun
berjalanan berdasarkan historical transaction yang telah dikelola oleh Modul GL dan Pelaporan.
Dalam mekanisme Ganti Uang Pembayaran (GUP), kuitansi yang telah dibuat penerbitan Surat
Perintah Bayar akan dicatat data-datanya dalam modul GL/Pelaporan. Begitu juga dengan akun-
Pada siklus Pembayaran Langsung, satker akan mengupload nomor SP2D dan kemudian
bendahara akan merekam uang masuk atas SPM LS Bendahara untuk selanjutnya
untuk menatausahakan dana atas SPM LS Bendahara yang sebelumnya telah dicatat pada menu
pemindahan kas. Perekaman uang masuk atas SPM LS dan pencatatan dana titipan serta
pengembalian dana titipan akan dicatat dan disimpan oleh bendahara dalam modul
GL/Pelaporan.
Seiring dengan pelaksanaan akuntansi berbasis akrual, maka seluruh transaksi terkait dengan
proses pembayaran, baik yang terjadi di lingkungan satker maupun di KPPN harus harus dicatat
ada saat transaksi tersebut terjadi. Sistem akuntansi yang didesain dalam manajemen
pembayaran mencatat terjadinya utang pada saat timbul suatu kewajiban pemerintah untuk
membayar sejumlah uang kepada suatu pihak atas pelaksanaan kegiatan yang telah
dilaksanakan komitmennya. Utang tersebut segera dihapus pada saat dilakukan pembayarannya
oleh KPPN.
Proses pelaporan, baik pelaporan kepada pihak eksternal maupun kepada pihak internal
(management reporting), dapat secara langsung di-generate sesuai dengan kebutuhan melalui
aplikasi SPAN. Dengan adanya proses akuntansi yang akrual, maka laporan yang dihasilkan
oleh aplikasi merupakan laporan real time yang menunjukkan hasil dari transaksi terakhir yang
dilakukan. Selain itu, proses pelaporan dapat dilakukan secara less paper melalui aplikasi dan
dapat diakses secara langsung dan berjenjang mulai dari Satker, KPPN, Kanwil, sampai dengan
Kantor Pusat.
Modul GL dan Pelaporan membutuhkan Modul Aset Tetap untuk melakukan tracing journal
serta untuk menerima informasi tutup periode. Persediaan melakukan pencatatan atas keluar
Modul Piutang akan mengirimkan informasi transaksi dalam bentuk jurnal pada transaksi-
transaksi yang terjadi pada Modul Piutang sehingga penambahan maupun pengurangan piutang
maupun penyisihan piutang tidak perlu dicatat menggunakan jurnal manual. Selain itu, Modul
GLP juga dapat melakukan tracing jurnal ke Modul Piutang sehingga memudahkan dalam
melakukan keterjadian transaksi. Modul Piutang akan menghasilkan laporan antara lain sebagai
berikut:
a. Kartu Piutang
Modul GL dan Pelaporan berguna untuk membuat laporan dan menunjukkan bagaimana kinerja
pemerintah selama periode tersebut. Segala hal yang terjadi mulai dari pelaksanaan anggaran
hingga tahun anggaran tersebut ditutup harus dilaporkan. Utang yang dimiliki oleh pemerintah
juga harus dilaporkan untuk mengetahui berapa besar utang pemerintah dan sebagai dasar
Terdapat pembagian tugas untuk orang-orang yang bertugas sebagai Operator, Validator, dan
b. Otorisasi yang sesuai (hanya dilakukan oleh Aprrover dan sudah divalidasi)
Contohnya adalah Bagan Akun Standar yang berguna untuk mencegah kesalahan klasifikasi
Terdapat Pusat Data dan Pusat Pemulihan Data yang disediakan oleh SPAN untuk mencegah
Dalam Modul GLP, terdapat pengendalian khusus yang ada di dalam modul yaitu Cross
Validation Rules dan Security Rules. Cross Validation Rules (CVR 002) merupakan kombinasi
antara program dengan output, yang mengharuskan kesesuaian antara program dengan output
tersebut. CVR ini menjamin validitas data yang dibutuhkan. Sedangkan Security Rules berguna
untuk membatasi akses. Penerapan dalam hal ini contohnya adalah KPPN dapat menghasilkan
laporan tingkat satker di bawahnya, lalu Kanwil dapat mengakses data dan laporan yang
dihasilkan oleh KPPN tersebut selama masih ada dalam satu wilayah. Untuk kantor pusat
(BUN)
Untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas, valid, andal dan tepat waktu,
diperlukan penyempurnaan proses pelaporan baik dari faktor data input maupun proses
pengolahan datanya. Selama ini sering terjadi adanya perbedaan laporan antara KL dengan BUN
baik di level terendah (KPPN & satker), level wilayah maupun level teratas (kantor pusat). Salah
satu penyebabnya adalah karena laporan dihasilkan dari dua database yang berbeda. Meskipun
telah dilakukan proses verifikasi dan rekonsiliasi antar keduanya, namun hasilnya belum
maksimal untuk menihilkan perbedaan. Salah satu upaya menghilangkan perbedaan tersebut,
laporan dari dua entitas tersebut di atas (KL & BUN) diupayakan untuk bisa dihasilkan dari satu
database yang sama. Dengan single database, perbedaan laporan kedua enititas tersebut tidak
akan terjadi lagi. Namun sebenarnya dengan menggunakan satu database pun ada dua
kemungkinan yang terjadi, benar kedua-duanya atau salah kedua-duanya karena tidak adanya
prosedur cross-check antar dua laporan tersebut. Oleh karena itu, penggunaan single database
juga harus dibarengi dengan ketelitian dan kejelian mulai dari awal perekaman data.
Tahap awal rencana penggunaan single database dalam rangka SPAN memang belum
sampai pada penyatuan database antara KL dengan BUN karena masih terlalu banyak kendala
yang dihadapi. Kendala tersebut terutama di sisi KL/satker, antara lain karena faktor jumlah dan
letak satker serta kondisi satker baik SDM maupun sarana prasarananya yang belum memadai.
Rencana penerapan integrated database akan dimulai dari sisi BUN. Database yang selama ini
terpisah-pisah baik di KPPN, kanwil, maupun kantor pusat, akan disatukan melalui single
database SPAN.
prosedur pencatatan transaksi dan koreksi. Dalam sebuah siklus akuntansi, proses pelaporan
merupakan tahapan akhir yang diawali dengan tahapan pencatatan bukti transaksi. Dalam
konteks siklus akuntansi pemerintah Indonesia, pencatatan transaksi di tandai dengan pencatatan
data SPM dari satker ke dalam sistem akuntansi pemerintah melalui KPPN sebagai kuasa BUN
Daerah. Data transaksi yang berasal dari satker kemudian dicatat di KPPN. Pola penyimpanan
data transaksi pada unit-unit akuntansi terendah ini terasa cukup ideal. Kerangka inilah yang
dikenal dengan Single Data Submission/Single Entry Point. Dengan konsep ini, koreksi atas
kesalahan pencatatan transaksi sebaiknya juga dilakukan di level ini. Dengan demikian, setiap
transaksi secara utuh akan bersumber dari satu unit yakni unit akuntansi terendah, satker –
KPPN. Konsep ini sejalan dengan kerangka pengembangan proses bisnis pelaporan dalam
rangka SPAN.
SABUN di kementerian keuangan, maka LKPP yang akan dihasilkan pun akan merupakan hasil
konsolidasi dari dua sistem tersebut. Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran
Laporan yang disusun tersebut disampaikan secara berjenjang dari level satker ke level diatasnya
sesuai rentang kendali masing-masing KL (melalui kanwil atau unit eselon I), hingga sampai ke
kantor pusat. Penyampaian laporan berjenjang di sisi KL ini perlu dilakukan mengingat database
di KL belum terintegrasi. Di samping itu, untuk keperluan akuntabilitas diperlukan laporan nit
bertanggung jawab formal material kepada presiden atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang
formal material kepada PA atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya”. Dari
laporan yang dikirim oleh satker-satker tersebut selanjutnya akan digabungkan oleh KL untuk
inilah yang akan dikonsolidasi dengan laporan keuangan BUN untuk penyusunan LKPP.
Sementara itu, penyusunan pelaporan di BUN agak berbeda dengan KL. Hal ini disebabkan
karena BUN menggunakan database yang terintegrasi, sehingga tidak perlu lagi pelaporan
berjenjang dari KPPN ke kanwil DJPBN dan selanjutnya ke kantor pusat. Proses pelaporan
dimulai dari unit akuntansi terendah, yaitu KPPN sebagai Kuasa BUN Daerah. KPPN
memproses data transaksi penerimaan dan pengeluaran yang diterima dari satker. Data-data
transaksi tersebut kemudian diproses menjadi laporan keuangan. Agar laporan keuangan yang
dihasilkan tersebut valid dan akuntabel, maka di level ini dilakukan rekonsiliasi antara KPPN
dengan satker. Data setelah proses rekonsiliasi diharapkan bisa menjadi data yang andal untuk
penyusunan laporan keuangan, sehingga dengan data tersebut laporan keuangan siap dihasilkan
Pelaporan pada jenjang di atasnya cukup dilakukan oleh masing-masing level dengan cara
mengakses database sesuai tingkatannya masing-masing, tanpa menunggu laporan dari unit
akuntansi di bawahnya. Baik Kanwil DJPBN, maupun Kantor Pusat akan diberikan otoritas
keuangan. Bahkan pada level tertentu akan dimungkinkan untuk diberi kewenangan melakukan
record data dalam rangka penyusunan adjusting entries. Kantor Pusat DJPBN c.q Direktorat
APK akan menyusun laporan BUN yang selanjutnya akan dikonsolidasi dengan laporan dari
1. Penambahan laporan baru terkait dengan penerapan akuntansi berbasis akrual yaitu laporan
Dalam konteks pengembangan SPAN, diharapkan laporan kinerja ini bisa diintegrasikan dengan
laporan keuangan, sehingga kedua laporan tersebut dihasilkan dari sistem yang sama dan berada