i|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mamberikan rahmat
dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata
kuliah Perpajakan di Universitas Bangka Belitung.
Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita satu-satunya agama yang diridhoi
Allah SWT, yakni agama Islam.Alhamdulillah penulisan makalah ini bisa diselesaikan,
walaupun kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekuragan baik dalam penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data yang bisa
dibilang kurang komplit dan detail.
Mengingat keterbatasan kami yang masih belum bisa maksimal dalam
mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dengan mengambil judul “KETENTUAN
UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DAN PAJAK PENGHASILAN” kami berharap
semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kami maupun orang yang
membacanya.
Akhir kata kami menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai maka akan
tampak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami tunggu demi
peningkatan kualitas dan mutu dari makalah yang kami susun ini. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
Judul........................................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A. Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan................................................ 2
B. Nomor Pokok Wajib Pajak............................................................................. 2
C. Surat Pemberitahuan...................................................................................... 2
D. Tata Cara Pembayaran Pajak......................................................................... 4
E. Surat Ketetapan Pajak.................................................................................... 8
F. Penagihan Pajak............................................................................................. 9
G. Keberatan dan Banding.................................................................................. 9
H. Pembukuan dan Pencatatan............................................................................ 11
I. Pemeriksaan................................................................................................... 12
J. Penyidikan dan Sanksi................................................................................... 13
K. Pajak Penghasilan........................................................................................... 17
L. Cara Menghitung Pajak Penghasilan............................................................. 19
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 14
A. Kesimpulan.................................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................................... 14
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita, peranannyapun dalam
pengembangan suatu Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak Undang-
Undang maupun peraturan perundang-undangan yang menjelaskan tentang pajak. Dari
periode ke periode peraturan tentang pajak selalu mengalami perubahan, begitupun di
Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakan yang harus diketahui
oleh orang banyak. Selain itu perlu disadari juga bahwa sebagian besar penduduk
indonesia yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi
pembangunan Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini guna memberi tahu
pembaca tentang NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk membayar pajak.
Peraturan perundang-undangan di Indonesia masih banyak yang dibuat pada zaman
pemerintahan Belanda. Khususnya peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
antara lain Aturan Bea Materai Tahun 1921, Ordonasi Pajak Perseroan Tahun 1925,
Ordonasi Pajak Kekayaan Tahun 1932, Ordonasi Pajak Pendapatan Tahun 1944, juga
merupakan undang-undang yang dibuat pada zaman pemerintahan penjajahan Belanda.
Karena terdapat perbedaan falsafah yang melatarbelakangi dan sistem yang melekat pada
undang-undang tersebut, maka perundang-undangan perpajakan belum memenuhi fungsi
sebagai sarana pembangunan nasional. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan
perpajakan telah beberapa kali dilakukan perubahan penyesuaian.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan
2. Nomor Pokok Wajib Pajak
3. Surat Pemberitahuan
4. Tata Cara Pembayaran Pajak
5. Surat Ketetapan Pajak
6. Penagihan
7. Keberatan dan Banding
8. Pembukuan dan Pencatatan
9. Pemeriksaan
10. Penyidikan dan Sanksi
iv | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
C. SURAT PEMBERITAHUAN
v|Page
a. Pengertian Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. KUP:pasal 1, angka 11.
b. Fungsi SPT
1) Fungsi SPT bagi wajib pajak PPh:
a) Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang;
b) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan
sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu
tahun pajak;
c) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan
sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu
tahun pajak;
2) Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak :
Sabagai sarana untuk malaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya
3) Fungsi SPT bagi pengusaha kena pajak
a) Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah PPN dan PPn-BM yang seharusnya terutang;
b) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak
yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
c) Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
c. Kewajiban terhadap SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,
dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. KUP : Pasal 3 ayat (1)
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas
Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati
15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir.
Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT
Tahunan paling lambat sebelum SPT disampaikan.
Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan
Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.
d. Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak
vi | P a g e
Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2%
(dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib
Pajak yang alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali
tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
200% dari pajak yang kurang dibayar.
ix | P a g e
PPh Pasal 15 adalah pemotongan Pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan kepada Wajib Pajak tertentu yang menggunakan norma
penghitungan khusus.
PPN dan PPnBM adalah pemungutan PPN dan PPnBM oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) atau Pemungutan yang ditunjuk (misalnya Bendahara Pemerintah)
atas pengkonsumsian barang dan/atau jasa kena pajak.
x|Page
10) PPN dan PPn-Bm impor Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak
bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk. Apabila Bea Masuk
dibebaskan atau ditunda, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokuman
impor
11) PPN dan PPn-Bm Direktorat Jendral Bea dan Cukai 1 (satu) hari setelah
pemungutan pajak dilakukan
12) PPN dan PPn-Bm Bendaharawan Paling lambat tanggal 7 bulan takwim
berikutnyasetelah masa pajak berakhir
xi | P a g e
- Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat
Faktur Pajak,
- Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak
tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak. Surat
Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan
pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa.
- Pengusaha Kena Pajak melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak dikeani sanksi.
- Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
pajak masukan diwajibkan membayar kembali.
F. PENAGIHAN PAJAK
Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat
Jenderal Pajak akan melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan Apabila Wajib
Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan
dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (skp), Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan
tindakan penagihan. Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan
dengan Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat
dilakukan penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi
pajak yang tidak/belum dibayar.
Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut:
1. Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo
pembayaran Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya.
2. Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran
apabila Wajib Pajak tetap belum melunasi hutang pajaknya.
3. Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan.
4. Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
Sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
penyitaan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan pencegahan dan
penyanderaan terhadap Wajib Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatifdalam
membayar hutang pajaknya.
xii | P a g e
d) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e) Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Ketentuan Pengajuan Keberatan
Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat WP
terdaftar, dengan syarat:
a) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
b) Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong
atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan-
alasan yang jelas.
c) Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan
Surat Keberatan, sehingga tidak diproses.
3. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB,
SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan
oleh pihak ketiga.
a) Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3
(tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak
dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan
diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
b) Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos
tercatat), jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT,
SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga
sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.
4. Tata Cara Pengajuan Permohonan Banding
Apabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan,
WP dapat mengajukan banding. kepada badan peradilan pajak, dengan syarat:
a. Tertulis dalam bahasa Indonesia.
b. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima.
c. Alasan yang jelas.
d. Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.
Pengajuan permohonan Banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak.
Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara.
5. Imbalan Bunga
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau
seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam SKPKB dan
SKPKBT telah dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak
xiii | P a g e
tanggal pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau
Putusan Banding.
6. Gugatan
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan kepada bpp
terhadap :
a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan selain yang
ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP;
c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP yang
berkaitan dengan STP;
d. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 yang berkaitan dengan STP;
xiv | P a g e
1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
I. PEMERIKSAAN
Direktorat pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajaan wajib Pajak dan ujuan antara lain:
1. Pemberian nomr Pokok Wajib Pajak
xv | P a g e
2. Penghapusan nomr Pokok Wajib Pajak
3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
4. Wajib pajak mengajukan keberatan
5. Pengumpulan bahan guna penyususnan Norma Penghitungan Penghaskan Netto
6. Pencocokan data atau alat ketetrangan
7. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
8. Pemenuhan permintaan informasi dari Negara mitra perjanjian penghindaran pajak
Berganda
Berdasarkan ruang lingkupnya jenis-jenis pemeriksaan sebagaimana disebutkan di
atas dapat dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Pemeriksaan
Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang
menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat
panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak
tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
xvi | P a g e
2. Sanksi Pidana : Siksaan/Penderitaan merupakan suatu alat terakhir atau benteng
hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Seperti denda pidana,
kurungan, dan penjara.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak
terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-
jenis ketetapan yag dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat
diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi
dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.Sanksi administrasi sehubungan dengan surat
ketetapan pajak dan surat taguhan pajak berdasrakan UU No 28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.
K. PAJAK PENGHASILAN
Pajak Penghasilan atau yang biasa juga disebut dengan PPh 25 merupakan pajak
yang dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan, atau badan hukum lain atas penghasilan
yang didapat. Peraturan pajak penghasilan ini sesuai dengan peraturan Undang Undang
nomor 7 tahun 1983. Selanjutnya UU tersebut mengalami perubahan berturut-turut.
Perubahan yang terjadi mulai dari UU Nomor 7 & Tahun 1991, UU Nomor 10 &
Tahun 1994, UU Nomor 17 & Tahun 2000, serta terakhir UU Nomor 36 Tahun 2008.
Sebelum memahami tentang pengertian Pajak Penghasilan dan Cara Menghitungnya, ada
baiknya untuk mengetahui komponen-komponen pajak, seperti:
a. Subjek Pajak
Subjek pajak merupakan badan atau pribadi yang diwajibkan membayar pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang termasuk ke dalam subjek
pajak adalah:
- Subjek pajak pribadi. Merupakan orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, Orang pribadi yang berada di wilayah Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia, dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
- Subjek pajak harta warisan belum dibagi. Merupakan warisan dari seseorang yang
sudah meninggal dan belum dibagikan tetapi menghasilkan pendapatan. Maka
pendapatan tersebut dikenakan pajak penghasilan.
- Subjek pajak badan. Merupakan badan yang didirikan atau berkedudukan di
Indonesia. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
xvii | P a g e
5. Bentuk usaha tetap (BUT). Merupakan bentuk usaha yang digunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di wilayah Indonesia atau berada di
indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan
yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan
di Indonesia.
b. Bukan Subjek Pajak
Selain subjek pajak, ada juga yang disebut dengan bukan subjek pajak. Mereka adalah
yang tidak wajib membayarkan pajak penghasilan. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun
2000, yang merupakan bukan subjek pajak adalah:
- Badan Perwakilan Negara Asing yang berada di Indonesia.
- Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia (WNI) dan
negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
- Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan
dengan syarat Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut
tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.
- Pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
c. Objek Pajak
Objek pajak penghasilan adalah sumber penghasilan yang dikenakan pajak. Objek
pajak bisa berasal dari mana saja. Bisa berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri.
Objek pajak dikenakan sebanyak sekali dalam satu tahun. Terdapat beberapa kategori
objek PPh, diantaranya adalah:
- Penggantian atau imbalan. Objek pajak ini berkaitan dengan pekerjaan atau upah
yang diterima oleh pekerja. Termasuk juga di dalamnya adalh gaji, tunjangan,
komisi, bonus, gratifikasi, dan imbalan dalam bentuk lainnya.
- Hadiah. Bisa berasal dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan juga pendapatan yang
diterima.
- Laba usaha. Laba yang didapat dari usaha. Perhitungan laba biasanya setelah satu
periode penuh dalam akuntansi bisnis perusahaan.
- Keuntungan penjualan atau pengalihan harta. Termasuk di dalamnya adalah
keuntungan pengalihan harta pada perseroan, pemegang saham, keuntungan
karena likuidasi, hibah, dan juga keuntungan atas pengalihan hak penambangan.
- Penerimaan kembali pembayaran pajak.
- Bunga.
- Deviden perusahaan.
- Royalti.
- Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan harta.
- Penerimaan pembayaran berkala.
- Keuntungan karena pembebasan utang.
- Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
- Selisih lebih karena penilaian aktiva.
xviii | P a g e
- Premi asuransi.
- Iuran dari suatu anggota perkumpulan yang anggotanya merupakan wajib pajak
dan menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
- Tambahan kekayaan yang berasal dari penghasilan belum kena pajak.
- Penghasilan dari usaha yang berbasis industri.
- Imbalan bunga.
- Surplus Bank Indonesia.
xix | P a g e
Hitung Penghasilan Bersih Selama Setahun
Pajak dikenakan pada penghasilan bersih yang diterima dalam satu tahun. Sebelum
menghitung pajak, perlu diketahui terlebih dulu jumlah penghasilan bersih yang diterima
dari pekerjaannya selama setahun.
Besaran penghasilan bukan hanya gaji/honor saja, namun termasuk tunjangan-tunjangan
yang diterima. Semua penghasilan seorang pegawai dalam setahun disebut penghasilan
kotor.
Untuk menghitung PPh, perlu ditemukan penghasilan bersih. Penghasilan bersih dihitung
dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan. Di dalamnya termasuk biaya pensiun, hutang, dan kredit bank. Selengkapnya
lihat pada Pasal 6 UU No. 36 Tahun 2008.
Untuk lebih mudah memahami langkah di atas, simak contoh simulasi pembayaran PPh
berikut:
Joko merupakan seorang kepala keluarga dengan satu anak. Ia bekerja di Dinas
Perhubungan sejak Januari tahun 2017. Penghasilan bruto yang terdiri dari gaji, tunjangan,
xx | P a g e
dan pembayaran lain adalah senilai Rp100.000.000. Joko membayar iuran pensiun dan
tunjangan hari tua senilai Rp2.000.000 setiap bulan. Berapakah PPh yang harus dibayar
oleh Joko?
1. Hitung penghasilan bersih (Penghasilan Bruto - beban tanggungan)
Rp100.000.000 - Rp2.000.000 = Rp98.000.000
5. Maka, PPh yang harus dibayarkan Joko selama setahun adalah sebesar Rp1.750.000.
Pajak penghasilan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Pajak wajib dibayarkan
tepat waktu setiap tahunnya. Bila wajib pajak telat membayar pajak, maka akan diberikan
denda.
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007, setiap wajib pajak yang membayar pajak setelah
waktu yang ditentukan (terlambat), maka diberlakukan denda sebesar 2 persen per bulan
dari jumlah total PPh.
xxi | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perpajakan diatur dalam Undang-Undang;
2. Undang-Undang perpajakan dapat mengalami perubahan sehingga dapat
meminbulkan munculnya isitlah-istilah baru;
3. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sangat diperlukan karena dapat digunakan sebagai
identitas Pengusaha Kena Pajak itu sensiri sdan sebagai sarana pengawasan dalam
melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPn-BM;
4. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan
5. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
6. Hak-hak Wajib Pajak antara lain:
7. Hak Memperpanjang Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
8. Hak Membetulkan Surat Pemberitahuan
9. Hak Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak
10. Hak Memohon Restitusi
11. Hak Memohon Pembetulan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Yang Salah
12. Hak Mengajukan Keberatan
13. Hak Mengajukan Banding
14. Wewenang dan Kewajiban Aparat Perpajakan antara lain:
15. Wewenang Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
16. Wewenang Menerbitkan Surat Tagihan Pajak
17. Wewenang Melakukan Penagihan Pajak
18. Wewenang Melakukan Pemeriksaan
19. Wewenang Melakukan Penyelidikan
xxii | P a g e
20. Wewenang Melakukan Penyegelan
21. Wewenang Mengurangkan Atau Menghapuskan Sanksi Administrasi.
22. Kewajiban Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
23. Kewajiban Memberikan Keputusan
24. Kewajiban Memberikan Keterangan
25. Kewajiban Menjaga Kerahasiaan Data
B. SARAN
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini dapat
berjalan dengan lancar sehingga bias dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia.
xxiii | P a g e