Anda di halaman 1dari 23

TUGAS PENGANTAR PERPAJAKAN

Nama : SUCI ULANDARI


Nim : 2006211118
Dosen pembimbing : Hj. Rosnani Assik, S.E., S.H., M.H

STIE APRIN PALEMBANG


2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mamberikan rahmat dan
hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Perpajakan di
STIE APRIN Palembang
Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita satu-satunya agama yang diridhoi Allah
SWT, yakni agama Islam.Alhamdulillah penulisan makalah ini bisa diselesaikan, walaupun
kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekuragan baik dalam
penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data yang bisa dibilang kurang komplit dan detail.
Mengingat keterbatasan kami yang masih belum bisa maksimal dalam mengumpulkan
data-data yang diperlukan. Dengan mengambil judul “KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN DAN PAJAK PENGHASILAN” kami berharap semoga makalah yang singkat ini
dapat bermanfaat bagi kami maupun orang yang membacanya.
Akhir kata kami menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai maka akan tampak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami tunggu demi peningkatan kualitas dan
mutu dari makalah yang kami susun ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

                                                                                                            
Palembang, Februari 2021

                                                                                             Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 2
A. Dasar Hukum.......................................................................................................... 2
B. Pengertian Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan............ 2
C. Tahun Pajak............................................................................................................. 3
D. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak............................................................................. 3
E. Nomor Pokok Wajib Pajak...................................................................................... 4
F. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak........................................................................ 7
G. Surat Pemberitahuan SPT........................................................................................ 8
H. Surat Setoran Pajak dan Pembayaran Pajak............................................................. 12
I. Surat Ketetapan Pajak............................................................................................. 13
J. Pajak Penghasilan.................................................................................................... 15
K. Cara Menghitung Pajak Penghasilan....................................................................... 17
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 19
A. Kesimpulan............................................................................................................. 19
B. Saran....................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Peraturan perundang-undangan di Indonesia masih banyak yang dibuat pada zaman
pemerintahan Belanda. Khususnya peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan antara lain
Aturan Bea Materai Tahun 1921, Ordonasi Pajak Perseroan Tahun 1925, Ordonasi Pajak Kekayaan
Tahun 1932, Ordonasi Pajak Pendapatan Tahun 1944, juga merupakan undang-undang yang dibuat
pada zaman pemerintahan penjajahan Belanda. Karena terdapat perbedaan falsafah yang
melatarbelakangi dan sistem yang melekat pada undang-undang tersebut, maka perundang-
undangan perpajakan belum memenuhi fungsi sebagai sarana pembangunan nasional. Oleh karena
itu, peraturan perundang-undangan perpajakan telah beberapa kali dilakukan perubahan
penyesuaian.
Pada tahun 2000 telah dilakukan perubahan kedua terhadap peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berlaku sejak
1 januari 2001.
Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini pada prinsipnya
berlaku bagi undang-undang pajak materiil, kecuali apabila dalam undang-undang pajak yang
bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakannya.
Dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994,
disadari masih terdapat hal-hal yang belum tertampung sehingga menuntut perlunya
penyempurnaan sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi dan kebijakan pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Dasar Hukum
2. Pengertian-pengertian dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan
3. Tahun Pajak
4. Kewajiban dan hak wajib pajak
5. NPWP
6. Pengukuhan pengusahaan Kena Pajak
7. Surat Pemberitahuan SPT
8. Surat Setoran Pajak dan Pembayaran Pajak
9. Surat Ketetapan Pajak
10. Pajak Penghasilan

C. TUJUAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan penulis maupun pihak yang membaca makalah ini
setidaknya dapat mengetahui tentang tata cara pelaksanaan pajak yang berlaku di Indonesia dan
lebih sadar akan kewajiban sebagai warga Negara yang baik .

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-undang Nomor
6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.

B. Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan


Beberapa pengertian yang harus diketahui menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, adalah:
a) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan difunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
b) Wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pjak,
dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan.
c) Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik derah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dan pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
d) Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar pabean.
e) Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini. Jangka waktu lainnya yang ditetapkan
dengan keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwin.
f) Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
g) Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak.
h) Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak,
dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
i) Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
j) Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi
dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
k) Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

2
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
l) Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi
suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
m) Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
n) Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
penulisan dan penghitungannya.

C. Tahun Pajak
1. Pengertian
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender. Akan tetapi
Wajib Pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim dengan syarat
konsisten (taat asas) selama 12 bulan, dan melapor/memberitahu kepada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) setempat.
Tahun pajak sebagaimana dijelaskan diatas adalah jangka waktu satu tahun takwim atau
tahun kalender (1 Januari sampai 31 Desember), kecuali wajib pajak ternyata tahun pajaknya tidak
sama dengan tahun takwim, maka wajib pajak harus melapor /memberitahukan kepada Direktur
Jenderal pajak untuk mendapat persetujuan

2. Penetapan Tahun Pajak


Dalam hal penetapan Tahun Pajak khususnya Tahun Pajak tidak sama dengan tahun
takwim, maka yang menjadi pedoman adalah banyaknya bulan dalam tahun tersebut.
Contoh :
 Pembukuan dimulai 1 Juli 2001 dan berakhir 30 Juni 2002. Ditetapkan sebagai Tahun Pajak
2001 (enam bulan pertama jatuh pada Tahun 2001).
 Pembukuan dimulai 1 April 2001 dan berakhir 31 Maret 2002. Ditetapkan sebagai Tahun
Pajak 2001 (bulan yang lebih banyak jatuh pada tahun 2001).
 Pembukuan dimulai 1 Oktober 2001 dan berakhir 30 September 2002. Ditetapkan sebagai
Tahun Pajak 2002 (bulan yang lebih banyak jatuh pada tahun 2002).

D. Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak


1. Kewajiban Wajib Pajak
 Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
 Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
  Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
 Mengisi dengan benar SPT, dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu
yang telah ditentukan.
 Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
 Jika diperiksa wajib:
a) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.
b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

3
 Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk
keperluan pemeriksaan.

2. Hak-hak Wajib Pajak


 Mengajukan surat keberatan dan surat banding.
 Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
 Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.
 Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.
 Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.
 Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak.
 Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
 Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat
ketetapan pajak yang salah.
 Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.
 Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.
 Mengajukan kkeberatan dan banding.

E. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


1Pengertian NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannnya. Oleh karena itu, kepada
setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi:
 Sebagai tanda pengenal atau identitas Wajib Pajak, karena setiap Wajib Pajak diterbitkan satu
NPWP
 Sebagai sarana korespondensi antara fiskus dengan Wajib Pajak;
 Sebagai saran untuk membayar pajak, yaitu NPWP dicantumkan dalam dokumen impor, dan
Surat Setoran Pajak (SSP).
 Sebagai alat untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pegawasan administrasi
perpajakan oleh Fiskus terhadap Wajib Pajak.

2. Cara Memperoleh NPWP


Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan
sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
 Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subyek pajak
dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya
 Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
 Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kegiatan usaha dilakukan bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

4
 Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hukum atau dikehendaki secara
tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
 Persyaratan pendaftaran NPWP khusus bagi Wajib Pajak Perseorangan Usahawan dan Wajib
Pajak Badan sebagaiman diatur dalam keputusan Nomor Kep-34/PJ.2/1989 tanggal 10 Juli
1989 disempurnakan dengan SE-07/PJ.24/1993 tanggal 7 Juli 1993 dan PER-24/PJ./2009
tanggal 16 Maret 2009 sehingga menjadi sebagai berikut:
 Untuk Wajib Pajak Perseorangan Usahawan: Pendaftaran NPWP dilampiri dengan:
 Fotocopy KTP atau fotocopy Kartu Keluarga;
 Untuk karyawan harus dilengkapi dengan surat keterangan dari perusahaan;
 Untuk pengusaha, fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari
Instansi yang berwenang;
 Untuk Wajib Pajak Badan; Pendaftaran NPWP dilampiri dengan:
 Fotocopy KTP atau Paspor salah seorang pengurus dan fotocopy kartu keluarga;
 Fotocopy Surat Izin usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari Instansi yang
berwenang.
Bagi yang memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas Kartu NPWP   diterbitkan oleh
Kantor Pelayanan Pajak dalam jangka waktu 1 (satu) hari. Kartu NPWP tersebut dikirim kepada
Wajib Pajak pada hari berikutnya atau dapat diambil sendiri oleh Wajib Pajak dengan
membubuhkan tanda tangan sebagai tanda terima pada buku ekspedisi.

3. Pencantuman NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib Pajak diwajibkan
mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

4. Pendaftaran NPWP dan PKP melalui Elektronik (Electronic Registration)


Pendaftaran NPWP dan PKP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara elektonik yaitu
melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id. Wajib Pajak
cukup memasukkan data-data pribadi (KTP/SIM/Paspor) untuk dapat memperoleh NPWP.
Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui internet:
- Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan alamat www.pajak.go.id;
- Selanjutnya anda memilih menu e-reg (electronic registration);
- Pilih menu “buat account baru” dan isilah kolom sesuai yang diminta;
- Setelah itu anda akan masuk ke menu “Formulir Registrasi Wajib Pajak Orang Pribadi”. Isilah
sesuai dengan KTP yang anda miliki;
 Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar sementara yang berlaku selama 30 (tiga
puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak SSKT sementara ttersebut beserta formulir
registrasi wajib pajak orang pribadi sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai wajib pajak;
 Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung bersama SKT
sementara serta persyaratan lainnya ke Kantor Pelayanan Pajak seperti yang tertera pada SKT
sementara anda. Setelah itu anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.

5. Pemberian NPWP Secara Jabatan


Sebagai penyempurnaan dari ketentuan sebelumnya yang mengatur maslah penerbitan
Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan telah dikeluarkan peraturan Direktur Jenderal Pajak No.
Kep 47/Pj/2006 tanggal 25 April 2006. Penerbitan NPWP yang dapat dilakukan tanpa mengajukan
permohonan tetapi NPWP dapat diterbitkan secara jabatan telah diuraikan diatas. Tetapi dalam

5
pelaksanannyma NPWP kemungkinan timbul sanggahan dari pihak yang menerima NPWP secara
jabatan. Oleh karenanya untuk menghindari terjadinya permasalahan dengan wajib pajak seperti
NPWP Ganda dan memberikan keadilan bagi Wajib Pajak perlu mengatur tata cara penerbitan
NPWP secara jabatan. Pengaturan tersebut meliputi:
 Wajib pajak dapat menyampaikan sanggahan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui pos
tercatat atas penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan dalam hal:
 Wajib pajak telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
 Wajib pajak orang pribadi meninggal dunia;
 Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
 Wajib pajak yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang perpajakan tidak wajib
mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak;
 Wajib Pajak sebagaimana disebut pada butir (1a), (1b), dan (1c) diatas mengajukan sanggahan,
maka sanggahan disampaikan dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
 Sedangkan untuk Wajib Pajak sebagaimana disebut pada butir (1d) (tidak wajib NPWP),
sanggahan disampaikan dengan menggunkan formulir yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
 Khusus wajib pajak orang pribadi yang meninggal dunia, sanggahan disampaikan oleh ahli
warisnya.
 Sanggahan dapat diterima ataupun dapat juga ditolak. Apabila sanggahan diterima, maka
Direktur Jenderal Pajak harus menyelesaikan dalam jangka waktu 14(empat belas) hari sejak
tanggal diterimanya Surat Sanggahan dari Wajib Pajak atau ahli warisnya secara lengkap.
Sebagai akibat diterima sanggahan tersebut akan diterbitkan Surat Pencabutan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) dan penghapusan NPWP.
 Apabila sanggahan Wajib Pajak atau ahli warisnya ditolak oleh Direktur Jenderal Pajak, maka
diterbitkan Surat Pemberitahuan.

6. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan  negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib dalam rangka mengajukan
permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah restitusi yang dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan
pling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan.

7. Penghapusan NPWP

6
Selanjutnya NPPWP dapat dihapuskan. Dengan penghapusan NPWP ini tidak berarti
menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan. Pengertian penghapusan NPWP
adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Tata Usaha Kantor Pelayanan
Pajak. Tetapi juga diperhatikan bahwa NPWP juga dapat diterbitkan secara jabatan. Penghapusan
NPWP dilakukan dalam hal:
 Wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan;
 Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
 Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai  Subjek Pajak sudah selesai dibagi;
 Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
 Bentuk usaha tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap;
 Wajib pajak orang pribadi lainnya selain yang dimaksudkan pada angka 1 dan angka 2 yang
tidak memenuhi syarat lagi untuk  dapat digolongkan sebagai wajib pajak.
Penghapusan NPWP ini dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi, kecuali dari hasil
pemrikasaan pajak diketahui adanya utang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi
karena:
 Warisan pajak orang pribadi telah minggal dunia tanpa meninggalkan harta warisan, dan tidak
mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan;
 Wajib pajak tidak dapat tidak mempunyai harta kekayaan lagi; atau
 Sebab lain sesuai dengan hassil pemeriksaan.
Penghapusan NPWP bagi wajib pajak wanita kawin karena perkawinannya tidak dengan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, berlakunya sejak awal tahun berikutnya setelah tahun
perkawinan dilaksanakan dengan ketentuan suami telah terdaftar sebagai wajib pajak.
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dilakukan secara jabatan, apabila
berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak diketahui bahwa Wajib Pajak yang
bersangkutan diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan ternyata telah memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak. Penghapusan dimaksud dilakukan terhadap NPWP yang diterbitkan secara
jabatan.

8. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak
dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
Format NPWP adalah XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX

F. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apap pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Setiap pengusaha yang berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dikenakan pajak, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Wajib pajak sebagai pengusaha kecil yang:
 Memilih sebagai PKP, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP;

7
 Tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku
seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha
kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa
pajak berikutnya.
Kewajiban melaporkan untuk dilakukan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan sebelum
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Terhadap pengusaha yang
telah memenuhi syarat sebagai PKP tetapi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP akan dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dan dikenakan sanksi perpajakan.
1. Fungsi Pengukuhan PKP
 Sebagai identitas PKP yang bersangkuta
 Sebagai sarana pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah.

2. Tempat Pengukuhan PKP


Bagi pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada Kantor Pelayanan
Pajak atau Kantor Penyuluhandan Pengamatan Potensi Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Sedangkan bagi pengusaha badan
pada KPP atau KP4 yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan. Jika pengusaha orang pribadi atau badan mempunyai tempat kegiatan
usaha di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP baik KPP
atau KP4 yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan usaha
pengusaha ,aupun tempat kegiatan usaha dilakukan.
Kewajiban melaporkan untuk dikukuhkan menjadi PKP dibatasi jangka waktunya, karena
hal berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka waktu
melaporkan adalah selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saat usaha dimulai.

3. Pencabutan Pengukuhan PKP


Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan, antara lain dalam hal:
 PKP pindah alamat.
 Wajib Pajak Badan telah dibubarkan secara resmi.
 Tidak memenuhi syarat sebagai PKP.

4. Sanksi
Bagi mereka yang dengan sengaja tidak mendaftarkan, atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sehingga menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, diancam dengan pidana.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan pengusaha kena pajak dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

G. Surat Pemberitahuan SPT


1. Definisi
Menurut Pasal 1, angka 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan SPT adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan

8
untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak dan
atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan/SPT adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Jenis SPT
Memerhatikan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi dua:
 SPT-Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu massa pajak atau pada suatu saat, seperti:
- SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2;
- SPT Masa PPh Pasal 15;
- SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26;
- SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26;
- SPT Masa PPh Pasal25;
- SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atau barang mewah;
- SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Paajak Penjualan atas Barang Mewah bagi
Pemungut.
 SPT-Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, seperti:
- SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebasatau kegiatan usaha
(1770);
- SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang memberitahukan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi  (1770 Y);
- SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Karyawan yang tidak melakukan pekerjaan bebas atau
kegiatan usaha tetapi menerima penghasilan dari satu pemberi kerja; menerima
penghasilan dalam negeri lainnya dan menerima penghasilan yang dikenakan Pajak
Penghasilan bersifat Final (1770 S)

3. Fungsi SPT
 Pembayaran atau perlunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak;
 Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
 Harta dan kewajiban;dan/atau
 Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang
pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

4. Prosedur Penyelesaian SPT


 Wajib Pajak sebagaimana mengambil sendiri surat pemberitahuan di tempat yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan menteri Keuangan.
 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak

9
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
 Wajib Pajak yang telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan
mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
 Penandatanganan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.
 Bukti-bukti yang harus dilampirkan pada SPT, antara lain:
- Untuk wajib pajak mengadakan pembukuan: Laporan Keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya
penghasilan kena pajak.
- Untuk SPT Maasa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar Pengenaan Pajak,
jumlah pajak keluaran jumlah pajak masukan yang dapat dikreditan, dan jumlah
kekurangan atau kelebihan pajak.
- Untuk wajib pajak yang menggunakan norma perhitungan: perhitungan jumlah peredaran
yang terjadi dalam tahun pajak yang bersankutan.

5. Pembetulan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahunan tahunan
yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pembetulan Surat Pemberitahuan harus
disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan maupun Surat
Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempoh pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan
penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan wajib pajak, terhadap ketidakbenaran
perbuatan wajib pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan apabila Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai perlunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150%.
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri
dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
- Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
- Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
- Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
- Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

6. Batas Waktu Penyampaian SPT


 Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20n(dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.
Khusus untk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.

10
 Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling
lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak;
 Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

7. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT


Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana
dimaksud untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan
cara menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dibuat secara tertulis dan disampaikan ke
Kantor Pelayanan Pajak, sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan
dilampiri:
 Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas waktu
penyampaiannya diperpanjang;
 Laporan keuangan sementara; dan
 Surat Setoran Pajak sebagai bukti perlunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan ditandatangani oleh
Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan harus dilampiri dengan Surat
Kuasa Khusus. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dapat disampaikan:
 Secara langsung;
  Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
 Dengan cara lain, yang meliputi;
- Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau
- E-Filing melalui ASP.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dianggap bukan merupakan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dianggap bukan
merupakan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.

8. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT


Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan
atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar:
- Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai,
- Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,
- Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan,
- Rp 1.00.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali
dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 20% dari jumlah
pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.

11
Kealpaan
Setiap orang yang karena kealpaanya:
- Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
- Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tiak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang
pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar,
atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
Kesengajaan
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.

H. Surat Setoran Pajak (SSP) Dan Pembayaran Pajak


1. Pengertian
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2. Fungsi SSP
SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor
penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.

3. Tempat Pembayaran Penyetoran Pajak


a. Bank ditunjuk oleh Menteri Keuangan
b. Kantor Pos

4. Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak


Batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak diatur sebagai berikut:
a. Pembayaran Mas
1) PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor paling
lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2) PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling
lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali
ditetapkan lain oleh menteri keuangan.
3) PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
4) PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
5) PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor pling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya setalh masa pajak berakhir.
6) PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

12
7) PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
8) PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan
saat pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan
PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean
impor.
9) PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah
dilakukan pemungutan pajak.
10) PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau
belanja Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan an
ditandatangani oleh bendahara.
11) PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada
penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam
bidang produksi bahan bakar minyak, gas pelumas, harus disetor paling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan beikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Keteapan Pajak
Kurang bayar tambahan, dan surat keputusan keberatan, surat keputusan pembentulan,
putusan banding, serta putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
disampaikan.

5. Tata Cara Menunda atau Mengangsur Pembayaran Atas Ketetapan Pajak


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tamabahan, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak terutang bertambah,serta Pajak Penghasilan Pasal 29, kepada
Direktur Jenderal Pajak.
Permohonan harus diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat jatuh tempo
pembayaran utang pajak berakhir disertai alasan dan jumlah pembayaran pajak yang dimohon
diangsur atau ditunda. Apabila ternyata batassan waktu 9 (sembilan) hari kerja tidak dapat dipenuhi
oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaanya, permohonan Wajib Pajak masih dapat
dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak sepanjang Wajib Pajak dapat membuktikan
kebenaran keadaan diluar kekuasaannya tersebut.
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan atas permohonan tersebut berupa
menerima seluruhnya, menerima sebagian, atau menolak. Surat keputusan diterbitkan paling lama
7(tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan. Apabila jangka waktu tersebut   telah
lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
diterima.

I. Surat Ketetapan Pajak


Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajang Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

13
Besarnya pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak sebagai ketetapan pajak tertuang
dalam surat yang diistilahkan dengan Surat Ketetapan Pajak. Pengertian SKP sesuai dengan UU
No.28 th 2007 tentang KUP adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT), Surat Ketetapan
Pajak Nihil, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Surat ketetapan ini sebagai suatu
ketetapan tertulis yang menimbulkan hak dan kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun
tertentu bagi WP yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak.

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang
terutang,jumlah kredit pajak,jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,besarnya sanksi
administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar . SKPKB diterbitkan apabila:
- Berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah pajak yang terutang tidak/kurang dibayar
- SPT tidak disampaikan dalam waktunya,dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga
disampaikan dalam waktu menurut surat teguran
- Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPN&PPnBM ternyata tidak harus dikompensasikan
selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%
- Kewajiban menyelenggarakan pembukuan/pencatatan tidak terpenuhi,sehingga tidak
diketahui besarnya pajak yang terutang
Sanksi Administrasi
- Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin a,maka jumlah kekurangan pajak
terutang ditambah dengan sanksi administrasi 2% sebulan (max 24 bulan).
- Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan poin b,c,d, mk dikenakan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar:
 50% dr PPh yang tidak atau kurang bayar dalam satu Tahun Pajak
 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong,tidak atau kurang dipungut,tidak atau
kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan 100% dari
PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
Fungsi SKPKB
 Koreksi atas jumlah yg terutang menurut SPT
 Sarana untuk mengenakan sanks
 Alat untuk menagih pajak
 Jangka Waktu Penerbitan SKPKB
SKPKB tetap dapat diterbitkan walaupun jangka waktu 5 tahun telah lewat. Penerbitannya
berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap terhadap WP yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan yang
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (Skpkbt)


SKPKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan
SKPKBT Diterbitkan apabila:
 Berdasarkan data baru atau data yang belum terungkap,menyebabkan penambahan pajak yang
terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. Penerbitan SKPKBT ini dalam jangka
waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,

14
atau tahun pajak. Sebagai konsekuensinya jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam
SKPKBT ditambah sangksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar.
 Hasil penelitian atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
terhadap WP yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. SKPKBT ini diterbitkan dalam jangka waktu
5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau
tahun pajak. Sebagai konsekuensinya jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam
SKPKBT ditambah sangksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar. SKPKBT yang diterbitkan berdasarkan hasil penelitian
terhadap putusan pengadilan dapat juga diterbitkan setelah jangka waktu 5 tahun terlampaui
sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak. Akibat hal tersebut, jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam SKBKBT
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar.

3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan
apabila berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen Pajak,jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang,atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

4. Surat Ketetapan Lebih Bayar (SKPLB)


SKPLB adalah yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. SKPLB diterbitkan
apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang,atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Fungsi SKPLB
adalah sbg sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak

5. Surat Tagihan Pajak (STP)


STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa
bunga dan atau denda. STP dikeluarkan apabila:
 PPh dalam tahun berjalan tidak/kurang bayar
 Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat dari salah hitung/tulis
 WP dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan bunga.
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tapi tidak membuat faktur pajak, tetapi tidak
tepat waktu
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara
lengkap sebagaimana dimaksud dlm Pasal 13 ayat 5 UU PPN&PPnBM selain: identitas
pembeli atau identitas pembeli serta nama dan tanda tangan dalam hal penyerahan dilakukan
oleh PKP pedagang eceran
 PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak
 PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak masukan

J. Pajak Penghasilan

15
Pajak Penghasilan atau yang biasa juga disebut dengan PPh 25 merupakan pajak yang
dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan, atau badan hukum lain atas penghasilan yang didapat.
Peraturan pajak penghasilan ini sesuai dengan peraturan Undang Undang nomor 7 tahun 1983.
Selanjutnya UU tersebut mengalami perubahan berturut-turut.
Perubahan yang terjadi mulai dari UU Nomor 7 & Tahun 1991, UU Nomor 10 & Tahun
1994, UU Nomor 17 & Tahun 2000, serta terakhir UU Nomor 36 Tahun 2008. Sebelum
memahami tentang pengertian Pajak Penghasilan dan Cara Menghitungnya, ada baiknya untuk
mengetahui komponen-komponen pajak, seperti:
a. Subjek Pajak
Subjek pajak merupakan badan atau pribadi yang diwajibkan membayar pajak. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang termasuk ke dalam subjek pajak adalah:
- Subjek pajak pribadi. Merupakan orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
Orang pribadi yang berada di wilayah Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia, dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
- Subjek pajak harta warisan belum dibagi. Merupakan warisan dari seseorang yang sudah
meninggal dan belum dibagikan tetapi menghasilkan pendapatan. Maka pendapatan
tersebut dikenakan pajak penghasilan.
- Subjek pajak badan. Merupakan badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia.
Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
5. Bentuk usaha tetap (BUT). Merupakan bentuk usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di wilayah Indonesia atau berada di indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia.
b. Bukan Subjek Pajak
Selain subjek pajak, ada juga yang disebut dengan bukan subjek pajak. Mereka adalah yang
tidak wajib membayarkan pajak penghasilan. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2000, yang
merupakan bukan subjek pajak adalah:
- Badan Perwakilan Negara Asing yang berada di Indonesia.
- Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia (WNI) dan negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
- Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan dengan
syarat Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak melakukan
kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.
- Pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia.
c. Objek Pajak
Objek pajak penghasilan adalah sumber penghasilan yang dikenakan pajak. Objek pajak bisa
berasal dari mana saja. Bisa berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri. Objek pajak

16
dikenakan sebanyak sekali dalam satu tahun. Terdapat beberapa kategori objek PPh,
diantaranya adalah:
- Penggantian atau imbalan. Objek pajak ini berkaitan dengan pekerjaan atau upah yang
diterima oleh pekerja. Termasuk juga di dalamnya adalh gaji, tunjangan, komisi, bonus,
gratifikasi, dan imbalan dalam bentuk lainnya. 
- Hadiah. Bisa berasal dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan juga pendapatan yang diterima.
- Laba usaha. Laba yang didapat dari usaha. Perhitungan laba biasanya setelah satu periode
penuh dalam akuntansi bisnis perusahaan.
- Keuntungan penjualan atau pengalihan harta. Termasuk di dalamnya adalah keuntungan
pengalihan harta pada perseroan, pemegang saham, keuntungan karena likuidasi, hibah,
dan juga keuntungan atas pengalihan hak penambangan.
- Penerimaan kembali pembayaran pajak.
- Bunga.
- Deviden perusahaan.
- Royalti. 
- Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan harta.
- Penerimaan pembayaran berkala.
- Keuntungan karena pembebasan utang.
- Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
- Selisih lebih karena penilaian aktiva.
- Premi asuransi.
- Iuran dari suatu anggota perkumpulan yang anggotanya merupakan wajib pajak dan
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
- Tambahan kekayaan yang berasal dari penghasilan belum kena pajak.
- Penghasilan dari usaha yang berbasis industri.
- Imbalan bunga.
- Surplus Bank Indonesia.

K. Cara Menghitung Pajak Penghasilan


Ada beberapa jenis PPh di Indonesia. Masing-masing jenis PPh memiliki tarif yang
berbeda satu sama lain. Berikut ini adalah tarif dari PPh21 yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku:
a. Tarif PPh 21
Pajak Penghasilan 21 atau PPh 21 merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima oleh
pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain sebagainya.
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
32/PJ/2015, tarif pajak PPh21 dibagi menjadi yang memiliki NPWP dan yang tidak memiliki
NPWP.
b. Tarif PPh21 yang memiliki NPWP:
- 5% untuk penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun.
- 15% untuk penghasilan Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 per tahun.
- 25% untuk penghasilan Rp 250.000.000 sampai Rp500.000.000 per tahun.
- 30% untuk penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun.
- Untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dikenakan
tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP
c. Tarif PPh21 yang tidak memiliki NPWP:

17
- Jumlah PPh21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% dari jumlah PPh21 yang
seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.
- Ketentuan di atas diterapkan untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
- Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan
yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum
pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, selisih pengenaan tarif sebesar
20% lebih tinggi tersebut diperhitungkan untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki
NPWP.
Cara Menghitung PPh
Hitung Penghasilan Bersih Selama Setahun
Pajak dikenakan pada penghasilan bersih yang diterima dalam satu tahun. Sebelum menghitung
pajak, perlu diketahui terlebih dulu jumlah penghasilan bersih yang diterima dari pekerjaannya
selama setahun.
Besaran penghasilan bukan hanya gaji/honor saja, namun termasuk tunjangan-tunjangan yang
diterima. Semua penghasilan seorang pegawai dalam setahun disebut penghasilan kotor.
Untuk menghitung PPh, perlu ditemukan penghasilan bersih. Penghasilan bersih dihitung dari
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Di
dalamnya termasuk biaya pensiun, hutang, dan kredit bank. Selengkapnya lihat pada Pasal 6 UU
No. 36 Tahun 2008.
Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Setelah menghitung penghasilan bersih, maka perlu diketahui PTKP orang tersebut. PTKP
digunakan untuk mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP). PTKP telah ditentukan dalam Peraturan
Dirjen Pajak. Jumlah PTKP seseorang dengan yang lain berbeda, jumlah anggota keluarga yang
menjadi tanggungan. Besaran PTKP per tahun yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak adalah sebagai
berikut:
 Rp54.000.000 untuk pribadi wajib pajak
 Rp4.500.000 tambahan untuk wajib pajak kawin
 Rp4.500.000 tambahan untuk anak/anggota keluarga lain yang menjadi tanggungan. Setiap
kepala keluarga hanya bisa mendaftarkan 3 orang tambahan pada kategori ini

Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Setelah mengetahui PTKP, maka sekarang perlu untuk mengetahui PKP. PKP adalah nominal yang
akan dimasukkan ke dalam hitungan PPh. PKP diperoleh dengan melakukan pengurangan antara
penghasilan bersih dengan PTKP.
Skema Penghitungan PPh
1. Setelah PKP diketahui, kemudian tentukan persentase PPh yang diterapkan. Berikut tetapannya:
 PKP kurang dari Rp50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5 persen
 PKP antara Rp50.000.000 -- Rp250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 15 persen
 PKP antara Rp250.000.000 -- Rp500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 25 persen
 PKP di atas Rp500.000.000 dikenai tarif pajak 50 persen
2. Kalikan antara PKP yang sudah diperoleh dengan persentase di atas. Hasil perkalian tersebut
adalah PPh yang wajib dibayarkan selama dalam periode satu tahun.
Untuk lebih mudah memahami langkah di atas, simak contoh simulasi pembayaran PPh berikut:
Joko merupakan seorang kepala keluarga dengan satu anak. Ia bekerja di Dinas Perhubungan sejak
Januari tahun 2017. Penghasilan bruto yang terdiri dari gaji, tunjangan, dan pembayaran lain
adalah senilai Rp100.000.000. Joko membayar iuran pensiun dan tunjangan hari tua senilai
Rp2.000.000 setiap bulan. Berapakah PPh yang harus dibayar oleh Joko?

18
1. Hitung penghasilan bersih (Penghasilan Bruto - beban tanggungan)
Rp100.000.000 - Rp2.000.000 = Rp98.000.000
2. Hitung PTKP (PTKP = Pribadi + Istri + Anak)
Rp54.000.000 + Rp4.500.000 + Rp4.500.000 = Rp63.000.000
3. Hitung PKP (PKP = Penghasilan bersih - PTKP)
Rp98.000.000 - Rp63.000.000 = Rp35.000.000
4. Hitung PPh (PKP x Persentase PPh)
- Karena PKP Joko kurang dari Rp50.000.000, maka pajak yang harus ia bayarkan adalah 5
persen dari PKP-nya
- Rp35.000.000 x 5% = Rp1.750.000
5. Maka, PPh yang harus dibayarkan Joko selama setahun adalah sebesar Rp1.750.000.
Pajak penghasilan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Pajak wajib dibayarkan tepat
waktu setiap tahunnya. Bila wajib pajak telat membayar pajak, maka akan diberikan denda.

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007, setiap wajib pajak yang membayar pajak setelah waktu yang
ditentukan (terlambat), maka diberlakukan denda sebesar 2 persen per bulan dari jumlah total PPh.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perpajakan diatur dalam Undang-Undang. Undang-Undang perpajakan dapat mengalami
perubahan sehingga dapat menimbulkan munculnya istilah-istilah baru. Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak sangat diperlukan karena dapat digunakan sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak itu
sendiri dan sebagai sarana pegawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN
dan PPn-BM. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan. Surat Pemberitahuan adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

B. Saran
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembagunan disegala sektor yang ada di Negara kita ini dapat berjalan
dengan lancar sehingga biasa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://makalahubb.blogspot.com/2017/05/makalah-perpajakan-ketentuan-umum-dan.html

https://tirto.id/cara-menghitung-pajak-penghasilan-dan-contoh-simulasi-ekTU

20

Anda mungkin juga menyukai