Anda di halaman 1dari 17

Pancasila sebagai Sistem Filsafat, Dasar Negara dan Ideologi : Studi Kasus

Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Persfektif Pancasila


Makalah Penelitian

Disusun Oleh :

1. Astrid Julia A.S 17318021


2. Cadass Asmallah K 17318042
3. Destriaura Rohimatul Isriyah 15518037
4. Fauzi Noor Wachyudin 17318022
5. Moh. Farish Rizkiansyah 12318018
6. Novindra Nurrosyid Al Haqi 18218014
7. Raihan Faturrahman 18218019
8. Rr. Ranissa Sekar Elaeis 17318050
9. Ryan Nurdiansyach 17518011

Institut Teknologi Bandung


2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan hingga saat ini, sehingga kami dapat memberikan pendapat mengenai
“Pancasila sebagai Sistem Filsafat, Dasar Negara dan Ideologi” melalui tugas makalah Pancasila
dan Kewarganegaraan. Tak lupa kita panjatkan puji serta sholawat kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT sehingga sampai kepada kita
hingga saat ini.

Tujuan penulisan dari makalah ini ialah sebagai salah satu bentuk pemenuhan tugas mata
kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Studi Kasus
Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Perspektif Pancasila yang akan dikaitkan dengan “Pancasila
sebagai Sistem Filsafat, Dasar Negara dan Ideologi”.

Kami ucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen Pancasila dan Kewarganegaraan kami, Bapak
Ade Engkus Kusnadi yang telah mendukung kami selama proses penyelesaian makalah ini. Kami
sebagai tim penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
setiap pembaca. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Bandung, 1 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................3
2.1 Filsafah Pancasila .................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Filsafat Pancasila ...............................................................................................3
2.1.2 Pancasila sebagai Dasar Negara........................................................................................3
2.2 Kepemimpinan .....................................................................................................................4
2.2.1 Definisi Kepemimpinan ..................................................................................................4
2.3 Pemimpin dalam Perspektif Pancasila .....................................................................................5
2.3.1 Definisi Pemimpin..........................................................................................................5
2.3.2 Prinsip Kepemimpinan Pancasila......................................................................................5
2.3.3 Asas-asas Kepemimpinan Pancasila ..................................................................................6
2.3.4 Ciri-ciri Kepemimpinan Pancasila ....................................................................................7
2.3.5 Sifat - Sifat Kepemimpinan Pancasila ...............................................................................8
BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................................................9
3.1 Analisis Pemimpin yang Pancasila ..........................................................................................9
3.2 Analisis Peran Pemimpin yang Pancasila .................................................................................9
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 13
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................13
4.2. Saran ................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai Pancasila sebagai dasar negara.
Sebuah negara tentunya memiliki masyarakat yang dipimpin oleh seorang pemimpin. Di
dalam kehidupan bermasyarakat pemimpin bukan hanya orang yang memimpin sebuah
pemerintahan, namun suatu kalangan tertentu. Dari riwayat kepemimpinan di Indonesia
banyak terjadinya kasus-kasus pemimpin yang menjalankan tugasnya secara tidak maksimal,
sehingga mengakibatkan tujuan dari masyarakat atau kelompok tidak tercapai dengan baik.

Beberapa tahun belakangan ini banyak kasus-kasus pemimpin di Indonesia yang tidak
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan kerugian yang diderita
oleh negara, masyarakat, dan lingkungan sekitar seperti kasus korupsi, kekerasan, pemimpin
yang otoriter, dan lain-lain. Contohnya Bupati Kotawaringin Timur yang ditetapkan sebagai
tersangka kasus korupsi pada tahun 2019. Hal itu tentunya menyebabkan kerugian bagi
bangsa, negara, dan masyarakat Indonesia. Hal itu dapat terjadi karena kurangnya kesadaran
dan pemahaman ideologi pancasila oleh pemimpin negara.

Di Indonesia, baik pemimpin maupun masyarakat banyak yang belum memahami


ideologi pancasila. Banyak calon pemimpin masa depan yang belum mengenal dan
memahami pancasila di dalam kehidupannya. Pada akhirnya, masalah tersebut melahirkan
pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki pondasi kuat untuk menjadi pemimpin. Seharusnya
pemimpin dapat menjadi contoh bagi rakyatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah dari makalah ini:
1. Apa itu Filsafah Pancasila?
2. Apa itu kepemimpinan dan pemimpin?
3. Bagaimana pemimimpin yang pancasila?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berikut tujuan penulisan dari makalah ini:
1. Mengkaji pemahaman tentang Filsafah Pancasila.
2. Mengkaji arti dasar dari kepemimpinan dan pemimpin.
3. Membahas kriteria Pemimpin dari perspektif pancasila.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Filsafah Pancasila

2.1.1 Definisi Filsafat Pancasila


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Filsafat adalah “Pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya”. Sedangkan Pancasila adalah “Dasar negara serta falsafah bangsa dan negara
Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan (5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2.1.2 Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum
Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum
Indonesia yang dalam Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia
dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara, para
pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami karena semangat tersebut
adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara karena masyarakat
senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan
dinamika masyarakat (Kaelan, 2000: 198--199).

3
2.2 Kepemimpinan
Pemimpin yang baik adalah seseorang yang mampu membangun nilai dan norma bersama
kelompok yang dia ayomi dimana orang tersebut berkiprah. Dalam suatu kehidupan di
masyarakat selalu muncul seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan
perilaku anggota masyarakat ke arah tujuan tertentu (Wahyudi, 2009). Dalam usaha untuk
memenuhi harapan, pemimpin menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya dan
memanfaatkan lingkungan serta potensi yang dimiliki dalam organisasi yang dikelola.

Guna memajukan serta memberdayakan anggota maka seorang pemimpin dalam


organisasi harus mendasarkan setiap langkahnya pada nilai serta memahami nilai tersebut
secara mendalam. Konsepsi kepemimpinan berbasis nilai pancasila dalam masyarakat
multikultural inilah yang kemudian melatarbelakangi penulis untuk mengkaji lebih dalam dan
berupaya mengungkapkan makna dibalik itu.

2.2.1 Definisi Kepemimpinan


Arti kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), dijelaskan berasal
dari kata pemimpin sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan,
pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.
Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang
berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah
pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama
yakni kata pimpin. Dengan demikian kepemimpinan disini secara umum diadopsi dari kata
pempin yang memilki makna utama sebagai yang terdepan dalam membawa sekelompok
orang atau masyarakat dalam mencapai tujuannya.

George R. Terry (Miftah Thoha, 2010) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah


aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2010), kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya
untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara


seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tertentu sehingga

4
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah
satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan
situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk
melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang
pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan
pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

Seorang pemimpin harus mampu untuk memperlakukan bawahannya secara


berbeda-beda namun adil, yaitu mampu memperhatikan satu persatu bawahannya dan tidak
hanya mengenali kebutuhannya serta meningkatkan perspektif bawahan, namunjuga
memberikan prasarana dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif serta memberi
pekerjaan yang memberikan tantangan yang lebih.

2.3 Pemimpin dalam Perspektif Pancasila

2.3.1 Definisi Pemimpin


Menurut Badan Pembinaan Pelaksanaan Pedoman Pengyatan dan Pengamalan
Pancasila, kepemimpinan adalah kecakapan seseorang untuk menyelami,
menghubungi,mempengaruhi, menyakinkan, serta mengajak para anggota masyarakat
melalui dinamika sosialnya mau menghayati dan mengamalkan Pancasila demi
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Pemimpin yang baik memiliki misi untuk membawa bangsa dan negaranya
menggapai cita-cita bangsa, yaitu membawa penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia kearah terwujudnya kehidupan yang ber-ketuhanan, ber-kemanusiaan,
ber-persatuan, ber-kerakyatan, dan ber-keadilan.

2.3.2 Prinsip Kepemimpinan Pancasila


Terdapat 3 prinsip dasar kepemiminan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu
1. Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti keseluruhan sikap, tingkah laku, dan perbuatan
seorang pemimpin harus sesuai dengan norma yang berlaku sehingga orang-orang
yang dipimpinnya menjadikanya sebagai teladan, panutan, dan mengikutinya.
Kemampuan tersebut hanya akan terbentuk secara wajar dan nyata apabila dimodali

5
dengan integritas pribadi, berdisiplin dalam sikap, cara berfikir dan bertindak, serta
keteladanan yang tidak mudah mengandalkan kekuasaan, tetapi bersifat rasional dan
demokrasi.
2. Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti seorang pemimpin harus mampu memotivasi
dan membangkitkan tekad serta semangat orang-orang yang dipimpinnya untuk
berswakarsa, berkreasi, dan mempunyai niat kuat untuk berbuat. Kemampuan
tersebut mendorong benih-benih yang terdapat dalam masyarakat untuk bisa tumbuh
secara mandiri dan bertanggung jawab secara etis.
3. Tut Wuri Handayani, yang berarti seorang pemimpin harus mampu mendorong dan
mengedepankan orang orang yang dipimpinnya seraya membekalinya dengan rasa
percaya diri. Sikap tersebut mendorong timbulnya keperibadian bangsa, mentalitas
mandiri, serta sikap partisipatif dalam usaha-usaha bersama. dan sanggup
bertanggung jawab.

2.3.3 Asas-asas Kepemimpinan Pancasila


Berikut asas-asas dari kepemimpinan Pancasila:
1. Asas Kekeluargaan dan Kegotongroyongan
Asas ini menggambarkan bagaimana tata hubungan anggota masyarakat, dimana
masing-masing tahu dan sadar akan kedudukan dan fungsinya dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
2. Asas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebinekaan
Asas ini menyadarkan pada kita bahwa negara dan bangsa Indonesia terdiri atas
ribuan pulau besar dan kecil, lebih dari 300 suku bangsa yang masing-masing
memiliki bahasa dan adat istiadatnya sendiri-sendiri.
3. Asas Kebersamaan
Asas ini mengajarkan pada kita bahwa negara tidak memihak kepada suatu golongan
yang paling kuat atau yang paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang
sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya
sebagai persatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
4. Asas Selaras, Serasi, dan Seimbang

6
Asas ini merupakan suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa manusia akan
mencapai kebahagiaan, jika dapat dikembangkan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi dalam hubungan manusia
dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan
manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan
kebahagiaan rohaniah.

2.3.4 Ciri-ciri Kepemimpinan Pancasila


Adapun ciri-ciri dari kepemimpinan Pancasila adalah:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
3. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
4. Pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organik.
5. Pemimpin tidak terpisah dari yang dipimpin.
6. Pemimpin dan yang dipimpin saling mempengaruhi.
7. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
8. Pemimpin dan yang dipimpin bukan unsur yang saling bertentangan, sehingga tidak
terjadi dualisme.
9. Pemimpin tidak memihak pada suatu golongan yang paling kuat, tetapi juga tidak
mengabaikan kepentingan seseorang sebagai pusat.
10. Eksistensi pemimpin sangat tergantung pada eksistensi yang dipimpin.
11. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan dan
gotong-royong.
12. Tata hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dilandasi oleh rasa cinta kasih
sayang dan pengorbanan.
13. Dengan iktikat baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
14. Suasana kehidupan yang harmonis tidak menghendaki sikap mencari menang sendiri,
adu kekuatan/timbulnya kontradiksi dan pertentangan.
15. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat sesuai nurani yang luhur.

7
16. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.

2.3.5 Sifat - Sifat Kepemimpinan Pancasila


Sifat-sifat seseorang yang ber-kepemimpinan Pancasila adalah:
1. Takwa.
2. Berani.
4. Percaya pada kekuatan sendiri.
5. Terbuka dan demokratis.
6. Musyawarah mufakat.
7. Mengutamakan kepentingan bersama daripada golongan atau pribadi.
8. Rela berkorban.
9. Mengabdi kepada negara dan bangsa.
10. Tidak mengenal menyerah.
11. Kreatif dan dinamis.
12. Sederhana.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Pemimpin yang Pancasila

Filsafat Pancasila merupakan penggunaan nilai-nilai yang ada di pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bernegara. Filsafat Pancasila adalah identitas yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain.
Ciri-ciri kepemimpinan pancasila tidak jauh dari hubungan baik antara pemimpin dan
yang dipimpin. Untuk mencapai hal tersebut, terdapat kriteria yang berlandaskan dari
Pancasila. Berikut kriteria seorang pemimpin menurut pancasila :
1. Seorang pemimpin harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, mengakui Tuhan itu Tunggal,
Esa, atau dengan kata lain, pemimpin harus beragama, tidak ateis begitu juga tidak anti
akan agama.
2. Seorang pemimpin harus berlaku adil dan beradab, memiliki sopan santun, cerdas, dan
berbudi pekerti yang baik. Adil yang dimaksud bukanlah sama rasa sama rata, tetapi adil
yang tidak berat sebelah, tidak pilih kasih, tidak mendahulukan pendukung daripada
oposisi, berdiri diatas kebenaran, bukan pembenaran.
3. Seorang pemimpin haruslah mampu atau berniat kuat untuk mempersatukan rakyat
Indonesia, bukan yang berdiri di satu golongan saja. Pemimpin bukanlah mereka yang
"membiarkan" perpecahan. Pemimpin harus mampu mencari persamaan untuk kesatuan,
bukan melontarkan perpecahan.
4. Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan yang bijak, bermusyawarah
untuk mufakat, atas keadilan dan kebenaran untuk rakyat. Pemimpin juga harus mampu
mendelegasikan dengan baik, bukan hanya melempar pekerjaan tanpa ada bimbingan.
5. Seorang pemimpin haruslah yang mampu menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

3.2 Analisis Peran Pemimpin yang Pancasila


Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa akan membuka pikiran kita menjadi
lebih luas dan rasional. Perihal jati diri bangsa dan upaya-upaya mengembangkan nilai

9
pancasila ke dalam kehidupan nasional diharapkan dapat membawa Indonesia menuju
masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Setiap warga negara memiliki peluang
yang sama dalam mengembangkan Indonesia sebagai bangsa yang multikultur. Dalam
prosesnya banyak pembelajaran sosial dan IPTEK yang dilalui untuk menentukan kehidupan
yang lebih berkualitas.
Kepemimpinan nasional memiliki peran penting dalam mengimplementasikan falsafah
pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mengembangkan
wawasan kebangsaan dan upaya-upaya peningkatan kualitas SDM dalam pembangunan
nasional. Kepemimpinan nasional di semua tingkatan masyarakat wajib berpartisipasi dan
mendukung fungsi manajemen dan kelembagaan pemerintahan. Hal ini ditujukan agar
terciptanya good governance untuk mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis dan
menghasilkan manfaat dalam pembangunan nasional.
Peran pemimpin dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa dapat diuraikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional.
Pemimpin meresapi nilai-nilai pancasila akan melakukan pembangunan dengan memerhati
kan asas - asas berikut :
1. Asas Kekeluargaan dan Gotong-royong,
2. Asas Persatuan dan Kesatuan dalam Kebhinekaan,
3. Asas Kebersamaan,
4. Asas Selaras, Serasi dan Seimbang.
Selain memegang teguh asas-asas yang berlandaskan pancasila, penting bagi
kepemimpinan nasional untuk melakukan pembangunan di bidang pendidikan, birokrasi, dan
hukum yang sesuai ideologi pancasila, karena hal ini dapat menjadi ujung tombak dalam
mempersiapkan generasi emas kedepannya. Pembangunan nasional dapat dimulai dengan
menciptakan kembali pemimpin yang dapat menerapkan nilai-nilai pancasila. Berikut
penjelasan mengenai pembangunan di bidang pendidikan, birokrasi, dan hukum yang sesuai
dengan ideologi pancasila.
1. Pendidikan
Pembangunan pendidikan secara umum adalah tujuan bangsa, mencerdaskan
kehidupan bangsa sudah tertuang pada pembukaan Undang-Undang Dasar. Dalam
menerapkan nilai-nilai Pancasila, prinsip keteladanan, moral, dan etika harus

10
diimplementasikan untuk membangun pendidikan yang berkualitas. Penerapan nilai
kepancasilaan dapat dilakukan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Melalui pendidikan diharapkan lahir kualitas SDM yang memiliki moral dan
akuntabilitas individu, sosial, institusional dan global (Lemhannas, 2009) yang akan
mengantarkan menjadi Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Pendidikan
yang berkualitas dapat membantu memberikan arahan untuk pola pikiran yang sesuai
dengan tujuan Negara Indonesia.

2. Reformasi Birokrasi
Kepemimpinan nasional harus padat mengawal proses pembangunan sehingga
menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan oleh warga Negara Indonesia.
Kepemimpinan nasional juga harus dapat mengawal strategi implementasi reformasi
birokrasi (PURB, 2008) yaitu (i) membangun kepercayaan masyarakat, (ii) membangun
komitmen dan partisipasi, (iii) mengubah pola pikir, budaya dan nilai-nilai kerja dan (iv)
memastikan keberlangsungan berjalannya sistem dan mengantisipasi terjadinya
perubahan. Reformasi birokrasi pada dasarnya merupakan upaya untuk melaksanakan
perubahan dan pembaharuan yang mendasar dan menyeluruh terhadap penyelenggaraan
pemerintahan mencakup aspek, organisasi (kelembagaan), ketatalaksanaan (business
process) dan SDM aparatur (PURB, 2008).

3. Hukum dan aparatur


Pembangunan hukum dilaksanakan demi memenuhi tuntutan masyarakat yang
dilandasi moral dan etika pancasila. Hal itu juga harus mencakup tentang penguasaan
konsep kebijakan dan hukum sesuai konteks yang sedang berkembang dan antisipasi
lingkungan strategis. SDM aparat yang berkualitas dapat mewujudkan dan menghayati
nilai dan etika hukum meliputi kebenaran, kejujuran, keadilan kepercayaan dan
kewibawaan dilandasi moralitas yang luhur (Akbar, 2010). Pembangunan aparatur juga
diarahkan untuk menghasilkan kepemimpinan. Kepemimpinan yang memiliki visi yang
jelas, integritas yang tinggi, dan moralitas yang dilandasi Pancasila akan memudahkan
pengawalan manajemen pemerintahan dan hukum dalam rangka menjamin kepastian dan
keadilan.

11
Kepemimpinan nasional yang membawa nilai-nilai pancasila ke setiap sudut dan
aspek dalam bernegara harusnya dapat menjaga perputaran kualitas SDM yang dapat
memenuhi kualifikasi sebagai pemimpin dimasa yang akan datang. Menerapkan asas -
asas pancasila dalam pembangunan pendidikan akan memudahkan reformasi birokrasi,
agar kedepannya kita dapat memiliki hukum-hukum dan aparatur yang sesuai dengan
nilai-nilai pancasila itu sendiri.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang menggunakan pancasila sebagai dasar negara sehingga
Indonesia harus memiliki pemimpin yang memegang erat nilai-nilai pancasila. Pemimpin
tersebut harus memenuhi nilai-nilai pancasila dalam mengambil, mengolah, dan menjalankan
kebijakan pemerintahannya.
Dalam kepemimpinan pancasila, seorang pemimpin haruslah mempunyai hubungan baik
antar pemimpin dan yang dipimpin, hal itu dapat terpenuhi jika seorang pemimpin dapat
memenuhi kriteria yang berlandaskan pancasila itu sendiri, yaitu ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berlaku adil beradab, menjunjung tinggi persatuan indonesia, bijak dalam mengambil
keputusan dalam musyawarah yang mufakat, dan mampu menciptakan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pola pikir seorang pemimpin dalam pemerintahan dan pembangunan dalam
kepemimpinan pancasila haruslah bertumpu pada asas kekeluargaan dan kegotongroyongan,
asas persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan., asas kebersamaan, asas selaras, serasi, dan
seimbang.
Selain memegang teguh asas-asas yang berlandaskan pancasila, penting bagi
kepemimpinan nasional untuk melakukan pembangunan di bidang pendidikan, birokrasi, dan
hukum yang sesuai ideologi pancasila, karena hal ini dapat menjadi ujung tombak dalam
mempersiapkan generasi emas kedepannya.

4.2. Saran
Seorang pemimpin yang pancasilais adalah seorang pemimpin yang paham dan
menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan berbagai aspek di dalamnya, maka dari itu seorang
pemimpin haruslah seseorang yang memimpin, bukan seseorang yang dipimpin, independen,
dan merdeka tanpa ada tekanan dari pihak pihak yang mencari keuntungan pribadi. Seorang
pemimpin juga tidak boleh menaruh jarak dengan seseorang yang dipimpin, karena jarak akan
mempersempit pengetahuan akan keadaan orang yang dipimpinnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma.


Filsafat (Def.1) (n.d) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/filsafat, 2 Maret 2020.
Pancasila (n.d) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/Pancasila, 2 Maret 2020.
Akbar, P. 2010. Pembangunan Hukum dan HAM di Indonesia Dalam Rangka Peningkatan
Kualitas SDM. Materi ceramah PPRA 45 Lemhannas, 29 Juli 2010. Lemhannas, Jakarta
Lemhannas. 2009. Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia (IKNI). Lemhannas RI. Jakarta.
PURB (Pedoman Umum Reformasi Birokrasi). 2008. Permen PAN No: PER/15 /M.PAN/7/2008
tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi
Nangga, Kamriah (2014) Implementasi Kepemimpinan Pancasila oleh kepala sekolah di Sekolah
Menegah Pertama Hang Tuah Makassar. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.
https://www.kompasiana.com/zikrillah07/5931641f379773bb68b7ea43/pemimpin-yang-berjiwa-
pancasila
https://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/2012/11/pancasila-dan-kepemimpinan-nasional/

14

Anda mungkin juga menyukai