Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN WAHAM

OLEH :

KADEK AYU DWI CESIARINI

199012323 / B11

KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN WAHAM

A. Konsep dasar Waham


1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang keliru tentang isi pikir yang
dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan
kenyataan (SDKI, 2017).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realistas yang salah, kenyakinan yang tidak konisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Yosep, 2009).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa waham merupakan salah satu perubahan
proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide,
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau
bukti bukti yang ada.
2. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), factor predisposisi dari gangguan isi fikir, yaitu :
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosinya tidak efektif.
b. Faktor social budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikan dan limbik.
e. Factor genetic

3. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir : waham,
yaitu:
a. Faktor social budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepinephrine, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
mengindari kenyataan yang menyenangkan.
4. Mekanisme koping
a. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
b. Sumber daya dan dukungan social : pengetahuan keluarga, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan keluarga
memberi asuhan.
5. Rentang respon
Rentang respon neurobilogi waham dapat digambarkan sebagai berikut
(Keliat,2009) :

Respon Adaktif Distorsi pikiran Respon Maladarif

 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses


 Persepsi akurat menyimpang pikir: Waham
 Emosi konsisten  Illusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Reaksi emosional  Kerusakan emosi
 Perilaku social berlebihan dan  Perilaku tidak sesuai
 Hubungan sosial kurang  Ketidakteraturan
 Perilaku tidak sesuai isolasi sosial
 Menarik diri
Dari rentang respon neurobilogis diatas dapat dijelaskan bila individu
merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila
individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptive kadang – kadang
pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak
mampu berfikir logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan
berespon secara maladaptive dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham
curiga.
Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Mekanisme koping dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntunan
situasi stress.
a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek
kebutuhan personel seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang dapat membantu
mengatasi cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat dasar
dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme
ini dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress.

6. Proses terjadinya
Menurut Yusuf,dkk (2015), adapun proses terjadinya waham, yaitu :
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon
genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi
pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang
lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien
dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-
kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai
terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego)
yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan
yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan
dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
6. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja
(2011) yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien

Waham kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di


berlebihan bahawa kementrian semarang!”
dirinya memiliki “Saya punya
kekuatan khusus atau perusahaan paling besar
kelebihan yang berbeda lho “.
dengan orang lain,
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak
sesuai dengan
Kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap “ Saya adalah tuhan
suatu agama secara yang bisa menguasai
berlebihan, diucapkan dan mengendalikan
berulang-ulang tetapi semua makhluk”.
tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang “ Saya tahu mereka
atau sekelompok orang mau menghancurkan
yang mau merugikan saya,karena iri
atau mencederai dirina, dengan kesuksesan
diucapkan berulang- saya”.
ulang tetapai tidak
sesuai dengan
kenyataan.
Waham somatic Keyakinan seseorang “ Saya menderita
bahwa tubuh atau kanker”. Padahal hasil
sebagian tubuhnya pemeriksaan lab tidak
terserang ada sel kanker pada
penyakit, diucapkan tubuhnya.
berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang “ ini saya berada di
bahwa dirinya sudah alam kubur ya, semua
meninggal dunia, yang ada disini adalah
diucapkan berulang- roh- roh nya”
ulang tetapi tidak
sesuai dengan
kenyataan.

7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya
lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada
gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia,
khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel),
dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa
terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Terapi somatic
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto,
2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto,
2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik
dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengajian
Data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan waham, dapat dilihat dari
tanda dan gejala berikut ini :
a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya.
3) Sulit berpikir realita.
4) Tidak mampu mengambil keputusan.
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Afek tumpul.
c. Perilaku dan hubungan social
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresif
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktivitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsif
9) Curiga
d. Fisik

1) Kebersihan kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) Berat badan menurun
5) Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
Pohon masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), adapun pohon masalah
pada pasien dengan waham adalah sebagai berikut :

Risiko Perilaku Kekerasan


Effect

Gangguan proses pikir : Waham Core Problem

Isolasi Sosial Causa

Harga Diri Rendah Kronis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir : Waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi social
d. Harga diri rendah kronis
3. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Gangguan proses pikir : TUM : Klien dapat 1. Klien menunjukkan 1.1 Bina hubungan saling percaya
Waham berfikir sesuai dengan tanda-tanda percaya dengan:
realitas. kepada/terhadap a. Beri salam
perawat: b. Perkenalkan diri, Tanyakan
a. Mau menerima nama, serta nama panggilan
TUK 1 : kehadiran yang disukai
Klien dapat membina perawat c. Jelaskan tujuan interaksi
hubungan saling percaya disampingnya d. Yakinkan klien dalam
b. Mengatakan mau keadaan aman dan perawat
menerima siap menolong dan
bantuan perawat mendampinginya
c. Tidak e. Yakinkan bahwa kerahasiaan
menunjukkan klien akan tetap terjaga
tanda-tanda f. Tunjukkan sikap terbuka dan
curiga jujur
d. Mengijinkan g. Perhatikan kebutuhan dasar
duduk disamping dan bantu pasien
memenuhinya
TUK 2 : 2. Klien menceritakan 2.1 Bantu klien untuk
Klien dapat ide-ide dan perasaan mengungkapkan perasaan dan
mengidentifikasi perasaan yang muncul secara pikirannya
yang muncul secara berulang dalam a. Diskusikan dengan klien
berulang dalam pikiran pikirannya pengalaman yang dialami
klien selama ini termasuk
hubungan dengan orang yang
berarti, lingkungan kerja,
sekolah, dsb
b. Dengarkan pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung atau menentang
pernyataan wahamnya
c. Katakan perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien

TUK 3 : 3. Klien dapat 3.1 Bantu klien mengidentifikasi


Klien dapat menyebutkan kebutuhan yang tidak terpenuhi
mengidentifikasi stresor kejadian-kejadian serta kejadian yang menjadi
atau pencetus wahamnya sesuai dengan urutan faktor pencetus wahamnya
waktu serta a. Diskusikan dengan klien
harapan/kebutuhan tentang kejadian-kejadian
nya yang tidak traumatik yang menimbulkan
terpenuhi seperti : rasa takut, ansietas maupun
Harga diri, rasa aman perasaan tidak dihargai
dsb. b. Diskusikan kebutuhan atau
harapan yang belum
terpenuhi
c. Diskusikan cara-cara
mengatasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan kejadian
traumatik
d. Diskusikan dengan klien
antara kejadian-kejadian
tersebut dengan wahamnya
TUK 4 : 4. Klien menyebutkan 4.1 Bantu klien mengidentifikasi
Klien dapat perbedaan keyakinan yang salam tentan
mengidentifikasi pengalaman nyata situasi yang nyata (bila klien
wahamnya dengan pengalaman sudah siap)
wahamnya a. Diskusikan dengan klien
pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi
b. Katakan kepada klien akan
keraguan perawat tehadap
pernyataan klien
c. Diskusikan dengan klien
respon perasaan terhadap
wahamnya
d. Diskusikan frekuensi,
intensitas dan durasi
terjadinya waham
e. Bantu klien membedakan
situasi nyata dengan situasi
yang dipersepsikan salah oleh
klien
TUK 5 : 5. klien menjelaskan 5.1 Diskusikan tentang pengalaman-
Klien dapat gangguan fungsi pengalaman yang tidak
mengidentifikasi hidup sehari-hari menguntungkan sebagai akibat
konsekuensi dari yang diakibatkan ide- dari wahamnya seperti :
wahamnya ide atau pikirannya Hambatan dalam berinteraksi
yang tidak sesuai dengan keluarga, Hambatan
dengan kenyataan dalam interaksi dengan orang lain
seperti : dalam melakukan aktivitas
a. Hubungan dengan sehari-hari
keluarga a. Ajak klien melihat bahwa
b. Hubungan dengan waham tersebut adalah
orang lain masalah yang membutuhkan
c. Aktivitas sehari- bantuan dari orang lain
hari b. Diskusikan dengan klien
d. Pekerjaan tentang orang atau tempat ia
e. Sekolah dapat meminta bantuan
f. Prestasi, dsb apabila wahamnya timbul
atau sulit di kendalikan

TUK 6 : Klien dapat 6. Klien melakukan 6.1 Diskusikan hobi atau aktivitas
melakukan teknik aktivitas yang yang disukainya
distraksi sebagai cara konstruktif sesuai 6.2 Anjurkan klien memilih dan
menghentikan pikiran dengan minatnya melakukan aktivitas yang
yang terpusat pada yang dapat membutuhkan perhatian dan
wahamnya menglihkan fokus keterampilan
klien dari wahamnya 6.3 Ikut sertakan klien dalam
aktivitas fisik yang membutuhkan
perhatian sebagai pengisi waktu
luang
6.4 Libatkan klien pada topik-topik
yang nyata
6.5 Anjurkan klien untuk
bertanggung jawab secara
personal dalam mempertahankan
atau meningkatkan kesehatan
dan pemulihannya
6.6 Beri penghargaan bagi setiap
upaya klien yang positif

TUK 7: 7. Keluarga dapat 7.1 Diskusikan pentingnya peran


Klien mendapat dukungan menjelaskan tentang keluarga sebagai pendukung
keluarga cara mempraktekkan untuk mengatasi waham
cara merawat klien 7.2 Diskusikan potensi keluarga
waham untuk membantu klien mengatasi
waham
7.3 Jelaskan pada keluarga tentang
a. Pengertian waham
b. Tanda gejala waham
c. Penyebap dan akibat waham
d. Cara merawat klien waham
7.4 Latih keluarga cara merawat
waham
7.5 Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang dilatih
7.6 Beri pujian pada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
rumah

TUK 8 : 8. Klien dapat 8.1 Diskusikan dengan klien tentang


Klien dapat menggunakan menggunakan obat manfaat dan kerugian tidak
obat dengan benar dengan benar minum obat
termasuk : 8.2 Pantau klien saat penggunaan
a. Nama obat obat, beri pujian jika klien
b. Jenis obat menggunakan obat dengan benar
c. Dosis 8.3 Diskusikan akibat klien berhenti
d. Cara penggunaan minum obat tanpa konsultasi
obat dengan dokter
e. Waktu 8.4 Anjurkan klien untuk konsultasi
f. efek dan tindakan kepada perawat atau dokter jika
yang harus terjadi hal-hal yang tidak
dilakukan bila diinginkan
terjadi efek
samping obat
4. Implementasi keperawatan
Adapun tindakan yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan proses
pikir : waham yaitu dengan pemberian strategi pelaksanaan dari SP 1 sampai
dengan SP 3

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM


SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mendiskusikan kebutuhan yang dirasakan keluarga dalam merawat
tidak terpenuhi pasien
3. Membantu pasien memenuhi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
kebutuhannya gejala waham, dan jenis waham
4. Menganjurkan pasien memasukkan yang dialami pasien beserta proses
dalam jadwal kegiatan harian terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien waham

SP 2 PASIEN SP 2 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan waham
2. Berdiskusi tentang kemampuan 2. Melatih keluarga melakukan cara
yang dimiliki merawat langsung kepada pasien
3. Melatih kemampuan yang dimiliki waham

SP 3 PASIEN SP 3 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktifitas di rumah termasuk
2. Memberikan pendidikan kesehatan minum obat
tentang penggunaan obat secara 2. Mendiskusikan sumber rujukan
teratur yang bisa dijangkau keluarga..
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan implenetasi dari rencana
keperawatana yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Keliat, B. A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Yusuf, dkk. 2015. Buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai