Tugas Keperawatan Maternitas 6
Tugas Keperawatan Maternitas 6
Dosen pembimbing:
Disusun oleh:
Sachiazahra Balqis
Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi
2.2.2. Etiologi
a. Diabetes tipe 1
Penderita diabetes tidak dapat mewarisi disbetes tipe 1 itu sendiri, tetapi
7
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan kearah terjadinya diabetes tipe
1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
955 pasien
berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA
yang spesifik.
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah
olah sebagai jaringan asing.
Factor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh
hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes tipe 2
2.2.3. Klasifikasi
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 atau dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen
insulin, namun tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insiden diabetes tipe
1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua
subtype. Yaitu :
(1) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel sel beta, dan
(2) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika, Amerika dan Asia.
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 atau dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan
tipe non dependen insulin. Insiden tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap
tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.
(a) Kelainan genetik dalam sel beta, diabetes subtipe ini memiliki prevalensi
familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien
seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
(b) Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom resistensi
insulin berat
(c) Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan menyebabkan
pankreatitis kronik
(d) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali
a. Poliuri
Gejala awal diabetes berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. pada dasarnya filtrasi di glomerulus ginjal ditujukan untuk semua
zat tidak penting. Glukosa merupakan zat penting yang tidak ikut difiltrasi ke
dalam urine. Dalam keadaan hiperglikemia, dimana kadar gula darah mencapai
> 200 mg/dl, ginjal tidak mampu lagi menahan glukosa karena ambang batas
filtrasi ginjal terhadap glukosa adalah 180 mg/dl, sehingga glukosa akan
terfiltrasi masuk ke dalam nefron dan keluar bersama urine. Glukosa akhirnya
masuk ke tubulus yang dalam keadaan normal akan mereabsorpsi air ke
pembuluh darah. Pada hiperglikemia konsentrasi cairan di tubulus lebih tinggi
dibandingkan sel-sel tubuh lain karena cairan di tubulus menjadi lebih pekat
sehingga reabsorpsi menurun yang mengakibatkan produksi urine meningkat,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah banyak (poliuri). Proses tsb
disebut osmotic diuresis, yaitu peningkatan volume urine karena peningkatan
osmotik.
b. Polidipsi
3. Polifagi
2.2.5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
(a) Hipoglikemi
Terjadi apabila kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi terbagi dalam
(1) hipoglikemi ringan, gejala yang muncul seperti perspirasi, tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan, dan rasa lapar. (2) hipoglikemi sedang, gejala yang
muncul seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, baal di daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku tidak rasional, penglihatan ganda,
perasaan ingin pingsan. (3) Hipoglikemia berat, gejala yang muncul seperti
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, dan kehilangan
kesadaran Smeltzer,S.C dan
B.G Bare. (2002)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau jumlah insulin yang tidak mencukupi.
Gambaran klinis yang penting pada ketoasidosis diabetik adalah dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis. Gejala yang muncul seperti poliuri dan
polidipsi, penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala, hipotensi ortostatik,
nafas berbau aseton, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, dan
hiperventilasi (pernapasan Kusmaul) Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002).
Komplikasi mikrovaskuler yang sering terjadi pada pasien diabetes adalah (1)
Retinopati diabetik. Merupakan kelainan patologis mata disebabkan perubahan
dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Penglihatan yang
kabur merupakan gejala umum yang terjadi. Penderita yang melihat benda
tampak mengambang (floaters) dapat mengindikasikan terjadinya perdarahan.
(2) Nefropati diabetik merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit ginjal
stadium terminal pada penderita diabetes.
(c) Neuropati
(d) Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk
saraf perifer (sensoriotonom), otonom, dan spinal. (1) Neuropati perifer. Sering
mengenai bagian distal serabut saraf khususnya saraf ekstremitas bawah. Gejala
awal adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar khususnya malam hari. Bila terus berlanjut penderita
akan mengalami baal (matirasa) di kaki, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu
yang meningkatkan risiko untuk mengalami cedera dan infeksi di kaki. (2)
Neuropati otonom. Mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai hampir
seluruh sistem organ tubuh. Kardiovaskuler: takikardi, hipotensi ortostatik, infark
miokard tanpa nyeri. Gastrointestinal: cepat kenyang, kembung, mual, muntah,
hiperfluktuasi gula darah, konstipasi, diare. Urinarius: retensi urin, penurunan
kemampuan untuk merasakan kandung kemih yang penuh. Kelenjar adrenal: tidak
ada atau kurangnya gejala hipoglikemia, penderita tidak lagi merasa gemetar,
berkeringat, gelisah, dan palpitasi. Neuropati sudomotorik: penurunan pengeluaran
keringat (anhidrosis) pada ekstremitas. Kekeringan pada kaki meningkatkan risiko
ulkus. Disfungsi seksual: impotensi. Masalah kaki dan tungkai pada diabetes
Terdapat tiga komplikasi yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada kaki,
antara lain: Neuropati menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensibilitas
tekanan (neuropati sensorik). Sedangkan neuropati otonom menimbulkan
peningkatan kekeringan (akibat penurunan perspirasi). Penyakit vaskuler perifer
sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk menyebabkan lamanya kesembuhan
luka dan menyebabkan terjadinya gangren. Penurunan daya imunitas
hiperglikemia mengganggu kemampuan leukosit khusus untuk menghancurkan
bakteri.
Gangren kaki diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan (Wagner, 1983
dikutip dari Ismail, nd)
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan
tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Selain 5 klasifikasi tersebut, gangren kaki diabetik juga dapat dibagi menjadi
dua golongan (Brand, 1986 & Ward, 1987 dikutip dari Ismail, nd):
Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI ) Disebabkan penurunan aliran darah ke
tungkai akibat adanya makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah
besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI Penderita
mengeluh nyeri waktu istirahat, Pada perabaan terasa dingin, Pulsasi pembuluh
darah kurang kuat, Didapatkan ulkus sampai gangren.
Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan
otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, edema kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki
teraba baik. Menurut Aalaa & Malazy (2012) menyatakan bahwa perawat dapat
Pasien selain harus memiliki kemampuan untuk merawat diri sendiri setiap hari
guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,
juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari
komplikasi diabetes jangka panjang.
2.2.7. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes
Melitus Pengkajian
Menurut Doenges et all (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah : Aktivitas/istirahat.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Tanda : Takikardi, dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Disritmia.
Krekles; DVJ (GJK).
Abdomen keras, adanya asites.
Makanan/Cairan
Mual/muntah.
Pembesaran tiroid.
Neurosensori
Gejala : Pusing/pening.
Sakit kepala
DKA).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen.
Tanda : Lapar udara. Keamanan
Masalah keperawatan
3. Risiko infeksi.
5. Intoleransi aktivitas.
Menurut Stone, J.A & Fitchett, D (2013) untuk meningkatkan sirkulasi perifer
dapat dilakukan dengan cara farmakoterapi (anti platelet agent, statin,
angiotensin converting enzyme/ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers/
ARBs) dan non farmakoterapi (latihan dan aktivitas fisik, terapi nutrisi,
modifikasi berat badan, penghentian merokok). Salah satu terapi non
farmakoterapi yang dapat dialakukan untuk mengatasi gangguan sirkulasi adalah
dengan latihan senam kaki. Menurut Priyanto (2013) aktivitas fisik khususnya
senam kaki akan membantu meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga
akan membantu menstimuli syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal
ini akan meningkatkan sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes
melitus.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN