Evaluasi pertumbuhan spesies pohon asli yang ditanam pada pasca penambangan batubara
DEWI AYU LESTARI ♥, ABBAN PUTRI FIQA ♥♥, FAUZIAH ♥♥♥, SUGENG BUDIHARTA ♥♥♥♥
Kebun Raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Raya Surabaya-Malang Km. 65, Purwodadi, Pasuruan 67163, Jawa Timur, Indonesia.
Tel./fax .: + 62-343-615033, • email: chunyang_dee@yahoo.co.id , •• abbanpf@gmail.com , ••• fauziahkrp@gmail.com ,
••••
sugengbudiharta@yahoo.com
Abstrak. Lestari DA, Fiqa AP, Fauziah, Budiharta S. 2019. Evaluasi pertumbuhan jenis pohon asli yang ditanam di lokasi reklamasi pasca tambang batubara di Kalimantan Timur, Indonesia. Biodiversitas 20:
134-143. Kegiatan penambangan mempengaruhi kualitas lingkungan termasuk hilangnya tutupan vegetasi dan kerusakan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan demikian, regulasi yang ditetapkan
Pemerintah Indonesia mewajibkan perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi di lokasi pasca tambang batubara. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menata, memulihkan, dan
meningkatkan kualitas lingkungan pasca operasi penambangan untuk meningkatkan ekosistem yang sangat rusak pada lahan bekas tambang menjadi layak guna secara ekologis. Namun, hanya sedikit
pengetahuan tentang bagaimana memantau efektivitas reklamasi dalam meningkatkan kualitas lingkungan lahan bekas tambang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan jenis
pohon asli yang ditanam pada berbagai tipe lokasi reklamasi pada suatu konsesi pertambangan di Kalimantan Timur. dan menganalisis faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan mereka. Parameter
pertumbuhan yang diukur dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, diameter batang dan tinggi batang bebas cabang dari jenis yang ditanam. Faktor iklim mikro dan keanekaragaman tumbuhan bawah juga
diukur sebagai parameter lingkungan. Analisis PCA (Principal Component Analysis) dilakukan menggunakan PAST 4.0. program statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan reklamasi pasca
tambang batubara di lokasi studi paling cocok untuk jenis tumbuhan lokal, khususnya Analisis PCA (Principal Component Analysis) dilakukan menggunakan PAST 4.0. program statistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kawasan reklamasi pasca tambang batubara di lokasi studi paling cocok untuk jenis tumbuhan lokal, khususnya Analisis PCA (Principal Component Analysis) dilakukan menggunakan
PAST 4.0. program statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan reklamasi pasca tambang batubara di lokasi studi paling cocok untuk jenis tumbuhan lokal, khususnya Shorea balangeran, memiliki
medan yang landai. Hasil PCA menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan jenis tanaman di lokasi reklamasi adalah pH tanah. Semakin tinggi pH tanah (yaitu kurang asam),
semakin baik pertumbuhan spesies karena kondisi tanah di area pasca penambangan batubara cenderung asam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada reklamasi pasca penambangan batubara
dengan menggunakan pohon asli dua faktor kunci untuk meningkatkan performa tumbuh spesies yang ditanam adalah medan yang landai agar air tidak tergenang dan pH tanah agar tidak terlalu asam.
Kata kunci: Evaluasi, pertumbuhan, tambang, spesies pohon asli, Analisis Komponen Utama, reklamasi
PENGANTAR (Rochani dan Damayanti 1997). Kondisi tanah yang asam mempengaruhi
pertumbuhan jenis tanaman yang sebaliknya dapat tumbuh dengan baik di lokasi
Sektor pertambangan, khususnya batubara, telah menjadi yang sama sebelum operasi penambangan terjadi. Selain itu, kondisi biotik dan
penyumbang utama perekonomian Indonesia, menyumbang 10% dari abiotik yang tidak mendukung di lokasi pasca penambangan juga menciptakan
Produk Domestik Bruto nasional dengan nilai 1000 triliun Rupiah (Badan lingkungan di mana spesies asing dapat bertahan hidup sedangkan spesies asli
Pusat Statistik Indonesia). tidak. Spesies asing adalah kategori tumbuhan yang dapat tumbuh dan
2015). Deposit batubara terbesar Indonesia, selain Provinsi Sumatera Utara, berkembang dengan baik di tanah asam karena merupakan spesies kosmopolitan.
adalah Kalimantan Timur yang menyumbang hampir 28% dari seluruh deposit Kondisi yang keras ini dapat menghalangi situs bekas penambangan yang rusak
batubara Indonesia (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2008). untuk pulih secara alami tanpa bantuan intervensi.
Selama 10-15 tahun terakhir, produksi batu bara di Indonesia terus meningkat
dari tahun ke tahun.
Menanggapi berbagai permasalahan ekologi yang diakibatkan oleh
Selain memberikan dampak ekonomi yang positif, peningkatan produksi kegiatan pertambangan, Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri
batubara telah memicu permasalahan ekologi yang meresahkan, termasuk ESDM No.1211.K / 008 / M.PE / 1995 dan Menteri Kehutanan dan
penggundulan hutan dan kerusakan berbagai aspek lingkungan seperti tanah, Perkebunan No. 145 / Kpts- II / 1999, mengatur kewajiban untuk
air, keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan lainnya setiap kali operasi melakukan reklamasi pada lahan pasca tambang, untuk meningkatkan
penambangan, terutama penutupan penambangan, tidak dilakukan secara produktivitasnya, mempercepat proses revegetasi pada lahan kritis yang
hati-hati sesuai kebutuhan. berdasarkan regulasi (Sheoran et al.2010; Sonter et mengalami degradasi, dan mempercepat pemulihan fungsi ekologi
al.2017; Atteridge et al.2018). Sebagaimana diketahui, kegiatan penambangan kawasan bekas tambang. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan
terbuka seperti penambangan batu bara, dapat mengubah bentang alam dengan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 angka 2, reklamasi
membuka tutupan vegetasi dan merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menata, memulihkan, dan
Secara khusus, penambangan terbuka dapat menyebabkan penurunan pH meningkatkan kualitas lingkungan dan ekosistemnya agar dapat berfungsi
tanah karena hilangnya lapisan tanah bagian atas sementara daerah tergenang kembali sesuai dengan kebutuhan. untuk penunjukannya.
air dan material batuan muncul di permukaan.
LESTARI dkk. - Evaluasi pertumbuhan jenis pohon asli yang ditanam pada reklamasi pasca penambangan batubara 135
Secara sederhana, proses revegetasi merupakan cara termudah untuk BAHAN DAN METODE
memulihkan produktivitas dan tutupan vegetasi di kawasan yang
terganggu, serta meningkatkan kualitas tanah dan iklim mikro (Singh et al. Area studi
2002; Sheoran et al. 2010). Seperti bentuk revegetasi lainnya, proses Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2018 di lokasi reklamasi area
reklamasi juga bertujuan untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Sejauh ini, pasca tambang batubara di konsesi pertambangan yang terletak di Desa
keberhasilan kegiatan reklamasi dinilai hanya berdasarkan seberapa luas Muara Begai, Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan
areal terdegradasi akibat operasi penambangan telah ditutup oleh vegetasi, Timur, Indonesia (Gambar 1). Penelitian dilakukan di 8 plot penelitian di
sedangkan aspek lainnya sering terlewatkan (Ruiz-Jaen dan Aide 2005; kawasan reklamasi dengan karakteristik dan kondisi vegetasi yang berbeda
Herrick et al.2006) . Proses pemantauan tidak kalah pentingnya dalam (Gambar 2). Plot dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya spesies peneduh,
kegiatan reklamasi untuk menilai efektivitas reklamasi, terutama karena spesies yang ditanam, dan kemiringan area plot. Areal reklamasi merupakan
praktisi pertambangan dihadapkan pada investasi besar dalam reklamasi kombinasi antara daerah datar dan landai. Selain areal tambang, areal
(Erener 2011). Namun, reklamasi merupakan areal yang dulunya merupakan areal penimbunan
batubara sebelum diangkut dan menjadi areal pengisian bahan bakar. Area
timbunan batubara dan area pengisian bahan bakar biasanya datar dan
memiliki tanah yang padat, sedangkan area yang ditambang biasanya landai.
Proses reklamasi dilakukan dengan menambahkan tanah pucuk pada areal
2001). Hasil analisis tersebut penting dan akan menjadi dasar untuk bekas tambang, kemudian di beberapa lokasi di areal reklamasi ditanami
menentukan kesesuaian dan kesesuaian proses revegetasi yang telah pohon peneduh sebagai pionir sebelum pohon asli, sedangkan yang lain tidak.
dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pertumbuhan jenis Cara berbeda ini digunakan untuk mengetahui pola tanam terbaik di areal
pohon asli di berbagai lokasi reklamasi tambang batubara pada suatu reklamasi untuk menanam spesies asli. Jenis pohon peneduh yang dipilih
konsesi pertambangan di Kalimantan Timur, serta menganalisis adalah jenis lokal yang tumbuh cepat (mis., Duabanga moluccana dan Vitex
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman di areal reklamasi. pinnata), Sedangkan tumbuhan bawah yang hidup di areal reklamasi tumbuh
secara spontan.
Gambar 1. Lokasi wilayah studi di Desa Muara Begai, Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Indonesia
136 BIODIVERSITAS 20 (1): 134-143, Januari 2019
Gambar 2. Petak observasi di lokasi reklamasi wilayah studi: 1. Enterolobium cyclocarpum sebagai pohon peneduh, 2. Anthocephalus chinensis sebagai pohon peneduh, 3. Anthocephalus
chinensis sebagai pohon peneduh, 4. Enterolobium cyclocarpum, Anthocephalus chinensis dan Albizia saman sebagai pohon peneduh, 5. tanpa pohon peneduh dan pada dataran 60 °, 6.
tanpa jenis peneduh dan pada dataran 30 °, 7. tanpa pohon peneduh dan pada dataran datar, dan 8. tanpa pohon peneduh dan medan datar
HASIL DAN DISKUSI leprosula, dan Vitex pinnata. Jenis-jenis ini ditanam pada plot yang berbeda pada
areal reklamasi yang memiliki pohon peneduh dan kondisi areal tanam yang
Sebagian besar spesies yang ditanam di areal reklamasi pasca berbeda.
penambangan batubara merupakan spesies pohon asli Indonesia, terutama
yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae. Mereka: Dryobalanops Kelangsungan hidup dan adaptasi tanaman di area reklamasi
sumatrensis, Dryobalanops oblongifolia, Duabanga moluccana, Dyera Data mengenai kelangsungan hidup dan adaptasi spesies tanaman
costulata, Eusideroxylon zwagerii, Ficus racemosa, Neonauclea purpurea, yang diamati di setiap plot areal reklamasi ditunjukkan pada Tabel 1.
Neolamarckia macrophylla, Palaquium gutta, Shorea lamellata, Shorea
balangeran, Shorea smithiana, Shorea
Tabel 1. Parameter pertumbuhan spesies yang ditanam dan keanekaragaman tutupan tumbuhan bawah di delapan petak pengamatan lokasi reklamasi pasca penambangan batubara di wilayah studi
Catatan: H = tinggi tanaman, D = diameter batang, BFS = tinggi batang bebas cabang
138 BIODIVERSITAS 20 (1): 134-143, Januari 2019
Gambar 4. Biplot menunjukkan pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman di areal reklamasi. Plot observasi ditampilkan dengan simbol P1 hingga P8. Nilai
komponen 1 menjelaskan 56,72% dari semua faktor lingkungan yang diamati, sedangkan komponen 2 menjelaskan
25,95%. Faktor lingkungan yang berpengaruh dan singkatannya dijelaskan pada Tabel 3.
Meja 2. Faktor iklim mikro di kawasan reklamasi 5 yaitu medan landai tanpa genangan air. Kondisi serupa ditunjukkan oleh D.
sumatraensis dan D. moluccana,
Faktor Nilai keduanya ditanam pada tahun 2015, memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan
Suhu (° C) 30.2-34.7 dengan tanaman dari jenis yang sama di petak lain (Gambar 3). Rata-rata data iklim
mikro kawasan reklamasi tidak jauh berbeda dengan rata-rata iklim mikro hutan alam
Kelembaban (%) 53-70
yang diawetkan sebagai kawasan konservasi di sekitar kawasan reklamasi (Fiqa et al.
Intensitas cahaya (lux) 5590-106400
2018, dalam persiapan), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan
PH tanah 5-6
bahwa kondisi iklim mikro tidak diasumsikan berpengaruh banyak pada kondisi
Ketinggian (m dpl) 104-139
pertumbuhan.
Air yang tergenang (ada atau tidak ada 0.45 - 0,03 tanaman di plot 8 dipengaruhi oleh adanya genangan air yang tidak ditemukan
air yang tergenang) di plot lain.
Parameter pertumbuhan
H (Tinggi) - 0.43 - 0.10
D (Diameter) - 0,35 - 0.38 Selain adanya genangan, pH tanah merupakan faktor lingkungan yang paling
BFS (Tinggi Batang Bebas Cabang) - 0,34 0.47
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada pohon yang ditanam. PH tanah
memiliki nilai tertinggi pada kedua komponen 1 (yaitu PC 1) dan 2 (yaitu PC 2) seperti
yang terlihat pada Tabel
3. Diameter sebagai salah satu parameter pertumbuhan menunjukkan korelasi negatif
Penanaman dimulai pada tahun 2014 dan dilanjutkan secara rutin setiap tahun.
dengan pH tanah seperti yang ditunjukkan pada PC 2. Demikian pula dengan genangan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bibit yang ditanam di dataran datar dan perairan
air berkorelasi negatif dengan tinggi tanaman sebagaimana disebutkan pada PC 1.
tergenang memiliki pertumbuhan yang kurang baik (tergenang) jika dibandingkan
Namun, pH tanah berkorelasi positif dengan tinggi batang bebas cabang (BFS), yang
dengan yang ditanam di dataran miring. Ini ditunjukkan dengan S. balangeran ditanam
menunjukkan bahwa pH tanah mungkin berhubungan dengan perkembangan cabang.
pada tahun 2014 di plot 8 yang ukurannya lebih kecil dari yang ditanam di plot
LESTARI dkk. - Evaluasi pertumbuhan jenis pohon asli yang ditanam pada reklamasi pasca penambangan batubara 139
SEBUAH D
B C
Gambar 3. Perbandingan pertumbuhan Shorea balangeran dalam kondisi berbeda di area reklamasi pasca tambang batubara; A. Daerah datar dengan genangan air, Petak 8, B.
Kondisi pertumbuhan S. balangeran di daerah datar dengan genangan air, Plot 8, C. Kondisi pertumbuhan S. balangeran pada dataran miring (60º), plot 5, D. dataran miring (60º) pada
plot 5
140 BIODIVERSITAS 20 (1): 134-143, Januari 2019
SEBUAH B C
D E F
Gambar 5. Jenis tumbuhan bawah yang paling banyak ditemukan di petak pengamatan kawasan reklamasi: A. Paspalum konjugatum, B.
Calopogonium mucunoides, C. Asystasia gangetica, D. Centrosema pubescens, E. Melastoma malabathricum, dan F. Chromolaena odorata
S. lamellata ( meranti putih) menunjukkan kinerja pertumbuhan yang sama Habitat alami S. balangeran merupakan daerah dataran rendah berupa lahan
baik di dataran datar maupun miring. Ini adalah jenis tumbuhan asli yang tersebar kering dan lahan basah pasang surut serta hutan rawa gambut dengan
di Sumatera, beradaptasi pada ketinggian mulai dari 0 hingga 700 m dpl dan topografi landai bergelombang ringan, kemiringan 0-10%, suhu berkisar antara
mampu tumbuh di lahan kering, terkadang tergenang air, tanah berbatu dan tanah 27-37 ° C, kelembaban 50-80% dan ketinggian 5-55 m di atas. permukaan
berpasir dengan topografi datar hingga bergelombang. Di daerah dengan laut. Secara umum spesies ini dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi
kemiringan 25%, S. lamellata ditemukan dalam kelompok (Ashton 1998a; Istomo lingkungan, seperti lahan kering, lahan terbuka, lahan gambut dan heath
dan Afnani 2014). Spesies ini mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik di (Simbolon 2008; Atmoko 2011; Wardani dan Susilo 2016). Hasil penelitian ini
kawasan reklamasi, meski pertumbuhannya lambat. menunjukkan bahwa S. balangeran lebih cocok ditanam pada areal reklamasi
dengan kemiringan 30-60º, dibandingkan dengan areal datar. Faktor iklim
mikro seperti suhu berkisar 30-34 ° C, kelembaban udara 5370% dan
S. balangeran ( meranti merah) merupakan tanaman asli Indonesia ketinggian 104-139 m dpl cocok untuk pertumbuhan spesies ini. Dapat
(Sumatera dan Kalimantan) dan umumnya tersebar di hutan primer tropis yang beradaptasi dengan baik di medan datar, jika aerasi tanah bagus dan tidak
kadang-kadang tergenang air, dan di daerah rawa atau tepian sungai. Spesies ini ada air yang menggenang. Untuk beberapa spesies tumbuhan, genangan air
memiliki laju pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan spesies rawa dapat mengganggu akar
gambut lainnya dan diklasifikasikan sebagai spesies pohon komersial yang
terancam punah di habitat aslinya (Ashton 1998b; Suryanto et al. 2012).
LESTARI dkk. - Evaluasi pertumbuhan jenis pohon asli yang ditanam pada reklamasi pasca penambangan batubara 141
perkembangan dan serapan hara, dan menyebabkan pemadatan tanah spesies mudah disebarkan oleh hewan (burung) yang membawa biji.
saat tanah mengering (Istomo et al. 2013). Paspalum konjugatum sangat toleran terhadap kondisi tanah yang sangat
D. moluccana ( binuang laki) memiliki habitat di sepanjang sungai, asam. Pada umumnya kawasan reklamasi pasca tambang memiliki tingkat
kawasan terganggu di hutan Dipterokarpa, rawa dan hutan sub keasaman tanah yang tinggi sehingga jenis gulma ini sering ditemukan. Mikania
pegunungan dengan ketinggian mencapai 1500 m dpl. Jenis ini tergolong cordata memiliki ciri tumbuh cepat, memanjat dan membungkus tegakan pohon
tumbuhan pionir yang cepat tumbuh, dapat tumbuh dengan baik dan sehingga mudah membunuh tanaman lain melalui penutupan tajuk.
mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang keras (Razak 2005). D.
Centrosema pubescens tergolong tumbuhan perdu tahunan yang memiliki sistem
oblongifolia Merupakan jenis pohon besar yang dapat tumbuh hingga ketinggian 60 penetrasi akar yang dalam, pertumbuhan yang cepat dan agresif, tumbuh dan
m. Jenis ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah air yang tergenang di dekat membungkus tumbuhan lain. Spesies ini memiliki efek yang sama pada tumbuhan lain
aliran sungai (Barstow 2018). P. gutta Merupakan jenis pohon yang banyak dijumpai seperti halnya tumbuhan
di hutan Dipterocarp dataran rendah, hutan heath dan hutan kapur. Ketiga jenis M. cordata. Calopogonium mucunoides merupakan spesies legum pengikat
tumbuhan di atas mampu tumbuh dan beradaptasi di daerah datar di areal nitrogen, tetapi diklasifikasikan sebagai tanaman invasif yang dapat tumbuh di
reklamasi, tanpa pohon peneduh dan air yang menggenang. tanah asam dan lingkungan kering. Kehadiran spesies ini dapat mencekik atau
mematikan tumbuhan lain.
Jenis yang ditanam di areal reklamasi berhubungan dengan jenis tumbuhan Chromolaena odorata merupakan tanaman tahunan yang tidak toleran terhadap
bawah. Keberadaan tumbuhan bawah memegang peranan penting dalam suksesi naungan dan mampu bersaing dengan spesies lain karena memiliki senyawa
vegetasi reklamasi pasca tambang. Peran tersebut antara lain menjaga alelopati (Yusuf dan Arisoesilaningsih).
kelembaban tanah selama musim kemarau, berfungsi sebagai penahan limpasan 2017). M. cordata, C. pubescens dan C. mucunoides merupakan jenis
air hujan selama musim hujan dan sebagai pemasok serasah yang terurai tumbuhan bawah yang memerlukan perhatian khusus karena sifatnya yang
menjadi bahan organik tanah yang berkontribusi pada pembentukan top soil sangat invasif. Mereka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
(Zipper et al. 2011). Tanaman tumbuhan bawah cenderung lebih adaptif terhadap keberlanjutan program reklamasi karena mengganggu pertumbuhan
berbagai jenis kondisi tanah yang dapat menghambat pertumbuhan jenis spesies yang ditanam di area reklamasi, jika tanaman invasif tersebut tidak
tumbuhan dalam memperoleh unsur hara dari dalam tanah, sehingga keberadaan dikendalikan dengan baik. Pada dasarnya peningkatan jumlah tumbuhan di
dan penyebarannya perlu diperhatikan. Di daerah datar dengan risiko erosi yang kawasan tersebut seharusnya tidak lagi menjadi tujuan utama program
rendah, penggunaan tanaman yang tumbuh secara spontan sebagai tumbuhan reklamasi karena jika peningkatan tersebut didominasi oleh spesies asing
bawah sudah cukup untuk tanaman penutup (Sena et al. 2015). invasif, maka kestabilan ekosistem justru terganggu (Ehrenfeld 2003; Prach
dan Hobbs
daerah reklamasi, hydroseeding bisa menjadi solusi lain. Metode 10.2305 / IUCN.UK.2018-1.RLTS.T63023A68070307.en. [12 Oktober 2018].
Pejchar dan Mooney) 2009; Nugroho dan Yassir 2017). Erener A. 2011. Penginderaan jauh kesehatan vegetasi untuk kawasan reklamasi
Tambang batu bara terbuka Seyotomer. Int J Coal Geol 86: 20-26.
Fiqa AP, Fauziah, Lestari DA, Budiharta S. 2018. Pentingnya In-
konsesi pertambangan kawasan konservasi situ dalam melestarikan flora yang beragam, terancam dan
potensial di Kalimantan Timur. dalam persiapan.
Database Spesies Invasif Global (GISD). 2018. Profil spesies:
Asystasia gangetica.
http://www.iucngisd.org/gisd/species.php?sc=1273. Diakses 10 Oktober 2018.
Pejchar L, Mooney HA. 2009. Spesies invasif, jasa ekosistem dan Singh AN, Raghubanshi AS, Singh JS. 2002. Perkebunan sebagai alat untuk
kesejahteraan manusia. Tren Ecol Evol 24 (9): 497-504. restorasi rampasan tambang. Curr Sci 82: 1436-1441.
Pietrzykowski M. 2008. Pengembangan komunitas tanah dan tumbuhan dan Sonter LJ, Herrera D, Barrett DJ, Galford GL, Moran CJ, Soares-Filho
efektivitas ekologi dari reklamasi di tuang tambang pasir. J Untuk Sci 54 (12): 554-565. BS. 2017. Penambangan mendorong deforestasi ekstensif di Amazon Brasil. Nature
Communications 8: 1013. DOI: 10.1038 / s41467017-00557-w.
Razak HA. 2005. Karakteristik Biodegradasi Duabanga moluccana
Blume dan Endospermum diadenum ( Miq.) Airy Shaw. [Tesis]. Universitas Suryanto TS, Hadi E, Savitri. 2012. Mengenal lebih dekat Shorea balangeran. Di
Malaysia Sarawak, Malaysia. Budidaya Shorea balangeran di Lahan Gambut. Kementerian Kehutanan. Badan
Razaq M, Zhang P, Shen HI, Salahuddin. 2017. Pengaruh nitrogen dan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru,
fosfor pada pertumbuhan dan morfologi akar Acer mono. PloS ONE Kalimantan Selatan. [Indonesia]
12 (2): e0171321. Swain BK, Goswami S, Das M. 2011. Dampak penambangan terhadap kualitas tanah: a
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0171321. studi kasus dari tambang batu bara opencast Hingula, distrik Angul, Orissa. Vistas Geol Res
Riche CJ. 2004. Identifikasi toleransi pembudidaya kedelai terhadap 10: 77-81.
genangan air melalui analisis konsentrasi nitrogen daun. [Tesis]. Tapadar SA, Jha DK. 2015. Pengaruh penambangan terbuka pada tanah
Lousiana Negara Universitas, Lousiana. properti dari Ledo Colliery di distrik Tinsukia di Assam, India. Publikasi Int J Sci
http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-04132004- Res 5 (3): 1-5.
154236 / tidak dibatasi / Riche_thesis.pdf. Diakses pada 22 Oktober 2018. Rochani S, Vidra RL, Shear TH. 2008. Berpikir secara lokal untuk restorasi hutan kota: a
Damayanti R. 1997. Drainase utama asam: gambaran umum Metode sederhana menghubungkan invasi spesies eksotik dengan Struktur Lansekap Lokal.
dan strategi untuk mengendalikan dampak. Indones Mining J 3 (2): 36-42. Ruiz-Jaen MC, Aide Restor Ecol 16 (2): 217-220.
TM. 2005. Keberhasilan restorasi: Bagaimana keadaannya Wardani M, Susilo A. 2016. Deskripsi habitat, morfologi dan
diukur? Restor Ecol 13 (3): 569-577. senyawa kimia dari Shorea balangeran Burck di Hutan Bangka Belitung. Buletin
Sairam RK, Kumutha D, Ezhilmathi K, Deshmukh PS, Srivastava GC. Plasma Nutfah 22 (2): 81-92. [Indonesia] Widiyatmoko R, Wasis B, Prasetyo LB.
2008. Fisiologi dan biokimia toleransi genangan air pada tumbuhan. Tanaman Biol 2017. Analisis revegetasi
52: 401 - 412. pertumbuhan tanaman di lahan silika pasca tambang Hutan Pendidikan Holcim Cibadak,
Sena K, Barton C, Hall S, Angel P, Agouridis C, Warner R. 2015. Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 7 (1):
Pengaruh jenis merusak dari keberhasilan aforestasi dan rekolonisasi vegetatif alami pada 79-88. [Indonesia]
tambang batu bara permukaan di Appalachia, Amerika Serikat. Restor Ecol 23: 131-138. Yusuf M, Arisoesilaningsih E. 2017. Serangan spesies tumbuhan eksotik
tanaman revegetasi di area pasca tambang batubara. Prosiding Konferensi AIP 8 th Konferensi
Sheoran V, Sheoran AS, Poonia P. 2010. Reklamasi tanah terbengkalai Internasional tentang Konservasi Sumberdaya Global. 1908, 040002 (2017); doi:
Tambang tanah dengan revegetasi: review. Int J Tanah Sedimen Air 3 (2): 1-20. 10.1063 / 1.5012716.
Zipper CE, Burger JA, Skousen JG, Angel PN, CD Barton, Davis V,
Simbolon H. 2008. Populasi pohon dari spesies Dipterocarpaceae ada tiga Franklin JA. 2011. Memulihkan hutan dan jasa ekosistem terkait di tambang permukaan batubara
jenis hutan Kalimantan. Berita Biologi 9 (1): 45-57. [Indonesia] Appalachian. Pengelolaan Lingkungan 47: 751-765.