Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MORALITAS BANGSA DI ERA GLOBALISASI

PENDAHULUAN
Moralitas memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Nilai
moral diperlukan bagi manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota anggota
kelompok dan negara. Peradaban suatu bangsa dapat dinilai dari morlitas rakyatnya. Dalam
kehidupan, sebagai manusia harus mematuhi norma, aturan, adat istiadat, dan hukum yang
ada di masyarakat. Mengenai norma, aturan kebiasaan, undang-undang, dan hukum yang
mengatur kehidupan manusia berdasarkan persetujuan sekelompok orang atay yang
diturunkan dari hukum Tuhan (wahyu) agar manusia bisa mengikutinya. Moralitas adalah
prosedur dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan untuk pertumbuhan dan
perkembangan individu atau kelompok sosial untuk mencapai kematangan. Moralitas dapat
mengontrol perilaku anak yang sedang tumbuh (remaja) agar tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan pandangan masyarakat. Di sisi lain, kurangnya moralitas sering
dikaitkan dengan tingkat kejahatan remaja yang terus meningkat (Sarwono, 2010: 25).
Globalisai berdampak positif dan negatif bagi setiap warga negara Indonesia. Namun,
tidak setiap warga negara dapat merespon dengan baik dampak negatif globalisasi.
Menurutnya kualitas moral bangsa merupakan salah satu dampak negatif globalisasi.
Menurunnya kualitas moral suatu bangsa merupakan salah satu dampak negatif globalisasi.
Adapun penurunan kualitas moral bangsa dapat dilihan dari banyaknya kasus di masyarakat
Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai normatif, seperti pencurian, pembunuhan,
pemerkosaan, dan kenakalan remaja, seperti perkelahian dan tindakan sex bebas, bahkan
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa
pendidikan kita telah gagal membentuk karakter bangsa, karena selama ini praktik pendidikan
yang di lakukan di dalam kelas tidak lebih dari praktik akademik, seperti kognisi,
perbandingan, melatih dan menghafal (Winarno Surachmad, dkk.: 2003:114). Berdasarkan
hal tersbut maka sangat diperlukannya upaya membangun kembali moral bangsa.
Diera globalisai sekarang ini, siswa seolah-olah kehilangan arah dan tujuannya.
Mereka terjebak dalam lingkaran pengaruh globalisasi dan mereka menekankan sikapnya
dengan ketidakpedulian, tetapi mengarah pada esensi anakisme. Masyarakat yang percaya
bahwa generasi muda saat ini tidak memiliki pengaruh yang baik sebagai seorang yang
terpelajar. Sejauh ini, sistem pendidikan di Indonesia lebih banyak terfokus pada penguasaan
kognitif akademis, sementara emosional dan psikomotor tidak lagi menjadi prioritas utama,
meskipun nilai ini menjadi prioritas utama dalam membentuk kepribadian anak sehigga
menjadi pribadi yang miskin tata krama, sopan santun, dan etika. Krisis moral juga terjadi
karena nilai-nilai Pancasila saat ini mulai menghilang, tidak lagi disadari dalam kehidupan
sosial. Hal ini terjadi karena generasi muda tidak memiliki prinsip dasar model yang baik
dalam membesarkan orang tua, mentalitas sementara mereka tidak akan mempertimbangkan
konsekuensi yang merugikan apa yang akan terjadi setelah itu, emosional yang masih sangat
rapuh, minimnya pembelajaran dan minimnya sosialisasi tentang kehidupan dan akhlak
remaja untuk menjadi lebih baik.
Demokrasi dan pendidikan nasional yang berkualitas untuk memperkuat karakteristik
aristrokasi, inovasi, paradigma kebangsaan, kecerdasan, kesehatan, disiplin, dan tanggung
jawab, kecakapan teknis dan penguasaan teknologi (Fauzi, F, 2013).
TINJAUAN PUSTAKA
Degredasi biasanya diartikan sebagai penurunan sebuah kualitas. Dari tahun ke tahun,
anak-anak terus mengalami kemrosotan kualitas, dimulai dari tata cara berbicara, tata cara
berpakaian, dan aspek moral lainnya. Degredasi moralitas ini sepertinya belum menarik
perharian dan terus dibiarkan berkembang. Faktor utama yang menyebabkan kemrosotan
moral pada anak adalah perkembangan globalisasi yang tidak merata. Globalisasi terus
belanjut dan bergerak untuk menggerogoti negara ini, tetapi sayang banyak orang seperti
tidak menyadari hal itu dan terus mengikuti perubahan zaman. Bagaimanapun, kita terus
menuntut kemajuan di era global tanpa melihat sisi kesopanan dan budaya yang ada di dalam
negara. Ketidakseimbangan ini sedang terjadi, dan pada akhirnya semakin merosotnya moral.
Globalisasi merupakan proses tatanan sosial global yang tidak memiliki batasan
dimensi ruang dan waktu. Edison A. Jamley menyebutkan bahwa globalisasi pada dasarnya
adalah proses gari gagasan yang muncul dan kemudian diusulkan agar negara lain
mengikutinya, akhirnya mencapai konsensus dan menjadi pemandu untuk bekerja sama
dengan semua negara di dunia. Sebagai suatu proses terjadinya globalisasi melalui interaksi
dua dimensi antar negara, dimensi ruang instan. Dalam interaksi ruang semakin sempit dan
waktu semakin pendek dan komunikasi di seluruh dunia. Globalisasi terjadi di semua bidang
kehidupan, seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahan dan keamanan
nasional, dll. teknologi informasi dan komunikasi globalisai saat ini pekerngan teknologi
yang begitu pesar di sistem informasi dalam berbagai bentuk dan kepentingan dapat
disebarluaskan ke seluruh jajaran dunia. Oleh karena itu, globalisasi tidak dapat dihindari.
Beberapa faktor yang menyebabkan degredasi moral, adalah:

a. Penyimpangan sosial
James W.van der Zanden berkata: tindakan yang dianggap banyak orang dikutuk
di luar toleransi, penyimpangan sosial biasanya disebabkan oleh proses sosialisasi
yang tidak sempurna. Sebuah keretakan keluarga seorang anak tidak memahami
disiplin dan perilaku, ini karena ora tua belum memainkan perannya sebagaimana
mestinya.
b. Pengaruh budaya asing
Kota merupakan pusat kegiatan budaya orang asing yang memunculkan budaya
baru dan menghapus budaya. Menyerap budaya asing untuk waktu yang lama
dalam kehidupan nasional, bahkan di bidang sains dan teknologi. Perubahan
dalam bidang sains dan teknologi memang membawa dampak yang positif, tetapi
dalam bidang interaksi budaya memiliki dampak yang negatif, misalnya
masuknya budaya klub dan budaya minum-minuman beralkohol. Bagian terparah
adalah penggunaan narkotika telah menjadi budaya baru di kota-kota besar. Anak-
anak yang tinggal di kota besar sangat riskan mengalami kemrosotan moral,
bahkan anak-anak yang tinggal di desa mulai terpengaruhi oleh budaya asing dan
mengalami degredasi moral yang tinggi.
c. Kurangnya pegawasan dari orang tua
Kemajuan teknologi tidak hanya mendorong laki-laki untuk ikut ke dalam
perubahan zaman, tetapi perempuan pun turut andil di dalamnya karena merasa
mempunyai hak untuk terlibat di dalanya, sehingga dalam sebuah keluarga
seorang anak menerima lebih sedikit pengawas dan perhatian orang tua
menyebabkan banyak orang mencari kebahagiaan yang salah,seperti
menggunakan obat-obatan untuk memperbaiki minum alkohol dan mengilangkan
stres.
d. Rendahnya tingkat pendidikan
Crow and Crow (1956) menegaskan bahwa belajar adalah memngubah perilaku
yang disertai pertumbuhan beradaptasi dengan kondisi yang dipicu oleh stimulasi
panca. Kurangnya pendidikan dan kemampuan diri dalam menjalin hubungan
membuat kesalahan dalam hidup seseorang, jadi mereka rentan terhadap hal-hal
baru dan proses sosial alam merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pendidikan sosialisasi karena pendidikan merupakan dasar dari perilaku
seseorang.
e. Kurangnya keefektifan dan keefesienan lembaga sosial masyarakat.
Berbagai masalah sosial pernah terjadi di masyarakat, angka kemiskinan tersebyt
menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti memperburuk keadaan,
peningkatan jumlah kejahatan, pendidikan yang rendah, dan yang paling
memprihantinkan adalah malnutrisi. Jadi, pernyataan tentang kemrosotan moral
anak adalah perhatian yang kurang pada anak di institusi sosial menyebabkan
degredasi moral yang tiggi. Sehingga menyebabkan sanksi yang kurang ketat dari
lembaga sosial pemuda mengabaikan aturan ini.
f. Media Massa sebagai saran pemberi informasi.
Kemajuan teknologi telah melahirkan berbagai media mutakhir, seperti TV,
ponsel, internet, dll. jumlah informasi yang didapat dari media menyebabkan
banyak anak yang menyalahgunakan media tersebut. Banyak informasi yang harus
disajikan oleh media masa, misalnya adegan kekerasan dan sebuah cerita yang
sering disiarkan oleh media masa membuat romantisme anak, dan meniru impresi
media masa yang sering mereka lihat dalam adegan tersebut. Bentuk budaya baru
yang mengikuti perkembangan zaman anak-anak yang tidak ingin menjadi usang
oleh orang lain. Mengembangkan kebiasaan baru yang sudah atau sering menjadi
budaya mereka temui di acara TV dan lingkungan sosial.

Dampak Degredasi moral, antara lain:

a. Meningkatnya kekerasan anak


b. Penggunaan kalimat yang buruk atau kasar
c. Peer group memiliki pengaruh yang signifikan dalam perilaku kekerasan
d. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol, dan sex bebas
e. Hilangnya batas moral yang baik dan buruk
f. Mengurangi etika profesi
g. Tidak menghormati orangtua dan guru.
h. Rendahnya tanggung jawab pribadi dan warga negara.
i. Budaya tidak jujur
j. Kecurigaan antar individu.
PEMBAHASAN

1. Pentingnya Pendidikan Karakter


Pendidikan ialah upaya sdar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensinya
agar memilii kekuatan spiritual, pengendlian diri, individualitas, kecerdasan, dan
keluhuran yang dibutuhkan dirinya dan masyarakat. Karakter dan keterampilan
seseorang yang dibentuk oleh internalisasi berbagai kebijakan yang dianggap sebagai
dasar pandangan, pemikiran, sikap dan perilaku seseorang. Keutaman tersebut
mencakup banyak nilai, etika, dan norma, seperti kejujuran, keberanian bertindak,
dapat dipercaya dan menghargai orang lain (Kemendiknas 2010).
Pendidikan karakter adalah upaya untuk membentuk karakter atau individualitas
seseorang secara sadar dan terencana sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut bersumber dari: agama, masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang religius. Oleh karena itu, kehidupan individu, komunitas dan bangsa
selalu didasarkan pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politik kehidupan
berbangsa juga dilandasi oleh nilai-nilai agama. Berdasarkan pertimbangan tersebut
makan pendidikan nilai karakter harus dilandasi nilai dan prinsip yang bersumber dari
agama.
Tujuan pendidikan nasional menceriminkan kualitas yang harus dimiliki oleh setiap
warga negata Indonesia yang dikembangkan oleh berbagai departemen pendidikan di
berbagai jenjang dan alur. Dalam tujuan pendidikan nasional, warga negara harus
memiliki nilai kemanusiaan yang beragam. Oleh karenaitu, dibandingkan dengan
ketiga sumber di atas, tjuan pendidikan nasional adalah sumber pendidikan karakter
yang efektif (Kemendiknas 2010:7).
Dari uraian di atas maka, bisa diidentifikasi nilai karakternya, antara lain:
a. Religius, sikap dan perilaku yang harus ditaati dalam melaksanakan ajaran
agaranya, dapat bertoleransi terhadap pemujaan agamalain dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur, berdasarkan upaya menjadikan diri Anda pribadi yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, perilaku dan pekerjaan.
c. Toleransi, menghormati sikap dan perilaku orang lain dalam agama, rasa, sudut
pandang, sikap dan perilaku.
d. Disiplin, menunjukkan sikap perilaku tertib dan mematuhi berbagai aturan dan
ketentuan yang berlaku.
e. Bekerja keras, peragakan upaya nyaa mengatasi kendala dalam pembelajaran dan
pekerjaan rumah serta diselesaikan tugas sebanyak mungkin.
f. Kreativitas, pikirkan dan lakukan hal-hal yang akan menghasilkan cara atau hasil
baru berdasarkan pengetahuan yang ada.
g. Mandiri, jangan mudah mengandalkan sikap dan perilaku orang lain saat
menyelesaikan tugas.
h. Demokratis, berpikir dan berperilaku yang menghargai hak dan kewajiban diri
sendiri dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu, sikap dan perilaku yang selalu berusaha memahami lebih dalam
dan lebih luas dari apa yang telah mereka pelajari.
j. Semangat nasional, suatu meyode berpikir, bertindak dan berwawasan yang
menempatkankepentingan negara diatas kepentingan sendiri dan kelompok.
k. Cinta tanah air, memperhatikan dan sangat menghormati bahasa, tubuh,
masyarakat, budaya, ekonomi, dan lingkungan politik negara tersebut.
l. Menghargai prestasi, mendorong untuk membuat sikapdan perilaku yang
bermanfaat bagi masyarakat dan mengakyi serta menghargai kesuksesan
oranglain.
m. Cinta damai, perkataan dan tindakan yang membuat orang lain merasa senang dan
aman saat hadir.
n. Ramah, menunjukkan perilaku berbicara yang menyenangkan, bersosialisasi, dan
bekerja sama dengan orang lain.
o. Senang membaca, kebiasaan meluangkan waktu untuk membaca semua jenis buku
yang baik untuknya
p. Peduli sosial, selalu berharap dapat memberikan bantuan kepada sesama dan
masyarakat yang membutuhkan.
q. Merawat lingkungan, sikap dan tindakan selalu berusaha untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan alam sekitar dan mengupayakan perbaikan
kerusakan alam yang terjadi.
r. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri,
masyarakat, limgkungan (alam, masyarakat, dan budaya), negara dan kewajiban
kepada Tuhan YME (Kemendiknas 2010:9).
2. Peran keluarga dalam Pendidikan
Pendidikan keluarga merupakan proses pembelajaran, merupakan organisasi terbatas,
dan skala kecil. Terutama pihak-pihak yang awalnya membentuk aliansi. Dengan kata
lain, keluarga adalah bagian dari seluruh masyarakat tempat mereka dilahirkan dan
tinggal, dan karakteristik ini secara bertahap akan dilepaskan saat mereka dewas.
Keluarga adalah institusi sosial universal muliti-fungsi dengan fungsi pengawasan,
masyarakat, pendidikan, agama, perlindungan, dan hiburan. Oleh karena itu, keluarga
mempunyai sistem jaringan interaktif, sistem jaringan ini lebih seperti hubungan
interpersonal, dalam sistem ini setiap anggota keluarga dapat terjalin antara orang tua
dan anak (Khairudin, 1985:10). Dalam keluarga, anak belajar bersosialisasi dan
berinteraksi sehingga sebagai orang dewasa dapat menjaga hubungan baik dengan
lingkungan dan masyarakat sekitar. Keluarga adalah orang terkecil dalam masyarakat,
bertanggung jawab untuk mendidik setiap anak menjadi masyarakat yang bermoral.
3. Peran Pendidikan dalam Sekolah
Pendidikan sekolah adalah jalur pendidikan terstruktur dan hierarkis yang terdiri dari
pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Tujuan sekolah adalah untuk
membimbing dan pendidikan sehingga lembaga-lembaga ini memerlukan kelompok
usia tertentu di ruang kelas yang dipimpin guru untuk mempelajari mata pelajaran
bertingkat. Berawal dari konsep tersebut, pendidikan sekolah dalam mendidik dan
membimbing anak untuk mencaoai tujuan pendidikan tidak lepas dari upaya guru
yang telah banyak mengemban tanggung jawab dari orang tua dan keluarga. Oleh
karena itu, selain memberikan ilmu dan keterampilan guru juga harus mendidik anak
dengan keyakinan dan karakter agama. Di sinilah sekolah berfungsi sebagai asisten
rumah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswa. Sekolah
merupakan kelanjutan yang diberikan oleh keluarga.
4. Pendidikan dalam Lingkungan Masyarakat.
Manusia adalah makhluk yang ingin menyatu dengan sesamanya dan dengan
lingkungan alam sekitarnya. Melalui pemanfaatan pikiran, naluri, perasaan,
keinginan, dll manusia akan bereaksi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkelanjutan dalam masyarakat.
Menurut Mac Iver dan Page, masyarakat adalah fondasi hubungan sosial dan selalu
berubah. Koentjaraningrat mengartikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia
yang terikat oleh sistem adat tertentu. Pengertian masyarakat secara khusus dapat
diungkapkan sebagai berikut: masyarakat adalah kesatuan kehidupan manusia yang
berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang berkelanjutan dan terikat oleh rasa
kesamaan identitas.

KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pekermbangan zaman
membuat orang semakin kehilangan moralnya. Dari banyaknya faktor yang
menyebabkan degredasi moral, bukan tidak mustahil bagi remaja untuk berperilaku
menyimpang. Globalisasi itu sendiri kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai
generasi muda, kita harus melakukannya dengan lebih memahami pro dan kontra dari
suatu permasalahan. Pemerintah memang perlu menanamkan nilai-nilai moral di
dalam pendidikan karakter pada anak sehingga bisa mengurangi tingkat kemrosotan
moral pada era globalisasi ini, dan sudah sepatutnya pendidikan karakter ditanamkan
sejak anak-anak masih berusia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, W.2017.Diskursus Filsafat Moral Dewasa Ini.Yogyakarta:Kanisius.
Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di
Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari).
DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO
DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA
BAGI NASIONALISME NDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
Hasan Said Hamid, dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing Dan
Karakter Bangsa: Jakarta: Kemendiknas.
Suharjo.2006.Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar teori dan praktek.
Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem pendidikan
nasional. Jakarta: CV. Eko Jaya

Anda mungkin juga menyukai