Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL PBL 2

BLOK 8

Skenario 2
A female patient, 54 years old, complained her pain on the right side of posterior
tooth while chewing. The problem has felt since 2 weeks ago and the gum have ever
swollen about 3 months ago. She has history of uncontrolled type 2 diabetic mellitus.
Blood pressure resulted 160/100 mmHg. Intraoral examination showed that there was
pulp depth cavity in 46 with (+) in percussion, (-) in palpation, and (-) in thermal test.
The dentist held some supporting examination to gain definitive diagnose. The
radiograph examination showed that there was widened condition in periodontal
ligament.

Klarifikasi istilah
1. Diagnosa definitive : disebut juga diagnosis final jadi diagnosis akhir yang
dijadikan sebagai acuan dari perawatan pasien. Diagnosis ini didapatkan dari hasil
pemeriksaan penunjang dan mendalam.
2. Termal test : Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas
dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
(Grossman, dkk, 1995).
3. Intrepretasi tekanan darah 160/100 mmhg : pasien menderita hipertensi.menurut jnc
8 ( Hipertensi tingkat 2), menurut WHO ( hipertensi sedang)

Menetapkan permasalahan
1. Apa informasi yang didapat pemeriksaan fisik,intraoral,radiografi dari skenario di
atas
2. Penyebab dari gusi bengkak dan rasa sakit ketika mengunyah
3. Jenis jenis diagnosis berdasarkan prosesnya
4. Jenis pemeriksaan radiografi yang dilakukan
5. Pemeriksaan penunjang apa yang tepat dari skenario
6. apa hubngan tekanan darah yang menghasilkan 160/100mmHg dan adanya riwayat
dm 2 dengan keluhan pasien
7. Arti dari kedalaman pulpa gigi 46, jika ada peradangan akan menuju kemana
8. Apa saja manifestasi dari DM pada kondisi di rongga mulut
9. Apa saja yang perlu diperhatikan saat perawatan dan pemeriksaan kondisi pasien
DM
10. Apa efek penyakit periodontal pada pasien DM
11. Apa saja yang perlu diperhatikan saat perawatan dan pemeriksaan pasien
hipertensi
12. Apa diagnosis yang dialami pasien pada skenario

Menganalisis masalah
1. Apa informasi yang didapat pemeriksaan fisik,intraoral,radiografi dari
skenario di atas
-Perkusi (+) : adanya peradangan di periodontal atau periapical. Sesuai skenario
pasien mengalami kelainan periapikal disebabkan oleh lesi karies.
-Palpasi (-) : tidak ada pembengkakan
-Tes thermal (-): giginya non vital
Memberikan informasi bahwa gigi sudah tidak vital, dimana cavitas sudah mencapai
pulpa, maka didapatkan diagnosis nekrosis pulpa : karena kavitas sudah mencapai
pulpa namun tidak menunjukan adanya rasa sakit pada tes vitalitas maka dipastikan
pulpa sudah mengalami kematian.
Pemeriksaan fisik 160/100 mmhg artinya pasien menderita hipertensi tingkat 2
menurut JNC 8.
Pemeriksaan radiografi terjadi pelebaran ligamen periodontal.
Dari pasien dia mempunyai riwayat DM 2 yaitu penyakit gangguan metabolis yang
ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas atau resistensi insulin.
Dengan pemeriksaan radiograf dapat diketahui operator dapat mengetahui kondisi
jaringan yang terletak dibawah mukosa yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Sehingga dapat memastikan kelainan yang terjadi di daerah tsb. Salah satu kelainan
pada jaringan lunak gigi yang dapat dilihat pada pemeriksaan radiografi adalah
kelainan pada jaringan penyangga gigi seperti ligament periodontal.
-Mendiagnosis penyakit periodontal, menentukan keparahan, dan prognosis serta
evaluasi hasil perawatan.
-Gambaran radiografi ligament periodontal normal : radiolusen mengelilingi akar gigi
dan melekat pada processus alveolaris
Disebabkan akumulasi
2. Penyebab dari gusi bengkak dan rasa sakit ketika mengunyah
Adanya tumpukan debris atau sisa sisa makanan pada daerah interdental atau gusi
yang tidak dibersihkan saat menggosok gigi. Tumpukan sisa makanan akan
menyebabkan plak di bagian trb yang menyebabkan gusi mengalami pembengkakan.
Adanya karies nyampe pulpa, nanti bakteri bisa masuk ke pulpa dan masuk ke akar
dan menyebabkan rasa nyeri. Bakteri streptococcus mutans.
DM kadar gula menganddung advanced glycation end product (AGE) merupakan
senyawa kimiawi yang berasal dari glukosa, secara irreversible, dan terbentuknya
secara pelan tetapi kontinyu seiring peningkatan kadar glukosa darah. Penimbunan
AGE dapat terjadi di dalam plasma dan jaringan, termasuk jaringan gingival pada
penderita Diabetes Mellitus-> Sel-sel pada endothelial, otot polos, neuron dan
monosit memiliki sisi pengikat (binding site) AGE pada permukaannya yang
dinamakan reseptor AGE (RAGE). Ikatan antara AGE dengan sel-sel endothelial
menyebabkan terjadinya lesi vaskuler, trombosis, dan vasokonstriksi pada penderita
DM.
Penyebab gusi bengkak dan rasa sakit dikaitkan dengan inflamasi jar periodontal. Dm
mempengaruhi periodontitis.
Semakin dm tidak terkontrol makan semakin tertimbun.
age yg berikatan dengan rage di endhotelial akan menyebabkan terjadinya lesi
vaskuler, trombosis, vasokonstriksi
-age yg berikatan sm rage di monosit maka akan meningkatkan kemotaksis dan
aktivasi monosit diiringi naiknya sitokin
-age yg berikatan sm rage di fibroblas akan mengakibatkan gangguan remodelling
jaringan ikat
-age yg berikatan dgn kolagen akan mengakibatkan menurunnya solutibilitas dan laju
pembaharuan kolagen

3. Jenis jenis diagnosis berdasarkan prosesnya


- diagnosis awal : baru di anamnesis langsung bisa diberi terapi sementara, penetapan
diagnosis yang belum diikuti dgn pemeriksaan yang mendalam.
-diagnosis diferensial : ditegakkan karna ada cici ciri mirip tetapi beda. Bisa jadi juga
gejalanya sama tetapi penyakitnya beda. Sejumlah diagnosis bisa lebih dari 1 yang
ditetapkan karena ada kemungkinan kemungkinan tertentu guna mempertimbangkan
diagnosis lebih lanjut.
-diagnosis definitif : diagnosis akhir. Diagnosisi yang menjadi sebab mengapa pasien
dirawat dan didasarkan hasil hasil pemeriksaan yang lebih mendalam.

4. Jenis pemeriksaan radiografi yang dilakukan

-pemeriksaan periapical untuk melihat gigi geligi secara individual mulai dari
keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan pendukungnya.
Dimana itu gambaran pelebaran ligamen periodontal terjadi karena imflamasi pulpa
atau gigi yang goyah.
-Pemeriksaan Bitewing untuk memeriksa karies atau tumpatan.
Teknik intraoral terbagi menjadi 3 tipe yaitu periapikal, bitewing dan oklusal.
1. radiografi periapikal yang berguna untuk melihat gigi geliligi secara individual
mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan pendukungnya.
Pemakaian teknik radiografi periapikal bertujuan untuk mendapatkan gambaran gigi,
daerah apikal akar gigi secara individual beserta struktur jaringan sekitarnya.
Radiografi yang dihasilkan dapat memuat 3 sampai 4 gambar gigi serta jaringan
pendukungnya dan sudah cukup memberikan informasi yang detail dari gigi dan
jaringan sekitarnya. Radiografi periapikal merupakan jenis proyeksi intra oral yang
sering digunakan dalam praktek kedokteran gigi.
Periapikal khususnya digunakan untuk perawatan endodontik pada evaluasi morfologi
jumlah akar dan saluran akar untuk evaluasi sebelum perawatan.
Kelebihan radiografi periapikal yaitu penempatan film ini sederhana dan cepat, posisi
film nyaman disemua area mulut, dan panjang gigi akan sama panjangnya dengan gigi
aslinya, sedangkan kekurangan teknik ini adalah mahkota gigi sering terdistorsi,
pada bagian tulang periodontal gambarnya tidak jelas.
Radiografi periapikal dibagi menjadi dua tehnik yaitu parallel dan bisecting :
1) Teknik parallel: Reseptor gambar dimasukkan ke dalam mulut sejajar dengan
sumbu panjang gigi, kemudian tabung sinar X di arahkan ke sudut 12 kanan
menghadap vertikal atau horizontal ke gigi reseptor gambar dengan menggunakan
pemegang film atau sensor dengan reseptor gambar dan posisi sinar tabung x tetap,
teknik ini dapat direproduksi.
2) Tehnik bisecting: Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual atau patahan
dari gigi, film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran, film
kontak dengan gigi, bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut, sumbu
sinar x tegak lurus terhadap garis 13 bisektris sehingga menghasilkan dua segitiga
yang sama.
Radiografi Bitewing
Radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota
gigi, interproksimal dan puncak aheolar di maksila dan mandibula daerah anterior
maupun posterior dakam satu film khisus. Radiografi ini juga dapat digunakan untuk
mengetahui status jaringan periodontal dan juga untuk melihat kakulus pada
interproksimal. Radiografi bitewing tidak menggumkan pegangan film melainkan
dengan cara pasien menggigit sayap film untuk stabilisasi film di dakm rongga mulut.
Radiografi bitewing ebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang interproksimal
dari pada radiografi periapikal.
Radiografi oklusal
Teknik Oklusal Radiografi oklusal menunjukkan sebuah segmen yang relatif luas
pada bagian gigi. Radiografi ini digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila
maupun mandbula. Radiografi oklusal juga bermanfaat untuk pasien yang tidak dapat
membuka mulut secara lebar untuk radiografi periapik al. Radiografi oklusal dapat
mendeteksi adanya fraktur, cehh di palatum, dan kelainan lainnya yang terjadi pada
area luas.

Radiografi ekstraoral adalah pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan
rahang dengan film berada di luar mulut. Radiografi ekstraoral yang paling populer
dan sering dipakai adalah radiografi panoramik
Radiografi ekstraoral meliputi:
Panoramik: Radiografi panoramk adalah radiografi yang digunaka n utuk melihat
adanya fraktur pada rahang. lesi atau tumor, dan melihat keadaan gigi geigi pada masa
bercampur untuk recana perawatan ortodonti Radiografi panoramik akan
memperlihatkan gambaran radiografi keadaan gigi ge ligi maksih, mandibula, sinus
maksikari. dan sendi temporo mindibular secara menyeluruh dalam satu buah film.
Kekbihan radiografi panoramik adaah daerah yang dapat dilihat kebih uas, dosis
radiografi ebih kecil waktu pengerjaan cepat,cocok untuk pasien yang sulit membuka
mulut dan nyanan untuk pasien Kelemahan radiografi panoramik adalah pergerakan
pasien saat penyinaran akan menyu litkan pada interpretasi, hasil radiografi pada gigi
tidak spesifik.
lateral jaw: Teknik Lateral Teknik lateral digunakan untuk memeriksa tengkorak dan
tukng wajah sebagai keterangan di trauma, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak
normal Gambaran ini menunjukkan jaringan lunak rasopharyngeal, sinus paranasal,
dan palatum keras. Orthodontist menggurakan ini untuk menilai perkembangan
wajah. Teknik lateral juga digurakan pada bedah mulut untuk menetapkan perawatan
awal dan riwayat perawatannya. Teknik lateral menampakkan jaringan kunak pada
wajah yang serupa dengan gambaran tengkorak lateral.
lateral cephalometric: Teknik Cephalometri Radiografi cephabmetri adalah
radiografi yang digunakan untuk melihat hubungan gigi dengan rahang dan profil
individu serta keadaan tengkorak wajah akibat trauma penyakit dan kelainan
pertumbuhan perkembangan. Selain itu hasil radiografi ini juga memperlihatkan
jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. Pada umumnya
radiografi ini digunakan orthodontist untuk merencanakan perawatan ortodonti agar
mendapatkan gigi selaras sesuai dengan ukuran gigi dan rahang.
postero-anterior: teknik Postero-Anterior Dinamakan teknik posteroanterior karena
sinar-X menyorot melalui posterior menuju arah anterior melalui tengkorak. Teknik
ini digunakan untuk memeriksa tengkorak karena penyakit, trauma, atau
perkembangan yang tidak normal Teknik ini juga mendeteksi perubahan progresif
pada dimensi mediolateral di tengkorak, termasuk pertumbuhan yang tidak simetris.
Sebagai tambahan, teknik ini memberi visualisasi struktur wajah yang baik, termasuk
sinus frontal dan ethmoid, dan nasalfossae.
Antero-Posterior: teknik Antero-Posterior Radiografi anteroposterior adahh
radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan pada bagian depan maksila dan
mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan tulang hidung
Waters:Teknik Waters Foto Waters dilakukan dengan posisi dimana kepala
menghadap kaset, garis orbiomeatus membentuk suduk 37° dengan kaset. Sentrasi
sinar kira-kira dibawah garis interorbital. Pada foto Waters, secara ideal piramid
tulang petrosum diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris sehingga kedua sinus
maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya. Foto Waters umumnya dilakukan pada
keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat menilai daerah dinding
posterior sinus sfenoid dengan baik .

5. Pemeriksaan penunjang apa yang tepat dari skenario


-Biopsy: contohnya biopsy eksisi untuk lesi yang berdiri sendiri atau jinak. Untuk
menentukan perawatan yang tepat bila lesi jinak.
Biospsi insisi untuk lesi besar atau ganas. Memiliki resiko terlepasnya sel ganas,
prngambilan pada sebagian kecil lesi beserta jaringan sehat disekitarnya untuk
menghindari struktur penting disekitarnya
Punch biopsy untuk mendorong keluar sebagian jaringan yang dapat mewakili lesi
Needle bipsy untuk lesi fibrouseus yang dalam salah satu biopsy jarum dibagi menjadi
2: feni needle biopsy dengan jarum kecil dan halus dan core biopsy dengan jarum
yang lebih besar.
biopsy aspirasi untuk lesi yang berupa kista dan mengandung cairan.

-Mikrobiologi: Air liur dikumpulkan, lalu diencerkan dgn fosfat buffer selin, lalu
disentrifugasi.
Metode yang dilakukan :
Metode kultur : melihat mikroba apa yang menyerang
Metode PCR : untuk menentukan evaluasi / keberhasilan dari terapi

-Pemeriksaan darah: pemeriksaan Hematocrit (Mikro dan Makro), eritrosit (Bilik


Hitung Improved Neubaur), leukosit, hemoglobin (dengan hemoglobulinometer
sahli), indeks eritrosit, dan trombosit. Ada tambahan berupa leukosit diferensial, yang
berisi : neutrophil, basophil, eusinofil, limfosit dan monosit
Neutrofil : mencegah akumulasi bakteri dari poket periodontal, pada penderita DM
mengalami perubahan fungsi pada neutrophil
HB normal :
Perempuan : 12 – 14 gr/dl
Laki” : 14 – 16 gr/dl
Eritrosit normal :
4 – 6 juta/mm3
Perempuan : 4,5 – 5 juta/mm3
Laki” : 5 – 5,5 juta/mm3
1. Pemeriksaaan darah rutin yang diperiksa ada hb, eritrosit , leukosi ,hematokrit,
trombosit, dan indeks eritrosit
2. Pemeriksaan darah lengkap meliputi pdr,leukosit differensial meliputi
neutrofil,basofil,eusinofil,limfotit dan monosit untuk membedakan
diagnosis,mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinis pasien,mengevalusi
efektifitas perawatan dan mereaksi obat .

-Pemeriksaan glukosa: ada 2 tahap yaitu


Tes gula darah puasapemeriksaan yang mewajibkan untuk berpuasa kurang lebih 8
jam. Kadar gula darah normal:
Normal: <100 mg/dl
Prediabet: 100-125 mg/dl
Diabet: 126 mg/dl atau lebih
b. Tes gula darah 2 jam posprandial (PP)pemeriksaan lanjutan, pasien
diperbolehkan makan dan minum seperti biasa, kemudian selang waktu 2 jam
dilakukan pemeriksaan. Kadar normal pemeriksaan ini:
Normal: <140 mg/dl
Prediabet: 140-199 mg/dl
Diabet: 200 mg/dl atau lebih

Pemeriksaan Kadar Gula darah : Nilai Normalnya 70 – 100 mg/dl.


Penderita DM:
-Pemeriksaan asam urat serum : 2 – 8 mg/dl (normal)
-Pemeriksaan kolesterol serum : <300 mg/dl (normal)

-Pemeriksaan utama pada periodontitis:


1. teknik perkusi Teknik perkusi
Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah : nyeri
terhadap pukulan (tenderness to percussion). Perkusi dilakukan dengan cara memberi
pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas
pukulan ditingkatkan. Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-
oklusal menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi
yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan
kelainan di periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan periodontal. Gigi
yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan
2. Teknik auskultasi: Pemeriksaan terhadap bunyi (redup/dull dan nyaring/solid
metalic). Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda.
Pada gigi yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic
sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa
disertai dengan kelainan periapikal juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring
dikarenakan resonansi di dalam kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada gigi yang
menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound)
dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul
(dull sound) karena terlindungi oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan
menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal (Miloro, 2004).
3. teknik probing: Probing merupakan pemeriksaan menggunakan alat instrimen
tertentu. Untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan alat
berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke dalam attached
gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit
(Grossman, dkk, 1995).
Sonde untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal. Nyeri yang diakibatkan sondasi
pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak
memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa terbuka,
maka menunjukkan gigi tersebut nonvital (Tarigan, 1994).
4. Tes mobilitas-depresibilitas
Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada
alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam
soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan
menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status
periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan.
Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua
apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah
dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke
segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke
arah vertikal dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan Cohen,
1994).
5. Tes vitalitas termal: Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi
panas dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
(Grossman, dkk, 1995).
-tes dingin, menggunakan etil klorida, salju karbon dioksida, refigeran (-50 derajat).
gigi di isolasi dengan cotton roll atau rubber dam kemudian dikeringkan. etil atau
refigeran disemprotkan pd cotton pellet dan diletakkan pd 1/3 servical gigi. jika ada
nyeri maka gigi vital dan sebaliknya
-tes panas, jarang dilakukan karena bisa sebabkan vasodilatasi jika stimulus yg
diberikan berlebihan. menggunakan gutta perca panas, compound panas, alat touch
heat. diletakkan pd okluso bukal hingga servical. jika nyeri berarti gigi vital dan
sebaliknya
-tes kavitas, melubangi gigi hingga terasa respon nyeri
- tes jarum miller, memasukkan jarum miller . jika tidak ada respon berarti gigi non
vital dan sebaliknya
-tes elektris menggunakan epl (electric pulp tester) untuk stimulasi saraf. dilakukan di
jar keras yaitu gihi pd bukal atau labial. sebelumnya gigi dibersihkan dan diberikan
konduktor (pasta gigi)
6. Pemeriksaan urin: penderita DM digunakan untuk memeriksa kadar glukosa dalam
urin, memeriksa tes keton di dalam urin biasanya terdeteksi pada DM tipe 1.

6. apa hubungan tekanan darah yang menghasilkan 160/100mmHg dan adanya


riwayat dm 2 dengan keluhan pasien
-DM akan meningkatkan jumlah cairan dalam tubuh di dalam tubuh yang cenderung
meningkatkan tekanan darah
-Pada DM terjadi perubahan di dalam tubuh saat memproduksi insulin yang
menyebabkan tekanan darah tinggi
-DM tipe 2 memeliki insulin dalam jumlah normal atau lebih. Reseptor dari insulin
yang tugasnya mengantarkan resetor jadi kekurangan reseptor dalam insulin.
hubungan hipertensi dgn DM : ketika sudah terjadi inflamasi krn insulin resisten
(menyerang penyakitnya) ataupun sebaliknya. Ketika kadar gula darah mningkat
konsistensi akan mengental, dan ketika di pembuluh darah maka alirannya akan lebih
susah mengalir karena kental tsb, maka pem buluh darah akan bekerja menyesuaikan
kondisi keadaan darah dalam tubuh, sehingga menyebabkan jantung secara otomatis
juga memompa lebih keras lagi dan bekerja lebih berat dari kondisi darah normal 
hipertensi
• dm bisa hipertensi : penyebab hipertensi adalah karena jaringan tidak mendapat
glukosa yang cukup sehingga glukosa terakumulasi di darah. Untuk organ ginjal
sendiri bertugas untuk menyaring darah, ketika ginjal menyaring glukosa, dia
memerlukan kerja yg lebih ekstra juga, karena bekerja terlalu keras makan dia akan
rusak, dan tidak bisa mempertahankan tekanan darah sehingga menyebabkan naiknya
tekanan darah atau hipertensi.
Tekanan darah Menurut WHO :

7. Arti dari kedalaman pulpa gigi 46, jika ada peradangan akan menuju
kemana?
Pada gigi 46 ada kedalaman karies sampai pulpa. Peradangan menjalar ke akar.
Patogenesis:
Karies superficial -->Karies pulpa -->Pengiriman sel imun (PMN) -->defect
neutrophil karena perubahan metabolism -->aktivasi respon imun (CD 8)--> jaringan
pulpa hancur dan membentu suatu jaringan nekrotik -->pus pada pulpa -->nekrosis
pulpa -->bakteri masuk ke saluran akar -->keluar ke jaringan periapical melalui
foramen -->respon imun pada jaringan periapical (infiltrasi neutrophil, peningkatan
osteoclast) -->nyeri saat menggigit / saat diperkusi, periapicalnya radiolusen, secara
histologis terdapat sel neutrophil

• Bakteri streptokokus menyebabkan karies di email lalu sampai pulpa, adanya


bakteri perphyromonas gingivalis pada saat nekrosis pulpa. Diperkusi (+) karena
infeksi ligament periodontal
• Control gula darah buruk menyebabkan sulitnya penyembuhan tanda dan gejala
pada periodontitis periapical. Tanda dan gejala semakin buruk. DM cenderung
meningkatkan suseptibilitas terjadiny infeksi. serta menurunkan efektivitas sel2 yg
membunuh bakteri. peningkatan inflamasu disebabkan adanya kadar level mediator
inflamator di gcf pada kantong periodontal. periodontitis dihubungkan dengan
meningkatnya tnf alfa yg menyebabkan terbunuhnya sel2 yg memperbaiki tulang dan
jar ikat

8. Apa saja manifestasi dari DM pada kondisi di rongga mulut


-Xerostomia atau mulut kering: diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan
penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek
self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan
dan kotoran dari dalam mulut.penderita diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria,
dimana penderita banyak buang air kecil sehingga cairan di dalam tubuh berkurang
yang dapat mengakibatkan jumlah saliva berkurang dan mulut terasa kering,
menyebabkan mikroorganisme
-Gingivitis dan periodontitis : radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).
Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya
pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi,
Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan
hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih
berat.
-Stomatitis : Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan
lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini
disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah
dan air liur penderita diabetes.
-Oral trush : Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk
memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Oral
thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh jamur,
sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes Melites
kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik
dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur
candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush.
-Dental caries : Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi dari karies.
Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran cairan darah mengandung
banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. Karies gigi dapat terjadi
karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan waktu. Pada penderita
Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang sehingga makanan
melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan
karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak
langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.
- alveolar osteitis: nyeri akibat peradangan tulang yang disebabkan oleh penurunan
tingkat hormon tulang anabolik yang disebut osteokalsim. Biasanya nyeri setelah
cabut gigi atau bedah mulut.
- sialadenosis diabetik: pembengkak pada kelenjar saliva parotid.
- terbentuk age sifatnya irreverible. Senyawa kimia dari glukosa.
-rasa mulut terbakar: Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa terbakar
atau mati rasa pada mulutnya. Biasanya, penderita diabetes juga dapat mengalami
mati rasa pada bagian wajah.
Khas penderita dm: bau mulut, penderita DM memiliki kandungan glukosa yang
tinggi pada salivanya, glukosa tinggi pada saliva menjadi tempat berkembang biak
yang nyaman bagi bakteri seperti streptococcus mutans kemudian menyebabkan
kondisi rongga mulut menjadi bersifat asam. sifat asam mempercepat demineralisasi
dan menghambat remineralisasi gigi sehingga rentan menyebabkan terjadinya karies
gigi.

9. Apa saja yang perlu diperhatikan saat perawatan dan pemeriksaan kondisi
pasien DM
-Yang harus diperhatikan pengecekan kadar gula dalam darah seperti TTV GCU.
Penanganan dengan kontrol gula darah akan memnetukan keberhasilan klinis.
Penanganan ataupun pengawasan penderita diabetes dengan kontrol kadar
gula darah akan mempengaruhi keberhasilan perbaikan klinis. Kadar glukosa darah
pada penderita Diabetes Mellitus yang terkontrol baik akan menurunkan terjadinya
infeksi. Jadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan penyakit periodontal
pada penderita Diabetes Mellitus dengan men-gendalikan kadar glukosa darah.
Semakin rendah kadar gula darah pada penderita Dbetes Mellitus makin baik kondisi
jaringan periodontalnya.
-Dokter meminimalisir perawatan yang menyebabkan luka.
- edukasi diabetes dilakukan dengan pelatihan. Edukasi
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan serta
keterampilan diabetisi yang bertujuan menunjang perubahan perilaku. Dengan
edukasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pasien akan penyakit diabetes
yang dideritanya, seperti bagaimana mengelola penyakit dan komplikasi yang dapat
terjadi bila pasien tidak mengelola penyakitnya dengan baik.
-Perencanaan Makanan
Tujuan umum dari terapi gizi adalah membantu pasien diabetes memperbaiki
kebiasaan gizinya dan ditujukan pada pengendalian gula darah, lemak serta hipertensi.
-Kegiatan Jasmani
Manfaat kegiatan jasmani (olahraga) pada pasien diabetes adalah pengaturan kadar
gula darah, menurunkan berat badan dan lemak tubuh serta menjaga kebugaran.
Frekuensi : jumlah olahraga per minggu ( teratur 3-5 kali per minggu)
Intensitas : ringan dan sedang (60%-70% maximal heart race /MHR ). Cara
menghitung (MHR): 220- umur.
Waktu : 30-60 menit
Jenis : aerobik ( jalan,jogging, berenang, bersepeda)
Pengelolaan Farmakologis
Pemilihan obat diabetes mellitus bersifat individual, artinya disesuaikan dengan
kondisi metabolik pasien.
-P.G.D.M (Pemeriksaan Gula Darah Mandiri)
PGDM bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar gula darah, panduan dalam
penggunaan obat-obatan maupun pola hidup dan pola makan penderita diabetes.

10. Apa efek penyakit periodontal pada pasien DM


Kolonisasi bakteri--> inflamasi pada jaringan periodontal-->  meningkatkan kadar
sitokin --> resistensi insulin--> control gula darah sulit.
- pasien DM imun buruk efeknya seperti ada penyakit lesi penyembuhannya lebih
sulit
- peningkatan kadar gula daalam darah pada dm menyebabkan komplikasi berupa
mikrovaskular yang ditandai dengan peningkatan AGE pada plasma dan jaringan
-Efek dari penderita DM yang mempunyai penyakit periodontal memiliki
resiko 3x lebih mudah terkena penyakit jantung
- periodontitis apikal salah satu faktor yg terlibat dalam DM tipe 2.
periodontitis apikal dapat menyebabkan atau mengabadikan peningkatan
status peradangan sistemik kronis, berkontribusi terhadap peningkatan
resistensi insulin dan kontrol glikemik yang buruk. PA dapat perrlahan
sembuh pada dm terkontrol dan pada penderita dm tidak terkontrol tidak
menunjukan kesembuhan
- Ada pengaruh yang signifikan dari perawatan periodontal terhadap
peningkatan HbA1c pada pasien diabetes.
Pemeriksaan atau tes HbA1C (A1C) adalah tes darah yang digunakan untuk
mendiagnosis penyakit diabetes tipe 1 dan tipe 2, serta mengevaluasi
efektivitas terapi diabetes. Pemeriksaan HbA1C dilakukan dengan mengukur
persentase hemoglobin (protein di sel darah merah yang membawa oksigen)
yang terlapisi oleh gula
-pasien dm --> gangguan pembuluh darah--> gangguan distribusi nutrisi dan
oksigen pada jaringan periodontal-->bakteri negative anaerob menjadi lebih
pathogen--> mempengaruhi pembuangan sisa metabolism dalam jaringan
periodontal--> toksikasi pd jaringan periodontal dan gingiva

11. Apa saja yang perlu diperhatikan saat perawatan dan pemeriksaan pasien
hipertensi
- memeriksa kondisi tekanan darah jika pasien ingin cabut gigi tapi hipertensi maka
akan bahaya nantinya bisa terjadi syok. Harus diturunkan dulu tekanan darahnya.
- pemeriksaan gula darah
- Apabila ada kolonisasi bakteri akan menjadi inflamasi pada jar. Periodontal yang
akan meningkatkan kadar sitokin (protein yg dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh)
 resistensi insulin, kondisi ketika sel tubuh tidak dpt menggunkan gula darah
dengan baik karen aterganggunya respon sel tubuh terhadap insulin  kontrol gula
darah sulit
- Efek dri penderita DM yang mpy penyakit periodontal memiliki resiko 3 kali
lebih mudah terkena penyekit jantung.
- Terbentuk AGE(senyawa kimia dri glukosa sifatnya irreversible, terbentuk pelan
tapi continue) , penimbunan Age terjadi pada plasma dan jaringan, termasuk jaringan
gingiva pada penderita DM, sel2 di dlm tubuh (seperti endotelial) punya reseptor di
permukaan utk menangkap AGE  menyebabkan terjadinya lesi vaskuler, trombosis,
dan vasokontriksi pada penderita DM, (-)kontrol gula darah akan meningkatkan
pembentukan AGE dan menginduksi stress oksidan pada gingival sehingga
memperparah jaringan periodontal.

12. Apa diagnosis yang dialami pasien pada skenario


-Periodontitis apikal kronik.
-nekrosis pulpa disertai perodontitis apikal.

Anda mungkin juga menyukai