4.1. Hubungan sifat kimia tanah gambut terhadap jarak dari Sungai
Kahayan.
4.1.1. pH Tanah
Pada umumnya, hara mudah diserap akar pada pH sekitar netral karena
pada pH tersebut, hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam ditemukan
unsur-unsur beracun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan kelarutan
unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu dan Co) pada jumlah yang besar sehingga bersifat
toksik bagi tanaman, sedangkan Mo akan bersifat racun pada pH yang terlalu
alkalin. Selain itu, pH tanah juga menentukan perkembangan dan populasi
mikroba tanah. Bakteri dan jamur yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan
berkembang biak pada pH>5,5 apabila pH tanah terlalu rendah maka akan
terhambat aktivitasnya (Munawar, 2011). Hasil analisis di laboratorium, diperoleh
pH tanah gambut pada berbagai transek sebagai yang tersaji pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data pH Tanah Masing-masing Sampel.
Titik Sampel Transet Lapisan Tanah pH
M1 4,95
T1 U1 M2 459
M3 4,06
M1 5,12
T2 U1 M2 4,31
M3 3,76
M1 4,86
T3 U1 M2 4,32
M3 3,74
M1 4,99
T1 U2 M2 4,82
M3 4,42
M1 5,01
T2 U2 M2 4,21
M3 3,92
M1 4,69
T3 U2 M2 4,67
M3 4,18
Keterangan : (T = Titik Sampel,U = Transet, M = Lapisan Tanah)
Sesuai dengan Tabel 4.1 di atas, nilai pH tanah pada berbagai transek
memiliki nilai pH tanah yang berbeda dari titik sampel yang pertama sampai ke titik
sampel yang ketiga. Jika di bandingkan dengan hasil uji pH, transek pertama pada
lapisan M1 sampai lapisan M3 mengalami penurunan pH, demikian juga pada titik
sampe kedua dan ketiga untuk lapisan M1 sampai lapisan M3 juga mengalami
penurunan pH. Untuk transek kedua, tidak jauh berbeda dengan transek pertama,
yakni setiap lapisan pada masing-masing titik sampel juga mengalami penurun pH.
Hubungan faktor jarak dari sungai dengan pH gambut berpengaruh terhadap tingginya
pH tanah tersebut, diduga bahwa lapisan mineral dibawah lapisan gambut dapat
memberikan makna terhadap pH gambut. Hal tersebut juga sejalan dengan adanya
kegiatan perombakan bahan organik pembentuk tanah oleh mikroorganisme
pengurai. Bahan organik yang telah mengalami dekom- posisi mempunyai gugus
reaktif karboksil dan fenol yang bersifat sebagai asam lemah. Diperkirakan 85-
95% sumber kemasaman tanah gambut disebabkan karena kedua gugus karboksil
dan fenol tersebut (Miller dan Donahue, 1990).
Rata-rata pH
4.8 4.74
4.7
4.6 4.53 4.51
4.5 Rata-rata pH
4.4 4.38
4.4 4.31
4.3
4.2
4.1
4
Gambar 4.1 Rata-rata pH Tanah
Terlihat pada Tabel 4.2, bahwa rata-rata nilai C- Organik terendah terdapat
pada lapisan tanah M1 pada masing - masing titik sampel pada kedua transek kemudian di ikuti
pada lapisan tanah M2 dan lapisan tanah M3, hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya fraksi
bahan organik pembentuk tanah. Fraksi organik pada tanah gambut terdiri dari
senyawa-senyawa humat sekitar 10% hingga 20% dan sebagian besar lainnya
adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein,
dan senyawa lainnya (Agus dan Subakti, 2008).
Rata-rata C – Organik (%)
25 23.11
20.52 20.46
20
17.69
16.53
14.85 Rata-rata C – Organik (%)
15
10
58.00 57.13
56.00 Rata-rata KTK
54.00 53.12
51.99
52.00
50.00
48.00
46.00
Berdasarkan pada Gambar 4.3 rata –rata KTK tertinngi pada U1T1 sebesar
(60,40 me/100 g) dan rata – rata KTK terendah U1T3 sebesar (51,99 me/100 g).
Faktor menyebabkan perubahan nilai KTK tanah gambut adalah adanya
perubahan pH tanah, temperatur dan tingkat kematangan gambut. Perlakuan
tambahan pada lahan gambut seperti pemberian pupuk dan amelioran akan
berpengaruh pada pH tanah gambut yang terbentuk dari gugus karboksil dan
hidroksil, sehingga secara otomatis akan mempengaruhi KTK tanah.
4.1.4. Basa-basa yang Dapat Ditukar
Basa-basa yang dapat ditukar antara lain adalah Ca, K, Mg dan Na. Sesuai
dengan analisis yang dilakukan, tersaji hasil basa-basa yang dapat ditukar pada
berbagai transek pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Tabel Nilai Kapasitas Tukar Kation
Titik Lapisan Basa Dapat Ditukar
Transet
Sampel Tanah Ca - dd K - dd Mg – dd Na – dd
M1 3,99 0,05 2,30 0,09
T1 U1 M2 4,03 0,09 2,11 0,04
M3 13,95 0,20 2,45 0,39
M1 2,91 0,11 1,29 0,06
T2 U1 M2 6,26 0,12 2,08 0,09
M3 2,43 0,05 1,78 0,08
M1 3,00 0,09 1,34 0,09
T3 U1 M2 3,40 0,08 1,65 0,12
M3 0,41 0,01 0,54 0,12
M1 7,03 0,07 2,35 0,07
T1 U2 M2 5,73 0,06 2,16 0,06
M3 12,04 0,16 2,56 0,05
M1 3,46 0,11 1,63 0,06
T2 U2 M2 0,99 0,07 1,50 0,06
M3 2,09 0,06 1,70 0,01
M1 2,58 0,07 1,27 0,12
T3 U2 M2 3,82 0,08 1,75 0,08
M3 3,94 0,07 1,01 0,11
Keterangan : (T = Titik Sampel,U = Transek, M = Lapisan Tanah)
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai Ca-dd tertinggi ter- dapat pada T1U1M3 yaitu
sebesar 13,95 dan yang terendah terdapat pada T2U2M2 sebesar 0,99. Nilai K-dd
tertinggi terdapat pada T1U1M3 sebesar 0,20 dan yang terendah pada T3U1M3
sebesar 0,01. Nilai Mg-dd tertinggi pada T1U2M3 sebesar 2,56 dan terendah pada
T3U1M3 sebesar 0,54.. Nilai Na-dd tertinggi terdapat pada T1U1M3 sebesar 0,39 dan
yang terendah terdapat pada T2U2M3 sebesar 0,01.
Berdasarkan data secara keseluruhan, nilai basa-basa yang dapat ditukar
pada lahan gambut di berbagai transek tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh
reaksi masam kuat akibat pelapukan bahan organik yang terjadi pada tanah gambut.
Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mempunyai gugus reaktif
karboksil dan fenol yang bersifat sebagai sumber kemasaman (Rossie WN, et al.,
2012).
Rata-rata Basa dapat dipertukarkan
9
8
7 Rata-rata Basa dapat
dipertukarkan
6 Ca - dd
5 K - dd
Mg - dd
4
Na - dd
3
2
1
0
U1 U2
Gambar 4.4 Rata-rata Basa dapat Dipertukarkan
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.5, nilai kejenuhan basa
terbesar terdapat pada T2U1M2 yaitu sebesar (19,65%), diikuti oleh T1U2M1 sebesar
(26,92%), dan nilai kejenuhan basa terendah terdapat pada T3U1M3 sebesar
(1,17%) diikuti oleh T2U2M3 sebesar (4,00%).
Semakin tebal gambut, kandungan abu semakin rendah, kandungan Ca dan
Mg menurun dan reaksi tanah menjadi lebih masam (Driessen dan
Soepraptohardjo, 1974). Kandungan basa-basa yang rendah disertai dengan nilai
kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi menyebabkan ketersediaan basa-basa
menjadi rendah. Rendahnya kandungan basa-basa pada gambut pedalaman
berhubungan erat dengan proses pembentukannya yang lebih banyak dipengaruhi
oleh air hujan (Leiwakabessy, 1978). Kejenuhan basa (KB) tanah gambut
pedalaman pada umumnya sangat rendah. Tanah gambut pedalaman
Berengbengkel Kalimantan Tengah mempunyai nilai KB < 100% ( Tim Institut
Pertanian Bogor, 1974).
Rata-rata Kejenuhan Basa (%)
25
19.64
20
16.15
Rata-rata Kejenuhan Basa
15 (%)
11.85 11.79
10.87
10 8.51
Berdasarkan pada Gambar 4.5 rata –rata KB tertinngi pada U2T1 sebesar
(19,64%) dan rata – rata KB terendah terdapat pada U2T2 sebesar (8,51%).
Tingkat kejenuhan basa suatu tanah mempengaruhi kation tanah. Hal ini terjadi
karena ada interaksi antara partikel kapur dengan partikel bahanorganik hasil dari
dekomposisi oleh mikroorganisme. Partikel organik yang semula dipengaruhioleh
H+ digantikan oleh Ca+ (Anonimous, 2002). Nilai KB berhubungan erat dengan
pH dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan
meningkat dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation terjerab bagi
tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah
berkisar 50%-80% tergolong mempunyai kesuburan sedang dan dikatakan tidak
subur jika kurang dari 50% (Tan, 1991).
4.1.6. Kadar Hara
Ketersediaan unsur hara N, P dan K memegang peranan dalam tingkat
produktivitas tanah. Ketersediaan unsur hara ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu
faktor bawaan dan faktor dinamik. Faktor bawaan adalah bahan induk tanah, yang
berpengaruh terhadap ordo tanah. Kadar hara yang dianalisis di laboratorium
diantaranya adalah yang termasuk unsur hara makro seperti Nitrogen (N) dan
Phospor (P). Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil kadar hara N, dan
P yang tersaji pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kadar Hara Makro
Titik Sampel Transek Lapisan Tanah N (%) P ( ppm)
M1 0,51 25,62
T1 U1 M2 0,54 42,57
M3 0,66 89,11
M1 0,73 11,43
T2 U1 M2 0,64 14,10
M3 0,57 66,57
M1 0,26 19,98
T3 U1 M2 0,32 14,47
M3 0,57 145,93
M1 0,25 20,94
T1 U2 M2 0,31 47,17
M3 0,71 73,73
M1 0,25 17,05
T2 U2 M2 0,57 38,94
M3 0,65 86,24
M1 0,25 9,15
T3 U2 M2 0,48 13,36
M3 0,78 78,95
Keterangan : (T = Titik Sampel,U = Transek, M = Lapisan Tanah)
Berdasarkan data pada tabel 4.6, terlihat bahwa Nilai unsur hara makro N
terbesar terdapat pada T3U2M3 sebesar (0,78 %) dan yang terkecil terdapat pada
T1U2M1, T2U2M1, dan T3U2M1 yaitu sebesar (0,25%). Nilai unsur hara makro
P terbesar terdapat pada T3U1M3 sebesar (145,93 ppm) dan yang terkecil terdapat
pada T3U2M1 yaitu sebesar (9,15 ppm).
Rata-rata Kadar Unsur Hara Makro (%)
0.70 0.65
0.60 0.57
0.51 0.49 0.50
0.50
Rata-rata Kadar Unsur Hara
0.40 0.38 Makro (%)
0.30
0.20
0.10
0.00
Gambar 4.6. Rata-rata Kadar Unsur Hara Makro N
Berdasarkan pada Gambar 4.6 rata –rata kadar unsur hara makro N
tertinngi pada U1T2 sebesar (0,65%) dan rata – rata kadar unsur hara makro N
terendah terdapat pada U1T3 sebesar (0,38%). Hutan alam memiliki kadar N
tanah sebesar 0,30%. Rata-rata kadar hara makro N tanah gambut tergolong
sangat rendah, hal ini disebabkan oleh N pada tanah gambut ber- bentuk N-
organik sehingga perbandingan C/ N relatif tinggi pada saat dilakukan analisis N-
Total.
Dari hasil penelitian pada Tabel 4.7 menunjukkan titik-titik pengamatan yang
berjarak sama dengan sungai menunjukkan perbedaan ketebalan, seperti pada transek
(U1) titik-titik dengan jarak berbagai jarak dari sungai masing-masing ketebalan gambut
berturut-turut adalah 2,3 ; 2,8 ; 2,1 ; 4,2 ; dan 2,7 m atau terdapat perbedaan ketebalan 20-
60 cm. Selanjutnya transek kedua (U2) titik-titik pengamatan yang berjarak dari sungai
masing –masing ketebalan gambut berturut-turut adalah adalah 2,5 ; 3,6 ; 2,7 ; 3,9 ; dan
4,4 m juga terdapat perbedaan ketebalan 20-50 cm. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa jarak dari sungai tidak menentukan ketebalan gambut. Perbedaan
ketebalan diduga disebabkan oleh kerapatan hutan yang berbeda sehingga menyebabkan
akumulasi bahan organik gambut juga berbeda, Akumulasi bahan organikpada tanah
gambut berasal dari sisa tumbuhan atau jatuhan serasah daun, ranting, cabang, batang
atau bunga dan buah. Faktor lainnya diduga lapisan tanah mineral yang berada di bawah
lapisan tanah gambut tidak beraturan atau bergelombang dalam hal ini memerlukan
penelitian lebih lanjut. Menurut (Page et al. 1999) kawasan DAS Kahayan merupakan
ekosistem hutan alam gambut yang proses pembentukannya merupakan hasil keterkaitan
antara faktor geologis, topografis, iklim dan vegetasi. Ketebalan gambut dapat
mencerminkan bagaimana proses pembentukan gambut terjadi. Menurut (Radjagukguk
2000), gambut terbentuk dari bahan organik tumbuhan yang terdekomposisi secara
anaerob, laju penambahan bahan organik lebih cepat daripada laju dekomposisinya.
Penumpukan bahan organik yang terus menerus sehingga akan membentuk lapisan-
lapisan gambut yang akan menentukan ketebalan gambut di wilayah tersebut.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sifat kimia memberikan hasil yang bervariasi, hal ini disebabkan oleh tingkat
kema- tangan gambut yang bervariasi pada setiap transek. Perubahan sifat kimia
yang terjadi belum terdapat pelanggaran berdasarkan pada undang undang yang
dibuat oleh pemerintah pada pp No 25 Tahun 2000 tentang kriteria kerusakan
gambut dan Peraturan Pemerintah
Distribusi ketebalan gambut menunjukkan keragaman berkisar dari 2,3 –
4,4 m, ketebalan gambut termasuk dalam katagori sangat dalam. Makin jauh jarak
dari sungai tidak menentukan ketebalan gambut, ketebalan tertinggi 4,4 m
berjarak 4 km, sedangkan ketebalan gambut terendah 2,3 m berjarak 250 m dari
sungai. Jarak dari sungai tidak menentukan ketebalan gambut. Perbedaan ketebalan
diduga disebabkan oleh kerapatan hutan yang berbeda sehingga menyebabkan akumulasi
bahan organik gambut juga berbeda, Akumulasi bahan organik pada tanah gambut berasal
dari sisa tumbuhan atau jatuhan serasah daun, ranting, cabang, batang atau bunga dan
buah.