Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV YAPIS MERAUKE

YULI ASTUTI
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Musamus Merauke
E-mail:

SUNARNI
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Musamus Merauke
E-mail: sunarni.ardi@yahoo.com

Abstrak
Melalui penerapan model pembelajaran kontekstual diharapkan mampu mengubah
cara belajar siswa yang selama ini lebih banyak menunggu informasi dari guru ke
pembelajaran yang lebih melibatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA. Tujuan penelitian
adalah mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar
IPA tentang energi dan penggunaannya pada siswa kelas IV SD Yapis I Merauke tahun
ajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen (one group pretest posttest
design). Teknik mengumpulan data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, Besarnya
peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung menggunakan rumus Gain
Ternormalisasi. Berdasarkan hasil eksperimen maka terdapat pengaruh terhadap hasil
belajar IPA tentang energi dan penggunaanya pada siswa kelas IV SD Yapis 1
Merauke dalam model pembelajaran kontekstual
Kata Kunci: Model Pembelajaran kontekstual, hasil belajar

THE EFFECT OF CONTEXTUAL TEACHING-LEARNING MODEL ON STUDENT ACADEMIC


ACHIEVEMENT (CASE STUDY ON NATURAL SCIENCE SUBJECT AT
FOURTH GRADE OF Yapis ELEMENTARY SCHOOL)

Absrtract: Through the application of contextual learning model it is expected to


change the way of the student learning that is just waiting for information from the teachers
to learning more liveliness involve students in learning natural science. The purpose of this
research is to describe the influence of contextual learning model towards student’s natural
science achievement and its use at grade IV students of YAPIS Merauke academic year
2014/2015. This research is an experiment (one group pretest posttest design). The technique
used in this research is quantitative and qualitative data, the amount of improvement before
and after the study was calculated using the formula Gain normalized. Based on the
experimental results, there are the influences of the achievement of natural science about
energy and its use in the fourth grade students Yapis 1 Merauke in contextual learning
model.
Keywords: Contextual learning model, achievement

287
MAGISTRA Volume 2 Nomor3, Juli 2015

PENDAHULUAN penggunaannya masih belum maksimal.


Keberhasilan pembangunan di era Sebanyak 14 orang dari 35 siswa
global ini ditentukan oleh kualitas sumber memperoleh nilai dibawah Kriteria
daya manusia yang kompetitif dan ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
berkualitas. Peran pendidikan sangat penting ditentukan yaitu 65. Jika dilihat secara
untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, klasikal materi IPA tentang Energi dan
damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena penggunaanya juga belum dapat dikatakan
itu pembaruan pendidikan selalu dilakukan berhasil. Karena ketuntasan secara klasikal
untuk meningkatkan kualitas pendidikan hanya mencapai 60%. Sedangkan suatu kelas
nasional. dikatakan tuntas belajarnya apabila kelas
Pendidikan dasar merupakan pondasi tersebut telah mencapai ketuntasan 85% dari
bagi jenjang pendidikan menengah dan siswa yang tuntas secara individual.
perguruan tinggi. Oleh sebab itu kualitas Menurut Komalasari (2013) model
pembelajaran di sekolah dasar harus pembelajaran adalah pendekatan, strategi,
ditingkatkan. Untuk meningkatkan kualitas metode, dan tehnik dan bahkan taktik
pembelajaran salah satunya tidak terlepas pembelajaran yang sudah terangkai menjadi
dari motivasi siswa dan kreativitas guru satu kesatuan yang utuh. Jadi, model
dalam menyajikan materi pelajaran. Melalui pembelajaran pada dasarnya merupakan
berbagai metode, alat, bahan dan model bentuk pembelajaran yang tergambar dari
pembelajaran untuk mencapai tujuan awal sampai akhir yang disajikan secara
pembelajaran yang maksimal. khas oleh guru. Ada banyak model atau
Kualitas pembelajaran yang perlu strategi pembelajaran yang dikembangkan
ditingkatkan adalah mata pelajaran IPA. dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar
Karena IPA merupakan salah satu dari tiga siswa, antara lain adalah Model
mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Pembelajaran Kontekstual, Model
Akhir Nasional (UAN). Mengingat Pembelajaran Quantum, Model
pentingnya Kualitas pembelajaran, maka Pembelajaran Kooperatif, Model
sangat diperlukan motivasi belajar siswa Pembelajaran Terpadu. Banyaknya model
terhadap materi yang diajarakan. Namun pembelajaran yang dikembangkan tidaklah
kenyataannya tidaklah demikian. Dalam berarti semua cocok untuk setiap mata
pelaksanaanya sering terjadi permasalahan pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu
dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan dipertimbangkan dalam memilih model atau
siswa kurang memahami materi yang strategi pembelajaran yaitu: (1) Tujuan
disampaikan oleh guru sehingga siswa pembelajaran yang ingin dicapai, (2) Materi
mudah jenuh, guru kurang kreatif dan lebih ajar, (3) Kondisi siswa, (4) Ketersediaan
banyak menggunakan metode ceramah serta sarana prasarana belajar.
kurangnya motivasi yang diberikan guru Pembelajaran Kontekstual adalah
kepada siswa. Sehingga menyebabkan hasil konsep belajar yang mendorong guru untuk
belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. menghubungkan antara materi yang akan
Permasalahan tersebut dialami oleh diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
guru kelas IV SD Yapis 1 Merauke. (Nurhadi, 2001). Melalui penerapan model
Berdasarkan informasi dari wali kelas IV pembelajaran kontekstual diharapkan
bahwa hasil belajar IPA tentang energi dan mampu mengubah cara belajar siswa yang
selama ini lebih banyak menunggu informasi
288
Yuli Astuti dan Sunarni, Pengaruh Model Pembelajaran Konstektual Terhadap Hasil Belajar IPA…

dari guru ke pembelajaran yang lebih dengan metode inquiri. Dalam proses
melibatkan keaktifan siswa dalam belajar pembelajaran yang dilaksanakan selama 2
IPA. kali pertemuan, peneliti membagi siswa
Tujuan penelitian adalah untuk dalam beberapa kelompok kemudian
mengetahui pengaruh model pembelajaran memberikan LKS sebagai panduan untuk
kontekstual terhadap hasil belajar IPA bekerja ilmiah. Dengan bimbingan guru dan
tentang energi dan penggunaannya pada panduan LKS setiap kelompok bekerjasama
siswa kelas IV SD Yapis I Merauke Tahun untuk mengadakan percobaan, kemudian
Ajaran 2014/2015”. mendemonstrasikan dan mempresentasikan
hasil kerjanya. Selain itu siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal
METODE PENELITIAN
yang belum dipahami terkait dengan materi
Penelitian ini menggunakan metode yang diajarkan. Sehingga siswa terlibat aktif
eksperimen yang hanya melibatkan satu kelas selama proses belajar mengajar berlangsung.
eksperimen (one group pretest posttest Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan
design) (Sudjiono, 2007). Sampel yang berasal dari guru melainkan siswa sendiri
digunakan pada penelitian ini yaitu purposive yang mengalami dan menemukan. Dengan
sampling atau sample yang disengaja, demikian pembelajaran menjadi menarik,
(Sugiono, 2011) yaitu kelas IV Yapis 1 membuat siswa menjadi lebih aktif,
Merauke yang berjumlah 35 orang yang menantang, dan pengetahuan yang diperoleh
terdiri dari 19 orang laki-laki dan 16 akan selalu melekat dan mudah diingat.
perempuan. Prosedur penelitian ini ada 3 Peran guru hanya sebagai fasilitator dan
tahap yaitu: motivator agar siswa semangat dan giat
Tahap Persiapan belajar.
Dalam tahap persiapan dimulai dari Diakhir kegiatan belajar mengajar peneliti
observasi tempat penelitian, menentukan memberikan posttest untuk melihat hasil
kelas yang dijadikan subyek penelititan yaitu setelah diberi perlakuan menggunakan
kelas IV SD Yapis 1 Merauke. Selanjutnya model pembelajaran kontekstual. Data yang
menyiapkan Silabus, penyusunan RPP dan diperoleh berupa nilai peserta didik dari
LKS, menyusun instrumen penelitian. aspek kognitif. Data yang di peroleh akan di
Kemudian melakukan uji coba instrumen analisis untuk mengetahui perbedaan antara
yang akan digunakan dilanjutkan dengan hasil belajar sebelum di beri perlakuan dan
menganalisis hasil uji coba instrumen, setelah di terapkan model pembelajaran
merefleksi dan memperbaiki instrumen yang kontekstual.
akan digunakan.
Tahap Penyelesaian
Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melakukan
Sebelum kegiatan belajar mengajar di pengolahan data dan menganalisis data hasil
mulai, peneliti mengadakan pretest untuk penelitian sampai pada penarikan
mengetahui kemampuan awal yang di miliki kesimpulan.
siswa sebelum di beri perlakuan dengan Teknik pengumpulan data penelitian
menggunakan model pembelajaran menggunakan tes tertulis dan non tes . Tes
kontekstual. Selanjutnya peneliti tertulis yang digunakan berupa soal-soal
menerapkan model pembelajaran kontekstual pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban

289
MAGISTRA Volume 2 Nomor3, Juli 2015

untuk pretest dan posttest pada kelas Keterangan :


eksperimen. Non tes dilakukan guna = Koefisien relasi biserial
memperoleh data-data mengenai seluruh = Skor rata-rata hitung dari siswa
aktivitas atau tingkah laku siswa dalam yang menjawab benar
pembelajaran. = Rata-rat skor total
Teknik analisis data melalui data hasil = Standar deviasi dari skor total
pretest dan posttest, kemudian dilanjutkan = Proporsi siswa yang menjawab
dengan analisis data untuk mengetahui benar terhadap butir tes
adanya perbedaan peningkatan perolehan = proporsi siswa yang menjawab
nilai yang di peroleh peserta didik. Besarnya salah terhadap butir tes
peningkatan sebelum dan sesudah Kemudian dikonsultasikan kepada tabel nilai
pembelajaran dihitung menggunakan rumus “r” product moment, jika hasilnya:
Gain Ternormalisasi. > r tabel maka item dinyatakan valid
(1) < r tabel maka item dinyatakan invalid

Tabel 1. Gain Ternormalisasi 1. Uji Reliabelitas


Koefisien normalisasi Uji reliabilitas dilakukan
Klasifikasi
gain menggunakan rumus yang dikemukakan
1 2 oleh Croownbac Hyot (dalam
g < 0,3 Rendah Sudjiono,2007) yaitu :
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang (3)
g ≥ 0,7 Tinggi
(Redhana, 2010) Keterangan :
= Koefisien reliabelitas tes
Suatu instrumen tes dapat dikatakan = Bilangan konstan
baik jika memiliki beberapa persyaratan = Mean kwadrat interaksi antar
yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda testee dan item
dan tingkat kesukaran. Menurut Sudjiono, = Mean kwadrat antar subyek
(2007) untuk uji instrumen tes yang berupa Kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan
soal obyektif validitas, reliabilitas, daya “r” tabel pada product moment, jika :
pembeda dan tingkat kesukaran digunakan r11 > r tabel maka item soal dinyatakan
rumus-rumus sebagai berikut : reliable
Uji Validitas
Suatu tes dapat dikatakan Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
mempunyai validitas tinggi apabila tes Untuk menguji tingkat kesukaran
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau butir soal digunakan rumus :
memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat (4)
sesuai dengan maksud tes tersebut. Untuk Keterangan :
mengukur validitas tes obyektif digunakan = Tingkat kesukaran soal
rumus Korelasi Point Biserial yaitu: = Banyak siswa yang
√ (2) menjawab benar
= Banyak siswa yang
menjawab salah

290
Yuli Astuti dan Sunarni, Pengaruh Model Pembelajaran Konstektual Terhadap Hasil Belajar IPA…

Kualifikasi tingkat kesukaran sebagai berikut Teknik analisis data Kualitatif


: menggunakan lembar observasi dan angket.
P < 0,25 soal terlalu sukar Lembar observasi berisi tentang penilaian
P = 0,25 – 0,75 soal sedang/ cukup hasil mengajar guru yang melakukan
P > 0,75 soal terlalu mudah penelitian di kelas eksperimen dan penilaian
dilakukan oleh observer yakni wali kelas IV
Uji Daya Pembeda SD Yapis 1 Merauke, sedangkan angket berisi
Untuk uji daya pembeda soal tentang skala sikap diperoleh dari angket yang
digunakan rumus : diberikan pada siswa kelas IV SD Yapis 1
Merauke yang berjumlah 35 orang dengan
(5)
tujuan untuk mengetahui respon siswa
Keterangan : terhadap pembelajaran dengan kontekstual.
= Daya pembeda Angket diisi oleh siswa diakhir penelitian
= Jumlah skor kelompok atas setelah posttest.
yang menjawab benar
= Jumlah kelompok bawah yang
menjawab benar HASIL DAN PEMBAHASAN
= Jumlah skor kelompok atas Analisis Tes Hasil Belajar
= Jumlah skor kelompok bawah Setelah dilakukan pengolahan data
Klasifikasi Daya Pembeda sebagai berikut : skor pretest dan posttest pada hasil belajar
0,00 < DP > 0,20 = kurang siswa tentang energi dan penggunaannya
0,20 < DP > 0,40 = cukup/sedang dengan menggunakan rumus gain
0,40 < DP > 0,70 = Baik ternormalisasi diperoleh hasil yang dapat
0,70< DP > 1,00 = Baik sekali dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pre-test dan Posttest
No Nama Siswa Nilai pretest Nilai Posttest Gain Klasifikasi

1 2 3 4 5 6
1. A.J.H 29 53 0,34 Sedang
2. A.S.P 41 76 0,59 Sedang
3. A.P.S 24 59 0,46 Sedang
4. AG 35 76 0,63 Sedang
5. A.A 76 94 0,75 Tinggi
6. A.R 65 94 0,83 Tinggi
7. A.A.HT 41 82 0,69 Sedang
8. A.B.T.S 65 88 0,66 Sedang
9. A.Z 47 82 0,66 Sedang
10. D.K.W 59 76 0,41 Sedang
11. D.P.P 59 82 0,56 Sedang
12. D.A.W 29 65 0,50 Sedang
1 2 3 4 5 6
13. D.M 53 82 0,62 Sedang
14. F.P.Y 24 59 0,46 Sedang
15. G.A.T 53 82 0,62 Sedang
16. H.A.B 41 76 0,59 Sedang
17. I.K.D.U 65 94 0.83 Tinggi
18. I.S.A 59 94 0,85 Tinggi

291
MAGISTRA Volume 2 Nomor3, Juli 2015

19. M.S.S 12 65 0,60 Sedang


20. M.D.A 29 76 0,66 Sedang
21. M.S.R 53 76 0,49 Sedang
22. M.D.W 65 88 0,66 Sedang
23. M.F 65 94 0,83 Tinggi
24. N.R 41 82 0,69 Sedang
25. N.A.D 53 76 0,49 Sedang
26. P.V.J 41 82 0,69 Sedang
27. P.L 53 82 0.62 Sedang
28. R.A.S 47 88 0,77 Tinggi
29. R.R 59 88 0.71 Tinggi
30. R.S.A 53 88 0,74 Tinggi
31. S.A.D 41 94 0,90 Tinggi
32. S.R 59 76 0,41 Sedang
33. S.A.R 47 88 0,77 Tinggi
34. V.D.S.R 53 82 0,62 Sedang
35. Y.K 41 82 0,69 Sedang
Jumlah 1677 2821
0,63 Sedang
Rata-rata 47,91 80,60

Berdasarkan hasil rekapitulasi (KKM) sebanyak 32 orang atau 91%, siswa


menggunakan rumus Gain Ternormalisasi yang belum mencapai KKM sebanyak 3
menyatakan siswa yang mengalami orang atau 9%. Sehingga ketuntasan secara
peningkatan hasil belajar dalam klasifikasi klasikal juga sudah tercapai karena siswa
tinggi sebanyak 10 orang atau 29%, yang tuntas melebihi 85%. Dengan demikian
klasifikasi sedang 25 orang atau 71% dan model pembelajaran kontekstual
tidak ada siswa yang masuk dalam berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
klasifikasi rendah. Jika dilihat dari rata-rata tentang energi dan penggunaannya.
keseluruhan siswa setelah di hitung
menggunakan rumus Gain Ternormalisasi
terdapat peningkatan hasil belajar 0,63
dengan klasifikasi sedang. Secara individual
siswa yang mencapai ketuntasan minimal

Analisis Hasil Observasi


Tabel 3. Hasil Observasi Pada Pertemuan Pertama
Skor
Tahap/ Aspek Indikator
1 2 3 4
Kegiatan Awal 1. Guru menggali pengetahuan awal √
Apersepsi dan motivasi siswa dan memberikan motivasi
2. Siswa memberikan respon atas
pertayaan yang diajukan guru. √
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan inti 4. Guru memberikan penjelasan umum √
Materi ajar tentang materi ajar dan prosedur
kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa
5. Materi pembelajaran ada kaitanya √
dengan realita kehidupan, lingkungan

292
Yuli Astuti dan Sunarni, Pengaruh Model Pembelajaran Konstektual Terhadap Hasil Belajar IPA…

dan pengetahuan lainya.

Pengelolaan sumber belajar/ media 6. Guru mampu dan terampil √


memanfaatkan media pembelajaran
7. Siswa mampu berinteraksi dengan
sumber belajar dan media √
pembelajaran

Strategi pembelajaran 8. Proses pembelajaran dilaksanakan √


sesuai dengan dengan perencanaan.
9. Siswa dapat mengikuti alur kegiatan
belajar yang telah direncanakan. √
10. Guru memberi arahan dan dorongan
supaya siswa berani bertanya,
berfikir,dan beraktivitas √
11. Siswa aktif melakukan kegiatan fisik
dan mental(berfikir)


Kegiatan penutup 12. Guru dan siswa melakukan refleksi √
Penguatan/ Evaluasi diakhir pembelajaran.
13. Guru memberi penguatan,
merangkum dan membuat √
kesimpulan.
14. Guru memberikan evaluasi

4 27 12

Jumlah 43

Rata-rata 3,07

Tabel 4. Hasil Observasi Pada Pertemuan Kedua


Tahap/ Aspek Indikator Skor
1 2 3 4
Kegiatan Awal 1. Guru menggali pengetahuan awal siswa √
Apersepsi dan motivasi dan memberikan motivasi
2. Siswa memberikan respon atas pertayaan
yang diajukan guru. √
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.

Kegitan inti 4. Guru memberikan penjelasan umum tentang √
Materi ajar materi ajar dan prosedur kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa
5. Materi pembelajaran ada kaitanya dengan
realita kehidupan, lingkungan dan √
pengetahuan lainya.

Pengelolaan sumber belajar/ media 6. Guru mampu dan terampil memanfaatkan √


media pembelajaran
7. Siswa mampu berinteraksi dengan sumber
belajar dan media pembelajaran √

Strategi pembelajaran 8. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai √


dengan dengan perencanaan.
9. Siswa dapat mengikuti alur kegiatan belajar
yang telah direncanakan. √
10. Guru memberi arahan dan dorongan √
supaya siswa berani bertanya, berfikir,dan
beraktivitas
11. Siswa aktif melakukan kegiatan fisik dan √
mental(berfikir)

293
MAGISTRA Volume 2 Nomor3, Juli 2015

Kegiatan penutup 12. Guru dan siswa melakukan refleksi diakhir √


Penguatan/ Evaluasi pembelajaran.
13. Guru memberi penguatan, merangkum dan
membuat kesimpulan. √
14. Guru memberikan evaluasi


18 32
Jumlah 50
Rata-rata 3,57

Berdasarkan hasil observasi Dari analisis data penelitian


diperoleh nilai rata-rata pada lembar diperoleh tiga informasi penting yaitu:
observasi yang di lakukan pada pertemuan pertama hasil belajar yang diperoleh siswa
pertama dan kedua dalam penerapan model setelah diberi perlakuan dengan
pembelajaran kontekstual adalah sebagai menggunakan model pembelajaran
berikut: kontekstual mengalami peningkatan. Jika
dilihat dari rata-rata keseluruhan siswa juga
terdapat peningkatan hasil belajar dalam
Berdasarkan nilai rata-rata 3,32 dapat klasifikasi sedang. Keberhasilan guru dalam
dikatakan bahwa dalam penerapan model mengajar juga sudah tercapai karena sudah
pembelajaran kontekstual terhadap hasil mencapai lebih dari 85% siswa dinyatakan
belajar IPA pada siswa Kelas IV SD Yapis tuntas. Kedua hasil observasi pembelajaran
Merauke menunjukkan adanya aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua
dan siswa berjalan secara efektif dan menunjukkan aktivitas guru dan siswa
berkategori “baik”. terbukti efektif dan berkategori baik.

Analisis Hasil Angket

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Angket


No Pernyataan Ya Tidak
Selama pembelajaran saya merasa senang dan termotivasi dalam
1. belajar 94% 6%
Selama pembelajaran guru lebih banyak bercerita dan memberikan
2. penjelasan. 14% 86%
Saya merasa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual ini
3. saya terlibat aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru 97% 3%
4. Saya merasa lebih mampu untuk menghubungkan materi pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari 89% 11%
5. Setelah kegiatan pembelajaran saya merasa kesulitan untuk
menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan 29% 71%
6. Selama proses pembelajaran guru tidak memberikan bimbingan kepada
siswa 3% 97%
7. Selama proses pembelajaran guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya. 97% 3%
8. Saya merasa pembagian kelompok yang dilakukan guru kurang
membantu memahami materi pelajaran 11% 89%
9. Setelah selesai pembelajaran saya merasa lebih mudah untuk
merancang eksperimen sendiri di rumah. 94% 6%
10. Saya merasa pembelajaran yang diterapkan guru masih sama dengan
cara guru mengajar materi yang lain. 9% 91%

294
Yuli Astuti dan Sunarni, Pengaruh Model Pembelajaran Konstektual Terhadap Hasil Belajar IPA…

Berdasarkan rekapitulasi hasil SIMPULAN


angket, diperoleh informasi bahwa model Setelah diberi perlakuan dengan
pembelajaran kontekstual mendapat respon menggunakan model pembelajaran
positif dari siswa. Respon dan minat siswa kontekstual, maka terdapat pengaruh
terhadap pelajaran IPA juga baik. Begitu terhadap hasil belajar IPA tentang energi dan
pula dengan respon mereka terhadap soal- penggunaanya pada siswa kelas IV A SD
soal pemahaman dan pemecahan masalah Yapis 1 Merauke.
yang diberikan. Aktivitas belajar yang baik
dan munculnya respon dan minat yang
DAFTAR PUSTAKA
positif terhadap pembelajaran kontekstual
dengan metode inkuiri menguatkan motivasi Redhana I. W, 2010. Pengaruh Model
siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran berbasis Peta
Kondisi ini juga memberikan kontribusi Argumen Terhadap Keterampilan
positif terhadap peningkatan kemampuan Berpikir Kritis SiswaPada Topik
pemahaman dan pemecahan masalah. Laju Reaksi.Jurnal Pendidikan dan
Hasil belajar yang diperoleh siswa Pengajaran, Jilid 43, Nomor 17, Juli
setelah diberi perlakuan dengan 2010, hlm. 141-148.
menggunakan model pembelajaran Komalasari, Kokom, 2013 Pembelajaran
kontekstual mengalami peningkatan. Jika Kontekstual, Konsep dan Aplikasi,
dilihat dari rata-rata keseluruhan siswa juga Bandung: Refika Aditama.
terdapat peningkatan hasil belajar dalam Mulyasa, 2007 Kurikulum Tingkat Satuan
klasifikasi sedang. Keberhasilan guru dalam Pendidikan. Bandung: PT Remaja
mengajar juga sudah tercapai karena sudah Rosdakarya.
mencapai lebih dari 85% siswa dinyatakan Mardianti, Lia, 2011. Pengaruh
tuntas. Kedua hasil observasi pembelajaran pembelajaran Kontekstual Terhadap
pada pertemuan pertama dan kedua Pemahaman Siswa Pada Konsep
menunjukan aktivtas guru dan siswa terbukti Bunyi. Skripsi UIN Syarif
efektif dan berkategori baik. Ketiga hasil Hidayatullah Jakarta.
rekapitulasi pendapat siswa melalui angket Setiawati, Desi, 2013. Pengaruh Pendekatan
menunjukan bahwa sebagian besar siswa Kontekstual Terhadap Kemampuan
menyukai model pembelajaran kontektual Koneksi Matematik Di Kelas V SDN
dengan metode inquiri. Cipocok Jaya 1 Kota Serang. Jurnal
Dengan demikian penelitian yang Vol. 1 No.1
dilaksanakan di kelas IV A SD Yapis 1 Sudjiono, Anas 2007. Pengantar Evaluasi
Merauke sebagai kelas eksperimen, telah Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
sesuai dengan hipotesis penelitan yang Persada.
menyebutkan bahwa “Terdapat pengaruh Sudjiono, Anas. 2007. Pengantar Statistik
terhadap hasil belajar IPA tentang energi dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
penggunaanya pada siswa kelas IV A SD Persada.
Yapis 1 Merauke dalam model pembelajaran Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
kontekstual.” Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

295
MAGISTRA Volume 2 Nomor3, Juli 2015

296

Anda mungkin juga menyukai