Anda di halaman 1dari 42

Tutorial II :

Bell’s Palsy
Farihani Deya
Petra Elsa
Identitas Pasien

1. Nama : Tn.M
2. Usia : 70 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Alamat : Yogyakarta
5. Pekerjaan : Buruh lepas
6. Agama : Islam

Tanggal Masuk → 5/8/2020


Anamnesis

1. Keluhan utama : Mata kanan kering karena tidak dapat menutup


sempurna
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
8 hari SMRS pasien mengeluhkan wajah perot mendadak sebelah
kanan.
3 hari SMRS pasien datang ke poliklinik saraf RS Sardjito dengan
keluhan alis kanan tidak dapat dikerutkan dan mata kanan tidak
dapat menutup sempurna
HMRS pasien datang ke poliklinik saraf RS Sardjito dengan keluhan
mata kanan kering karena tidak dapat menutup sempurna
3. Riwayat Penyakit Dahulu
→ DM (+)
→ Stroke (-)
→ Penyakit Jantung (-)
→ riwayat infeksi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
→ Hipertensi (-)
→ DM (-)
→ Stroke (-)
→ Penyakit jantung (-)
Anamnesis Sistem

• Sistem Cerebrospinal : tidak ada keluhan


• Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
• Sistem Respirasi : tidak ada keluhan
• Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
• Sistem Muskuloskeletal : wajah perot sebelah kanan
• Sistem Integumentum : tidak ada keluhan
• Sistem Urogenital : tidak ada keluhan
Riwayat Psikososial

Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis dalam batas normal
Kondisi sosial:
• Status perkawinan : sudah menikah (suami sudah meninggal)
• Tinggal dengan : sendiri
• Keluarga terdekat : anak (tinggal di bandung)
• Curiga penelantaran : -
• Kegiatan ibadah : sholat
Resume Anamnesis

Laki laki umur 70 tahun datang ke UGD dengan keluhan mata kering
wajah perot sebelah kanan. Pasien rujukan dari poli IPD dengan riwayat
DM.
Pemeriksaan Fisik

● Kondisi Umum : Baik


● GCS : E4V5M6→ compos mentis
● TD : 145/51 mmHg
● HR : 55x/menit
● RR : 20x/menit
● Suhu : 36.2 C
● SpO2 : 99%
• Kepala : normosefal, deformitas (-), discharge dari hidung dan telinga (-),
eksoftalmos (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), caries gigi (-)
• Leher : peningkatan JVP (-), Lnn tidak teraba membesar
• Dada :
→ Paru: Fremitus kanan=kiri, sonor kedua sisi paru, irama
vesicular kedua sisi paru, tidak ada suara tambahan
→ Jantung: konfigurasi dalam batas normal, S1-2 reguler, tidak
ada suara tambahan
• Abdomen : tampakan normal, suara timpani, peristaltik (+) normal, nyeri
tekan (-) hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa
• Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-)
• Vertebra : Gibbus (-), Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Neurologis
● Kesadaran : sedang, compos mentis
● GCS : E4V5M6
● Kepala : normocephal, pupil isokor Ø 3mm/3mm, RC +/+, RK +/+
Nervus Kranialis

CN Aspek yang dinilai Kanan Kiri

N.I (Olfaktori) Daya Penghiduan Normosmia Normosmia

Daya Penglihatan > 3/60 > 3/60

N.II (Optikus) Penglihatan Warna Normal Normal

Lapang Pandang Normal Normal


Ptosis - -

Gerakan mata ke medial + +

Gerakan mata ke atas + +

Gerakan mata ke bawah + +

N. III (occulomotor) Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil bulat bulat

Refleks cahaya direct + +

Refleks cahaya indirect + +

Strabismus divergen - -
N.IV (trochlear) Gerakan mata ke lateral + +
bawah

Strabismus konvergen - -

Menggigit normal normal

Membuka mulut normal normal

Sensibilitas wajah normal normal

N.V (maksilaris) Refleks kornea + +

Trismus - -

Refleks zigomatikus + +

Refleks maseter + +
N.VI (Abdusen) Gerakan mata ke lateral + +

Strabismus Konvergen - -

Diplopia - -

N.VII (Fasialis) Kerutan kulit dahi Normal Normal

Kedipan mata Normal Normal

Lipatan naso-labial Hilang Normal

Mengerutkan alis Tidak bisa Normal

Menutup mata Tidak bisa menutup Normal


sempurna

Meringis Tidak bisa meringis Normal

Menggembungkan pipi Tidak bisa menggembungkan Normal


pipi
Mendengar suara berbisik + +

Mendengar detik arloji + +


N VIII (Akustikus) Tes Rinne + +

Tes Webber Lateralisasi

Tes Schwabach Memendek Memendek

Arkus faring Simetris Simetris

Daya kecap lidah ⅓


Normal Normal
belakang
N IX (Glosofaring)
Reflek muntah + +

Sengau - -

Tersedak - -
Denyut nadi/menit 86 86
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris Simetris

Memalingkan kepala Normal Normal

Sikap bahu Simetris Simetris


CN XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu Normal Normal

Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi


Sikap lidah Simetris Simetris

Artikulasi Normal Normal


N XII (Hipoglosus)
Tremor lidah - -

Menjulurkan lidah Normal Normal


● Leher : Meningeal sign→ kaku kuduk (-), Refleks Babinski (-)
● Ekstremitas : dalam batas normal
● Sensibilitas : dalam batas normal
● Vegetatif : BAK dan BAB normal
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Atrofi otot : (-)

Gerakan Kekuatan RF RP
Bebas Bebas 5.5.5 5.5.5 +3 +3 - -

Bebas Bebas 5.5.5 5.5.5 +3 +3 - -

Clonus
- -
Diagnosis Akhir
• Diagnosis Klinis
Parese N.VII dextra LMN
• Diagnosis Topis
Lesi N.VII Perifer Dextra

• Diagnosis Etiologi
Bell’s Palsy Idiopatik
Tatalaksana

- Vitamin B1 (Thiamine) 100 mg


- Vitamin B6 (Pyridoxine) 10 mg
- Fisioterapi
Prognosis

Death : dubia ad bonam


Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad bonam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction : dubia ad bonam
Destitution : dubia ad bonam
Follow up tanggal 7/8/2020
• Pasien mengeluhkan mata kanan yang belum bisa menutup
sempurna sehingga berair terus menerus.
• Pasien tidak menebus obat yang diresepkan sebelumnya (Vitamin
B1 dan Vitamin B6)
• Tambahan resep→ tetes mata cendo
Pembahasan
Definisi Bell’s Palsy

→ paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari


paralisis fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut,
unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer), yang secara gradual
mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
Epidemiologi
Insiden Bell’s Palsy adalah sebesar 15-20 kasus dari 100.000 orang, dengan 40.000
kasus baru tiap tahunnya (Zhao H, 2017).
Tingkat kekambuhan sekitar 8-12%.
Bahkan tanpa pengobatan, 70% pasien akan mengalami resolusi komplit. Tidak
ada spesifik ras ataupun jenis kelamin, dapat menyerang semua usia, namun paling
sering ditemukan pada usia paruh baya ke atas, diatas 40 tahun.

Data yang dikumpulkan dari 4 buah rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa
frekuensi Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati.
Etiologi
1. Inflamasi nervus fasialis di ganglion
geniculata yang memungkinkan
terjadinya kompresi, iskemi serta
demyelinisasi.
Kemungkinan penyebab inflamasi→
reaktivasi virus HSV
2. Kejadian yang menyebabkan
kelumpuhan CNVII: tumor otak,
stroke, proses di leher yang menekan
daerah prosesus stylomastoid, infeksi
di tempat lain (otitis media, herpes
zoster)MG, penyakit Lyme
3. Idiopatik→ tidak ada penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Faktor
yang diduga berperan menyebabkan Bell’s palsy antara lain: sesudah
bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai,
hipertensi, stress, hiperkolesterolemi, DM, penyakit vaskuler, gangguan
imunologik, dan faktor genetik.
Faktor Resiko

- Usia lanjut→ >40 Tahun


- Wanita hamil→ Retensi cairan menyebabkan kompresi saraf atau
edema perineural
- Penderita DM→ Mikroangiopati yang mengenai vasa nervorum
- Obesitas
- Hipertensi
Patofisiologi

Kompresi bagian segmen


labyrrinthine, foramen
meatus dari canalis facialis
yang tersempit→ edema
kompresi epineural
retrograde yang ditandai
iskemia N.VII di kanal
facialis→ Inflamasi neuritis
demyelinisasi varian
mononeuritis
• Kerusakan saraf di dekat atau di
ganglion geniculatum.
• Jika lesi proksimal dari ganglion
geniculatum→ terdapat kelemahan
motorik diikuti abnormalitas
pengecapan & autonom.
• Jika lesi antara ganglion geniculatum &
chorda timpani→ tanpa gangguan
lakrimasi.
• Lesi berada pada foramen
stylomastoid→ hanya menyebabkan
paralisis wajah
Manifestasi Klinis
• Kelumpuhan wajah satu sisi
• Tidak bisa menutup mata→
mata berair
• Hilangnya lipatan nasolabial
• drooping
• Nyeri tajam pada telinga
Dan mastoid
• Kehilangan rasa di lidah ⅔
anterior di sisi yang sama
dengan lesi
• Hiperakustikus atau malah
bisa tuli, tinnitus, pusing
berputar
Pemeriksaan

● Kesadaran
● Pemeriksaan Nervus kranialis : n.VII
○ Perhatikan apakah paresis di bagian atas bawah atau hanya bagian
vawah wajah (membedakan lesi sentral)
Skala House-Brackmann

→ digunakan untuk diagnosis dan evaluasi hasil terapi

Berdasarkan skala →
pasien grade 4
Tatalaksana
Tujuan pengobatan→ memperbaiki fungsi saraf dan menurunkan
kerusakan saraf
1. Initial Treatment
• Kortikosteroid : Prednison 1 mg/kg atau 60 mg/hari selama 6 hari
• Antiviral : Asiklovir 400 mg 5 kali sehari
• NSAID : Paracetamol atau Ibuprofen
• Neurotropik : Vitamin B12 atau B6
2. Perlindungan Mata→ mengurangi corneal exposure
• Air mata artifisial pada siang hari
3. Non Farmakoterapi : Fisioterapi, kompres hangat, obat tetes mata
Pasien memiliki
riwayat DM
Edukasi

• Penjelasan mengenai penyakit agar pasien tidak cemas


• Penjelasan mengenai bagaimana melakukan latihan otot wajah
• Penjelasan mengenai bagaimana melindungi mata
Komplikasi

• Iritasi dan ulserasi kornea→ karena kesulitan menutup mata


• Synkinesis
• Crocodile tear phenomenon
Prognosis

Ad vitam : Bonam
Ad Sanantionam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam

Anda mungkin juga menyukai