Bell’s Palsy
Farihani Deya
Petra Elsa
Identitas Pasien
1. Nama : Tn.M
2. Usia : 70 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Alamat : Yogyakarta
5. Pekerjaan : Buruh lepas
6. Agama : Islam
Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis dalam batas normal
Kondisi sosial:
• Status perkawinan : sudah menikah (suami sudah meninggal)
• Tinggal dengan : sendiri
• Keluarga terdekat : anak (tinggal di bandung)
• Curiga penelantaran : -
• Kegiatan ibadah : sholat
Resume Anamnesis
Laki laki umur 70 tahun datang ke UGD dengan keluhan mata kering
wajah perot sebelah kanan. Pasien rujukan dari poli IPD dengan riwayat
DM.
Pemeriksaan Fisik
Strabismus divergen - -
N.IV (trochlear) Gerakan mata ke lateral + +
bawah
Strabismus konvergen - -
Trismus - -
Refleks zigomatikus + +
Refleks maseter + +
N.VI (Abdusen) Gerakan mata ke lateral + +
Strabismus Konvergen - -
Diplopia - -
Sengau - -
Tersedak - -
Denyut nadi/menit 86 86
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris Simetris
Gerakan Kekuatan RF RP
Bebas Bebas 5.5.5 5.5.5 +3 +3 - -
Clonus
- -
Diagnosis Akhir
• Diagnosis Klinis
Parese N.VII dextra LMN
• Diagnosis Topis
Lesi N.VII Perifer Dextra
• Diagnosis Etiologi
Bell’s Palsy Idiopatik
Tatalaksana
Data yang dikumpulkan dari 4 buah rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa
frekuensi Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati.
Etiologi
1. Inflamasi nervus fasialis di ganglion
geniculata yang memungkinkan
terjadinya kompresi, iskemi serta
demyelinisasi.
Kemungkinan penyebab inflamasi→
reaktivasi virus HSV
2. Kejadian yang menyebabkan
kelumpuhan CNVII: tumor otak,
stroke, proses di leher yang menekan
daerah prosesus stylomastoid, infeksi
di tempat lain (otitis media, herpes
zoster)MG, penyakit Lyme
3. Idiopatik→ tidak ada penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Faktor
yang diduga berperan menyebabkan Bell’s palsy antara lain: sesudah
bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai,
hipertensi, stress, hiperkolesterolemi, DM, penyakit vaskuler, gangguan
imunologik, dan faktor genetik.
Faktor Resiko
● Kesadaran
● Pemeriksaan Nervus kranialis : n.VII
○ Perhatikan apakah paresis di bagian atas bawah atau hanya bagian
vawah wajah (membedakan lesi sentral)
Skala House-Brackmann
Berdasarkan skala →
pasien grade 4
Tatalaksana
Tujuan pengobatan→ memperbaiki fungsi saraf dan menurunkan
kerusakan saraf
1. Initial Treatment
• Kortikosteroid : Prednison 1 mg/kg atau 60 mg/hari selama 6 hari
• Antiviral : Asiklovir 400 mg 5 kali sehari
• NSAID : Paracetamol atau Ibuprofen
• Neurotropik : Vitamin B12 atau B6
2. Perlindungan Mata→ mengurangi corneal exposure
• Air mata artifisial pada siang hari
3. Non Farmakoterapi : Fisioterapi, kompres hangat, obat tetes mata
Pasien memiliki
riwayat DM
Edukasi
Ad vitam : Bonam
Ad Sanantionam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam