Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR

“WAHAM”

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat. Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia
memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa
sangat kuat dan sangat terkenal.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007). Keyakinan yang
salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998). Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat
dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana
sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).

B. Klasifikasi Waham
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien
Waham Keyakinan secara berlebihan “Saya ini
kebesaran bahawa dirinya memiliki pejabat di
kekuatan khusus atau kelebihan kementrian
yang berbeda dengan orang lain, semarang!”
diucapkan berulang-ulang tetapi “Saya punya
tidak sesuai dengan kenyataan perusahaan paling
besar lho “.
Waham Keyakinan terhadap suatu agama “ Saya adalah tuhan
agama secara berlebihan, diucapkan yang bisa menguasai
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dan mengendalikan
dengan kenyataan. semua makhluk”.
Waham Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka
curiga sekelompok orang yang mau mau menghancurkan
merugikan atau mencederai saya, karena iri
dirinya, diucapkan berulang- dengan kesuksesan
ulang tetapai tidak sesuai dengan saya”.
kenyataan.
Waham Keyakinan seseorang bahwa “ Saya menderita
somatik tubuh atau sebagian tubuhnya kanker”. Padahal hasil
terserang penyakit, diucapkan pemeriksaan lab tidak
berulang-ulang tetapi tidak sesuai ada sel kanker pada
dengan kenyataan. tubuhnya.
Waham Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada di
nihlistik dirinya sudah meninggal dunia, alam kubur ya, semua
diucapkan berulangulang tetapi yang ada
tidak sesuai dengan kenyataan. disini adalah roh-roh
nya”

C. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama ini klien
belum pernah melakukan pengobatan. Saat ini klien tinggal bersama kedua orang
tuanya. Setelah ditinggal pergi oleh istrinya 5 tahun yang lalu, klien tidak memiliki
seorang anakpun dari istrinya ini, klien mengatakan dulu ia bekerja di sebuah
perusahaan dan adanya pembagian pendapatan yang tidak merata. Klien
menginginkan sebuah mobil tapi tidak dikabulkan oleh keluarga. Keluarga klien
mengatakan klien sering melamun, ngoceh sendirian, selalu merasa dikejar-kejar,
bercerita hal-hal yang terlalu meawah dan tinggi yang tidak sesuai dengan keadaan
klien, adanya orang yang mau merebut posisi jabatannya.
2. Faktor Presipitasi
Klien sering menyendiri, duduk di samping ruangan bagian luar, tidur-tiduran,
berjalan mondar-mandir, mengoceh sendirian, sering diajak bercerita, selalu
bercerita bahwa ia memiliki jabatan yang tinggi.

D. Proses Terjadinya Waham


1. Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini.
Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

2. Fase Lack of Self Esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase Control Internal Eksternal


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.

4. Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan
klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

E. Tanda dan Gejala


1. Waham Kebesaran
Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak perusahaan,
punya rumah di berbagai negara bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencedrai
dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya : “banyak
polisi mengintai saya, tengga saya ingin menghancurkan hiidupsaya, suster akan
meracuni makanan saya”.
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali,
saya harus terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk syurga”.
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sessuai kenyataan. Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti
terserang kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk,
tubuh saya menghilang.
5. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua
yang ada didunia ini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada didunia”.

F. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
2. Litium Karbonat
a. Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
b. Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam.
Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan
kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate
release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
c. Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per
hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang
supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah
10mEq/L
d. Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium
dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya
tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja
menetap selama pengobatan.

3. Haloperidol
a. Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada
anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk
pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit
memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b. Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c. Efek samping : Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
4. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada
gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan
kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.

5. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati
otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam
kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-
obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.

6. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi
juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika
gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi
dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok,
terapi keluarga, terapi supportif.
ASUHAN KEPERAWATAN
“WAHAM”

A. Pengkajian
1. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
2. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
4. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
5. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
6. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif
terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri : Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang
polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c. Peran Klien : Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d. Ideal diri : Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah
lama di RSJ.
e. Harga diri : Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan
negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal
mencapai tujuan.
7. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak haramonis.
8. Spiritual
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini
agamanya secara berlebihan.
9. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia rasakan.
Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
10. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke wahamnya,bicara
cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.
11. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang berlebihan.
12. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan melukai dan
mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih karena meyakini
kalau dirinya sudah meninggal.
13. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai keyakinan yang
berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak
sesuai dengan kenyataan.
14. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.

B. Pohon Masalah

Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM


Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS


C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan isi fikir : waham
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah kronis

D. Intervensi
 Gangguan isi fikir : waham
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik
2. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap dan nama yang disukai klien
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan rasa empati dan menerima klien dengan apa adanya.
8. Jangan membantah dan mendukung waham klien.
9. Katakan perawat menerima keyakinan klien.
10. Katakan perawat tidak mendukung keyakinan klien.
11. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung“Anda berada ditempat aman
dan terlindung”
12. Gunakan keterbukaan dan kejujuran, jangan tinggalkan klien dalam keadaan sendiri.
13. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
klien.
14. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini.
15. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukan saat ini
16. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada Perawat perlu memperhatikan bahwa klien sangat penting.

 Isolasi Sosial
1. Bina hubungan saling percaya dengan
2. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaan
3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya

 Harga Diri Rendah Kronis


1. Bina hubungan saling percaya
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya tentang penyakit yang
dideritanya
3. Utamakan memberi pujian yang realistis.
4. Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit
5. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan
di rumah nanti.
6. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
7. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
8. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, iyus,.(2010). keperawatanjiwa: EdisiRevisi. PT RefikaAditama


Nasir, Abdul.,& Abdul Muhit. (2011). Dasar-
DasarKeperawatanJiwa:pengantardanteori.Jakarta:SalembaMedika.

Kusumawati, Farida.,&Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Jakarta:


SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai