Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIC

OLEH :

NAMA : KARINA CITRA MANDITHA

NPM : 019.02.0943

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE HEMORAGIC

A. PENGERTIAN
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di
hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi,
pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun
(Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib,
2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah
salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir
dengan kelumpuhan.

B. ETIOLOGI
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari:
Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan kedalam jaringan otak atau seluruh ruang sekitar
otak). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak.
Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :
1.Hemoragi subakhranoid
2.Hemoragi intraserebral
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko
penyakit jantung iskemik :
1.Usia
2.Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi
pada wanita post monophous sama resiko dengan pria
3.Hipertensi
4.DM
5.Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6.Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain
hiperfibrinogenia
7.Keturunan
8.Hipovolemia dan syook ( Aru W, Sedoyo dkk, 2006)
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1.Aneruisma Berry, biasanya defek kongenital
2.Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding
arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan
3.Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis
4.Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang
mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak
5.Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah

C. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis dari stroke perdarahan ditinjau
berdasarkan jenisnya sebagai berikut:
1.Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh
kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya
di batang otak dan serebelum.
Gejala klinisnya sebagai berikut:
a.Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu
melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala
prodromal berupa peningkatan  tekanan darah yaitu nyeri
kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarahan
retina, dan epistaksis.
b.Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal /
umum.
c.Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral,
refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
d.Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial
(TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.
2.Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi
perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinisnya adalah sebagai berikut:
a.Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti
meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1
menit.
b.Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah
terangsang, gelisah dan kejang.
c.Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar
dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Dijumpai gejala-
gejala rangsang meningen, Perdarahan retina berupa
perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid, Gangguan fungsi otonom berupa
bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi,
banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan
pernafasan

D. PATOFISIOLOGIS
1.Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di
daerah  putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2.Perdarahan Sub Arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar
di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam
ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan
keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan
perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme
pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-
5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari
ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya
vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang
berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat
berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi
kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh
kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Stroke hemoragic dapat menyebabkan :
1.Infark Serebri
2.Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus
normotensif
3.Fistula caroticocavernosum
4.Epistaksis
5.Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksaan untuk stroke hemoragic, antara lain:
1.Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti
central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada
jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal
difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik
dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah.
2.Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3.Pengobatan
a.Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
b.Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
c.Diuretik: Untuk menurunkan edema serebral
4.Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali
juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes
dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan
dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol
ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Angiografi cerbreal
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi
vaskular.
2.Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial.
3.CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia dan posisinya secara pasti.
4.MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5.EEG
Pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
 Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis
 Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data Obyektif:
 Perubahan tingkat kesadaran
 Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia) , kelemahan umum
 Gangguan penglihatan
2.Sirkulasi
Data Subyektif:
 Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung,
disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial),
polisitemia
Data Obyektif:
 Hipertensi arterial
 Disritmia, , perubahan EKG
 Pulsasi, kemungkinan bervariasi
 Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
abdominal
3.Integritas ego
Data Subyektif:
 Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data Obyektif:
 Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,
kegembiraan
 Kesulitan berekspresi diri
4.Eliminasi
Data Subyektif:
 Inkontinensia, anuria
 Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak
adanya suara usus (ileus paralitik)
5.Makan/minum
Data Subyektif:
 Nafsu makan hilang
 Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
 Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
 Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data Obyektif:
 Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
 Obesitas (faktor resiko)
6.Sensori neural
Data Subyektif:
 Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA)
 Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau
perdarahan sub arachnoid
 Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat
seperti lumpuh/mati
 Penglihatan berkurang
 Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
 Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data Obyektif:
 Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)
dan gangguan fungsi kognitif
 Ekstremitas: kelemahan / paraliysis (kontralateral pada
semua jenis stroke), genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral)
 Wajah: paralisis / parese (ipsilateral)
 Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif /
kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi
dari keduanya)
 Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
 Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
 Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak
bereaksi pada sisi ipsi lateral
7.Nyeri/kenyamanan
Data Subyektif:
 Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
 Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot
/fasial
8.Respirasi
Data Subyektif:
 Perokok (faktor resiko)
Tanda:
 Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
 Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
 Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9.Keamanan
Data Obyektif:
 Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
 Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
 Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
 Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
 Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial
Data Obyektif:
 Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran/pembelajaran
Data Subyektif:
 Riwayat hipertensi keluarga, stroke
 Penggunaan kontrasepsi oral
12. Pertimbangan rencana pulang
 Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
 Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan aliran darah ke otak terhambat
2.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak
3.Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler
4.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
5.Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik
6.Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kesadaran
K. RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIC
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam,  Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral  b.d diharapkan suplai aliran darah bentuk  pupil
aliran darah ke keotak lancar dengan kriteria  Monitor tingkat kesadaran klien
otak terhambat. hasil:
 Monitir tanda-tanda vital
 Nyeri kepala / vertigo berkurang
 Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
sampai de-ngan hilang
 Monitor respon klien terhadap pengobatan
 Berfungsinya saraf dengan baik
 Hindari aktivitas jika TIK meningkat
 Tanda-tanda vital stabil
 Observasi kondisi fisik klien

Terapi oksigen
 Bersihkan jalan nafas dari sekret
 Pertahankan jalan nafas tetap efektif
 Berikan oksigen sesuai intruksi
 Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
sistem humidifier
 Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
 Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
 Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
 Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen
selama aktifitas dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi verbal keperawatan selama  3 x 24 jam, memahami / memahamkan informasi dari / ke
b.d penurunan diharapkan klien mampu untuk klien
sirkulasi ke otak berkomunikasi lagi dengan kriteria  Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh
hasil:
 Dapat menjawab pertanyaan yang perhatian
diajukan perawat  Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
 Dapat mengerti dan memahami dalam komunikasi dengan klien
pesan-pesan melalui gambar  Dorong klien untuk mengulang kata-kata
 Dapat mengekspresikan  Berikan arahan / perintah yang sederhana
perasaannya secara verbal maupun setiap interaksi dengan klien
nonverbal  Programkan speech-language teraphy
 Lakukan speech-language teraphy setiap
interaksi dengan klien
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan  Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
diri; keperawatan selama 3 x 24 jam,  Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
mandi,berpakaian, diharapkan kebutuhan mandiri klien bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan
makan, terpenuhi, dengan kriteria hasil: toileting
 Klien dapat makan dengan bantuan  Berikan bantuan pada klien hingga klien
orang lain / mandiri sepenuhnya bisa mandiri
 Klien dapat mandi de-ngan  Berikan dukungan pada klien untuk
bantuan orang lain menunjukkan aktivitas normal sesuai
 Klien dapat memakai pakaian kemampuannya
dengan bantuan orang lain /  Libatkan keluarga dalam pemenuhan
mandiri kebutuhan perawatan diri klien
 Klien dapat toileting dengan
bantuan alat
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 jam, aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
b.d kerusakan diharapkan klien dapat melakukan  Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
neurovas-kuler pergerakan fisik dengan kriteria ekstrimitas yang parese / plegi dalam
hasil : toleransi nyeri
 Tidak terjadi kontraktur otot  Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
dan footdrop mencegah atau mangurangi bengkak
 Pasien berpartisipasi dalam  Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan
program latihan kemampuan klien
 Pasien mencapai keseimbangan  Motivasi klien untuk melakukan latihan
saat duduk sendi seperti yang disarankan
 Pasien mampu menggunakan sisi  Libatkan keluarga untuk membantu klien
tubuh yang tidak sakit untuk latihan sendi
kompensasi hilangnya fungsi pada
sisi yang parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit perawatan selama 3 x 24 jam, adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
b.d immobilisasi diharapkan pasien mampu mengetahui tekan, tindakan pencegahan agar tidak
fisik dan  mengontrol resiko dengan terjadi luka tekan)
kriteria hasil :  Berikan masase sederhana
 Klien mampu menge-nali tanda dan  Ciptakan lingkungan yang nyaman
gejala  adanya resiko luka tekan
 Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk
 Klien mampu berpartisi-pasi pelicin
dalam pencegahan resiko luka
 Lakukan masase secara teratur
tekan (masase sederhana, alih
ba-ring, manajemen nutrisi,  Anjurkan klien untuk rileks selama masase
manajemen tekanan).  Jangan masase pada area kemerahan utk
menghindari kerusakan kapiler
 Evaluasi respon klien terhadap masase
 Lakukan alih baring
 Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
 Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin
untuk mengurangi kekuatan geseran
 Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
 Observasi area yang tertekan (telinga,
mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
 Berikan manajemen nutrisi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
 Monitor intake nutrisi
 Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat
untuk memelihara ke-seimbangan nitrogen
positif
 Berikan manajemen tekanan
 Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah-
pecah
 Beri pelembab pada kulit yang kering dan
pecah-pecah
 Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
 Monitor aktivitas dan mobilitas klien
 Beri bedak atau kamper spritus pada area
yang tertekan
-           
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan Aspiration Control Management :
berhubungan perawatan selama 3 x 24 jam,  Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
dengan penurunan diharapkan tidak terjadi aspirasi dankemampuan menelan
tingkat kesadaran pada pasien dengan kriteria  Pelihara jalan nafas
hasil :
 Lakukan saction bila diperlukan
 Dapat bernafas dengan
 Haluskan makanan yang akan diberikan
mudah,frekuensi pernafasan
normal  Haluskan obat sebelum pemberian
 Mampu menelan,mengunyah tanpa
terjadi aspirasi

7 Resiko Injuri Setelah dilakukan tindakan Risk Control Injury


berhubungan perawatan selama 3 x 24 jam,  Menyediakan lingkungan yang aman bagi
dengan penurunan diharapkan tidak terjadi trauma pasien
tingkat kesadaran pada pasien dengan kriteria hasil:  Memberikan informasi mengenai cara
 Bebas dari cedera mencegah cedera
 Mampu menjelaskan factor resiko  Memberikan penerangan yang cukup
dari lingkungan dan cara untuk  Menganjurkan keluarga untuk selalu
mencegah cedera menemani pasien
 Menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada
8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Respiratori Status Management
efektif perawatan selama 3 x 24 jam,  Pertahankan jalan nafas yang paten
berhubungan diharapkan pola nafas pasien  Observasi tanda-tanda hipoventilasi
dengan penurunan efektif dengan kriteria hasil:
kesadaran  Menujukkan jalan nafas paten  Berikan terapi O2
(tidak merasa tercekik, irama  Dengarkan adanya  kelainan suara tambahan
nafas normal, frekuensi nafas  Monitor vital sign
normal,tidak ada suara nafas
tambahan)
 Tanda-tanda vital dalam batas
normal
  
DAFTAR PUSTAKA

Adib,M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi,


Jantung dan Stroke. Edisi ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika.

Artini, Ria.2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan, Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta.

Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda, Nic-Noc, 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis, Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai