Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol.III/No.

1/Jan-Mar/2015

ASPEK HUKUM PELAKSANAAN perjanjian itu sendiri, diatur dalam Pasal


PERJANJIAN ASURANSI1 1313 KUH Perdata yang menyatakan bahwa
Oleh : Irius Yikwa2 persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih
ABSTRAK mengikatkan dirinya terhadap satu orang
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah lain atau lebih. Jadi, perjanjian adalah
untuk mengetahui bagaimana aspek hukum hubungan hukuym antara dua pihak atau
dalam pelaksanaan perjanjian asuransi dan lebih berdasarkan kata sepakat untuk
apa saja asas-asas dan prinsip-prinsip yang menimbulkan akibat hukum. Hubungan
berlaku dalam perjanjian asuransi. Metode hukum adalah satu hubungan yang
penelitian yang digunakan dalam penelitian akibatnya diatur oleh hukum hal ini perlu
ini adalah penulis mengunakan metode diperhatikan sebab pergaulan sehari-hari
pengumpulan data secara studi terdapat berbagai macam hubungan yang
kepustakaan atau library resecrh. Dalam akibatnya diatur oleh hukum.
studi kepustakaan ini penulis mendapatkan Kata sepakat dalam suatu perjanjian
bahan-bahan yang dibutuhkan dengan jalan merupakan unsur esensial atau yang
mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan dan pertama untuk sahnya suatu perjanjian
produk-produk undang-undang yang ada menurut Pasal 1320 KUH Perdata. Apabila
kaitannya dengan pokok permasalahan salah satu sifat yang terdapat dalam Pasal
sehingga dapat disimpulkan, bahwa: 1. tersebut tidak terpenuhi atau terjadi
Pelaksanaan perjanjian asuransi belum bisa paksaan, kekeliruan, atau penipuan
dilakukan atau dilaksanakan apabila belum perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Hal ini
terjadi risiko pada sitertanggung, namun terjadi cacat dalam suatu perjanjian yang
baru dapat dilaksanankan pada saat terjadi telah diperjanjikan terlebih dahulu oleh
sesuatu hal yang menimbulkan kerugian kedua belah pihak. Apabila kesepakatan
aatu risiko yang terjadi suatu peristiwa yang tersebut dilanggar pihak yang merasa
menimbulkan kerugian pada sitertanggung. dirugikan dapat menuntut agar pihak
2. Prinsip yang berlaku dalam perjanjian lainnya dikenakan sanksi atau hukuman.
asuransi yang terpenting adalah iktikad baik Karena asuransi adalah termasuk dalam
kedua belah pihak antara penanggung dan perjanjian maka berlaku juga sanksi atau
tertanggung serta keseimbangan yang hukuman bagi yang melanggar dengan
artinya penanggung dapat menggantikan berdasarkan ketentuan pada Pasal 1 Kitab
ganti rugi kepada si tertanggung sesuai apa Undang-Undang Hukum Dagang, Pada
yang telah diperjanjikan antara kedua belah dasarnya ketentuan-ketentuan tentang
pihak. perikatan dan perjanjian yang terdapat
Kata kunci: Perjanjian, Asuransi. dalam buku III KUH Perdata dapat pula
diberlakukan diperlakukan perjanjian
PENDAHULUAN asuransi.
A. LATAR BELAKANG Pihak tertanggung dan pihak
Persetujuan atau perjanjian secara penanggung mempunyai hak-hak dan
umum diatur dalam buku III Kitab Undang- kewajiban masing-masing, pihak
undang Hukum Perdata, pengertian tertanggung harus melakukan pembayaran
premi berdasarkan perjanjian atau
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Merry kesepakatan bersama. Demikian juga pihak
E.Kalalo,SH MH; Grees Thelma Mozes, SH, MH; Roy penanggung harus memberikan ganti rugi
F.Karamoy, SH, MH terhadap pihak tertanggung apabila terjadi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. suatu risiko dikemudian hari.
090711485

134
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

10. Restorno3
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana aspek hukum dalam Di Indonesia saat ini, pengertian asuransi
pelaksanaan perjanjian asuransi ? tercantum di dalam Kitab Undang-Undang
2. Apa saja asas-asas dan prinsip-prinsip Hukum Dagang (KUHD) dan diatur secara
yang berlaku dalam perjanjian khusus di dalam Undang-Undang Nomor 2
asuransi ? Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Pasal 246 KUHD memberikan pengertian
C. METODE PENULISAN dari asuransi atau pertanggungan sebagai
Dalam mengumpulkan data-data yang berikut:
akan disusun dalam skripsi, penulis “Asuransi atau pertanggungan adalah
mempergunakan metode pengumpulan suatu perjanjian,dengan mana seorang
data secara studi kepustakaan atau library penanggung mengikatkan diri kepada
resecrh. Dalam studi kepustakaan ini seorang tertanggung, dengan menerima
penulis mendapatkan bahan-bahan yang suatu premi, untuk memberikan
dibutuhkan dengan jalan mempelajari penggantian kepadanya karena suatu
buku-buku, tulisan-tulisan dan produk- kerugian, kerusakan atau kehilangan
produk undang-undang yang ada kaitannya keuntungan yang diharapkan, yang
dengan pokok permasalahan. mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tentu.” 4 Dalam
PEMBAHASAN Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
A. ASPEK HUKUM PELAKSANAAN tentang usaha Perasuransian, dicantumkan
PERJANJIAN ASURANSI secara lebih jelas dan lebih lengkap
Diadakannya perjanjian asuransi bukan mengenai pengertian dari asuransi atau
berarti bahwa penanggung harus pertanggungan yang dinyatakan bahwa :
melaksanakan prestasi yang diperjanjikan, “Asuransi atau pertanggungan adalah
dengan membayar ganti rugi kepada pihak perjanjian antara dua pihak atau lebih
tertanggung. Pelaksanaan prestasi dengan mana pihak penganggung
tertanggung hanya akan direalisasikan mengikatkan diri kepada tertanggung
apabila peristiwa tertentu yang dengan menerima premi asuransi untuk
diperjanjikan itu terjadi dan menimbulkan memberikan penggantian kepada
kerugian kepada tertanggung. tertanggung karena kerugian, kerusakan,
Adapun syarat-syarat yang harus atau kehilangan keuntungan yang
dipenuhi agar penanggung itu diharapkan, atau tanggung jawab hukum
melaksanakan prestasinya adalah: kepada pihak ketiga yang mungkin akan
1. Adanya peristiwa yang tidak tertentu diderita tertanggung yang timbul dari suatu
2. Hubungan sebab akibat peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
3. Cacat atau kebusukan benda memberikan suatu pembayaran yang
4. Kesalahan sendiri dari tertanggung didasarkan atas meninngal atau hidupnya
5. Azas indemnity (keseimbangan) seseorang yang dipertanggungkan.”
6. Nilai benda yang dipertanggungkan Pengertian tersebut dapat dipahami
7. Hal-hal yang memberatkan risiko bahwa dalam asuransi terdapat empat
8. Subrograsi unsur yang harus ada, yaitu:
9. Persekutuan dari penanggung
3
Agus Prawoto,Hukum Asuransi dan Kesehatan
Perusahaan Asuransi,BPFE, Yogyakarta, 1995, hal. 51
4
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi,
Pustaka Yutisia, Yogyakarta, 2011, hal. 29

135
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

1. Perjanjian yang mendasari cerminan atas asa lex specialis derogate


terbenutuknya perikatan antara dua lege generalis.
pihak (tertanggung dan penanggung) Berdasarkan Pasal 246 KUHD terdapat
yang sekaligus terjadinya hubungan juga unsur-unsur:
keperdataan; 1. Pihak pertama ialah penanngung, yang
2. Premi berupa sejumlah uang yang pada umumnya adalah perusahan
sanggup dibayarkan oleh tertanggung asuransi
kepada penanggung; 2. Tertanggung atau perorangan, kelompok
3. Adanya ganti kerugian dari penanggung orang atau lembaga, badan hukum atau
kepada tertanggung jika terjadi klaim siapapun yang dapat mendewrita
atau masa perjanjian selesai; kerugian.5
4. Adanya suatu peristiwa
(evenemen/accident) yang belum tentu Pengertian perjanjian menurut Pasal
terjadi, yang disebutkan karena adanya 1313 KUH Perdata dinyatakan bahwa,
suatu risiko yang mungkin datang atau “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
tidak dialami. dengan mana satu orang atau lebih
Pengertian asuransi berdasarkan kedua mengikatkan dirinya terhadap satu orang
aturan diatas, yaitu Pasal 246 KUHD dan atau lebih.” Rumusan tersebut selain tidak
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.2 lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, karena hanya menyebutkan persetujuan
sangat jelas dinyatakan bahwa, asuransi sepihak saja.
adalah perjanjian. Hubungan hukum dalam Sangat luas karena dengan
perjanjian asuransi melahirkan hak dan dipergunakannya perkataan “perbuatan”
kewajiban para pihak. Dengan demikian, mencakup juga perwakilan sukarela dan
perikatannya bersumber dari perjanjian. perbuatan melawan hukum. Dikatakan
Sehubungan dengan ketentuan perjanjian tidak lengkap, karena hanya meyebutkan
tidak diatur dalam KUHD maupun Undang- perjanjian sepihak. Sehubungan dengan itu
Undang No.2 Tahun 1992, maka seluruh perlu kiranya diadakan perbaikan mengenai
ketentuan yang terkait dengan ketentuan definisi tersebut, yaitu:
perjanjian pada umunya berlaku KUH 1. Perbuatan harus diartikan sebagai
Perdata. perbuatan hukum, yaitu perbuatan
Ketentuan tersebut didasari yang bertujuan untuk menimbulkan
keberlakuannya berdasarkan atas lex akibat hukum.
specialis derogate lege generalis, bahwa 2. Menambahkan perkataan “atau
apabila ketentuan khusus (KUHD) tidak saling mengikatkan dirinya” dalam
mengatur tentang perjanjian, maka akan Pasal 1313 KUH Perdata.
berlaku ketentuan hukum (KUH Perdata). Perumusannya menjadi perjanjian
Dalam KUH Perdata tidak diatur secara adalah suatu perbuatan (hukum), dimana
khusus mengenai asuransi ini, dan satu orang atau lebih (saling) mengikatkan
perjanjian tidak diatur dalam KUH Dagang, dirinya terhadap satu orang atau lebih.
maka untuk perjanjian asuransi pun akan Apabila diperhatikan dari rumusan Pasal
berlaku ketentuan KUH Perdata 246 KUHD dan Undang-Undang No.2 Tahun
berdasarkan Pasal 1 KUHD bahwa 1992, ruang lingkup perlindungan memiliki
ketentuan umum perjanjian dalam KUH perbedaan yang menyolok. Ruang lingkup
Perdata dapat berlaku bagi perjanjian
5
asuransi. Pasal 1 KUHD tersebut merupakan Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan
Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 1945,
hal. 88

136
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

perlindungan yang diatur dalam Pasal 246 Pasal 246 dapat dinyatakan hanya
KUHD lebih sempit dibandingkan dengan mengatur asuransi kerugian, tidak
Pasal 1 Angka 1 Undang-undang No.2 mengatur asuransi sejumlah uang misalnya,
Tahun 1992 yang ruang lingkup asuransi jiwa. Selanjutnya asuransi jiwa
perlindungannya lebih luas. disebutkan dalam Pasal 247 KUHD
Dalam Pasal 246 KUHD dinyatakan menyatakan bahwa:
bahwa: “Pertanggungan-pertanggungan itu
“Asuransi atau pertanggungan adalah antara lain dapat mengenai: bahaya
suatu perjanjian, dengan mana seseorang kebakaran; bahaya yang mengancam hasil-
penanggung mengikatkan diri kepada hasil pertanian yang belum dipanen; jiwa;
sesorang tertanggung, dengan menerima satu atau beberapa orang; bahaya laut dan
suatu premi, untuk memberikan pembudakan: bahaya yang mengancam
penggantian kepadanya karena suatu pengangkutan di daratan, di sungai-sungai,
kerugian, kerusakan atau kehilangan dan perairan darat.”
keuntungan yang diharapkan, yang Dari ketentuan Pasal tersebut diatas
mungkin akan dideritanya karena suatu pada prinsipnya ada dua jenis asuransi,
peristiwa yang tidak tentu.”6 yaitu:
Ruang lingkup perlindungan asuransi 1. Asuransi kerugian, yang meliputi
yang diatur dalam Pasal 246 KUH meliputi asuransi kebakaran, asuransi hasil
(1) kerugian, (2) kerusakan, dan (3) pertanian, asuransi laut, serta asuransi
kehilangan keuntungan. Ketiga lingkup pengangkutan.
produk perlindungan tersebut digolongkan 2. Asuransi Jiwa.7
kepadaasuransi kerugian, yaitu golongan Perbedaan dari dua jenis asuransi
asuransi yang pada umumnya mempunyai tersebut adalah:
objek yang bersifat materiil. Ruang lingkup 1. Pada asuransi jiwa “peristiwa yang tak
perlindungan asuransi yang diatur dalam tertentu” terjadi, bila terjadi kematian
Undang-Undang No.2 Tahun 1992 meliputi dalam tenggang waktu yang lebih
(1) kerugian, (2) kerusakan, (3) kehilangan singkat daripada waktu yang disebutkan
keuntungan, (4) Tanggung jawab Hukum dalam polis. Pada asuransi “peristiwa
terhadap pihak ketiga, (5) atas yang tak tertentu” terjadi bila masa pada
meninggalnya seseorang, dan (6) atas tenggang waktu yang tersebut dalam
hidupnya seseorang (bunga cagak hidup). polis terjadi hal-hal yang mengakibatkan
Dengan demikian ruang lingkup kerugian, misalnya pada asuransi
perlindungan meliputi asuransi yang dapat kebakaran gudang yang diasuransikan
digolongkan sebagai asuransi kerugian terbakar.
sebagaimana yang sama diatur dalam 2. Pada asuransi jiwa jumlah uang ganti
KUHD, dan mengakomodasi kebutuhan kerugian telah ditetapkan terlebih
masyarakat, yaitu ditambah asuransi dahulu (Pasal 305 KUHD). Pada asuransi
tanggung jawab hukum terhadap pihak kerugian, jumlah ganti kerugian dihitung
ketiga yang sekarang ini sangat dengan membandingkan harga barang
berkembang, serta asuransi sejumlah uang, yang rusak sebagai akibat hilang atau
dan bunga cagak hidup. terbakar dengan harga barang sebelum
Memperhatikan ruang lingkup timbul kehilangan atau kebakaran.
perlindungan yang diatur dalam KUHD
6
Abdul Kadir Muhammmad, Pengantar Hukum
Pertanggungan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
7
1994, hal. 7 Op cit,hal. 34

137
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

Pasal 247 KUHD itu secara yuridis atas telah tampak adanya asas
memberikan peluang terhadap tumbuh dan konsesualisme dan timbulnya akibat hokum
berkembangnya asuransi yang tidak diatur (tumbuh atau lenyapnya hak dan
dalam KUHD. Pasal 247 KUHD tidak kewajiban).
membatasi atau menghalangi timbulnya Menurut teori baru yang dikemukakan
jenis-jenis pertanggungan lain menurut oleh Van Dunne, yang diartikan dengan
kebutuhan masyarakat. Hal ini didasarkan perjanjian, “Suatu hubungan hukum antara
pada kata-kata “antara lain” yang terdapat dua pihak atau lebih berdasarkan kata
dalam Pasal 247 KUHD itu. Sifat dari Pasal sepakat untuk menimbulkan akibat
247 KUHD itu hanyalah mengatur dan hokum.” Teori baru tersebut tidak hanya
menyebutkan beberapa contoh saja. melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga
Dengan demikian, para pihak dapat juga harus dibuat perbuatan-perbuatan
memperjanjikan adanya pertanggungan sebelumnya atau mendahuluinya.
bentuk lain. Jadi tumbuhnya jenis-jenis
baru dibidang asuransi memang tidak B. ASAS DAN PRINSIP DASAR ASURANSI
dilarang oleh undang-undang. Berdasarkan 1. Asas hukum perjanjian pada umunya
Pasal 247 KUHD tersebut diatas, dibuka yang menguasai perjanjian asuransi.
kemungkinan untuk lahirnya asuransi- Perjanjian asuramsi atau pertanggungan
asuransi baru selain disebutkan diatas. merupaqkan suatu perjanjian yang
Selain itu, sehubungan asuransi adalah mempunyai sifat yang khusus dan unik,
perjanjian, maka ketentuan dan asas-asas sehingga perjanjian ini mempunyai
umum yang terdapat dalam KUH Perdata karakteristik tertentu yang sangat tegas
berlaku pula dalam perjanjian asuransi. dibandingkan dengan jenis perjanjian lain.
Asas kebebasan berkontrak Secara umum perjanjian asuransi harus
sebagaimana daitur dalam Pasal 1338 Ayat memenuhi syarat-syarat umum perjanjian
(1) KUH Perdata, menjadi dasar hukum dan disamping itu perjanjian ini masih
untuk pembentukan asuransi yang tumbuh harus memenuhi asas-asas tertentu yang
dalam perkemabangan masyarakat ( mewujudkan sifat atau ciri khusus dari
asuransi varia). Tentunya perjanjian perjanjian asuransi itu sendiri.9
asuransi varia, akan mempunyai kekuatan Berdasarkan Pasal KUHD, ketentuan
hukum yang mengikat apabila memenuhi umum perjanjian dalam KUH Perdata dapat
ketentuan syarat sahnya perjanjian berlaku pula dalam perjanjian asuransi
sebagaiman yang diatur dalam Pasal 1320 sebagai perjanjian khusus. Dengan
KUH Perdata, yaitu: demikian, para pihak tunduk pula pada
1. Sepakat mereka yang mengikatkan beberapa ketentuan dalam KUH Perdata.
dirinya; Asas-asas yang terdapat dalam hukum
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian sebagaimana diatur KUH Perdata
perikatan; perlu diperhatikan. Adapun asas-asas yang
3. Suatu hal tertentu; lahir dari ketentuan KUH Perdata tersebut
4. Suatu sebab yang halal.8 adalah sebagai berikut:
Menurut doktrin (teori lama), yang a. Asas Konsensual.
disebut perjanjian adalah perbuatan hokum Dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 (1)
berdasarkan kata sepakat untuk KUH Perdata yang menyatakan bahwa
menimbulkan akibat hokum. Dari definisi di syarat sahnya perjanjian, yaitu:
8 9
R Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang- Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan
Undang Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 1995,
Jakarta, 2009, hal. 339 hal. 89

138
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

1) Sepakat mereka yang mengikatkan 6) Kebebasan untuk menerima atau


dirinya; menyimpangi ketentuan Undang-undang
2) Kecakapan untuk membuat suatu yang bersifat opsional (aanvullend,
perikatan; optional).
3) Suatu hal tertentu; Sumber dari kebebasan berkontrak
4) Suatu sebab yang halal. adalah kebebasan individu, sehingga titik
Asas konsensual diambil dari salah satu tolaknya adalah kepentingan individu pula.
syarat perjanjian yaitu adanya kesepakatan Dengan demikian dapat dipahami bahwa,
kedua belah pihak. Orang tidak dapat kebebasan individu memberikan kepadanya
dipaksa untuk memberikan sepakatnya. kebebasan untuk berkontrak. Berlakunya
Sepakat yang diberikan dengan paksa asas konsesualisme menurut hukum
adalah Contradictio interminis. Adanya perjanjian Indonesia memantapkan adanya
paksaan menunjukkan tidak adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat
sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak dari salah satu pihak yang membuat
lain. Kesepakatan memberikan pilihan perjanjian, maka perjanjian yang dibuat
kepada para pihak, untuk setuju atau tidak dapat dibatalkan.
setuju mengikatkan diri pada perjanjian Kebebasan berkontrak sebagaimana
dengan akibat hukumnya. diketahui dalam ketentuan Pasal 1338 ayat
Pasal 1320 ayat (1) menentukan bahwa, (1) KUH Perdata, menyatakan bahwa,
perjanjian atau kontrak yang tidak sah jika “semua kontrak (perjanjian) yang dibuat
dibuat tanpa adanya kesepakatan secara sah ( Pasal 1320 KUH Perdata)
(consensus) dari para pihak yang berlaku sebagai Undang-undang bagi
membuatnya. Selain paksaan, cacatnya mereka yang membuatnya.”
kesepakatan dapat terjadi karena Orang tidak dapat dipaksa untuk
kekeliruan, dan kesalahan. memberikan sepakatnya. Sepakat yang
diberikan secara paksa adalah contradiction
b. Asas kebebasan berkontrak interminis. Adanya paksaan menunjukkan
Dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal tidak adanya sepakat yang mungkin
1338 ayat (1) KUH Perdata yang dilakukan oleh pihak lain. Kesepakatan
menyatakan bahawa, “semua perjanjian memberikan pilihan kepada para pihak,
yang dibuat secara sah berlaku sebagai untuk setuju atau tidak setuju mengikatkan
Undang-undang bagi mereka yang diri pada perjanjian dengan akibat hukum.
membuatnya.”
Dalam hukum perjanjian Indonesia c. Asas ketentuan mengikat
ruang lingkup asas kebebasan berkontrak Asas ketentuan mengikat dari Pasal 1338
meliputi: (1) KUH Perdata, apabila dihubungkan
1) Kebebasan untuk membuat atau tidak dengan perjanjian asuransi berarti bahwa
membuat perjanjian; pihak penanggung dan tertanggung atau
2) Kebebasan untuk memilih pihak dengan pemegang polis terikat untuk
siapa ia ingin membuat perjanjian; melaksanakan ketentuan perjanjian yang
3) Kebebasan untuk menentukan atau telah disepakatinya. Sebab, perjanjian yang
memilih isi (causa) dari perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak memiliki
dibuatnya ; kekuatan mengikat sebagaimana undang-
4) Kebebasan untuk menentukan objek undang yang memiliki akibat hukum, hanya
perjanjian; saja berlaku bagi mereka yang
5) Kebebasan untuk menentukan bentuk membuatnya.
suatu perjanjian;

139
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

d. Asas kepercayaan yang menyatakan bahwa, “perjanjian-


Asas kepercayaan mengandung arti perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali
bahwa, mereka yang mengadakan selain dengan sepakat kedua belah pihak
perjanjian melahirkan kepercayaan di atau karena alasan-alasan yang oleh
antara kedua belah pihak, bahwa satu sama undang-undang dinyatakan cukup untuk
lain akan memenuhi janjinya untuk itu.”
melaksanakan prestasi seperti yang
dijanjikan. Ketentuan tersebut berlaku pula h. Asas iktikad baik
bagi perjanjian asuransi, sehingga Pasal 1338 Ayat (3) yang menyatakan
pemegang polis dan penagnggung terikat bahwa, “perjanjian-perjanjian harus
untuk memenuhi perjanjian yang telah dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas
dibuatnya. iktikad baik ini berlaku untuk semua
perjanjian termasuk perjanjian asuaransi
e. Asas persamaan hukum yang diartikan pula secara menyeluruh
Asas persamaan hukum adalah bahwa bahwa, dalam pelaksanaan perjanjian
subjek hukum yang mengadakan perjanjian tersebut para pihak harus mengindahkan
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban kenalaran dan kepatutan Pasal 1339 KUH
yang sama dalam hukum, dan tidak dibeda- Perdata. Iktikad baik yang dikehendaki
bedakan antara satu sama lain. undang-undang ialah objektif.

f. Asas keseimbangan / Prorata 2. Prinsip dasar dalam perjanjian asuransi


Asas keseimbangan adalah suatu asas Perjanjian asuransi merupakan
yang menghendaki kedua belah pihak perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD.
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Sebagai perjanjian khusus, maka selain
Dalam perjanjian asuransi, hak dan asas-asas hukum perjanjian pada umunya,
kewajiban tertanggung adalah membayar dalam perjanjian asuransi mengharuskan
premi dan menerima pembayaran ganti diterapkannya prinsip-prinsip perjanjian
kerugian, sedangkan hak dan kewajiban asuransi sebagai berikut :
penaggung adalah menerima premi dan a. Prinsip kepentingan yang dapat
memberikan ganti kerugian atas objek yang diasuransikan (Insurable Interest)
dipertanggungkan. Prinsip keseimbangan b. Prinsip iktikad baik (Utmost Goodfaith)
mempunyai arti penting apabila terjadi c. Prinsip kesimbangan (Idemniteit Priciple)
peristiwa yang menimbulkan kerugian. d. Prinsip subrogasi (Subrogation Principle)
Kerugian yang harus diganti itu seimbang e. Prinsip sebab akibat (Causaliteit
dengan risiko yang ditanggung oleh Principle)
penaggung.10 f. Prinsip kontribusi (Contribution Principle)
g. Prinsip kausa proksimal (cause Priciple)
g. Asas kepastian hukum h. Prinsip follow of fortune dalam
11
Perjanjian sebagai figur hukum harus reasuransi.
mengandung kepastian hukum. Kepastian
ini terungkap dari kekuatan mengikatnya
perjanjian, yaitu sebagai Undang-undang PENUTUP
bagi mereka yang membuatnya. Selain itu, 1. Pelaksanaan perjanjian asuransi belum
dalam Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata bisa dilakukan atau dilaksanakan apabila
belum terjadi risiko pada sitertanggung,
10
Teaching Materials Hukum Asuransi, Program
Pencangkokan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum UI
11
dan Elips Project, Depok, 1996, hal. 13 Tuti Rastuti, Op-cit, hal. 47

140
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

namun baru dapat dilaksanankan pada Prawoto Agus, Hukum Asuransi Dan
saat terjad sesuatu hal yang Kesehatan Perusahaan Asuransi, BBFE,
menimbulkan kerugian aatu risiko yang Yogyakarta, 1995.
terjadi suatu peristiwa yang Rastuti Tuti, Aspek Hukum Perjanjian
menimbulkan kerugian pada Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
sitertanggung. Demgam demikian 2011.
pelaksanaan perjanjian asuransi tidak Salim A. Abbas, Dasar-dasar Asuransi
terlepas dari ketentuan yang berlaku (Principles of Insurance), Rajawali Pers,
pada Pasal 1320 KUH Perdata karena Jakarta, 1989.
terjadi kesepakatan para pihak, Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata
memenuhi syarat kedewasaan untuk Cetakan XX, PT Intermasa, Jakarta, 1985.
melakukan perjanjian, apa yang SUMBER – SUMBER LAIN
diperjanjikan adalah sesuatu hal tertentu Teaching Material HukumAsuransi,
dan tidak bertentangan ketentuan yang Program pencangkokan Hukum
berlaku. Ekonomi Fakultas Hukum UI danElips
2. Asas dan prinsip yang berlaku dalam Project, September - Desember,Depok,
perjanjian asuransi yaitu berdasarkan 1996 .
asas kosensual, kebebasan berkontrak, Subekti R dan Tjitrosudibio, Kitab Undang –
mengikat, asas kepercayaan, asas Undang Hukum Perdata, PT Pradnya
persamaan, keseimbangan, serta asas Paramita, Jakarta, 2009.
kepastian hukum dan iktikad baik. Hartono Siti Soemarti, Kitab Undang-
Sedangkan prinsip yang berlaku dalam Undang Hukum Dagang (KUHD)
perjanjian asuransi yang terpenting Cetakan ke VI, Seksi Hukum Dagang
adalah iktikad baik kedua belah pihak Fakultas Hukum Universitas Gadjah
antara penanggung dan tertanggung Mada, Yogyakarta, 1983.
serta keseimbangan yang artinya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
penanggung dapat menggantikan ganti Tentang Perasuransian.
rugi kepada si tertanggung sesuai apa
yang telah diperjanjikan antara kedua
belah pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Genie AJunaedy, Hukum Asuransi
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
Hartono Sri Rejeki, Hukum Asuransi Dan
Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika,
Jakarta, 1995.
Mashudi H dan Moch. Chidir Ali (Alm),
Hukum Asuransi¸CV Mandar Maju,
Bandung, 1995.
Muhammad Abdulkadir, Pengantar Hukum
Pertanggungan, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1994.
Prakoso Djoko dan I Ketut Murtika, Hukum
Asuransi Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2000.

141

Anda mungkin juga menyukai