Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

”DBD DAN MALARIA”

DOSEN PENGAMPU :
Yeffi Masnarivan, SKM., M.Kes

NAMA KELOMPOK 4:
Aurora Alifa 1711212002
Lili Wulandari 1711211040
Panesa Anggraila 1911211040
Raudhatul Hasanah. AF 1911212011
Selsa Malia Putri 1911212019
Suci Ramadhani 1911212052
Vivi Sutia Desmalinda 2011216004

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Epidemiologi Penyakit
Menular.  Tidak lupa juga, kami sangat berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular, Bapak Yeffi Masnarivan, SKM., M.Kes
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah tentang “DBD dan Malaria” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 10 November 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)............................................................................3
2.1.1 Definisi DBD.................................................................................................................3
2.1.2 Penyebab Penyakit DBD................................................................................................3
2.1.3 Gejala-Gejela DBD........................................................................................................4
2.1.4 Cara Penularan Penyakit DBD.......................................................................................5
2.1.5 Etiologi DBD.................................................................................................................5
2.1.6 Pencegahan dan penganggulangan DBD........................................................................6
2.2 MALARIA............................................................................................................................8
2.2.1 Penyebab Malaria..........................................................................................................8
2.2.2 Cara Penularan Malaria..................................................................................................8
2.2.3 Siklus/alur penularan Malaria........................................................................................9
2.2.4 Etiologi Malaria...........................................................................................................10
2.2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Malaria...................................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................................16
3.2.1 Bagi kelompok.............................................................................................................16
3.2.2 Bagi audiens.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan virus dengue. Virus ini
ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala demam dengue dan
demam berdarah hampir sama dengan gejala flu. Demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi oleh virus dengue yang tertular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti,
dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan cenderung
menimbulkan renjatan dan kematian. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya serta sering
menimbulkan ledakan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah kematian tinggi (Depkes
RI,2004).
Malaria yaitu salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite Plasmodium
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan
bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah. Malaria pada
manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P. vivax, P. ovale dan P. falciparum. merupakan
yang paling berbahaya dan dapat mengancam nyawa. Malaria adalah penyakit akibat infeksi
protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk Anopheles
berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil bersamaan
dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Malaria masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama di negara- negara yang beriklim tropis dan secara ekonomis masih tertinggal
atau belum berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan DBD?
1.2.2 Apa penyebab enyakit DBD?
1.2.3 Apa saja gejala DBD?
1.2.4 Bagaimana cara penularan penyakit DBD?
1.2.5 Bagaimana etiologi DBD?
1.2.6 Bagaimana pencegahan dan penganggulangan DBD?

1
1.2.7 Apa penyebab malaria?
1.2.8 Bagaimana cara penularan malaria?
1.2.9 Bagaimana siklus/alur penularan malaria?
1.2.10 Bagaimana etiologi malaria?
1.2.11 Bagaimana pencegahan dan penanggulangan malaria?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, terdapat beberapa tujuan penulisan, yaitu :
1.3.1 Menjelaskan definisi DBD.
1.3.2 Menjelaskan apa penyebab penyakit DBD.
1.3.3 Menjelaskan bagaimana gejala DBD.
1.3.4 Menjelaskan cara penularan penyakit DBD.
1.3.5 Menjelaskan etiologi DBD.
1.3.6 Menjelaskan bagaimana pencegahan dan penganggulangan DBD.
1.3.7 Menjelaskan penyebab malaria.
1.3.8 Menjelaskan bagaimana cara penularan malaria.
1.3.9 Menjelaskan bagaimana siklus/alur penularan malaria.
1.3.10 Menjelaskan etiologi malaria.
1.3.11 Menjelaskan bagaimana pencegahan dan penanggulangan malaria.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


2.1.1 Definisi DBD
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam group B
Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan melalui serangga. Virus
dengue termasuk genus Flavivirus dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe lain yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi 3
atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
Virus penyebab penyakit bertahan hidup dalam suatu siklus yang melibatkan manusia dan
nyamuk yang hidup aktif di siang hari.
2.1.2 Penyebab Penyakit DBD
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang sampai
sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4),termasuk dalam
grup B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3
sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas
distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1dan Dengue-4.
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue
yang termasuk kelompok B Arthropod1q Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1,
DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4

3
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak
yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2011).
2.1.3 Gejala-Gejela DBD
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh
tubuh, ruam, pendarahan dan renjatan (shock). Gejala-gejala tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Demam
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi (dapat
mencapai 39-40oC) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam hanya berlangsung untuk
5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali turunnya suhu badan secara tiba-tiba
(lysis), disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo.
2. Nyeri seluruh tubuh
Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan berupa
nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata yang timbul
dalam kalangan masyarakat awam disebut dengan istilah flu tulang.
3. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal panas yang
berupa (flushing) yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher dan dada. Ruam juga
dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil, seperti: bercak pada
penyakit campak.
4. Pendarahan
Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis Demam Berdarah Dengue selalu
disertai dengan tanda pendarahan. Tanda pendarahan tidak selalu didapat secara spontan oleh
penderita, bahkan pada sebagian besar penderita muncul setelah dilakukan test tournique.
5. Renjatan
Renajatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan adalah kulit terasa dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki, penderita menjadi gelisah, sianosis di
sekitar mulut, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba, tekanan nadi menurun (menjadi 20

4
mmHg atau kurang), dan tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg
atau kurang).
2.1.4 Cara Penularan Penyakit DBD
Penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Ada beberapa spesies:
Aedes Aegypti, Aedes Albopticus, Aedes Polynesiensis dan Aedes Scutelarris yang dapat
berlaku sebagai vektor. Nyamuk Aedes dapat menularkan virus dengue kepada manusia, baik
secara langsung (setelah menggigit orang yang sedang dalam fase viremia), maupun secara
tidak langsung, setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnyaselama 8-10 hari (extrinsic
incubation period). Masa inkubasi didalam tubuh manusia (intrinsic incubation period)
antara 4-6 hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7 hari), tetapi nyamuk dapat
infektif selama hidupnya.
Seseorang yang menderita demam berdarah, dalam darahnya mengandung virus
dengue. Penderita tersebut apabila digigit oleh nyamuk Aedes, maka virus dalam darah
penderita tadi ikut terhisap masuk ke lambung nyamuk dan virus akan memperbanyak diri
dalam tubuh nyamuk dan tersebar di berbagai jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar air liur
nyamuk. Nyamuk siap untuk menularkan kepada orang atau anak lain 3-10 hari setelah
menggigit atau menghisap darah penderita.
Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), alat
tusuknya yang disebut probocis akan mencari kapiler darah. Setelah diperoleh, maka
dikeluarkan liur yang mengandung zat anti pembekuan darah (anti koagulan), agar darah
mudah dihisap melalui saluran probocis yang sangat sempit. Bersama liurnya inilah virus
dipindahkan kepada orang lain.
2.1.5 Etiologi DBD
Penyebab penyakit DBD adalah virus. Virus ini ditularkan oleh nyamuk dari genus
Aedes, subgenus Stegomya, dan terutama oleh spesies Ae. Aegyptidan Ae. Albopictus. Ae.
Aegypti dapat ditemukan di sebagian besar wilayah tropik dan subtropik, dan merupakan
vektor utama dan paling efisien dalam transmisi dengue. Nyamuk ini mudah tertular virus
dengue, menyukai darah manusia, memiliki gigitan yang tidak terlalu terasa, menggigit pada
siang hari, dan perlu beberapa orang untuk memenuhi kebutuhan makannya. Ae. Aegypti
mudah beradaptasi dengan lingkungan perkotaan, dan berkembangbiak pada air bersih yang
stagnan buatan manusia, seperti air di ban bekas, kaleng, pot bunga, dan penampungan air.
Ae. Albopictus berasal dari Asia, namun saat ini dapat ditemukan di daerah yang lebih dingin
termasuk Eropa bagian selatan dan Amerika Utara bagian selatan, sehingga menimbulkan

5
risiko untuk ekspansi dengue. Ae. Albopictus bersifat eksofilik dan kurang efisien dalam
transmisi dengue dibandingkan Ae. Aegypti.
Beberapa faktor risiko transmisi dengue, antara lain: berdiam di daerah endemik dengue,
perjalanan / wisata ke daerah endemik dengue. Suseptibilitas manusia terhadap infeksi
dengue tergantung pada status imun dan predisposisi genetic. Faktor risiko komorbiditas
dengan penyakit lain, virulensi strain virus tertentu.
Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam melalui 2 mekanisme. Mekanisme
pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk, dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk
betina pada telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus ini juga dapat ditularkan dari
nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kerja, transmisi virus
dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk mendapatkan virus ini pada
saat melakukan gigitan pada manusia yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue
pada darahnya (viremia).  Virus yang sampai kelambung nyamuk akan mengalami replikasi
(memecah diri / berkembangbiak), kemudian akan migrasi yang akan sampai di kelenjar
ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk.

2.1.6 Pencegahan dan penganggulangan DBD


1. Pengendalian vektor
a. Penganggulangan secara fisik / mekanik
Pengendalian fisik merupakan pilihan utama pengendalian vektor DBD melalui
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras bak mandi / bak
penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan kembali /
mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik
nyamuk (3M).
b. Pengendalian secara biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi antara lain:
1) Predator / pemangsa jentik (hewan, serangga, parasit) sebagai musuh alami
stadium pradewasa nyamuk. Jenis predator yang digunakan adalah ikan pemakan
jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung (nympha),
Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan
sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD.
2) Insektisida biologi untuk pengendalian DBD, diantaranya:

6
Insect Growth Regulator (IGR) dan Bacillus Thuringiensis Israelensis (BTI)
ditujukan untuk pengendalian stadium pradewasa yang diaplikasikan ke dalam
habitat perkembangbiakan vector.
c. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah
satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara
pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa.
Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD, antara lain :
1) Sasaran dewasa (nyamuk) antara lain :Organophospat (Malathion,
methylpirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, Lamda-cyhalotrine, Cyflutrine,
Permethrine, S-Bioalethrine dan lain-lain). Yang ditujukan untuk stadium dewasa
yang diaplikasikan dengan cara pengabutan panas / fogging dan pengabutan
dingin / ULV
2) Sasaran pradewasa (jentik)/ larvasida antara lain: Organophospat (temephos),
Piriproxifen dan lain-lain.
d. Pengedalian vector terpadu
Pengendalian vektor terpadu/ PVT (integrated vector management / IVM) adalah
kegiatan pengendalian vektor dengan memadukan berbagai metode baik fisik, biologi dan
kimia, yang dilakukan secara bersama-sama, dengan melibatkan berbagai sumber daya lintas
program dan lintas sektor.
Komponen lintas sektor yang menjadi mitra bidang kesehatan dalam pengendalian
vektor antara lain bidang pendidikan dan kebudayaan, bidang agama, bidang pertanian,
bidang kebersihan dan tata ruang, bidang perumahan dan permukiman, dan bidang lainnya
yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pengendalian Sebelum Musim Penularan
a. Sebelum Musim Penularan (SMP) adalah periodebulan yang berdasarkan analisis data
kasus rata-rata perbulan selama 3-5 tahun terakhir memiliki jumlah rata-rata kasus
paling rendah di suatu wilayah. Periode Sebelum Musim Penularan biasanya terjadi
sebelum memasuki musim penghujan / musim penularan DBD.
b. Pengendalian Sebelum Musim Penularan meliputi kegiatan penyuluhan kepada
masyarakat, Bulan Bakti Gerakan (BBG) PSN 3M plus secara serentak dan
larvasidasi.
1) Penyuluhan kepada masyarakat dapat dilakukan melalui penyuluhan langsung
dan / atau melalui media cetakdan/atau media elektronik.

7
2) Bulan Bakti Gerakan (BBG) PSN 3M plus dilaksanakan secara serentak dengan
melibatkan kepala daerah, seluruh satuan kerja pemerintah daerah (SKPD)
setempat beserta seluruh lapisan masyarakat.
3) Larvasidasi dilakukan secara selektif pada tempat-tempat penampungan air (TPA)
dan tempat-tempat non TPA yang berpotensi menjadi tempat perindukan jentik
nyamuk Aedes.

2.2 MALARIA
2.2.1 Penyebab Malaria
Malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis Plasmodium yaitu Plasmodium
vivax, Pl. falciparum, Pl. malariae dan Pl. ovale. Jenis malaria yang ditimbulkan oleh empat
jenis plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang berbeda pola demam maupun gejala-
gejala klinik yang ditimbulkannya. Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax, disebut
juga malaria tertiana benigna (jinak), sedang Pl. falciparum menimbulkan malaria falciparum
atau malaria tertiana maligna (ganas). Selain itu Pl.falciparum juga menimbulkan malaria
perniciosa dan Blackwater Fever. Pl. malariae menimbulkan malaria malariae, dan Pl. ovale
menimbulkan malaria ovale.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber infeksinya
adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu komplikasi yang
berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat.
2.2.2 Cara Penularan Malaria
Cara Penularan Penyakit Malaria Pada penyakit malaria dikenal ada berbagai cara
penularan, yaitu penularan secara alamiah (natural infection) yang terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles dan penularan yang tidak alamiah seperti: a(1) malaria bawaan
(kongenital) yang terjadi pada bayi yang barudilahirkan karena ibunya menderita malaria,
penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta; (2) secara mekanik, yaitu penularan
melalui transfusi darah ataujarum suntik. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi di
salah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intra- vena dengan alat suntik yang telah digunakan untuk menyuntik
beberapa pasien, padahal seharusnya hanya sekali pakai (disposable); (3) secara oral, cara
penularan ini pernah dibuktikan pada ayam (P. gallinasium), burung dara (P. relection), dan
monyet (P. knowlesi).

8
2.2.3 Siklus/alur penularan Malaria
Silkus Pada Manusia. Ketika nyamuk anoples betina (yang mengandung parasit malaria)
menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah
dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan
dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar
merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit
(stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga
eritrosit pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan
sebagian kecil membentuk gametosit jantan. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina. Betina
yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh
nyamuk (stadium sporogoni). Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet
jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah
menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista.
Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur
nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia.
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan)
sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan
tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan
malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam
keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan
iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus
parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali
gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan
sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan
muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles. Bila
dilakukan pemeriksaan, akan didapati Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif P. vivax/ovale.
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan
terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang
mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut
sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah
tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral
mencapai 20-50% hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa
neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.Pada

9
daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan
sediaan darah (SD) sering dijumpai Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif tanpa gejala
klinis pada lebih dari 60% penduduk.
2.2.4 Etiologi Malaria
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria memiliki
siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan
host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk
anopheles.
1. Parasit Malaria
Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah
merah manusia, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit
malaria yang berbeda, yaitu :
a. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis
penyakitmalaria yang terberat dan satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan
penyakitmikrovaskular., karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti
cerebral malaria(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan,
sesak nafas, dll.
b. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps
50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
c. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
d. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat. Lebih
ringan.Seringkali sembuh tanpa pengobatan. Seorang penderita dapat dihinggapi oleh
lebih dari satujenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran
(mixedinfection). Biasanyacampuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae.
Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya
terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan
P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh

10
spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi tubuh; lemah,
menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari.
Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent). Agar dapat hidup terus menerus,
parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam tubuh manusia untuk waktu yang
cukup lamadan menghasilkan gametosit jantan dan betina yang sesuai untuk penularan.
Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang
antropofilik agar sporogoni memungkinkan sehingga dapat menghasilkan sporozoit yang
infektif.
Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda untuk setiap spesies Plasmodium dan hal ini
mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan. P.falciparum mempunyai masa
infeksi yang paling pendek diantara jenis yang lain, akan tetapi menghasilkan parasitemia
yang paling tinggi. Gametosit P.falciparum baru berkembang setelah 8-15 hari
sesudahmasuknya parasit ke dalam darah. Parasit P.vivax dan P.ovale pada umumnya
menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala yang lebih ringan dan mempunyai masa
inkubasi yang lebih lama daripada P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit P.vivax dan
P.ovale di dalam hati dapat berkembang menjadi skizon jaringan primer dan hipnozoit.
Hipnozoit ini menjadi sumber terjadinya relaps.
Setiap spesies Plasmodium terdiri dari berbagai strain yang secara morfologis tidak
dapat dibedakan. Strain suatu spesies yang menginfeksi vektor lokal, mungkin tidak dapat
menginfeksi vektor dari daerah lain. Lamanya masa inkubasi dan pola terjadinya relaps juga
berbeda menurut geografisnya. P.vivax dari daerah Eropa Utara mempunyai masa inkubasi
yang lama, sedangkan P.vivaxdari daerah Pasifik Barat (antara lain Irian Jaya) mempunyai
pola relaps yang berbeda. Terjadinya resistensi terhadap obat anti malaria juga berbeda
menurut strain geografis parasit. Pola resistensi di Irian Jaya juga berbeda dengan di
Sumatera dan Jawa.
2. Nyamuk Anopheles
Pada manusia, nyamuk yang dapat menularkan malaria hanya nyamuk Anopheles
betina. Pada saat menggigit host terinfeksi (manusia yang terinfeksi malaria),nyamuk
Anopheles akan menghisap parasit malaria (plasmodium) bersamaan dengan darah,sebab di
dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria banyak terdapat parasit malaria. Parasit
malaria tersebut kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk Anopheles, dan padasaat
menggigit manusia lain (yang tidak terinfeksi malaria), maka parasit malaria masuk ke tubuh
korban bersamaan dengan air liur nyamuk. Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh

11
nyamuk betina anopheles. Dari lebih 400 spesies anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang
terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria.
Nyamuk Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik, namun bisa juga
hidup didaerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antarika. Anopheles jarang ditemukan
pada ketinggian 2000 – 2500 m, sebagian Anopheles ditemukan di dataran rendah. Semua
vektortersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, antara lain ada nyamuk yang
hidup diair payau pada tingkat salinitas tertentu (An. sundaicus, An.subpictus), ada yang
hidup disawah (An. aconitus), air bersih di pegunungan (An. maculatus), genangan air yang
terkena sinar matahari (An. punctulatus, An. farauti)4,5
Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada, seperti
suhu, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya. Efektifitas vektor untuk menularkan malaria
ditentukan hal-hal sebagai berikut :
 Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.
 Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.
 Frekuensi menghisap darah (initergantung dari suhu).
 Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi efektif).
 Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi
jumlahyang berbeda-beda menurut spesies.
Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh,dengan jumlah
yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat nyamuk Anopheles
dapat dikelompokkan menjadi :
a. Endofilik : suka tinggal dalam rumah/bangunan.
b. Eksofilik : suka tinggal diluar rumah.
c. Endofagi : menggigit dalam rumah/bangunan.
d. Eksofagi : menggigit diluar rumah/bangunan.
e. Antroprofili : suka menggigit manusia.
f. Zoofili : suka menggigit binatang.
Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km
dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa
sampai 30 km. Nyamuk Anopheles dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan
menyebarkan malariake daerah yang non endemik.
Nyamuk Anopheles menggigit penderita malaria dan menghisap juga parasit malaria
yang adadi dalam darah penderita. Parasit malaria berkembang biak di dalam tubuh nyamuk

12
Anopheles (menjadi nyamuk yang infektif). Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit
orang yang sehat (belum menderita malaria). Sesudah +12-30 hari (bervariasi tergantung
spesies parasit) kemudian, bila daya tahan tubuhnya tidak mampu meredam penyakit ini
maka orang sehat tersebut berubah menjadi sakit malaria dan mulai timbul gejala malaria.
2.2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Malaria
1. Pencegahan Malaria
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang
penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari. Keberhasilan langkah ini
sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat.
Pencegahan tanpa obat, yaitudengan menghindari gigitan nyamuk dapatdilakukanden
gancara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinseksida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan
serta genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva pada genangan
air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau
sepanjang pantai.

2. Penanggulangan Malaria
Banyak usaha-usaha yang telah dan tengah dilakukan untuk penanggulangan penyakit
malaria ini. Diantaranya adalah penemuan obat anti-malaria. Obat anti-malaria telah banyak
dikembangkan dan dijual di pasaran, namun kebanyakan tidak efektif. Hal ini disebabkan
karena parasit menunjukan resistensi yang cepat terhadap obat-obat tersebut, apalagi obat
yang dipakai hanya satu jenis saja. Pemakaian obat kombinasi lebih memperlambat
munculnya parasit yang resisten. Selain itu, penemuan dan pengembangan obat baru juga
kurang dilaksanakan karena tidak adanya daya tarik perusahaan farmasi disebabkan karena

13
tidak adanya keuntungan yang bisa diharapkan. Tidak adanya keuntungan ini disebabkan
penyakit ini adalah penyakit di negara-negara berkembang yang memiliki daya beli yang
rendah.
Usaha lain adalah membasmi nyamuk Anopheles yang menjadi pengantar parasit
malaria. Pembasmian bisa dilakukan dengan pestisida atau menangkap nyamuk dengan net
dan kemudian membunuhnya dengan cara membakarnya. Penggunaan pestisida bisa
menyebabkan munculnya nyamuk yang resisten terhadap pestisida, sehingga tidak
memungkinkan penggunaan pestisida yang sama untuk jangka waktu yang lama. Usaha
pengembangan vaksin untuk pencegahan juga dilakukan, namun sampai saat ini belum ada
vaksin yang bisa digunakan.
Dan cara baru yang tengah diteliti adalah dengan menggunakan nyamuk transgenik.
Nyamuk dibuat sedemikian rupa sehingga nyamuk menjadi tahan terhadap parasit
Plasmodium atau membunuh parasit tersebut di dalam tubuhnya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam group B Arthropoda
Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan melalui serangga. Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4
serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4),termasuk dalam grup B Arthropod
Borne Virus (Arbovirus). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Gejala penyakit DBD :
 Demam
 Nyeri seluruh tubuh
 Ruam
 Pendarahan
 Renjatan
Nyamuk Aedes dapat menularkan virus dengue kepada manusia, baik secara langsung
(setelah menggigit orang yang sedang dalam fase viremia), maupun secara tidak langsung,
setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnyaselama 8-10 hari (extrinsic incubation
period). Masa inkubasi didalam tubuh manusia (intrinsic incubation period) antara 4-6 hari.
Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7 hari), tetapi nyamuk dapat infektif selama
hidupnya. Pencegahan dan penganggulangan DBD :
1. Pengendalian vektor
a. Penganggulangan secara fisik / mekanik
b. Pengendalian secara biologi
c. Pengendalian secara kimiawi
d. Pengedalian vector terpadu
2. Pengendalian Sebelum Musim Penularan
Malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis Plasmodium yaitu Plasmodium
vivax, Pl. falciparum, Pl. malariae dan Pl. ovale. Jenis malaria yang ditimbulkan oleh empat
jenis plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang berbeda pola demam maupun gejala-
gejala klinik yang ditimbulkannya. Cara Penularan Penyakit Malaria Pada penyakit malaria
dikenal ada berbagai cara penularan, yaitu penularan secara alamiah (natural infection) yang

15
terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles dan penularan yang tidak alamiah. Ada 2 jenis
makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut
Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria memiliki siklus hidup yang
kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya
menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles.
Cara pencegahan Malaria :
 Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
 Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinseksida.
 Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
 Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
 Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
 Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
 Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
 Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
 Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan
serta genangan air.
 Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva pada genangan
air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
 Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau
sepanjang pantai.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi kelompok
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini kelompok mampu menjelaskan tentang
penyakit DBD dan malaria.
3.2.2 Bagi audiens
Diharapkan dengan membaca makalah ini, audiens mampu memahami epidemiologi
penyakit DBD dan malaria, serta mampu melakukan pencegahan dan penanggulangan
penyakit DBD dan malaria.

16
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian


Kesehatan RI. 2017. Pedoman pengendalian demam berdarah dangue di Indonesia.
Jakarta
Fitriani, Julia dan Sabiq, Ahmad. 2018. Malaria. Jurnal Averrous Volumen 4 No 2.
Hanim Diffah , dkk. 2013. Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam Berdarah
Dengue. Fakultas Kedokteran.
Irwan. 2019. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR. Yogyakarta: CV. Absolute Media
[Internet]. https://books.google.co.id/books?
id=Pk7wDwAAQBAJ&pg=PA105&dq=etiologi+dbd&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjB
jMjz_vbsAhWPWX0KHZm5B7EQ6AEwAXoECAgQAg#v=onepage&q=etiologi
%20dbd&f=false. Diakses tanggal 10 November 2020 pukul 10:22 WIB
Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Sagung Seto.
Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2015. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.2: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo. Surabaya:
Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
Undip. Malaria. http://eprints.undip.ac.id/44857/3/BAB_2.pdf. Diakses pada 10 November
2020.
Widiasih, Dyah Ayu (Ed) dan Budiharta Setyawan (Ed). 2012. Epidemiologi Zoonosis di
Indonesia. Gadjah Mada University Press.
https://books.google.co.id/books?
id=BICSDwAAQBAJ&pg=PA729&dq=etiologi+dbd&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj
BjMjz_vbsAhWPWX0KHZm5B7EQ6AEwA3oECAkQAg#v=onepage&q=etiologi
%20dbd&f=false. Diakses tanggal 10 November 2020 pukul 10.52 WIB.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/38366402/BAB_II_Makalah
_Malaria_PBL_docx&ved=2ahUKEwjc09vS7PTsAhXaZSsKHQZuC_kQFjAMegQID
BAB&usg=AOvVaw2I7Jf8mlgmFlFFupw1TJ8u&cshid=1604905793021
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/downl
oad/1039/558&ved=2ahUKEwjc09vS7PTsAhXaZSsKHQZuC_kQFjAFegQIAhAB&u
sg=AOvVaw1xLgl1XocqgzMWy_BUg4_y&cshid=1604904840499

17

Anda mungkin juga menyukai