Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Wacana tentang keperempuan bukanlah sebuah wacana tanpa nilai yang diwacanakan. Wacana
terkait dengan jenis kelamin ini terus terkuak akibat dari fenomena social yang menghendaki bahwa
masalah keperempuan perlu untuk disekapi secara serius baik dari kaum Adam atau Hawa itu sendiri.
Masalah keperempuan bukanlah masalah pada jenis kelamin tertentu tetapi harus ditegaskan bahwa
masalah keperempuanan adalah bagian dari masalah kemanusiaan. Melihat realitas saat ini secara
global bangsa kita dilanda keprihatian yang berkepanjangan. Terkait persoalan-persoalan sosial yang
tidak kalah merajalelanya adalah kasus-kasus perempuan, seperti masalah ekonomi dan kesejahteraan,
Juga perkembangan teknologi yang makin pesat seringkali perempuan menjadi korbannya. Salah satu
kasusnya saat ini adalah banyaknya pelecehan seksual yang dialami perempuan melalui media online.
Perempuan mempunyai peran yang sangat besar terhadap perkembangan suatu peradaban dan
sayangnya hal ini tidak begitu mendapatkan tempat dalam kesadaran masyarakat islam. Sementara itu,
kita harus berbangga karena islam sangat menjunjung tinggi keberadaan perempuan dan
kaumnya.Islam mengangkat derajat dan kaumnya. Islam mengangkat derajat dan hak posisi seorang
perempuan. HMI sebagai organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia punya respon terhadap
persoalan yang menimpa perempuan. KOHATI adalah singkatan dari Korp HMI-wati, yang
merupakan salah satu badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan
potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan, KOHATI sebagai badan
khusus yang dibentuk oleh HMI tidak saja di adakan sekedar untuk kebutuhan perkembangan
organisasi, akan tetapi hal yang lebih substantif adalah sebagai sarana yang penting bagi media
pembinaan kader HMI Wati dalam peningkatan kualitas diri.

B. Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN

Dalam dunia virtual di masa ini, banyak anak dan remaja perempuan yang dilecehkan serta
mengalami Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Sebuah survei dari Plan International yang
melibatkan 14.000 anak perempuan berusia 14-25 tahun di 22 negara, termasuk Brasil,
Benin, Amerika Serikat (AS) dan Indonesia menunjukkan bagaimana pelecehan yang mereka alami di
platform media sosial mendorong mereka untuk keluar dari ruang maya.  Survei menunjukkan bahwa 58%
dari perempuan mengalami sebuah bentuk pelecehan secara online. Sebanyak 50% dari partisipan juga
mengaku lebih banyak menghadapi pelecehan online daripada offline. 
Survei Plan International mengemukakan bahwa di Indonesia sendiri, 38% responden mengalami
KBGO. Angka ini terlihat jauh di bawah angka rata-rata global di 58%. Meski demikian, angka kasus
KBGO sendiri meningkat. Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan yang memberi laporan akan
kasus pelecehan terhadap perempuan di tahun 2019 menunjukkan kenaikan pengaduan kasus cyber
crime sebesar 300% (dari 97 kasus di tahun 2018 menjadi 281).  
Dari berbagai bentuk KBGO yang diadukan kepada Komnas Perempuan, kasus daring terbanyak
berbentuk ancaman dan intimidasi penyebaran foto dan video porno korban.  Seperti dilansir dari
Kompas, Mariana Amiruddin, Komisioner Komnas Perempuan, menjelaskan bagaimana dalam kasus ini,
kebanyakan pelaku merupakan orang-orang yang berada di lingkungan terdekatnya seperti pasangan
ataupun mantan pasangan korban.  Maraknya kasus KBGO sendiri ini menjadi alasan mengapa aktivis
perempuan Indonesia mendesak pengesahan RUU PKS. Tanpa RUU PKS, kasus seperti ini akan sulit
untuk ditindaklanjuti di ranah hukum. HMI sebagai organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia punya
respon terhadap persoalan yang menimpa perempuan
KOHATI sebagai salah satu pilar HMI, memiliki fungsi dan peran khusus dalam menjalankan misi
organisasi. Bukan berarti menegasikan aspek gender, kekhususan gerakan KOHATI memang lebih tepat
sebagai fasilitator pembelajaran atau pendidikan (educations), penguatan dan pemberdayaan
(empowering), serta pendampingan atau pembelaan (advokasi) terhadap masyarakat khususnya kaum
perempuan. Dalam hal ini peran KOHATI sangat penting sebagai aktivis perempuan untuk menyuarakan
suaran untuk melindungi sesama perempuan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai